Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016 Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain Cross
Sectional Study yaitu suatu rancangan penelitian yang mempelajari dinamika
korelasi dan asosiasi antara variabel independen (pengetahuan, sikap, dan
pemakaian alat pelindung diri) dengan variabel dependen (keluhan kesehatan)
pada saat yang bersamaan.
3.2. Lokasi dan Waktu
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Medan Sunggal tahun
2016.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, mulai dari Agustus 2015
sampai dengan Maret 2016. Penelitian diawali dengan penelusuran pustaka,
survey pendahuluan, penyusunan proposal penelitian, kolokium (seminar
proposal), penelitian ke lapangan, pengolahan dan analisis data, penyusunan hasil
penelitian dan seminar hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau obyek yang diteliti
(Arikunto, 2006). Menurut Notoatmodjo (2005) populasi adalah

keseluruhan

objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pengasah batu akik
pada survey pendahuluan pada tanggal 10 juni 2015 sebanyak 52 orang.
3.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena
menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi
dijadikan sampel penelitian semuanya.
3.4. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai
cara. Dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sekunder. Selanjutnya, dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner, dan observasi

(Sugiyono, 2006).
3.4.1. Data Primer
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai
cara. Dilihat dari sumber data, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer. Selanjutnya, dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan kuesioner, dan observasi (Sugiyono, 2006). Data primer

Universitas Sumatera Utara

diambil mengunakan koesioner yang langsung ditanyakan kepada responden serta
hasil observasi terhadap pemakaian APD terhadap responden yaitu pekerja
pengasah batu akik di Kecamatan Medan Sunggal.
3.5. Teknik Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul dari data primer akan diolah melalui tahap-tahap
sebagai berikut
1.

Menyunting data (data editing)
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap

jawaban kuesioner.

2.

Mengkode Data (data coding)
Proses pemberian kode setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk
memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut.

3.

Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan klasifikasi

4.

Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan untuk memastikan data
tersebut tidak ada yang salah, sehingga data tersebut telah siap diolah dan
dianalisis.


3.6 Defenisi Operasional
1. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Universitas Sumatera Utara

panca indera manusia. pengetahuan, merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang.
2. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek.
3. Pemakaian alat pelindung diri adalah semua kegiatan atau aktivitas pekerja
baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati dari luar
yang dalam bentuk respon atau reaksi terhadap pemakaian alat pelindung diri.
4. Keluhan kesehatan berupa gangguan pernafasan, dan gangguan pendengaran
3.7 Aspek Pengukuran
Pengukuran aspek perilaku didasarkan pada jawaban responden dari seluruh
pertanyaan yang diberikan, meliputi pertanyaan yang mengenai pengetahuan,
sikap, pemakaian APD dan keluhan kesehatan.
1. Penilaian pengetahuan dilakukan terhadap 10 pertanyaan dimana jawaban yang
tahu diberi nilai 1, dan jawaban yang tidak tahu diberi nilai 0.

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diklasifikasikan dalam 2
kategori :
a. Baik , apabila responden mendapat nilai > 50 % dari nilai maksimum yaitu
>5
b. Buruk, apabila responden mendapat nilai ≤ 50 % dari nilai maksimum yaitu
< 5.
2. Penilaian sikap dilakukan terhadap 10 pertanyaan dimana jawaban yang paling
tepat diberi nilai 1, dan tidak tepat diberi nilai 0.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diklasifikasikan dalam 2
kategori:
a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >50 % dari nilai maksimum >
5
b. Nilai buruk, apabila responden mendapat nilai ≤ 50 % dari nilai maksimum
< 5.
3. Penilaian pemakaian APD dilakukan terhadap 10 pertanyaan dimana jawaban
yang paling tepat diberi nilai 1, dan tidak tepat diberi nilai 0.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diklasifikasikan dalam 2

kategori:
a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 50 % dari nilai maksimum >
5.
b. Nilai buruk, apabila responden mendapat nilai ≤ 50 % dari nilai maksimum
< 5.
4. Penilaian keluhan kesehatan dilakukan terhadap 10 pertanyaan dimana jawaban
yang paling tepat diberi nilai 1, dan tidak tepat diberi nilai 0.
Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka diklasifikasikan dalam 2
kategori:
a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 50 % dari nilai maksimum >
5.
b. Nilai buruk, apabila responden mendapat nilai ≤ 50 % dari nilai maksimum <
5.

Universitas Sumatera Utara

3.8. Metode Analisi Data
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Variabel yang akan dianalisis secara

univariat adalah pengetahuan, sikap, pemakain APD dan keluhan kesehatan. Hasil
analisis disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah untuk dibaca dan
dipahami. Analisis disajikan dalam distribusi frekuensi dan persentase.
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan lanjutan merupakan lanjutan untuk melihat
hubungan antara variable independen (Keluhan Ksesehatan) dan dependen
(Pengetahuan, sikap, APD) menggunakan uji chi square dengan membandingkan
nilai α sebesar 0,05 pada taraf kepercayaan 95%. Jika value < 0,05 artinya
hubungan bermakna antara variable independen dengan dependen. Jika P value >
0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variable independen
dengan variable dependen.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kecamatan Medan Sunggal berbatasan langsung dengan kecamatan
Medan Selayang di sebelah selatan, kecamatan Medan Helvetia di sebelah utara,
kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, dan kecamatan Medan Baru di sebelah

timur. Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu kecamatan di Kota
Medan yang mempunyai luas sekitar 13,90 km2 dengan ketinggian wilayah sekitar
17-28 meter di atas permukaan laut. Ketinggian terendah berada di kelurahan
Lalang dan ketinggian tertinggi berada di kelurahan Sunggal. Jarak kantor
kecamatan ke kantor walikota Medan yaitu sekitar 8 km. Dari enam kelurahan di
kecamatan Medan Sunggal, kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah yang terluas
yaitu sebesar 4,932 km sedangkan kelurahan Simpang Tanjung mempunyai luas
terkecil yakni 0,322 km. Kecamatan Medan Sunggal yang dipimpin oleh seorang
camat, saat ini terdiri dari 6 kelurahan yang terbagi atas 88 lingkungan, 86 RW,
263 RT dan 246 blok sensus.
Tabel 4.1 Monografi Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
No Kelurahan
Lingkungan RW
RT
Blok Sensus
1 Tanjung Rejo
24
18
65
70

2 Simpang
4
1
2
5
Tanjung
3 Sei Sikambing
22
28
68
51
B
4 Sunggal
14
16
50
61
5 Lalang
13
11

37
39
6 Babura
11
12
41
20
Jumlah
88
86
263
246
Sumber: Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka 2015

Luas
3,50 km2
0,32 km2
2,84 km2
4,93 km2
1,25 km2

1,06 km2
14.116
km2

4.2 Analisis Univariat

Universitas Sumatera Utara

Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi identitas responden yang meliputi pendidikan dan lama kerja
serta proporsi variabel yang diteliti yaitu variabel independen dan variabel
dependen yang meliputi pengetahuan responden, sikap responden, penggunaan
APD dan keluhan kesehatan yang dialami responden. Berikut disajikan distribusi
proporsi masing-masing variabel.
4.2.1 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja
Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Pekerja Pengasah Batu Akik Berdasarkan
Pendidikan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016
Frekuensi
Persen (%)
No. Tingkat Pendidikan
1 SD
7
19,4
2 SMP
18
50,0
3 SMA
11
30,6
Total
36
100,0
Dari hasil penelitian didapat bahwa proporsi tingkat pendidikan pada
kelompok SD yaitu sebanyak 7 orang (19,4%), pada kelompok SMP yaitu
sebanyak 18 orang (50,0%), dan pada kelompok SMA sebanyak 11 orang
(30,6%).
Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Pekerja Pengasah Batu Akik Berdasarkan
Lama Kerja di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016
Frekuensi
Persen (%)
No. Lama Kerja
1 < 1 Tahun
19
52,8
2 > 1 Tahun
17
47,2
Total
36
100,0
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
lama kerja di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa responden
dengan lama kerja < 1 tahun sebanyak 19 orang (52,8%) sedangkan responden
dengan lama kerja > 1 tahun sebanyak 17 orang (47,2%).

Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Pengetahuan
Distribusi proporsi responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Pekerja Pengasah Batu Akik Berdasarkan
Pengetahuan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016
No. Pengetahuan
Frekuensi
Persen (%)
1 Baik
32
88,9
2 Buruk
4
11,1
Total
36
100,0
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
pengetahuan di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa responden
dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 32 orang (88,9%) sedangkan
responden dengan kategori pengetahuan buruk sebanyak 4 orang (11,1%).
4.2.3 Sikap
Distribusi proporsi responden berdasarkan sikap dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Pekerja Pengasah Batu Akik Berdasarkan
Sikap di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016
No. Sikap
Frekuensi
Persen (%)
1 Baik
22
61,1
2 Buruk
14
38,9
Total
36
100,0
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
sikap di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa responden
dengan kategori sikap baik sebanyak 22 orang (61,1%) sedangkan responden
dengan kategori sikap buruk sebanyak 14 orang (38,9%).

Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri
Distribusi proporsi responden berdasarkan pemakaian alat pelindung diri
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Pekerja Pengasah Batu Akik Berdasarkan
Pemakaian Alat pelindung Diri di Kecamatan Medan Sunggal
Tahun 2016
No. Pemakaian APD
Frekuensi
Persen (%)
1 Baik
25
69,4
2 Buruk
11
30,6
Total
36
100,0
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
pemakaian alat pelindung diri di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui
bahwa responden dengan kategori pemakaian alat pelindung diri baik sebanyak 25
orang (69,4%) sedangkan responden dengan kategori pemakaian alat pelindung
diri buruk sebanyak 11 orang (30,6%).
4.2.5 Keluhan Kesehatan
Distribusi proporsi responden berdasarkan pemakaian alat pelindung diri
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Pekerja Pengasah Batu Akik Berdasarkan
Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016
Frekuensi
Persen (%)
No. Keluhan Kesehatan
1 Tidak ada keluhan
27
75,0
2 Ada keluhan
9
25,0
Total
36
100,0
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
keluhan kesehatan di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa
responden yang tidak mengalami keluhan kesehatan sebanyak 27 orang (75,0%)
sedangkan responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 9 orang
(25,0%).

Universitas Sumatera Utara

4.3 Analisis Bivariat
Untuk

mengetahui

hubungan

dua

variabel

yaitu

antara

satu

variabel independen dengan satu variabel dependen maka digunakanlah analisis
bivariat. Pada penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi
square, masing-masing variabel independen dan dependen

yang sudah

dikategorikan diuji apakah ada hubungan antaravariabel dependen pengetahuan,
sikap dan pemakaian APD dengan variabel dependen keluhan kesehatan. Jika
nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Keluhan Kesehatan
Hubungan pengetahuan dengan keluhan kesehatan responden dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan dengan Keluhan kesehatan pada Pekerja
Pengasah Batu Akik di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016
Keluhan Kesehatan
Pengetahuan
Total
P
Tidak ada
Ada
n
%
n
%
Baik
25
69,4
7
19,4
88,9
Buruk
2
5,6
2
5,6
11,1
0,221
Total
27
75,0
9
25,0
100,0
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan keluhan
kesehatan diperoleh data bahwa dari 32 responden dengan kategori pengetahuan
baik terdapat 7 responden (19,4%) yang mengalami gangguan kesehatan,
sedangkan dari 4 responden dengan kategori pengetahuan buruk terdapat 2
responden (5,6%) yang mengalami keluhan kesehatan. Hasil uji statistik chisquare didapat nilai p = 0,221, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan dengan keluhan kesehatan pada pekerja pengasah batu akik di
kecamatan Medan Sunggal tahun 2016.
4.3.2 Hubungan Sikap dengan Keluhan Kesehatan
Hubungan sikap dengan keluhan kesehatan responden dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Hubungan Sikap dengan Keluhan kesehatan pada Pekerja
Pengasah Batu Akik di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016
Keluhan Kesehatan
Tidak ada
Ada
Sikap
Total
P
n
%
n
%
Baik
19
52,8
3
8,3
61,1
Buruk
8
22,2
6
16,7
38,9
0,048
Total
27
75,0
9
25,0
100,0
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara sikap dengan keluhan kesehatan
diperoleh data bahwa dari 22 responden dengan kategori sikap baik, terdapat 3
responden (8,3%) yang mengalami gangguan kesehatan, sedangkan dari 14
responden dengan kategori sikap buruk terdapat 6 responden (38,9%) yang
mengalami keluhan kesehatan. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p =
0,048, artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan keluhan
kesehatan pada pekerja pengasah batu akik di kecamatan Medan Sunggal tahun
2016.
4.3.3 Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Kesehatan
Hubungan pemakaian alat pelindung diri dengan keluhan kesehatan
responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.10 Hubungan Pemakaian APD dengan Keluhan kesehatan pada
Pekerja Pengasah Batu Akik di Kecamatan Medan Sunggal
Tahun 2016
Keluhan Kesehatan
Pemakaian APD
Total
P
Tidak ada
Ada
n
%
n
%
Baik
23
63,9
2
5,6
69,4
Buruk
4
11,1
7
19,4
30,6
0,0001
Total
27
75,0
9
25,0
100,0
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pemakaian alat pelindung diri
dengan keluhan kesehatan diperoleh data bahwa dari 25 responden dengan
kategori pemakaian APD baik, terdapat 2 responden (5,6%) yang mengalami
gangguan kesehatan, sedangkan dari 11 responden dengan kategori pemakaian
APD buruk terdapat 7 responden (19,4%) yang mengalami keluhan kesehatan.
Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,0001, artinya ada hubungan yang
signifikan antara pemakaian APD dengan keluhan kesehatan pada pekerja
pengasah batu akik di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Identitas Responden berdasarkan Pendidikan dan Lama Kerja
Responden dalam penelitian ini adalah pengasah batu akik pada survey
pendahuluan pada tanggal 10 Juni 2016. Jumlah responden dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 36 orang.
Dari hasil penelitian didapat bahwa proporsi tingkat pendidikan pada
kelompok SD yaitu sebanyak 7 orang (19,4%), pada kelompok SMP yaitu
sebanyak 18 orang (50,0%), dan pada kelompok SMA sebanyak 11 orang
(30,6%). Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan
dan Dewi, 2011). Pemahaman responden sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, pendidikan dapat mendewasakan seseorang serta berperilaku baik
sehingga dapat memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat.
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
lama kerja di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa responden
dengan lama kerja < 1 tahun sebanyak 19 orang (52,8%) sedangkan responden
dengan lama kerja > 1 tahun sebanyak 17 orang (47,2%). Semakin lama seseorang
bekerja menjadi pekerja pengasah batu akik maka akan semakin sering terpapar
debu akibat dari kegiatan pengasahan. Hal ini mengakibatkan pekerja dengan
masa kerja yang lebih panjang akan mengalami resiko yang lebih tinggi untuk
44mengalami gangguan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Pengetahuan
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
pengetahuan di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa responden
dengan kategori pengetahuan tahu sebanyak 32 orang (88,9%) sedangkan
responden dengan kategori pengetahuan tidak tahu sebanyak 4 orang (11,1%).
Pengetahuan responden yang sebagian besar sudah baik tidak menjamin seorang
pekerja pengasah batu untuk terbebas dari risiko keluhan kesehatan apabila
tingkat pengetahuan masih pada tahap memahami belum melalui tahap aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi seperti yang dijelaskan oleh Notoatmodjo.
Pengetahuan yang tinggi merupakan sarana yang baik untuk mengubah perilaku,
namun perlu dibarengi dengan niat yang kuat sehingga seorang pekerja akan
bertindak sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Apabila pekerja sudah bekerja
sudah bertindak sesuai dengan tingkat pengetahannya maka risiko terkena keluhan
kesehatan pada pekerja pengasah batu akik akibat proses pengasahan batu akan
dapat diminimalisir.
5.1.3 Sikap
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
sikap di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa responden
dengan kategori sikap tepat sebanyak 22 orang (61,1%) sedangkan responden
dengan kategori sikap tidak tepat sebanyak 14 orang (38,9%). Secara teoritis,
sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap dalam pencegahan keluhan kesehatan akibat
proses pengasahan batu akik akan lebih baik bila berawal dari niat, sehingga dapat

Universitas Sumatera Utara

disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2012).
5.1.4 Pemakaian Alat Pelindung Diri
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
pemakaian alat pelindung diri di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui
bahwa responden dengan kategori pemakaian alat pelindung diri baik sebanyak 25
orang (69,4%) sedangkan responden dengan kategori pemakaian alat pelindung
diri buruk sebanyak 11 orang (30,6%). Seperti diketahui berdasarkan hasil survey
yang dilakukan peneliti masih banyak pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung diri ketikan bekerja, hal ini dikarenakan beberapa sebab. Sebagian
pekerja yang tidak menggunakan APD ketika bekerja merasa tidak nyaman
dengan APD yang digunakan sehingga mengganggu dalam proses pengerjaan batu
akik, sebagian yang lain merasa tidak memerlukan APD karena tidak merasakan
keluhan kesehatan. Pekerja yang bekerja kepada seorang pemilik toko pengasahan
batu tetap tidak menggunakan APD yang telah disediakan karena merasa tidak ada
akibat yang fatal karena proses pekerjaan yang dilakukannya, padahal proses
pengasahan batu dapat menyebabkan pekerja yang melakukannya terkena silikosis
jika terpapar debu batu dalam waktu yang lama.
5.1.5 Keluhan Kesehatan
Dari penelitian didapat bahwa proporsi pengasah batu akik berdasarkan
keluhan kesehatan di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016 diketahui bahwa
responden yang tidak mengalami keluhan kesehatan sebanyak 27 orang (75,0%)
sedangkan responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 9 orang

Universitas Sumatera Utara

(25,0%). Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti terdapat 9 orang yang
mengalami gangguan kesehatan baik gangguan pernapasan maupun gangguan
pendengaran. Dari 9 orang yang mengalami gangguan kesehatan 6 diantaranya
memiliki sikap terhadap keluhan kesehatan dengan kategori baik dan 7 orang
dengan pemakaian APD yang buruk. Hal ini menggambarkan bahwa sikap dan
praktek pemakaian APD yang buruk cukup memengaruhi keluhan kesehatan
yang dialami oleh pekerja pengasaha batu akik di kecamatan Medan Sunggal.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling penting, regulasi dalam
pekerjaan dan kontrol paparan debu harus dijalankan dengan baik. Beberapa
upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD), mengatur waktu kerja dan istirahat dengan baik, membersihkan diri
setelah melakukan kegiatan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala.
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Keluhan Kesehatan Pada Pekerja
Pengasah Batu Akik
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan keluhan
kesehatan diperoleh data bahwa dari 32 responden dengan kategori pengetahuan
baik, terdapat 7 responden (19,4%) yang mengalami gangguan kesehatan,
sedangkan dari 4 responden dengan kategori pengetahuan buruk terdapat 2
responden (5,6%) yang mengalami keluhan kesehatan.
Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,221, artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keluhan kesehatan pada

Universitas Sumatera Utara

pekerja pengasah batu akik di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016. Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan responden tidak memiliki hubungan dengan
keluhan kesehatan yang mereka alami. Pengetahuan yang baik tidak menjamin
pekerja tidak mengalami keluhan kesehatan begitu pula sebaliknya. Pudjowati
(1998) menjelaskan dalam penelitianya bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang
perlu tetapi bukan merupakan faktor yang cukup kuat untuk merubah perilaku,
bahkan tidak jarang mereka yang mempunyai pengetahuan yang tinggi cenderung
bertindak ceroboh, dengan demikian pengetahuan yang tinggi merupakan sarana
yang baik untuk mengubah perilaku, namun perlu dibarengi dengan niat yang kuat
sehingga seorang pekerja akan bertindak sesuai dengan tingkat pengetahuannya.
Hasil ini

tidak sesuai dengan hasil penelitian Khumaidah (2009) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden
dengan gangguan fungsi paru.
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Rogers (1974) menguraikan, seseorang yang berperilaku baru melalui
tahapan-tahapan kesadaran, tertarik, menilai, mencoba, dan mengadopsi perilaku
tersebut sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya.
Lawrence W. Green dalam teorinya juga mengungkapkan bahwa secara
umum perilaku seseorang dilandasi oleh latar belakang yang dimilikinya,
termasuk pengetahuan tentang gangguan kesehatan akibat proses pengasahan
batu. Seseorang yang berpengetahuan tentang tentang gangguan kesehatan akibat
proses pengasahan batu akan mempunyai tingkat pemahaman dan kesadaran

Universitas Sumatera Utara

tentang pencegahan lebih baik, namun jika seseorang yang pengetahuannya
tentang gangguan kesehatan akibat proses pengasahan batu kurang baik maka
tingkat pemahaman dan kesadaran tentang pencegahan pun akan kurang baik.
5.2.2 Hubungan Sikap dengan Keluhan Kesehatan Pada Pekerja Pengasah
Batu Akik
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara sikap dengan keluhan kesehatan
diperoleh data bahwa dari 22 responden dengan kategori sikap tepat, terdapat 3
responden (8,3%) yang mengalami gangguan kesehatan, sedangkan dari 14
responden dengan kategori sikap tidak tepat terdapat 6 responden (38,9%) yang
mengalami keluhan kesehatan. Secara teoritis, sikap merupakan reaksi atau
respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup (Notoatmodjo, 2012). Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau
evaluasi tehadap suatu objek dan kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
Menurut asumsi peneliti, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan
perubahan sikap, karena sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup
dari seseorang, artinya jika pengetahuannya baik belum tentu dibarengi dengan
sikap yang baik karena bisa saja terjadi sebaliknya begitu juga kalau
pengetahuannya kurang belum tentu sikapnya kurang baik bisa saja terjadi
sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,048, artinya ada hubungan
yang signifikan antara sikap dengan keluhan kesehatan pada pekerja pengasah
batu akik di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016. Keluhan kesehatan pada
pekerja pengasah batu akik salah satunya dipengaruhi oleh sikap dimana sikap
belum secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan, terwujudnya suatu sikap
menjadi tindakan perlu adanya faktor pendukung. Dari analisis data penelitian
menunjukkan bahwa pembentukan sikap yang positif terhadap pemakaian perlu
ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap tersebut adalah
dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya APD pada pekerja pengasah
batu akik. Sikap yang positif akan mengahasilkan perilaku yang baik dalam
pencegahan keluhan kesehatan akibat proses pengasahan batu. Adapun kegiatankegiatan yang bisa dilakukan oleh petugas kesehatan bekerjasama dengan pemilik
saung pengasahan batu adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang
penggunaan APD untuk pencegahan dan melakukan pengawasan secara rutin
dilapangan.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden
melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Hubungan Pemakaian APD dengan Keluhan Kesehatan Pada Pekerja
Pengasah Batu Akik
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pemakaian alat pelindung diri
dengan keluhan kesehatan diperoleh data bahwa dari 25 responden dengan
kategori pemakaian APD baik, terdapat 2 responden (5,6%) yang mengalami
gangguan kesehatan, sedangkan dari 11 responden dengan kategori pemakaian
APD buruk terdapat 7 responden (19,4%) yang mengalami keluhan kesehatan.
Hasil uji statistik chi-square didapajt nilai p = 0,0001, artinya ada hubungan yang
signifikan antara pemakaian APD dengan keluhan kesehatan pada pekerja
pengasah batu akik di kecamatan Medan Sunggal tahun 2016.
Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sitepupada warga di desa Rantau Panjang kecamatan Pantai Labukabupaten
Deli Serdang tahun 2010 yang menunjukan bahwa adanya hubungan yang
signifikan

antara

pemakaian

APD

dengan

kejadian

keluhan

kesehatan.Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti terdapat 9 orang yang
mengalami gangguan kesehatan baik gangguan pernapasan maupun gangguan
pendengaran. 9 orang yang mengalami gangguan kesehatan 6 diantaranya
memiliki sikap terhadap keluhan kesehatan dengan kategori tidak tepat dan 7
orang dengan pemakaian APD yang buruk. Hal ini menggambarkan bahwa sikap
dan praktek pemakaian APD yang buruk cukup memengaruhi keluhan kesehatan
yang dialami oleh pekerja pengasaha batu akik di kecamatan Medan Sunggal.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling penting, regulasi dalam
pekerjaan dan kontrol paparan debu harus dijalankan dengan baik. Beberapa

Universitas Sumatera Utara

upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD), mengatur waktu kerja dan istirahat dengan baik, membersihkan diri
setelah melakukan kegiatan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala.
Hasil pengamatan di lapangan secara teori responden memiliki
pengetahuan yang baik tentang prosedur pengasahan batu, namun pada
penerapannya masih banyak responden dalam melakukan pekerjaan yang
mengabaikan tentang penggunaan alat pelindung diri. Beberapa juga yang merasa
bahwa secara praktek mereka memiliki keterampilan yang baik, namun untuk
mengikuti aturan prosedur kerja (penggunaan APD) sulit untuk terwujudkan
karena pekerja merasa tidak nyaman menggunakannya bahkan ketika alat
pelindung diri sudah disediakan. Sejalan dengan hal tersebut, Zulliyanti (2011)
dalam penelitiannya tentang pengaruh perilaku pekerja terhadap penerapan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja menunjukkan bahwa jika tindakan
pekerja baik (menggunakan APD), maka penerapan MK3 semakin menguat 31
kali, dibandingkan tindakan pekerja yang kurang baik.
Penggunaan APD sangat penting bagi pekerja pengasah batu akik karena
debu yang dihasilkan selama proses pengasahan dapat mengganggu kondisi
kesehatan bila terhirup oleh tubuh, sedangkan suara bising yang melampaui
ambang batas yang dihasilkan mesin asah batu dapat mengganggu pendengaran
pekerja sehingga seharusnya pekerja menggunakan alat pelndung diri selama
proses pengasahan batu yaitu masker dan earplug untuk meminimalisir keluhan
kesehatan yang dapat ditimbulkan selama proses pengasahan batu akik.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan :
4.

Tidak terdapat hubungan pengetahuan pengasah batu akik terhadap
terjadinya keluhan kesehatan karena nilai p = 0,221.

5.

Terdapat hubungan sikap pengasah batu akik terhadap terjadinya keluhan
kesehatan karena nilai p = 0,048.

6.

Terdapat hubungan pengunaan Alat Pelindung Diri pengasah batu akik
terhadap terjadinya keluhan kesehatan karena nialai p= 0,001.

6.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan perlu melakukan kerjasama dengan pemilik usaha
pengasah batu akik dalam rangka memberikan penyuluhan tentang
penggunaan APD karena dengan adanya penyuluhan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pekerja tentang manfaat penggunaan APD
sehingga dapat merubah sikap guna mengurangi faktor risiko penyebab
terjadinya keluhan kesehatan akibat proses pengasahan batu.
2. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan pemeriksaan fungsi paru
pada pekerja sehubungan dengan paparan debu yang berasal dari aktifitas
pengasahan batu di kecamatan Medan Sunggal sehingga dapat diambil
tindakan terhadap kemungkinan akibat yang akan timbul.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

3 64 79

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA Hubungan Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Weaving Di Pt Delta Merlin

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM.

0 4 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM.

1 5 16

Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

0 0 15

Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

0 0 7

Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

0 1 22

Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Pengetahuan Sikap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Pengasah Batu Akik Terhadap Terjadinya Keluhan Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

0 0 10