Analisis Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK), Kebutuhan Oksigen Biologi dan Minyak Lemak pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Chapter III V

BAB 3
METODE PERCOBAAN

Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa
parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan
beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa alat dan bahan yang
digunakan sebagai berikut.

3.1. Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK)
3.1.1. Alat
a. Gelas ukur

pyrex

b. Pipet volume

pyrex

c. Buret

pyrex


d. Erlenmeyer

pyrex

e. Kaca Arloji
f. Labu Takar

pyrex

g. Pendingin Leibig
h. COD destruction block
i. Rak tabung COD
j. beaker glass

pyrex

k. Corong
l. Botol aquadest
m. Bola Karet

n. Spatula

Universitas Sumatera Utara

28
o. Neraca analitik
p. Pipet tetes
q. Tabung COD

3.1.2. Bahan
a. Sampel Limbah Cair (aq)
b. Larutan Kalium dikromat 0,25 N (aq)
c. Larutan Asam sulfat / Perak sulfat (aq)
d. Indikator ferroin (aq)
e. Larutan Ferro ammonium sulfat (FAS) 0,1 N (aq)
f. Merkuri sulfat (HgSO4) (aq)
g. Batu didih (s)
h. Aquadest (l)

3.1.3. Prosedur Kerja

a. Dipipet 10 mL sampel dan dimasukkan ke dalam tabung
COD
b.

Ditambahkan 0,2 g HgSO4 dan beberapa batu didih
c. Ditambahkan 5 mL Asam sulfat-Perak sulfat perlahan-lahan
sambil didinginkan dalam air dingin
d. Dihubungkan tabung COD dengan pendingin
e. Dipanaskan tabung COD diatas COD destruction block
pada suhu 151oC selama 2 jam

Universitas Sumatera Utara

29
f. Didinginkan dan dicuci bagian dalam dari pendingin
dengan air suling hingga volume sampel menjadi lebih
kurang 70 mL ( ditambahkan 40 mL air suling )
g. Didinginkan sampai temperatur kamar
h. Ditambahkan indikator Ferroin sebanyak 3 tetes
i. Dititrasi dengan larutan FAS 0,1 N sampai warna merah

kecoklatan
j. Dicatat volume FAS 0,1 N yang terpakai dan ulangi
prosedur terhadap Blanko

3.2. Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB)
3.2.1. Alat
a. Labu ukur

pyrex

b. Pipet volume

pyrex

c. Bola karet
d. Pipet tetes
e. Gelas ukur

pyrex


f. Botol winkler

pyrex

g. Corong
h. Buret

pyrex

i. Kaca arloji
j. Beaker glass

pyrex

k. Erlenmeyer

pyrex

Universitas Sumatera Utara


30
l. Neraca analitik
m. Botol aquadest
n. Spatula
o. Inkubator
3.2.2. Bahan
a. Sampel Limbah Cair (aq)
b. Larutan Buffer Posfat
c. Larutan Kalsium klorida (CaCl2) (aq)
d. Larutan Ferri klorida (FeCl3) (aq)
e. Larutan Mangan sulfat (MnSO4) (aq)
f. Larutan Alkali azida (NaOH – KI) (aq)
g. Larutan Asam sulfat (H2SO4)(p)
h. Larutan Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N (aq)
i. Indikator Amilum (aq)
j. Kalium iodide (KI)(S)
k. Larutan Kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,025 N (aq)
l. Air Suling (l)
m. Aquadest (l)


3.2.3. Prosedur Kerja
3.2.3.1.

Preparasi Sample

a. Dipipet 50 mL ( sesuai dengan pengenceran) sampel dan
dimasukkan kedalam labu takar 1000 mL

Universitas Sumatera Utara

31
b. Ditambhakan Buffer posfat 1 mL kedalam labu takar 1000
mL
c. Ditambahkan MgSO4 1 mL kedalam labu takar 1000 mL
d. Ditambahkan CaCl2 1 mL kedalam labu takar 1000 mL
e. Ditambahkan FeCl3 1 mL kedalam labu takar 1000 mL
f. Ditambahakan air suling sampai garis tanda labu takar 1000
mL
g. Dihomogenkan
h. Dilakukan prosedur yang sama terhadap blanko

3.2.3.2.

Pengujian Oksigen Terlarut ( DOo)

a. Sample yang diencerkan di dalam labu takar 1000 mL
(termasuk juga blanko) dimasukkan dengan hati-hati
kedalam botol winkler dengan menggunakan corong dan
dihindari adanya gelembung udara ( untuk pengujian DOo)
b. Dilakukan prosedur yang sama untuk DO5 selanjutnya di
inkubasi selama 5 hari pada suhu 19-20 ℃
c. Untuk pengujian DOo yang di tambahkan 1 mL MnSO4
kedalam botol winkler
d. Ditambahkan NaOH-KI 1 mL kedalam botol winkler
e. Dihomogenkan selama beberapa menit, sampai semua
larutan bercampur
f. Didiamkan selama ± 1 jam hingga endapan coklat
mengendap semua

Universitas Sumatera Utara


32
g. Ditambahkan H2SO4 (p) 1 mL kedalam botol winkler
perlahan-lahan melalui dinding botol winkler
h. Dipipet 50 mL sample dari botol winkler dan dimasukkan
kedalam Erlenmeyer 250 mL (lakukan juga prosedur yang
sama terhadap blanko)
i. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N hingga terjadi
perubahan menjadi kuning muda , lalu di tambhakan 3 tetes
indikator amilum kedalam Erlenmeyer
j. Dititrasi kembali sampel dengan larutan Na2S2O3 0,025 N
hingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening
pada titik akhir titrasi
k. Dicatat volume Na2S2O3 0,025 N yang terpakai
3.2.3.3.

Pengujian Oksigen Terlarut (DO5)

a. Dikeluarkan botol winkler dari dalam inkubator yang telah
diinkubasi selama 5 hari didiamkan sampai suhu kamar
b. Ditambahkan NaOH-KI 1 mL kedalam botol winkler

c. Dihomogenkan selama beberapa menit, sampai semua
larutan bercampur
d. Didiamkan selama ± 1 jam hingga endapan coklat
mengendap sempurna
e. Ditambahkan H2SO4 (p) 1 mL kedalam botol winkler
perlahan-lahan melalui dinding botol winkler

Universitas Sumatera Utara

33
f. Dipipet 50 mL sample dari botol winkler dan dimasukkan
kedalam Erlenmeyer 250 mL (lakukan juga prosedur yang
sama terhadap blanko)
g. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N hingga terjadi
perubahan menjadi kuning muda , lalu di tambahkan 3 tetes
indikator amilum kedalam Erlenmeyer
h. Dititrasi kembali sample dengan larutan Na2S2O3 0,025 N
hingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening
pada titik akhir titrasi
i. Dicatat volume Na2S2O3 0,025 N yang terpakai


3.3.

Penentuan Kadar Minyak/Lemak
3.3.1. Alat
a. Neraca analitik
b. Corong Pisah

pyrex

c. Labu destilasi

pyrex

d. Corong kaca
e. Alat destilasi
f. Desikator
g. Oven
h. Spatula
i. Kaca arloji
j. Gelas ukur

pyrex

Universitas Sumatera Utara

34
k. Beaker glass

pyrex

3.3.2. Bahan
a.

Sampel Limbah Cair (aq)

b.

Asam klorida ( HCL) 1:1 (aq)

c.

N-hexan (aq)

d.

Na2SO4 (S)

e.

Kertas saring (S)

3.3.3. Prosedur Kerja
3.3.3.1. Preparasi sampel
a. Dipipet 100 mL sampel yang akan ditentukan kadar
minyak/lemaknya
b. Dimasukkan ke dalam corong pisah
c. Ditambahkan 1 mL HCl 1:1 kedalam corong pisah yang
telah berisi sampel
d. Ditambahkan 100 mL Hexan ke dalam corong pisah
e. Diekstraksi selama 5 menit
f. Didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan
g. Dibuang lapisan bawah
h. Ditambahkan 50 mL Hexan ke dalam corong pisah
i. Diekstraksi selama 3 menit
j. Didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan

Universitas Sumatera Utara

35
k. Dibuang lapisan bawah
l. Dimasukkan 10 g Na2SO4 ke dalam kertas saring
m. Disaring lapisan atas sampel yang ada pada corong pisah
3.3.3.2.

Penetuan bobot kosong

a. Disediakan labu destilasi
b. Dibilas labu destilasi dengan N-hexan, lalu di cuci
c. Dimasukkan kedalam oven labu destilasi pada suhu 105 ºc
selama 3 jam
d. Dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit
e. Diletakkan dalam ruang timbang selama 5 menit
f. Ditimbang labu destilasi bobot kosong, lalu catat hasil
timbangannya
g. Diulangi langkah di atas hingga diperoleh bobot konstan
3.3.3.3.
a.

Penetapan bobot isi

Dimasukkan sampel kedalam labu destilasi yang sudah
ditetapkan bobot kosongnya

b. Ditambahkan HCL 1:1 kedalam corong pisah
c. Ditambahkan 100 mL N-hexan
d. Diekstraksi selama 5 menit
e. Didiamkan selama beberapa menit sampa terbentuk 2
lapisan
f. Dibuang lapisan bawahnya
g. Ditambahkan 50 mL N-hexan

Universitas Sumatera Utara

36
h. Diekstraksi selama 3 menit
i. Dibuang lapisan bawah hingga tersisa N-hexan
j. Disaring N-hexan kedalam labu menggunakan kertas saring
whatmann no.40 dan corong yang berisi 10 g Na2SO4
k. Kemudian didestilasi hingga N-hexan menguap dan
meninggalkan kandungan minyak
l. Masukkan kedalam oven labu destilasi pada suhu 105 °C
selama 1 jam
m. Dimasukkan kedalam desikator, tunggu selama 30 menit
n. Diletakkan dalam ruang timbang selama 5 menit
o. Ditimbang labu destilasi bobot kosong, lalu catat hasil
timbangannya
p.

Diulangi perlakuan sampai hasil timbangan konstan

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil analisa pada limbah
cair Pabrik Kelapa Sawit
4.1.1. Data Analisis KOK

N

Normalitas Larutan FAS
Volume

O K2Cr2O7 (mL)
1

Normalitas

Volume FAS

Normalitas FAS

K2Cr2O7 (N)

(mL)

(N)

0,25

24,90

0,1004

10


Kadar KOK

No

Sampel

Hasil Pengamatan
Volume FAS (mL)
Kadar KOK (mg/L)
11,3
-

1

Blanko

2

A

10,1

96,384

3

B

9,5

144,576

4

C

9,3

160,64

4.1.2. Data Analisis BOD


Normalitas Larutan Na2S2O3

N

Volume K2Cr2O7

Normalitas

Volume

O
1

(mL)
10

K2Cr2O7 (N)
0,025

Na2S2O3 (mL)
10,1


No

Normalitas
Na2S2O3 (N)
0,0248
38

Kadar KOB
Sampel

Hasil Pengamatan

Kadar KOB (mg/L)

Universitas Sumatera Utara

Volume (mL)
DO0
DO5
1,7
1,8

Pengenceran
-

0,3968

1,8

500 kali

0,4

2

1,9

1000 kali

0,4

1,8

1,7

1000 kali

0,4

1

Blanko

2

A

1,9

3

B

4

C

4.1.3. Data Analisis Minyak/Lemak
No

Sampel
Bobot
Kosong

Hasil Pengamatan
Bobot Isi
Volume
(mg)

Kadar

sampel (mL)

Minyak/lemak

1

A

(mg)
103.775,0

103.776,9

100

(mg/L)
19

2

B

105.486,5

105.487,9

100

14

3

C

105.703,2

105.710,3

100

71

4.2. Perhitungan
4.2.1. Kadar KOK


Normalitas Larutan FAS
Normalitas FAS =

V 1 xN 1
V2

39

Dimana :

V1 : Volume larutan K2Cr2O7 (mL)
V2 : Volume larutan yang dibutuhkan (mL)
N1 : Normalitas larutan K2Cr2O7 (N)

Universitas Sumatera Utara

Normalitas FAS =

10 mL x 25 N
24,90 mL

= 0,1004 N



Penentuan Kadar KOK
Kadar KOK ( mg/L)=
Dimana :

( A−B ) x N x 8000
v

A = Volume FAS yang dibutuhkan untuk Blanko (mL)
B = Volume FAS yang dibutuhkan untuk sampel (mL)
N = Normalitas Larutan FAS
V = Volume sampel (mL)

 A
Kadar KOK ( mg/L)=

¿

( A−B ) x N x 8000
v

( 11,3−10,1 ) x 0,1004 x 8000
10

¿ 96,384 mg / L

 B
Kadar KOK ( mg/L)=

( A−B ) x N x 8000
v
40

¿

( 11,3−9,5 ) x 0,1004 x 8000
10

¿ 144,576 mg /L

 C

Universitas Sumatera Utara

Kadar KOK ( mg/L)=

¿

( A−B ) x N x 8000
v

( 11,3−9,3 ) x 0,1004 x 8000
10

¿ 160,64 mg/ L

4.2.2. Kadar KOB


Normalitas Larutan Na2S2O3 0,025 N
Normalitas Na 2 S 2 O3=
Dimana :

V 2 xN 2
V1

V2 : Volume K2Cr2O7
N2 : Normalitas K2Cr2O7 0,025 N
V1 : Volume yang terpakai (mL)

Normalitas Na 2 S 2 O3=

10 x 0,025
10,1

= 0,0248 N


Penentuan Kadar KOB
a. Perhitungan DO0 dan DO5
DOo/ DO 5=

Va x N x 8000
Vb

Dimana : DO0

= Sampel hari ke 0
41

DO5

= Sampel hari ke 5

Va

= Volume larutan Na2S2O3

N

= Normalitas larutan Na2S2O3

Vb

= Volume sampel

Universitas Sumatera Utara

b. Kadar KOB
KOB(mg /L)={( DOo−DO 5) –

fp−1
(KOB blanko)}x fp
fp

 Blanko
DOo=

1,8 x 0,0248 x 8000
50
= 7,1424

DO 5=

1,7 x 0,0248 x 8000
50
= 6,7456

KOB(mg /L)=( DOo−DO 5)
= 7,1424– 6,7456
= 0,3968 mg/L
 A
DOo=

1,9 x 0,0248 x 8000
50
= 7,5392

DO 5=

1,8 x 0,0248 x 8000
50
= 7,1424
42
KOB(mg /L)={( DOo−DO 5) –
¿ {(7,5392−7,1424)–

fp−1
(KOB blanko)}x fp
fp

500−1
(0,3968)}x 500
500

¿ {(0,3968) – 0,998(0,3968)} x 1000

Universitas Sumatera Utara

¿ {(0,3968) – 0,3960} x 500
¿ {0,0008 }x 500
¿ 0,4 mg/ L

 B
DOo=

2 x 0,0248 x 8000
50
= 7,936

DO 5=

1,9 x 0,0248 x 8000
50
= 7,5392
KOB(mg /L)={( DOo−DO 5) –
¿ {(7,936−7,5392)–

fp−1
(KOB blanko)}x fp
fp

1000−1
( 0,3968)}x 1000
1000

¿ {(0,3968) – 0,999(0,3968)} x 1000
¿ {(0,3968) – 0,3964 }x 1000
¿ {0,0004 } x 1000
¿ 0,4 mg/ L
43
 C
DOo=

1,8 x 0,0248 x 8000
50
= 7,1424

Universitas Sumatera Utara

DO 5=

1,7 x 0,0248 x 8000
50
= 6,7456

KOB(mg /L)={( DOo−DO 5) –
¿ {(7,1424−6,7456) –

fp−1
(KOB blanko)}x fp
fp

1000−1
(0,3968) }x 1000
1000

¿ {(0,3968) – 0,999(0,3968)} x 1000
¿ {(0,3968) – 0,3964 }x 1000
¿ {0,0004 } x 1000
¿ 0,4 mg/ L

4.2.3. Kadar Minyak/Lemak
kadar minyak /lemak (mg/L)=
Dimana :

( B−A ) x 1000
volume sampel (mL)

A : Berat labu kosong (mg)
B : Berat labu isi (mg)

44
 A
kadar M / L(mg/L)=

¿

( 103.776,9−103.775,0 ) x 1000
100

( 1,9 ) x 1000
100

Universitas Sumatera Utara

¿ 19 mg/L

 B
kadar M / L(mg/L)=

¿

( 105.487,9−105.486,5 ) x 1000
100

( 1,4 ) x 1000
100

¿ 14 mg/ L

 C
kadar M / L(mg/L)=

¿

( 105.710,3−105.703,2 ) x 1000
100

( 7,1 ) x 1000
100

¿ 71mg /L

4.3. Pembahasan

Dari penelitian diperoleh hasil pada sampel outlet beberapa pabrik kelapa sawit,
kadar KOK pabrik A sebesar 96,384 mg/L, pabrik B sebesar 144,576 mg/L, pabrik
C sebesar 160,64 mg/L. kadar BOD pabrik A sebesar 0,4 mg/L dengan
pengenceran 500 kali, pabrik B sebesar 0,4 mg/L dengan pengenceran 1000 kali,
pabrik C sebesar 0,4 mg/L dengan pengenceran 1000 kali dan kadar

45
minyak/lemak pabrik A sebesar 19 mg/L, pabrik B sebesar 14 mg/L, pabrik C
sebesar 71 mg/L.

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kandungan KOK, KOB dan
Minyak lemak pada limbah pabrik A dan B masih memenuhi baku mutu
pengolahan limbah industri kelapa sawit menurut PERMEN/LH/5/2014 dimana
kadar KOK sebesar 350 mg/L, kadar KOB sebesar 100 mg/L dan kadar
minyak/lemak sebesar 25 mg/L. Sedangkan untuk pabrik C, untuk kadar KOK dan
KOB telah memenuhi baku mutu , tapi kadar minyak dan lemak tidak memenuhi
baku mutu pengolahan limbah industri kelapa sawit menurut
PERMEN/LH/5/2014 dimana kadar KOK sebesar 350 mg/L, kadar KOB sebesar
100 mg/L dan kadar minyak/lemak sebesar 25 mg/L. dari hasil penelitian tersebut
juga dapat disimpulkan bahwa pabrik kelapa sawit A dan B adalah pabrik yang
menangani limbahnya dengan efektif dan efisien sehingga menghasilkan limbah
yang dapat diterima oleh lingkungan. Sedangan untuk pabrik C harus lebih
memperhatikan pengolahan limbahnya, khususnya kadar minyak/lemak yang
terdapat pada limbah pabrik C, karena kadarnya yang cukup tinggi melebihi baku
mutu yang telah ditetapkan.

Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, berikut adalah keuntungan tes COD
dibandingkan dengan tes BOD, antara lain :
a. Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa
BOD5 membutuhkan waktu lima hari.
46
b. Ketelitian dan ketepatan tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes
BOD.

Universitas Sumatera Utara

c. Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 80 mg/L tidak dibutuhkan
pengenceran sampel sedangkan pada umumnya analisa BOD selalu
membutuhkan pengenceran
d. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes
BOD, tidak menjadi soal pada tesCOD.
Sedangkan kekurangan tes COD hanya merupakan suatu analisa yang
menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis
( yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga merupakan suatu pendekatan
saja. Karena hal tersebut maka tes COD tidak dapat membedakan antara zatzat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi
secara biologis. (Nainggolan, 2011)

Nilai COD dalam air limbah biasanya lebih tinggi dari pada nilai BOD karena
lebih banyak senyawa kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dibandingkan
oksidasi biologi. Semakin tinggi nilai COD dalam air limbah
mengindetifikasikan bahwa derajat pencemaran pada suatu perairan makin
tinggi pula. Untuk berbagai tipe air limbah COD dapat dihubungkan dengan
BOD, mengingat tes COD hanya membutuhkan waktu 3 jam sehingga
merupakan keuntungan bagi instansi pengolahan jika melakukan tes COD
dibandingkan tes BOD yang membutuhkan waktu 5 hari untuk mendapatkan
hasilnya. (Asmadi, 2012)
47
Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam
kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air.

Universitas Sumatera Utara

Minyak tidak larut dalam air. Oleh karena itu jika air tercemar oleh minyak
maka minyak tersebut akan tetap mengapung. Semua jenis minyak
mengandung senyawa volatile yang dapat segera menguap. Dalam beberapa
hari 25% dari volume minyak akan hilang karena menguap. Sia minyak yang
tidak menguap akan mengalami emulsifikasi yang mengakibatkan air dan
minyak dapat bercampur.
Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat menimbulkan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Adanya minyak mengakibatkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang.
Ternyata intensitas sinar di dalam air sedalam 2 meter dari permukaan air
yang mengandung minyak adalah 90% lebih rendah daripada intesitas
sinar pada kedalaman yang sama pada air bening.
b. Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak karena
lapisan film minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air.
c. Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan menggangu kehidupan
burung air karena burung-burung yang berenang dan menyelam, bulubulunya akan ditutupi oleh minyak sehingga menjadi lekat satu sama lain,
akibatnya kemampuannya untuk terbang akan turun.
d. Penetrasi sinar dan oksigen terlarut yang menurun dengan adanya minyak
dapat menggangu kehidupan tumbuh-tumbuhan laut, termasuk ganggang.
(Kristanto, 2002)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara



Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil pada sampel outlet
beberapa pabrik kelapa sawit, kadar KOK pabrik A adalah 96,384 mg/L,
pabrik B adalah 144,576 mg/L dan pabrik C adalah 160,64 mg/L. Kadar
KOB pabrik A adalah 0,4 mg/L dengan pengenceran 500 kali, pabrik B
adalah 0,4 mg/L dengan pengenceran 1000 kali dan pabrik C adalah o,4
mg/L dengan pengenceran 1000 kali. Kadar minyak dan lemak pabrik A
adalah 19 mg/L, pabrik B adalah 14 mg/L dan pabrik C adalah 71 mg/L.



Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar KOK, KOB
dan minyak.lemak pada air limbah outlet pabrik A dan B telah memenuhi
baku mutu pengolahan air limbah industri kelapa sawit menurut
PERMEN/LH/5/2014 tentang baku mutu air limbah. Sedangkan pada air
limbah outlet pabrik C kadar KOK dan KOB telah memnuhi baku muku,
tetapi kadar minyak/lemak tidak memenuhi baku mutu pengolahan air
limbah industri kelapa sawit menurut PERMEN/LH/5/2014 tentang baku
mutu air limbah.

5.2. Saran
Sebaiknya setiap pabrik sawit sangat memperhatikan proses pengolahan limbah
cair terutama limbah yang berada pada kolam outlet dengan cara mengelolah atau
menangani dan memanfaatkan limbah yang dihasilkan oleh pabrik. Sehingga
limbah yang dihasilkan dapat digunakan pada aplikasi lahan atau limbah yang
dibuang tidak akan mencemarkan lingkungan. Dengan melakukan pengolahan
maka akan mengurangi jumlah kadar-kadar KOK, KOB dan minyak/lemak,
sehingga pada saat dibuang kesungai tidak mencemari sungai dan tidak
mengganggu ekosistem perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2012. Pengolahan Limbah Medis Rumah Sakit. Yogyakarta : Gosyen
Publishing

Universitas Sumatera Utara