Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

(1)

PERILAKU KEPATUHAN PETUGAS KESEHATAN DALAM

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP

PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKI TUBERKULOSISI

PARU DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

Dr. H. YULIDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2012

OLEH :

071000280

SUKARDI.S

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PERILAKU KEPATUHAN PETUGAS KESEHATAN DALAM

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP

PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

PARU DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

Dr.H. YULIDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

071000280

SUKARDI S

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PERILAKU KEPATUHAN PETUGAS KESEHATAN DALAM

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP

PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

PARU DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM

Dr. H. YULIDIN AWAY TAPAKTUAN KABUPATEN

ACEH SELATAN

TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM 071000280

SUKARDI

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Sripsi

Pada Tanggal 09 Pebruari 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Eddy Syahrial, MS.

NIP. 195907131987031001 NIP. 196110241990031003

Drs. Tukiman, MKM

Penguji II Penguji III

Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes.

NIP. 196206041992031001 NIP. 196712191993031001

Dr.Drs.R.KintokoRochadi,MKM

Medan, Juni 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan

NIP. 196108311989031001

Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Salah satu visi atau gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah terciptanya perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 yang bersifat positif untuk memelihara dan meningkatkan kesadaran, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri sendiri dar ancaman penyakit atau berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, ini semua teidak terlepas dalam perilaku petugas terhadap pemakaian alat pelindung diri, agar tidak terpapar nantinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan 2011. Jenis penelitian adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah seluruh petugas kesehatan yang menangani penyakit Tuberkulosis yang sebanyak 35 orang, dan semuanya menjadi sampel yang disebut total sampling yaitu sebanyak 35 orang. Data yang dikumpulkan diolah secara kompeterisasi dengan menggunakan SPSS versi 12.0. dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar petugas kesehatan memiliki karakteristik : umur dibawah 31 tahun ada 25 orang (71,4%), umur diatas 32 tahun ada 10 orang (28,6%); Pendidikan D3 Keperawatan paling banyak adalah 34 orang (97,1%), dan S1 hanya ada 1 orang (2,9%); Jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki sebesar 21 orang (60%), dan perempuan ada 14 orang (40%); Status pekerjaan yang paling banyak adalah Pegawai Negeri Sipil sebesar 19 orang (54,3%), dan Honorer ada 16 orang (45,7%); Masa kerja yang paling tinggi adalah dibawah 5 tahun sebesar 18 orang (51,4%), dan diatas 5 tahun ada 17 orang (48,6%); Pengetahuan responden paling tinggi adalah kurang sebesar 20 orang (57,1%), sedang ada 15 orang (42,9%); Sikap seluruhnya mempunyai katagori baik 35 orang (100%); Tindakan yang paling tinggi adalah kurang 23 orang (65,7%), dan sedang ada 12 orang (34,3%); Kepatuhan yang paling tinggi adalahh tidak patuh 21 orang (60%), dan kurang patuh ada 14 orang (40%),

Disarankan bagi pihak rumah sakit umum dr. H. Yulidin Away selalu mengadakan pelatihan-pelatihan, dan control untuk pemakaian alat pelindung diri, dan memberikan sangsi bagi petugas yang tidak patuh.

Kata Kunci :

Perilaku Petugas, Kesehatan Masyarakat, Alat Pelindung Diri.


(5)

ABSTRAC

Wrong one vision or picture of the state of Indonesia in the future to be achieved through behavioral health development is the creation of healthy people of Indonesia in 2010 which bersifet proactives to maintain and increase awerness, preven the risk of disease, protect them selves from the threat of disease as well as actively participate in community health movement, this all can not be separated with the officers behavior towards the use of personal protective equipment, so as not contagious gern later.

The research objective was to determine the picture of health compliance behavior in the use of personal protective equipment to prevent transmission of disease pulmonary Tuberculosis in the Room of the General Hospital inpatient dr.H. Away Yulidin Tapatuan 2011. Kind researchis descriptive research with quantitative approach. The population is the entire health care workers who deal with tuberculosis who were35 people, and that 35 people called the direct sampled a total population of 35 people. Data collected computerized processed using SPSS version 12.0. and presented in the form frequency diatribution. Table.

Survey results revealed thet most health workers have the characteristics age under 31 years 25 people (71,4%), age over 32 years there are 10 people (28,6%); D3 nursing education at most by 34 people (97,1%), and S1 there is only 1 person (2,9%); sex the most are the men by 21 people (60%), and the women there were 14 people (40%), current employment sattus is at most the Civil Service by 19 people (54,3%). And Honorer there are 16 people (45,7%); The kingdomof the most high is under 5 years old by 18 people (51,4%), and above 5 years there were 17 people (48,6%); While there are 15 people (42,9%); Attitude of all categoris have a good 35 people (100%), the highest action is less 23 people (65,7%), and was12 (34,3%); Compliance is heighest are not obedient 21 people (60%), and less adherent, there were 14 (40%).

It is recommended for the general hospital dr. H. Away Yulidin for conduct training, control for the use of personal protective equipment, and provides sanctions for officers who are not obident.

Keyword: Officers behavior, health soceaty, personal protective Equipment.


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Sukardi. S.

Tempat/Tanggal Lahir : Kampung Paya/04 Nopember 1974 Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 3 orang

Alamat Rumah : Jln. TB Mahmud no. 90 Desa Gunung Kerambi Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

Alamat Kantor : Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Aceh

Riwayat Pendidikan : 1. SD Kampung Paya Tahun 1982-1988 2. SMP Kota Fajar Tahun 1988-1991 3. SMA 2 Tapaktuan Tahun1991-1994 4. Akper DepkES Banda Aceh Tahun 1994-

1998

5. FKM-USU Tahun 2007-2012

Riwayat Pekerjaan : 1. Staf Rumah Sakit Umum dr.H. Yulidin Away Tapaktuan Tahun 1999-2006 : 2. Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2007- sampai sekarang


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta selawat dan salam bagi Rasullullah SAW keluarga dan para sahabat karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelaesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dam Penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada tahun 2012.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak DR. Drs. Surya Utama, MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasSumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku kepala bagian Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku dan juga sebagai pembimbing II.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial selaku Sekretaris Departemen Pendidikan Ksehatan dan Ilmu Perilku sekaligus menjadi Pembimbing I.

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes. sebagai penguji I. 5. Bapak DR. Drs. R. Kintoko Rochadi.MKM, selaku penguji II. 6. Ibuk Drs. Jumirah, Apt.M.Kes. Selaku pembimbing Akademik. 7. Seluruh Staf Pengajar FKM USU.

8. Bapak Dr. Akmal Jawardi, selaku Direktur Rumah Sakit dr. Yulidin Away Tapaktuan beserta staf yang telah banyak membantu saya selama ini. 9. Istri tercinta Suriyanti dan anak-anak tersayang yang selalu tabah dan

selalu memberikan dukungan dan doa sehingga penulis bias selesai. 10.Teman-teman di satu peminatan yaitu bagian PKIP, dan semua yang

terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan hidayahnya pada Kita semua, akhir kata penulis berharap Skripsi ini bias bermanfaat bagi pembaca.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ………. ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……… iii

KATA PENGANTAR ………. Iv DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 5

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 5

1.3.1. Tujuan Umum ……….. 5

1.3.2. Tujuan Khusus ………. 5

1.4. Manfaat Penelitian ………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 8

2.1 Konsep Perilaku ………. 8

2.2. Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan ………... 9

2.2.1. Pengetahuan (Knowledge) ……….. 9

2.2.2. Sikap (Attitude) ……….. 11

2.2.3. Tindakan (Practice) ……… 13

2.3. Perilaku Kesehatan ……… 14

2.4. Konsep Kepatuhan ………. 16

2.4.1. Tingkat Kepatuhan ……….. 16

2.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak patuhan ……….. 16

2.5. Konsep Sehat dan Sakit ……….. 17

2.6. Penyakit Tuberkulosis ……… 18

2.6.1. Definisi TBC Paru……… 18

` 2.6.2. Penyebab Penyakit TBC Paru ………. 18

2.6.3. Penyebaran Kuman TBC Paru ……… 19


(9)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ………. 29

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ……….. 29

3.3. Populasi Dan Sampel ……….. 29

3.3.1. Populasi ……… 29

3.3.2. Sampel ……….. 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ………. 30

3.4.1. Data Primer ………... 30

3.4.2. Data Sekunder ……….. 30

3.5. Definisi Operasional ……….. 30

3.6. Aspek pengukuran Dan Instrumen ………. 31

3.6.1. Aspek pengukuran ……….. 31

3.6.2. Instrumen ……… 34

3.7. Teknik Analisa Dan Pengolahan data ……… 34

3.7.1. Teknik Analisa Data ………. 34

3.7.2. Teknik Pengolahan data ……… 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 35

4.1.1. Letak Geografis Rumah Sakit Umum dr.H.Yulidin Away …35 4.1.2. Keadaan Umum Rumah Sakit dr. H. Yulidin Away ………. 35

4.1.3. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit ……….35

4.2. Karakteristik Responden……….. 37

4.2.1. Umur ………. 37

4.2.2. Pendidikan ……… 37

4.2.3. Jenis Kelamin ……….38

4.2.4. Status Pekerjaan ……… 38

4.2.5. Masa Kerja ……….. .38

4.3. Sikap, Tindakan, Dan Kepatuhan Responden ………. 39

4.3.1. Sikap Responden ………. 39

4.3.2. Tindakan Responden ……… 39

4.3.3. Kepatuhan Responden ………. 41


(10)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden ……….. 46

5.1.1. Umur ………. 46

5.1.2. Pendidikan ……… 46

5.1.3. Status pekerjaan ……… 47

5.1.4. Masa Kerja ……… 47

5.1.5. Sikap ………. 47

5.1.6. Tindakan ……… 49

5.1.7. Instruksi ……… 50

5.1.8. Interaksi ……… 50

5.1.9. Isolasi ……… 50

5.1.10 Motivasi ……….. 51

5.1.11.Kepatuhan ……….. 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……… 53

6.2. Saran ……….. 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ;

Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 2. Master Data Lampiran 3. Hasil Olah Data Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai penelitian

5092. 5142. 5192. 1592.


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Petugas

Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr

H. Yulidin Away Tapaktuan tahun 2012………37

Tabel 4.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan pada petu

Gas Kesehatan di Ruang Inap Rumah Sakit Umum

dr. H. Yulidin Away Tapaktuan tahun 2012………37 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan jenis Kelamin pada Petugas

Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah sakit Umum dr. H. Yuli Din Away Tapaktuan tahun 2012………..38 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Status pekerjaan pada Petugas

Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah sakit Umum dr. H. Yuli Din Away tahun 2012………38 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada petugas Kese

Hatan di Ruang rawat Inap Rumah sakit Umum dr. H. Yulidin Away tahun 2012 ………..38 Tabel 4.6. Distribusi Responden Petugas Kesehatan Terhadap Alat pelindung

Diri Dalam pencegahan Penularan penyakit Tuberkulosis paru di Ruang Rawat inap Rumah sakit Umum dr.H. Yulidin Away Tapak Tuan tahun 2012………39 Tabel 4.7. Distribusi Tindakan Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Penula

Ran Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap rumah sakit Umum dr.H. Yulidin away tahun 2012………39 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan pada petugas

Kesehatan di Ruang rawat Inap Rumah sakit Umum dr.H. Yulidin Away Tapaktuan tahun 2012 ………40 Tabel 4.9. Distribusi Kepatuhan Petugas Kesehatan Tentang Alat Pelindung

Diri Terhadap Pencegahan Penularan penyakit Tuberkulosis Paru Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr.H. Yulidin Away Tapaktuan tahun 2012………41 Tabel 4.10. Distribusi Kepatuhan petugas Kesehatan Tentang alat pelindung

Diri Terhadap pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosisi Paru Berdasarkan Interaksi di Rumah sakit Umum dr. H. Yulidin Away Tapaktuan tahun 2012………42


(12)

Tabel 4.11. Distribusi Tingkat Kepatuhan Petugas Kesehatan Berdasarkan Instruksi di Rumah sakit Umum dr.H. Yulidin Away Tapaktuan Tahun 2012 ………42 Tabel 4.12. Distribusi Tingkat Kepatuhan Petugas Kesehatan Berdasarkan Iso

Lasi di Rumah sakit Umum dr.H. Yulidin Away Tapaktuan tahun 2012 ……… 43 Tabel 4.13. Distribusi Tingkat Kepatuhan Petugas Kesehatan Berdasarkan

Motivasi di Rumah sakit umum dr.H. yulidin away Tapaktuan Tahun 2012………43 Tabel 4.14. Distribusi Tingkat kepatuhan Petugas kesehatan Dalam Pengguna

Alat pelindung Diri di Rumah sakit Umum dr.H. Yulidin Away Tahun 2012………44


(13)

ABSTRAK

Salah satu visi atau gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah terciptanya perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 yang bersifat positif untuk memelihara dan meningkatkan kesadaran, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri sendiri dar ancaman penyakit atau berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, ini semua teidak terlepas dalam perilaku petugas terhadap pemakaian alat pelindung diri, agar tidak terpapar nantinya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan 2011. Jenis penelitian adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah seluruh petugas kesehatan yang menangani penyakit Tuberkulosis yang sebanyak 35 orang, dan semuanya menjadi sampel yang disebut total sampling yaitu sebanyak 35 orang. Data yang dikumpulkan diolah secara kompeterisasi dengan menggunakan SPSS versi 12.0. dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar petugas kesehatan memiliki karakteristik : umur dibawah 31 tahun ada 25 orang (71,4%), umur diatas 32 tahun ada 10 orang (28,6%); Pendidikan D3 Keperawatan paling banyak adalah 34 orang (97,1%), dan S1 hanya ada 1 orang (2,9%); Jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki sebesar 21 orang (60%), dan perempuan ada 14 orang (40%); Status pekerjaan yang paling banyak adalah Pegawai Negeri Sipil sebesar 19 orang (54,3%), dan Honorer ada 16 orang (45,7%); Masa kerja yang paling tinggi adalah dibawah 5 tahun sebesar 18 orang (51,4%), dan diatas 5 tahun ada 17 orang (48,6%); Pengetahuan responden paling tinggi adalah kurang sebesar 20 orang (57,1%), sedang ada 15 orang (42,9%); Sikap seluruhnya mempunyai katagori baik 35 orang (100%); Tindakan yang paling tinggi adalah kurang 23 orang (65,7%), dan sedang ada 12 orang (34,3%); Kepatuhan yang paling tinggi adalahh tidak patuh 21 orang (60%), dan kurang patuh ada 14 orang (40%),

Disarankan bagi pihak rumah sakit umum dr. H. Yulidin Away selalu mengadakan pelatihan-pelatihan, dan control untuk pemakaian alat pelindung diri, dan memberikan sangsi bagi petugas yang tidak patuh.

Kata Kunci :

Perilaku Petugas, Kesehatan Masyarakat, Alat Pelindung Diri.


(14)

ABSTRAC

Wrong one vision or picture of the state of Indonesia in the future to be achieved through behavioral health development is the creation of healthy people of Indonesia in 2010 which bersifet proactives to maintain and increase awerness, preven the risk of disease, protect them selves from the threat of disease as well as actively participate in community health movement, this all can not be separated with the officers behavior towards the use of personal protective equipment, so as not contagious gern later.

The research objective was to determine the picture of health compliance behavior in the use of personal protective equipment to prevent transmission of disease pulmonary Tuberculosis in the Room of the General Hospital inpatient dr.H. Away Yulidin Tapatuan 2011. Kind researchis descriptive research with quantitative approach. The population is the entire health care workers who deal with tuberculosis who were35 people, and that 35 people called the direct sampled a total population of 35 people. Data collected computerized processed using SPSS version 12.0. and presented in the form frequency diatribution. Table.

Survey results revealed thet most health workers have the characteristics age under 31 years 25 people (71,4%), age over 32 years there are 10 people (28,6%); D3 nursing education at most by 34 people (97,1%), and S1 there is only 1 person (2,9%); sex the most are the men by 21 people (60%), and the women there were 14 people (40%), current employment sattus is at most the Civil Service by 19 people (54,3%). And Honorer there are 16 people (45,7%); The kingdomof the most high is under 5 years old by 18 people (51,4%), and above 5 years there were 17 people (48,6%); While there are 15 people (42,9%); Attitude of all categoris have a good 35 people (100%), the highest action is less 23 people (65,7%), and was12 (34,3%); Compliance is heighest are not obedient 21 people (60%), and less adherent, there were 14 (40%).

It is recommended for the general hospital dr. H. Away Yulidin for conduct training, control for the use of personal protective equipment, and provides sanctions for officers who are not obident.

Keyword: Officers behavior, health soceaty, personal protective Equipment.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Salah satu visi atau gambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah terciptanya perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesadaran, mencegah resiko terjadinya penyakir, melindungi diri dar ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.(DepKes RI,1999)

Janz, et al (2002), merumuskan hipotesis yang paling banyak diterima adalah frekwensi perilaku ditentukan oleh akibat-akibatnya. Antara perilaku dan kegunaannya, diharapkan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku itu akan terulang secara terus menerus. Perilaku-perilaku seperti ini yang diharapkan adalah : mereka bekerja dalam lingkungan untuk membawa perubahan yang dihasilkan dari penghargaan dan penguatan. Dalam ini, tidak ada konsep mentalis seperti pemikiran atau pertimbangan diminta untuk menjelaskan perilaku. Sedangkan teori kognitif, menekankan peran hipotesis subjektif dan dugaan yang sesuai dengan subjeknya.

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberkulosis, penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Pada tahun 1993 WHO mencanangkan kesehatan global penyakit TBC, karena pada sebagian besar negara di dunia penyakit TBC tidak terkendali ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil di sembuhkan.


(16)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002 mengatakan diperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC, dengan kematian karena TBC sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita paru TBC, paru BTA positip. (Depkes, RI, 2002).

Di Indonesia walaupun program pemberantasan tuberkulosis telah dilaksanakan sejak awal pelita I (1969), tetapi belum memberikan hasil yang bermakna. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 ternyata tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovasculer dan merupakan penyebab kematian nomor 1 dari golongan penyakit infeksi (Ditjen PPN dan PLP, modul 1, 1992).

Pedoman Nasional Penanggulangan tuberkulosis mempunyuai visi dan misi serta tujuan dan target.

Visi.

Masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat di mana tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Misi.

− Menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan yang bermutu, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena TB.

− Menurunkan resiko penularan TB.


(17)

Target

Target program penanggulangan TB adalah tercapainya penemuan pasian baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai tujuan millennium development goals (MDGs) pada trahun 2015.(DepKes RI,2002).

Hasil penelitian Lindrawaty (2002) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung Padang, dengan kesimpulan antara lain adalah masih kurangnya tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan penderita tuberkulosis paru di asumsikan berkaitan dengan masih rendahnya penyuluhan dari Tenaga Kesehatan.

Di Kabupaten Aceh Selatan, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan (2009) dalam kurun waktu tahun 2007 sampai 2009 terjadi kasus dengan BTA positif sebagai berikut : tahun 2007 ditemukan BTA positif sebanyak 354 orang, tahun 2008 ditemukan kasus BTA positif 372 orang, dan. tahun 2009 ditemukan BTA positif 416 orang.

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang berpenduduk 220.443 orang yang mempunyai penderita Tuberkulosis paru selalu meningkat setiap tahunnya.Rumah Sakit dr.H. yulidin Away TBC merupakan penyakit tertinggi dari 10 penyakit terbesar, dalam laporan hasil triwulan pada rumah sakit dr.H.Yuliddin Away adalah sebagai berikut : Triwulan pertama jumlah kasus 63 orang, triwulam ke 2 jumlah kasus 66, triwulam ke 3 jumlah kasus 67 orang, triwulam ke 4 jumlah kasus 58 orang pada than 2010, sedangkan 2011 triwulan ke 1 jumlah kasus 68.


(18)

Penyakit TBC merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Cara penularan TBC adalah pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet( percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui system peredaran darah, system saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KepMenKes), 2007. Setiap petugas harus memakai alat pelindung diri dalam pelaksanaan untuk menangani penderita TBC.

Peraturan Tetap (Protap) di Rumah sakit, telah dibuat edaran oleh Direktur Rumah sakit Yilidin Away kepada semua petugas kesehatan, agar mempergunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker.

Hasil Penelitian Maulida Noorfianti (2010) di Yokyakarta, dalam kecelakan kerja akibat tidak memakai alat pelindung diri cukup tinggi yaitu 93,55%.

Berdasarkan pengamatan peneliti melalui observasi awal para petugas dan melaku kan wawancara dengan beberapa petugas mereka kurang perduli terhadap penularan tersebut bahkan tidak ada pelindung diri seperti masker, dan sarung tangan , dan masalah alat pelindung diri tidak selalu ada ini akan mengakibat kan


(19)

penularan pada petugas walaupun data belum ada menunjukkan penularan namun lambat laun akan bisa terpapar bagi petugas nantinya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu : "Gambaran Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dalam Penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan 2011

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui "Gambaran Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan Dalam Penggunaan alat pelindung diri terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat inap Rumah Sakit Umum dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan 2011

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Petugas Kesehatan dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawai inap Rumah Sakit Umum dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap Petugas Kesehatan dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan Petugas Kesehatan dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang rawat Inap


(20)

Rumah Sakit Umum dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan.

4. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas dalam penggunaan alat pelindung diri dalam pencegahan penyakit TBC

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian tentang "Gambaran Perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan 2011" adalah

1. Diharapkan agar menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan untuk memberi penyuluhan tentang penularan dan penanggulangan Tuberkulosis paru, khususnya bagian P2M.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan seluruh Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dapat menambah informasi tentang penularan dan penanggulangan Tuberkulosis paru.

3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan seluruh Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dapat mengetahui tindakan pencegahan penularan Tuberkulosis paru.

4. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti untuk dapat menambah wawasan dan menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisms (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulal dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karma mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dan yang dimaksud dengan perilaku pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berbicara, berjalan, menangis, tertawa, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah sernua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), Green mencoba menganalisis prilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang ,atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor dari luar perilaku (non behavior causes) selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

a. Faktor Predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor Pendukung (enabling fakcor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan.


(22)

Faktor Pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap, dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2003)

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosa perilaku adalah konsep dari Green yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, seperti berikut :

Keturunan

Pelayanan kesehatan Statuskesehatan Lingkungan

Perilaku

Proses pertumbuhan

"Hubungan status kesehatan dan perilaku"

2.2 Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tabu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera. penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mats dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Predisposing factor (Pengetahuan, sikap, Kepercayaan, tradisi,

nilai, dsb.)

Reinforcing Factor (Sikap dan perilaku,

petugas) Enabling Factor

Ketersediaan sumber /fasilitas


(23)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam Domain Kognitif mempunyai enam (6) tingkatan, yaitu

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi, yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (conferhension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu, objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sarna, lain.

5. Sintetis (sintetys)

Sintetis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation)


(24)

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu. 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek), misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespons (responding)


(25)

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu yang indikasi dari sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuating)

Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk menger akan atau mendiskusikan suatu masalah, merupakan indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

Fungsi sikap dibagi dalam empat golongan, yaitu : 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri

Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan kelompok lain. Oleh karena itu anggota-angola kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya.

2. Sebagai alat pengatur waktu

Tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada


(26)

pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umurnya tidak diberi reaksi spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang tersebut. Antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan atau penilaian terhadap perangsang tersebut bukanlah hal yang dapat berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita sesorang, tujuan hidup, peraturan-peraturan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan sesorang, dan lain sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

Manusia di dalam menerima pengalaman dan dunia luar, sikapnya tidak pasif tetapi menerima secara aktif artinya bahwa semua pengalaman yang berasal dari luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi harus memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu, jadi semua pengalam tersebut diberi nilai, kemudian dipilih. Pemilihan tersebut ditentukan atas tinjauan apakah pengalaman tersebut mempunyai arti baginya atau tidak. Manusia setiap saat mengadakan pilihan pilihan. Tanpa pengalaman tidak ada keputusan dan tidak dapat melakukan perbuatan. Apabila manusia tidak dapat memilih ketentuan ketentuan dengan pasti akan terjadi kekacauan.

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, ini sebabnya sikap tidak pernah terpisah dari kepribadian yang mendukungnya. Dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut (Ahmadi, 1991).


(27)

2.2.3 Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak-pihak lain.

Selanjutnya tingkat-tingkat tindakan secara teoritis adalah :

1. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided respons), dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, sesuai dengan contoh adalah merupakan praktik indikator tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasan maka is sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

4. Adaptasi (adaptation), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang baik, artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau beberapa bulan yang lalu, pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responder.


(28)

2.3. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisms) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman Berta lingkungan, atau reaksi manusia baik bersifat pasif maupun bersifat aktif Dengan demikian perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance) ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health promotion behavior)

b. Perilaku pencegahan dan penyembuhan penyakit (Health prevention behavior)

c. Perilaku terhadap gizi makanan dan minuman (Health nutrition behavior) 2. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior)

3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (Environmental health behavior)

Menurut pendapat Sadli (1982) dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial yang. Saling mempengaruhi, yakni :

1. Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang erat kaitannya dengan lingkungan.

2. Lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan.

3. Lingkungan terbatas, tradisi, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan.


(29)

4. Lingkungan umum, kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

2.4 Konsep Kepatuhan

Pengertian kepatuhan menurut Sockett yang dikutip oleh Neil Niven (2000) bahwa kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.orang mematuhi perintah dari orang yang mempunyai kekuasaan bukan hal yang mengherankan karena ketidakpatuhan sering kali di ikuti dengan beberapa bentuk hukuman,meskipun demikian yang menarik adalah pengaruh dari orang yang tidak mempunyai kekuasaan dalam membuat orang mematuhi perintahnya dan sampai sejauh mana kesediaan orang untuk mematuhinya.

2.4.1Tingkat kepatuhan

Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif, jangka panjang dan jangka pendek.Sacket and Snow yang dikutip oleh Niven(2000)menemukan bahwa ketaatan terhadap 10 hari jadwal pengobatan sejumlah 70-adalah pencegahan.Kegagalan untuk mengikuti jangka panjang,yang bukan dalam kondisi akut,dimana derajat ketidakpatuhannya rata rata 50% dan derajat tersebut bertambah buruk sesuai waktu.

2.4.2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpetuhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menurut Niven (2000) antara lain adalah :

1. Pemahaman tentang intruksi.

Tidak seorangpun dapat mematuhu intruksi jika dia salah paham tentang intruksi yang diberikan.


(30)

2. Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajad kesehatan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan bersikap ramah dan memberikan informasi dengan singkat dan jelas.

3. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan program pengobatan yang dapat mereka terima.

4. Motivasi

Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri, keluarga, teman, petugas kesehatan, dan lingkungan sekitarnya.

5. Pengetahuan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin besar kemungkinan untuk patuh pada suatu program pengobatan.

2.5 Konsep Sehat-Sakit

Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medic yang objektif berdasarkan symptom yang tampak gone mendiagnosa kondisi fisik seseorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang Sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. Kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab die tidak merasa mengidap penyakit. Atau jika si individu merasa,


(31)

bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk halus, maka is akan memilih untuk berobat pada. "orang pandai" yang dianggap mampu mengusir makhluk halos tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang (Sarwono, 1997).

2.6 Penyakit TBC (Tuberkulosis) Paru 2.6.1 Defenisi

TBC (Tuberkulosis) paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit infeksi terpenting setelah penyakit malaria.

Sebagian besar basil Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui udara yang terhirup, dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon. Pada stadium permulaan, setelah pembentukan fokus primer, akan terjadi beberapa kemungkinan

1. Penyebaran bronkogen 2. Penyebaran limfogen 3. Penyebaran hematogen

Keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat. Penyebaran akan berhenti bila jumlah kuman yang masuk sedikit dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap hasil tuberkulosis. Tetapi bila jumlah basil tuberkulosis yang masuk ke dalam saluran pernapasan cukup banyak, maka akan terjadi tuberkulosis

milier atau tuberkulosis meningitis (Alsagaff, 2005).

2.6.2 Penyebab Penyakit TBC Paru


(32)

Tuberkulosis Para ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah suatu basil yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob, panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung (sinar ultraviolet), dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant (tertidur lama) selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh lemah (Alsagaff, 2005).

2.6.3 Penyebaran Kuman TBC Paru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah 1. Harus ada sumber infeksi

- Penderita dengan kasus terbuka- Hewan yang menderita tuberkulosis (walaupun jarang ada)

1.Jumlah basil sebagai penyebab infeksi harus cukup. 1.Virulensi yang tinggi dari hasil tuberkulosis.

1. Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan hash ‘berkembang biak dan keadaan ini menyebabkan timbulnya penyakit tuberkulosis

paru (Alsagaff, 2005).

Sumber penularan adalah penderita TB Paru. BTA positif yang menularkan basil mycobacterium tuberculosis melalui batuk atau bersin. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke


(33)

udara dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup, ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung bagian-bagian tubuh lainnya (Alsagaff, 2005).

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular (Dep.KesRI, 2002).

Sesuai dengan sifat proses perkembangan penyakit TB yang menular melalui pereikan sputum atau infeksi melalui debu, maka paru adalah organ yang pada umurnya pertama kali berhubungan dengan kuman TB. Sebagai produk mekanisme pertahanan paru, sputum merupakan bahan yang menjadi patokan dalam penatalaksanaan penyakit TB secara luas (Faizal, dkk., 1992).

Pemeriksaan bakteriologik sputum TB sekalipun sederhana dan murah dewasa ini masih kurang disadari.arti dan manfaatnya.

2.6.4 Diagnosa TBC (Tuberkulosis) Paru

Diagnosa penyakit TBC Paru dapat dilakukan dengan cars 1.Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

2. Pemeriksaan Foto Toraks


(34)

Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu yang arnat penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen hasilnya positif (Dep.Kes RI, 2002).

Tujuan pemeriksaan dahak adalah untuk menegakkan diagnosis dan menentukan klasifikasi/tipe penyakit, menilai kemajuan pengobatan dan untuk menentukan tingkat penularan. Pemeriksaan dilakukan pada penderita

Tuberkulosis Paru dan suspek Tuberkulosis.

Pengambilan spesimen dahak yaitu : (Dep.Kes RI, 2002)

a. S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek datang berkunjung pertarma kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak hari kedua.

b.P (Pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (Unit Pelayanan Kesehatan).

c.S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak pagi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Tuberkulosis Paru dibagi dalam : a. Tuberkulosis Paru BTA Positif

i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif.

ii. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif


(35)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA Negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif ditentukan oleh dokter, selanjutnya dibagi menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran luas kerusakan paru pada foto rontgen dan melihat kepada keadaan Harus penderita yang buruk. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai

2.Pemeriksaan Foto Toraks

Tidak dibenarkan mendiagnosa penyakit TBC Paru hanya dengan berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TBC Paru (Din.Kes Provinsi SU, 2007). Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai berikut :

1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

2. Mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (Din.Kes Provinsi SU, 2007).

2.6.5 Gejala TBC (Tuberkulosis) Paru

Gambaran klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi atas dua golongan, yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik (Faizal, dkk.,1992).

A. Gejala Respiratorik

Gejala Respiratorik seperti 1. Batuk

Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau, lebih. Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif yang berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan.


(36)

2.Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian dapat bercampur dengan darah.

3. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat banyak. Kehilangan darah yang banyak kadang akan mengakibatkan kematian yang cepat.

4. Sesak Nafas

Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi tuberkulosis paru.

5. Nyeri Dada

Nyeri kadang berupa, nyeri menetap yang ringan. Kadang-kadang lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot karena batuk (Faizal, dkk.,1992).

B. Gejala Sistemik

Gejala sistemik merupakan gejala selain gejala respiratorik yang dijumpai pada penderita tuberkulosis paru antara lain badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malatse), berkeringat pada malam hari walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

Setiap penderita yang mempunyai gejala tersebut diatas disebut sebagai "suspek tuberkulosis" atau tersangka penderita TBC (Tuberkulosis) Paru perlu mendapat pemeriksaan secara mikroskopis langsung.


(37)

Bila menderita satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut di atas, dapat memeriksakan diri ke Puskesmas, Balat pengobatan, klinik PPTI setempat, Dokter Umum atau Dokter spesialis paru (PPTI, 1999).

2.6.6 Tipe Penderita TBC (Tuberculosis) Paru

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pende rita yaitu: (Dep.Kes RI, 2002)

a. Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

b. Kambuh (Relaps)

Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

c. Pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten tersebut. Penderita pindahan tersebut harus membawa Surat rujukan/pindah (Form TB. 09). d. Setelah Lalat (Pengobatan setelah default/drop out)

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif

e. Lain-lain 1). Gagal


(38)

Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih. Adalah penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhiri bulan ke 2 pengobatan.

2). Kasus Kroni

Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 (Faizal, dkk., 1992).

2.6.7 Riwayat Terjadinya Tuberkulosis. 1. Infeksi Primer

Tuberkulosis paru primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah mempunyai kekebalan yang spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana.

Kelanjutan dari infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis. Meskipun demikian, ada beberapa, kuman akan menetap sebagai kuman persivten atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan sekitar


(39)

6 bulan (Dep.Kes RI, 2002).

2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBQ)

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar (eksogen) yaitu infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam (endogeny yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan proses lama yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif kembali, misalnya karena daya, tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk (Dep.Kes RI, 2002).

2.6.8 Faktor Determinan Penyakit Tuberkulosis 1. Host

a. Umur

Sebagian besar masuknya TB pada anak tidak menimbulkan penyakit tetapi tetap tinggal dalam paru sampai anak menjadi dewasa. Pada negara berkembang cenderung terjadi pada kelompok umur produktif (15-50 tahun), hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga untuk terpapar kuman Tuberkulosis lebih besar (Crofton, 2002).

b. Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung terkena TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru (Crofton, 2002).


(40)

Keadaan malnutrisi akan mempermudah terjadinya penyakit TB Paru Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak (Crofton, 2002).

d. Faktor Toksik

Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, selain itu obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga dapat menurunkan kekebalan tubuh (Crofton, 2002).

e. Penyakit lain

Pada beberapa negara, infeksi HIV/AIDS Sering ditemukan bersamaan dengan penyakit Tuberkulosis. Hal ini disebabkan karena rusaknya sistem pertahanan tubuh (Crofton, 2002).

2. Agent

Tuberkulosis Paru disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Untuk dapat mempengaruhi seseorang menjadi sakit tergantung dari :

1. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi yang mencukupi 2. Virulensi yang tinggi dari basil Tuberkulosis.

3. Lingkungan

Lingkungan yang buruk, misalnya pemukiman yang padat dan kumuh, rumah yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta Lingkungan kerja yang jelek akan mempermudah penularan infeksi TB Paru.


(41)

2.7 Kerangka Konsep

PERILAKU KEPATUHAN Intruksi

Interaksi

Isolasi sosial dan keluarga Penggunaan Alat Pelindung Motivasi Diri Terhadap Pencegahan Pengetahuan Penyakit TBC


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru. di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H.Yuliddin Away Tapaktuan Tahun 2011.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan. Pemilihan lokasi didasarkan atas :

1. Rumah Sakit Umum tersebut merupakan Rumah Sakit Rujukan di Kabupaten Aceh Selatan

2. Penelitian diatas belum pernah dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit tersebut.

3. Peneliti pernah bekerja di Rumah Sakit Umum tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data di lapangan.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah petugas Kesehatan yang melayani perawatan kesehatan pada penyakit TBC yang berjumlah 35 orang.


(43)

3.3.2 Sampel

Peneliti menggunakan seluruh total populasi sebagai sampel karena karakteristik Petugas Kesehatan tidak sama, yaitu berjumlah 35 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada responden yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Data penderita Tuberkulosis Paru diperoleh dari bidang Rekam Medis Rumah Sakit Umum dr. H.Yuliddin Away dari Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan..

3.5. Definisi Operasional

1. Intruksi adalah pemahaman yang telah di lakukan peraturan tetap (Protap) dan peraturan yang ada.

2. Interaksi adalah kualitas interaksi antara profesional kesehatan yang merupakan bagian yang terpenting dalam menentukan derajad kesehatan.

3. Isolasi sosial dan keluarga adalah merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu. 4. Motivasi adalah hasil dari informasi yang di dapat dan diperoleh dari

diri sendiri, keluarga, teman, petugas kesehatan, dan lingkungan sekitarn


(44)

pencegahan penularan TBC.

6. Sikap adalah tanggapan – tanggapan petugas dalam penelitian ini yaitu bagaimana tanggapan – tanggapan petugas dalam pencegahan penularan tbc,

8. Penggunaan alat pelindung diri adalah alat untuk dapat mencegah dan terhindar dari kuman penyakit

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen 3.6.1 Aspek Pengukuran

Pengukuran pengetahuan, sikap, dan tindakan didasarkan pada jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan kemudian diberikan skor (Liket)

Pengetahuan

Tingkat pengetahuan petugas kesehatan terhadap pencegahan penularan Tuberklosis paru dalam penelitian ini diukur dengan metode seorang terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 10 buah, masing - masing pengetahuan baik diberi bobot 1, pengetahuan kurang baik diberi bobot 0. Nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 70%. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan pencegahan penularan Tuberkulosis paru Petugas Kesehatan, dibagi dalam kategori, yaitu :

1. Nilai baik, apabila jawaban responden benar > 75% dari total nilai (24-32).

2. Nilai sedang, apabila jawaban responden benar 40-75% dari total nilai (13-24).


(45)

3. Nilai kurang, apabila jawaban responden benar <40% dari total nilai (0-13).

Sikap

Sikap Petugas Kesehatan terhadap pencegahan penularan Tuberkulosis paru dalam penelitian ini diukur melalui kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 10 buah, masing-masing jawaban setuju diberi bobot 1, tidak setuju diberikan bobot 0. Nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah10. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikatagorikan kedalam 3 kategori sikap yaitu : 1. Nilai baik, apabila jawaban responden benar > 75% dari total nilai 8-10 2. Nilai sedang, apabila jawaban responden benar 40-75% dari total nilai

4-8

3. Nilai kurang apabila jawaban responden benar <40% dari total nilai 0-4

Tindakan

Tindakan Petugas Kesehatan terhadap pencegahan Tuberkulosis paru dalam penelitian ini diukur melalui kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan ada 9 buah, masing-masing pertanyaan dengan jawaban ya diberi bobot 1, untuk soal 1 sampai 6, jawaban diberi bobot 3, 2,1.untuk jawaban no 7. Nilai tertinggi dari keseluruhan pertanyaan adalah 9. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan kedalam bentuk tabel distribusi frekwensi.

1. Nilai baik, apabila jawaban responden benar > 75% dari total nilai > 7- 9


(46)

4-7

3. Nilai kurang apabila jawaban responden benar< 40% dari total nilai 0-3

Kepatuhan.

Kepatuhan adalah memperhatikan dan melaksanakan hasil dari Intruksi, Interaksi, Isolasi dan motivasi dalam menggunakan alat pelindung diri agar dapat terhindar atau jangan sampai terpapar dari penularan penyakit TBC.Jumlah pertanyaan untuk kepatuhan ada 15, untuk jawaban ya diberi nilai 1, sedangkan jawaban tidak diberi nilai 0, berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan kedalam bentuk table distribusi frekwensi.

1.Nilai patuh, apabila jawaban responden benar . 75 % dari total nilai 11 – 15

2.Nilai kurang patuh, apabila jawaban responden benar40-75% dari total nilai6-10

3.Nilai tidak patuh, apabila jawaban responden benar ,40% dari total nilai 0-5.

3.6.2 Aspek Pengukuran

Alat yang dipakai untuk adalah kuesioner.

3.7 Teknik Analisa dan Pengolahan Data 3.7.1 Teknik Analisa DAta

Data yang diperoleh secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.


(47)

3.7.2 Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh diatas dikumpulkan dan diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0 dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi, kemudian dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan Petugas Kesehatan terhadap pencegahan penularan Tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum dr. H. Yulidin Away Tapaktuan.


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak geografis Rumah Sakit Umum dr. H. Yulidin Away Tapak Tuan

Rumah Sakit Umum dr.H. Yulidin Away TapakTuan dibangun sejak tahun 1997 dan diresmikan pada tahun 1999 yang berada di desa gunung kerambi Kecamatan TapakTuan Kabupaten Aceh Selatan Jalan Tapak Tuan Meulaboh Km.6.

4.1.2. Keadaan Umum Rumah Sakit dr.H.Yulidin away Tapak Tuan

Rumah Sakit Umum dr.H.Yulidin Away adalah rumah sakit Kabupaten Aceh selatan yang terletak di desa Gunung Kerambi Kecamatan tapaktuan, wilayah kerja intensif meliputi 18 Kecamatan dengan jumlah penduduk 220.204. jiwa dengan luas wilayah 4.005,10 Km2 yang dilayani 21

Puskesmas.

Sejak terbentuknya Kabupaten Aceh selatan, maka pembangunan dibidang kesehatan yaitu peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dan diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

4.1.3. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Pelayanan Kesehatan Runah Sakit Umum dr.H.yulidin Away Tapaktuan terdiri dari pelayanan medis, pelayanan penunjang, dan pelayanan non medis.


(49)

Pelayanan Medis; A. Rawat Jalan

I.Instalasi gawat Darurat

1. Poliklinik Umum

2. Poliklinik Penyakit dalam

3. Poliklinik Kebidanan, dan Penyakit Kandungan 4. Poliklinik THT

5. Poliklinik Anak 6. Poliklinik Mata 7. Poliklinik Gigi 8. Poliklinik Bedah

B.Rawat Inap

1. Ruang penyakit Dalam (Rindu 2) 2. Ruang anak dan kebidanan Rindu 1) 3. Ruang Bedah

4. Ruang ICU 5. Ruang VIP

C. Pelayanan Penunjang Medis

1. Radiologi

2. Laboratorium Klinik 3. Apotik

4. Elektrokardiografi 5. fisioterapi


(50)

7. Instalasi Gizi

D. Pelayanan Non Medis

1. Ruang direktur Rumah sakit

2. Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah sakit 3. Administrasi

4. Fasilitas Laqin seperti : - Hum,as/Informasi - Mesjid

- Aula

- Pos Keamanan - Rumah Dinas Dokter - Asrama Putra dan Putri - Tempat Parkir

- Taman/Ruang Terbuka - Kamar jenazah.

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Umur

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011

No. Umur Jumlah %

1. ≤ 31 25 71,4

2. ≥ 32 10 28,6

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berumur di bawah 31 tahun yaitu sebanyak 71,4


(51)

4.2.2. Pendidikan

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Pendidikan Jumlah %

1. D3 Keperawatan 34 97,1

2. S1 Keperawatan 1 2,9

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3 keperawatan yaitu sebanyak 97,1 %.

4.2.3. Jenis Kelamin

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011

No. Jenis Kelamin Jumlah %

1. Laki-laki 21 60

2. Perempuan 14 40

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki sebanyak 60 %.

4.2.4. Status Pekerjaan

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011

No. Status Pekerjaan Jumlah %

1. PNS 19 54,3

2. Honor 16 45,7

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi responden berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar responden berstatus sebagai PNS yaitu sebanyak 54,3%.


(52)

4.2.5. Masa Kerja

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011

No. Masa Kerja Jumlah %

1. < 5 tahun 18 51,4

2. > 5 tahun 17 48,6

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi responden berdasarkan masa kerja yaitu untuk masa kerja < 5 tahun sebanyak 51,4 % dan untuk masa kerja > 5 tahun sebanyak 48,6 %.

4.3. Tingkat Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Kepatuhan Responden 4.3.1. Pengetahuan Responden

Tabel 4.6. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Pertanyaan

Jumlah

Benar Salah

F % F %

1. Apakah saudara tahu kalau penyakit Tuberkulosis sangat menular

35 100 0 0 2. Melalui apa yang saudara ketahua cara

penulrannya; (jawaban boleh lebih dari 1)

1. Pada waktu batuk atau bersin (1) 35 100 0 0 2. Peredaran darah (1) 0 0 35 100 3. system saluran limfe (1) 0 0 35 100 4. saluran napas (1) 0 0 35 100 3. apakah saudara tahu riwayat terjadinya TBC 19 54,3 16 45,7 4. Kalau tahu melalui apa yang saudara ketahui

1. Infeksi Primer (1) 13 37,1 22 62,9 2. Tuberkulosis Pasca Primer (1) 2 5,7 33 94,3 3. Perjalanan alamiah TBC yang tidak diobati

(0)

35 100 0 0 5. Gejala utama pada tuberculosis yang saudara

ketahui adalah

1. Batuk terus menerus dan bardahak selama 1 minggu (0)


(53)

2. Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu (0)

35 100 0 0 3. Batuk terus menerus dan berdahak selama 3

minggu atau lebih (1).

32 91,4 3 8,6 6. Gejala tambahan yang sering dijumpai pada

gejala TBC adalah (jawaban boleh lebih dari 1)

1. dahak bercampur darah (1) 24 68,6 11 31,4 2. Batuk darah (1) 0 0 35 100 3. Sesak napas dan rasa nyeri dada (1) 1 2,9 34 97,1 4. Badan lemah dan napsu makan menurun

(1)

0 0 35 100

5. berat badan turun dan rasa kurang enak badan (1)

2 5,7 33 94,3 6. Berkeringat malam walaupun tanpa

kegiatan (1)

28 80 7 20

7. Demam meriang lebih dari sebulan (1) 0 0 35 100 7. Tujuan pengobatan TBC yang saudara ketahui

adalah; (jawaban boleh lebih dari 1)

1. Menyembuhkan penderita (1) 33 94,3 2 5,7 2. Mencegah kematian (1) 1 2,9 34 97,1 3. Mencegah kekambuhan (1) 20 57,1 15 42,9 4. Menurunkan tingkat penularan (1) 0 0 35 100 8. Jenis dan dosis OAT yang saudara ketahui

adalah; Jawaban boleh lebih dari 1)

1. Isoniasid (H) (1) 23 65,7 12 34,3 2. Rifempisin (R) (1) 32 91,4 3 8,6 3. Pirasinamid (Z) (1) 17 48,6 18 51,4 4. Streptomisin (S) (1) 0 0 35 100 5. Etambutol (E) (1) 0 0 35 100 9. Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap

yaitu;

1. Tahap Intensif (1) 35 100 0 0 2. Tahap Lanjutan (1) 0 0 35 100 10. Penyuluhan TBC dapat dilakukan melalui;

(jawaban boleh lebih dari 1)

1. Penyuluhan langsung perorangan (1) 34 97,1 1 2,9 2. Penyuluhan kelompok (1) 7 20 28 80 3. Penyuluhan Massa (1) 13 37,1 22 62,9 4. Kemitraan dalam penanggulangan TBC (1) 0 0 35 100 5. Advokasi (1) 0 0 35 100 Berdasarkan hasil pilihan jawaban pengetahuan petugas kesehatan, didapat bahwa petugas kesehatan yang banyak menjawab pertanyaan yang benar pada pertanyaan nomor 1, 2.1 dan 9.1 yaitu ada 35 orang (100 %), sedangkan petugas


(54)

kesehatan yang banyak menjawab salah pada pertanyaan nomor 2.2, 2.3, 2.4, 6.4, 6.7, 7.4, 8.4, 8.5, 9.2, 10.4 dan 10.5 yaitu ada 35 orang (100 %).

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Pengetahuan Jumlah %

1. Sedang 15 42,9

2. Kurang 20 57,1

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat pengetahuan responden terbanyak pada kategori kurang yaitu sebanyak 57,1 %.

4.3.2 Sikap Responden

Tabel 4.8. Distribusi Pertanyaan Sikap Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Pertanyaan

Jumlah

Setuju Tidak

F % F %

1. Penyakit TBC merupakan penyakit yang sangat menular (+)

35 100 0 0 2. Setiap orang batuk terus menerus sudah pasti menderita

penyakit TBC (-)

3 8,6 32 91,4 3. Apakah saudara setuju kalau penderita TBC dapat

disembuhkan (+)

35 100 0 0 4. Setiap penderita TBC yang diopname harus ruangan

khusus (+)

35 100 0 0 5. Setiap penderita TBC harus diawasi bila minum obat (+) 35 100 0 0 6. Untuk mengawasi minum obat untuk penderita TBC

harus dilakukan oleh Petugas Kesehatan (+)

35 100 0 0 7. Petugas kesehatan tidak perlu melakukan penyuluhan

bagi penderita TBC (-)

0 0 35 100

8. Sarung tangan merupakan salah satu alat pelindung diri agar dapat mencegah penularan penyakit TBC (+)

35 100 0 0 9. Masker merupakan salah satu alat pelindung diri untuk

dapat mencegah penularan penyakit (+)

35 100 0 0 10. Setiap pengunjung untuk melihat penderita hendaknya

memakai alat pelindung diri (+)

35 100 0 0 Berdasarkan hasil pilihan jawaban sikap petugas kesehatan, didapat bahwa


(55)

petugas kesehatan yang banyak menjawab pertanyaan yang benar pada pertanyaan nomor 1, 3-10 yaitu ada 35 orang (100 %), sedangkan petugas kesehatan yang banyak menjawab salah pada pertanyaan nomor 2 yaitu ada 3 orang (8,6).

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Sikap Jumlah %

1. Baik 35 100

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 100% responden mempunyai tingkat sikap pada kategori baik.

4.3.3. Tindakan Responden

Tabel 4.10. Distribusi Pertanyaan Tindakan Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Pertanyaan

Jumlah

Ya Tidak

F % F %

1. Apakah saudara memakai sarung tangan bila merawat penderita TBC

15 42,9 20 47,1 2. Apakah saudara memakai masker bila merawat

penderita TBC

12 34,3 23 65,7 3. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan

penanggulangan penyakit TBC

6 17,1 29 82,9 4. Kalau pernah berapa lama saudara mengikuti

pelatihan tersebut

1. 1 sampai 2 hari (1) 1 2,9 34 97,1 2. 3 Sampai 4 hari (2) 4 14,3 30 85,7 3. Diatas 4 hari (3) 1 2,9 34 97,1 5. Berapa lama saudara tidak menggunakan

sarung tangan sewaktu menangani pasien TBC

1. 1 bulan 3 8,6 32 91,4

2. 2 bulan 13 37,1 22 62,9

3. 3 bulan 5 14,3 30 85,7


(56)

dalam melakukan pertolongan pada pasien TBC

1. 1 bulan 3 8,6 32 91,4

2. 2 bulan 12 34,3 23 65,7

3. 3 bulan 8 22,9 27 77,1

7. Apakah saudara tidak takut terjadi penularan kepada saudara bila melakukan pertolongan tanpa mempergunakan alat pelindung diri

35 100 0 0

Berdasarkan hasil pilihan jawaban tindakan petugas kesehatan, didapat bahwa petugas kesehatan yang banyak melakukan tindakan pada pertanyaan nomor 7 yaitu ada 35 orang (100 %), sedangkan petugas kesehatan yang banyak tidak melakukan tindakan pada pertanyaan nomor 4.2 dan 4.3 yaitu ada 34 orang (97,1 %).

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Tindakan Jumlah %

1. Sedang 12 34,3

2. Kurang 23 65,7

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat sikap pada kategori kurang yaitu sebanyak 65,7 %.


(57)

4.3.4. Kepatuhan Responden

Tabel 4.12. Distribusi Pertanyaan Kepatuhan Petugas Kesehatan Dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Pertanyaan

Jumlah

Ya Tidak

F % F %

Instruksi

1. Apakah saudara tahu kalau ada peraturan tetap (protap) yang dikeluarkan oleh direktur rumah sakit;

35 100 0 0

2. Apakah saudara paham tentang peraturan tersebut;

35 100 0 0 3. Apakah saudara tahu keputusan dari Mentri

Kesehatan tentang Pemakaian Alat pelindung Diri

11 31,4 24 68,6

4. Apakah ada sosialisasi oleh Direktur Rumah Sakit tentang pemakaian Alat Pelindung diri Dalam melaksanakan Pengobatan pada pasien penderita TBC;

35 100 0 0

5. Apakah Alat Pelindung Diri ada disediakan oleh rumah sakit Ini

35 100 0 0

Interaksi

6. Apakah teman sejawat saudara ada mengingatkan bila tidak memakai alat pelindung diri;

34 97,1 1 2,9

7. Apakah ada sangsi yang diberikan bila saudara tidak memakai alat pelindung diri;

0 0 35 100

8. Apakah saudara mengikuti apa yang dianjurkan tem,an saudara tersebut;

13 37,1 22 62,9

Isolasi

9. Apakah ada keluarga mengingatkan saudara untuk memakai alat pelindung diri

0 0 35 100

10. Apakah keluarga saudara ada yang mengatahui tentang alat pelindung diri tersebut;

0 0 35 100

11. Apakah sangat berpengaruh bila keluerga mengetahui tentang alat pelindung diri bagi saudara

0 0 35 100

12. Apakah program alat pelindung diri tersebut keluarga mengetahuinya

0 0 35 100

Motivasi

13. Apakah saudara selalu membawa alat pelindung diri bila mau menolong pasien penderita TBC;


(58)

14. Apakah saudara akan berusaha membeli sendiri alat pelindung diri tersebut bila stok yang ada dirumah sakit telah habis;

11 31,4 24 68,6

15. Bila ya apakah akan diganti biayanya oleh pihak rumah sakit

0 0 35 100

Berdasarkan hasil pilihan jawaban tindakan petugas kesehatan, didapat bahwa petugas kesehatan yang banyak menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 1,2,4 dan 5 yaitu ada 35 orang (100 %), sedangkan petugas kesehatan yang banyak menjawab “Tidak” pada pertanyaan nomor 7, 9-12 dan 15 yaitu ada 35 orang (100 %).

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepatuhan pada Petugas Kesehatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan tahun 2011.

No. Kepatuhan Jumlah %

1. Kurang patuh 14 40

2. Tidak patuh 21 60

Total 35 100

Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi responden berdasarkan tingkat kepatuhan, sebagian besar responden mempunyai tingkat kepatuhan pada kategori tidak patuh yaitu sebanyak 60 %.


(59)

BAB V PEMBAHASAN 5.1.Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden berbeda beda darisegi umur, pendidikan, status pekerjaan, masakerja, sikap, tindakan dan kepatuhan.

5.1.1. Umur

Umur dibawah 31 tahun ada 25 orang (71,4%) dan yang berumur diatas 32 tahun ada 10 orang (28,6%), ini menunjukkan usia responden dapat digolongkan masih muda dan mempunyai tingkat emosi yang tinggi dan kurang perduli dengan resiko yang bakal dihadapinya.

5.1.2. Pendidikan

Pendidikan Responden yang memiliki D3 ada 34 orang (97,1%), sedangkan yang memiliki S1 hanya 1 orang saja (2,9%). Hasil peneklitian ini menunjukkan petugas telah memenuhi standar sebagai pekerja yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan secara formal. Menurut Soewondo dan Sadli (1990), pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik. Dengan demikian semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka ia akan lebih banyak menyerap pengetahuan tentang kesehatan, dan hal ini akan berdampak positip terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, dan sesuai dengan teori green (1980) dalam Notoatmojo,(2007) yang menyatakan bahwa pendidkan merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya perubahan perilaku kesehatan.


(1)

2. Setiap orang batuk terus menerus sudah pasti menderita penyakit TBC.

1. Setuju (0) 2. Tidak (1)

3. Apakah saudara setuju kalau penderita TBC dapat disembuhkan 1. Setuju (1)

2. Tidak (0)

4. Setiap penderita TBC yang diopname harus ruangan khusus 1. Setuju (1)

2. Tidak (0)

5. Setiap penderita TBC harus diawasi bila minum obat 1. Setuju (1)

2. Tidak (0)

6. Untuk mengawasi minum obat untuk penderita TBC harus dilakukan oleh Petugas Kesehatan

1. Setuju (1) 2. Tidak (0)

7. Petugas kesehatan tidak perlu melakukan penyuluhan bagi penderita TBC

1. Setuju (0) 2. Tidak (1)


(2)

8. Sarung tangan merupakan salah satu alat pelindung diri agar dapat mencegah penularan penyakit TBC

1. Setuju (1) 2. Tidak (0)

9. Masker merupakan salah satu alat pelindung diri untuk dapat mencegah penularan penyakit

1. Setuju (1) 2. Tidak (0)

10. Setiap pengunjung untuk melihat penderita hendaknya memakai alat pelindung diri

1. Setuju (1) 2. Tidak (0)

IV. Tindakan

1. Apakah saudara memakai sarung tangan bila merawat penderita TBC

1. Ya (1) 2. Tidak (0)

2. Apakah saudara memakai masker bila merawat penderita TBC 1. Ya (1)


(3)

3. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan penanggulangan penyakit TBC

1. Ya (1) 2. Tidak (0)

4. Kalau pernah berapa lama saudara mengikuti pelatihan tersebut 1. 1 sampai 2 hari (1)

2. 3 Sampai 4 hari (2) 3. Diatas 4 hari (3)

5. Berapa lama saudara tidak menggunakan sarung tangan sewaktu menangani pasien TBC

1. 1 bulan 2. 2 bulan 3. 3 bulan

6. Berapa lama saudara tidak memakai masker dalam melakukan pertolongan pada pasien TBC

1. 1 bulan 2. 2 bulan 3. 3 bulan

7. Apakah saudara tidak takut terjadi penularan kepada saudara bila melakukan pertolongan ta npa mempergunakan alat pelindung diri 1. Takut

2. Tidak takut.


(4)

V. Intruksi

1. Apakah saudara tahu kalau ada peraturan tetap (protap) yang dikeluarkan oleh direktur rumah sakit;

1. Tahu 2.Tidak tahu

2. Apakah saudara paham tentang peraturan tersebut; 1. Paham

2.Tidak paham

3. Apakah saudara tahu keputusan dari Mentri Kesehatan tentang Pemakaian Alat pelindung Diri

1. Tahu 2. Tidak tahu

4. Apakah ada sosialisasi oleh Direktur Rumah Sakit tentang pemakaian Alat Pelindung diri Dalam melaksanakan Pengobatan pada pasien penderita TBC;

1. Ada 2. Tidak

5. Apakah Alat Pelindung Diri ada disediakan oleh rumah sakit Ini 1. Ada

2. Tidak adA Interaksi

6.Apakah teman sejawat saudara ada mengingatkan bila tidak memakai alat pelindung diri;


(5)

7. Apakah ada sangsi yang diberikan bila saudara tidak memakai alat pelindung diri;

1. Ada 2. Tidak

8. Apakah saudara mengikuti apa yang dianjurkan tem,an saudara tersebut; 1. Ya

2. Tidak. Isolasi

9..Apakah ada keluarga mengingatkan saudara untuk memakai alat pelindung diri 1. Ada

2. Tidak

10. Apakah keluarga saudara ada yang mengatahui tentang alat pelindung diri tersebut;

1. Tahu 2. Tidak

11. Apakah sangat berpengaruh bila keluerga mengetahui tentang alat pelindung diri bagi saudara

12. Apakah program alat pelindung diri tersebut keluarga mengetahuinya 1. tahu


(6)

Motivasi

13. Apakah saudara selalu membawa alat pelindung diri bila mau menolong pasien penderita TBC;

1. Ya 2. Tdak

14. Apakah saudara akan berusaha membeli sendiri alat pelindung diri tersebut bila stok yang ada dirumah sakit telah habis;

1. Ya 2. Tidak

15. Bila ya apakah akan diganti biayanya oleh pihak rumah sakit 1. Ya


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

17 158 133

Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

7 97 94

Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabanjahe

12 147 94

Pengaruh Pengawasan Dan Kepatuhan Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Kisaran

19 151 144

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-2008

1 34 92

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD) PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU JEMBER

14 90 168

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG.

2 6 36

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

0 0 18

Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku - Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pa

0 0 21