Makalah Titik Temu Filsafat dan Sains (1)

Makalah Titik Temu Filsafat dan Sains
Begitu dekat hubungan antara sains dan filsafat sehingga beberapa ilmu pengetahuan tertentu,
khususnya cabang-cabang yang lebih umum, seperti matematika, fisika, kimia, biologi dan
psikologi sangat diperlukan oleh mahasiswa filsafat. Sesungguhnya perluasan yang terjadi
pada sains ini membuat lebih dan lebih susah bagi para filsuf untuk menguasainya. Hal ini
mendatangkan sebuah sifat kerendahan hati yang sehat. Berbagai system yang sudah jadi dan
dibangun (dikonstruksi) tanpa mempertimbangkan hasil observasi dan eksperimen senantiasa
kurang dihormati. Filsafat saat ini cenderung langsung menganalisa secara kritis konsepkonsep dan mempelajari berbagai makna dan nilai. Arti filsafat tidak lebih sebagai studi logis
dan humanistis atas berbagai hal. Bagaimanapun juga filsuf yang ideal mesti menguasai
sebanyak-banyaknya sains khusus.

FILSAFAT DAN SAINS

Filsafat didefinisikan sebagai "kebijaksanaan" . Kata filsafat atau philosophy, berasal dari
bahasa Yunani yaitu Sophia yang berarti kebijaksanaan dan Philein yang berarti mencintai.
Jadi, filsafat adalah semata-mata mencintai kebijaksanaan.

Dari sekian pembagian ilmu dan pembahasan yang membicarakan filsafat, agaknya ada satu
hal yang mendapat porsi lebih utama dari yang lainnya, dan yang satu hal ini dinamai dengan
berbagai macam nama yang maksudnya tetap sama yaitu , filsafat tinggi (’ulya), filsafat
utama (aula), ilmu tertinggi ( a’la), ilmu universal (kulli), teologi (Ilahiyah), dan filsafat

metafisika.

Ketika perhatian para filsuf kuno tentang filsafat ini lebih tercurah pada masalah filsafat
tinggi, maka akhirnya kita bisa melihat arti filsafat menurut para filsuf kuno yang terbagi
menjadi dua, pertama adalah arti yang umum ; yaitu berbagai ilmu pengetahuan yang rasional
dan yang kedua adalah arti khusus, yaitu : ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan
(Ilahiyah) atau filsafat tinggi yang nota benenya adalah pecahan dari filsafat teoritis.
Sedangkan menurut terminologi muslimin, filsafat adalah nama bagi seluruh ilmu rasional
dan bukan nama dari satu ilmu tertentu.

Objek materi filsafat

Masalah Tuhan, yang sama sekali diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Masalah alam, yang belum atau tidak bisa dijawab dengan ilmu pengetahuan biasa.
Masalah manusia

Objek formal filsafat
Mencari keterangan sedalam-dalamnya sampai ke akar persoalan
.
Sikap manusia terhadap filsafat


Terbayang sesuatu yang ruwet dan sulit
Perbuatan yang tidak berguna
Filsafat berbahaya, tidak boleh dan dosa.
Filsafat adalah belajar,tempat melatih akal untuk berpikir.

Kegunaan Filsafat

Pedoman dalam kenyataan kehidupan sehari-hari.
Melalui filsafat (salah satunya) tingkah lakunya akan lebih bernilai
Kehidupan dan penghidupan ke arah yang negatif akan dapat dihindari dan dikurangi.

Definisi Sains

Kata sains berasal dari bahasa latin ” scientia ” yang berarti pengetahuan.memandang dan
mengamati keberadaan (eksistensi) alam ini sebagai suatu objek. Berdasarkan Webster New
Collegiate Dictionary definisi dari sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari
hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode
ilmiah.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sains berarti(1) ilmu teratur (sistematis) yang dapat
diuji kebenarannya; (2) ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika,
kimia dan biologi). Sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan
dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman
dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam
penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain.

Istilah common sense sering dianalogikan dengan good sense, karena seseorang dapat
menerima dengan baik. Jadi, kaitannya dengan sains, sains beranjak dari common sense, dari

peristiwa sehari-hari yang dialami manusia namun terus dilanjutkan dengan suatu pemikiran
yang logis dan teruji.

Sains merupakan suatu metode berpikir secara objektif. Tujuannya menggambarkan dan
memberi makana pada dunia yang faktual. Sains adalah gambaran yang lengkap dan
konsisten tentang berbagai fakta pengalaman dalam suatu hubungan yang mungkin paling
sederhana (simple possible terms). Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk
mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk

menggambarkan dan menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi di alam . Bahasa yang
lebih sederhana, sains adalah cara ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan menggunakan
metode tertentu.

Sains dengan definisi diatas seringkali disebut dengan sains murni, untuk membedakannya
dengan sains terapan, yang merupakan aplikasi sains yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. ilmu sains biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

Natural sains atau Ilmu pengetahuan Alam
Sosial sains atau ilmu pengetahuan sosial

Berikut ini adalah contoh dari begitu banyak pembagian bidang – bidang sains, khususnya
natural sains atau IPA:

BIOLOGI (Biology) : Anatomi,biofisika,genetika, Ekologi, Fisiologi, taksonomi, virulogi,
zoologi, dll
KIMIA (Chemistry) : Kimia Analitik, Elektrokimia, Kimia organik, kimia anorganik, ilmu
material, kimia polimer, thermokimia
Fisika (Physics) : Astronomi, fisika nuklir, kinetika, dinamika, fisika material, optik,
mekanika quantum, thermodinamika

Ilmu Bumi (Earth Science) : Ilmu lingkungan, geodesi, geologi, hydrologi, meteorologi,
paleontologi, oceanografi.

Kerja Sains

Definisi dan gambaran umum
Analisis
Klarifikasi

Penjelasan-penjelasan tentang fakta-fakta

Memastikan sebab musabab (invariable antecedents)
Merumuskan berbagai kesamaan perilaku (uniformities of behavior)

Karakteristik Sains, Sejarah membuktikan bahwa dengan metode sains telah membawa
manusia pada kemajuan dalam pengetahuan. Randall dan Buchker mengemukakan beberapa
ciri umum sains:

Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama,artinya hasil sains yang lalu
dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan tidak memonopoli. Setiap orang

dapat memanfaatkan hasil penemuan orang lain.
Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang
menyeidikinya adalah manusia.
Sains bersifat objektif ,artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode sains tidak
tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak tekrgantung pada pemahaman secara
pribadi.

Ralph Ross dan Ernest Van den Haag mengemukakan ciri-ciri sains, yaitu: 1) bersifat rasional
(hasil dari proses berpikir dengan menggunakan rasio atau akal), 2) bersifat empiris
(pengalaman oleh panca indra), 3) bersifat umum (hasil sains bisa digunakan oleh semua
orang tanpa terkecuali), 4) bersifat akumulatif (hasil sains dapat dipergunakan untuk
dijadikan objek penelitian berikutnya)

Ruang lingkup sains

Konsepsi siswa tentang sains sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tentang sains. Secara
sederhana sains dapat berarti sebagai tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang muncul
dari pengelompokkan secara sistematis dari berbagai penemuan ilmiah sejak zaman dahulu,
atau biasa disebut sains sebagai produk. Produk yang dimaksud adalah fakta-fakta, prinsipprinsip, model-model, hukum-hukum alam, dan berbagai teori yang membentuk semesta
pengetahuan ilmiah.


Sains juga bisa berarti suatu metode khusus untuk memecahkan masalah, atau biasa disebut
sains sebagai proses. Sains sebagai proses ini sudah terbukti ampuh memecahkan masalah

ilmiah yang juga membuat sains terus berkembang dan merevisi berbagai pengetahuan yang
sudah ada.

Selain itu sains juga bisa berarti suatu penemuan baru atau hal baru yang dapat digunakan
setelah kita menyelesaikan permasalahan teknisnya, yang biasa disebut sebagai teknologi.
Teknologi merupakan suatu sifat nyata dari aplikasi sains, suatu konsekuensi logis dari sains
yang mempunyai kekuatan untuk melakukan sesuatu. Sehingga biasanya salah satu definisi
popular tentang sains termasuk juga teknologi di dalamnya.

Sejarah perkembangan sains menunjukkan bahwa sains berasal dari penggabungan dua tradisi
tua, yaitu tradisi pemikiran filsafat yang dimulai oleh bangsa Yunani kuno serta tradisi
keahlian atau keterampilan tangan yang berkembang di awal peradaban manusia yang telah
ada jauh sebelum tradisi pertama lahir. Filsafat memberikan sumbangan berbagai konsep dan
ide terhadap sains sedangkan keahlian tangan memberinya berbagai alat untuk pengamatan
alam. Sains modern bisa lahir dari perumusan metode ilmiah yang disumbangkan Rene
Descartes yang menyodorkan logika rasional dan deduksi serta oleh Francis Bacon yang

menekankan pentingnya eksperimen dan observasi.

Sumbangan konsep dan ide dalam sains terbukti telah banyak mengubah pandangan manusia
terhadap alam sekitarnya. Contoh yang paling terkenal adalah teori relativitas dari Albert
Einstein. Teori relativitas umum ini misalnya telah mengubah pandangan orang secara drastis
akan sifat kepastian waktu serta sifat massa yang dianggap tetap. Disamping kekuatan konsep
dan ide, melalui keampuhan alat dan telitinya pengamatan, kegiatan sains juga terbukti
menjadi pemicu berbagai revolusi ilmiah. Pengamatan bintang-bintang oleh Edwin Hubble
melalui teleskop di Gunung Wilson pada tahun 1920-an misalnya, membawa beberapa
implikasi seperti adanya galaksi lain selain Bimasakti dan adanya penciptaan alam semesta
secara ilmiah dengan makin populernya teori ledakan besar (Big Bang).

Teori-teori dalam sains terus berkembang dengan pesatnya. Suatu teori adalah suatu
konstruksi yang biasanya dibuat secara logis dan matematis yang bertujuan untuk
menjelaskan fakta ilmiah tentang alam sebagaimana adanya. Suatu teori yang baik harus
mempunyai syarat lain selain dapat menjelaskan, yaitu dapat memberikan adanya prediksi;
contohnya dengan pertanyaan: Bila saya melakukan hal ini apa yang terjadi? sebagai contoh,
teori kuno yang menyatakan alam ini terdiri dari empat unsur yaitu tanah, udara, api dan air
memenuhi syarat dapat menjelaskan komposisi alam, namun gagal bila mencoba
memperkirakan dari mana semua unsur itu berasal dan bagaimana interaksinya dalam mahluk

hidup.

Namun terkadang teori juga tidak bisa berbuat banyak karena konsekuensinya terlalu rumit
bahkan untuk sekedar diramalkan. Untuk mengatasi hal ini para ilmuwan mengembangkan
apa yang disebut dengan model. Model merupakan penyederhanaan dari suatu teori yang

menjelaskan alam semesta misalnya secara lebih mudah akan satu aspek tertentu, namun
menghilangkan aspek lainnya. Perkembangan teori atom memberikan kita contoh nyata
tentang tentatifnya suatu teori dalam ilmu pengetahuan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini
disebabkan karena teori-teori atau hukum-hukum alam dalam sains adalah suatu generalisasi
atau ekstrapolasi dari pengamatan, dan bukan pengamatan itu sendiri. Sedangkan pengamatan
itu sendiri selalu tidak akurat atau tidak menjelaskan semua aspek yang seharusnya diamati.
Apa yang dijelaskan dengan model atom Thomson contohnya, hanya berdasar pengamatan
dari percobaan sinar katoda saja; model ini direvisi oleh Rutherford setelah dia membuktikan
keberadaan inti. Sehingga unsur ketidakpastian dan kerelatifan menjadi hal yang penting
dalam ilmu pengetahuan modern yang membuatnya terus berkembang.

Kelebihan sains yaitu:

Sains telah memberikan banyak sumbangannya bagi umat manusia, misalnya dalam

perkembangan sains dan teknologi kedokteran, sains dan teknologi komunikasi dan
informasi.
Dengan sains dan teknologi memungkinkan manusia dapat bergerak atau bertindak dengan
cermat dan tepat, efektif dan efisien karena sains dan teknologi merupakan hasil kerja
pengalaman, observasi, eksperimen dan verifikasi.

Kelemahan sains yaitu:

Sains bersifat objektif, menyampingkan penilaian yang bersifat subjektif. Sains
menyampingkan tujuan hidup, sehingga dengan demikian sains dan teknologi tidak bisa
dijadikan pembimbing bagi manusia dalam menjalani hidup ini.
Sains membutuhkan pendamping dalam operasinya. Menurut Albert Einstein, "Sains tanpa
agama lumpuh, dan agama tanpa sains adalah buta (Science without religion is lame, religion
without sains is blind)".

Filsafat dan sains

Pada zaman ini, di barat filsafat khususnya metafisika dianggap bukanlah sebagai sains.
Sebagaimana yang dikatakan August Comte, bahwa filsafat dalam bentuk metafisika adalah
fase kedua dalam perkembangan manusia, setelah agama yang disebut sebagai fase

pertamanya.Adapun yang disebut dengan fase ketiga atau fase yang paling modern dalam
perkembangan manusia adalah sains yang bersifat positivistik ( yang dapat dilihat oleh indra
lahir manusia ).

Dan karena sains merupakan perkembangan terakhir fase ketiga maka manusia modern harus
meninggalkan fase-fase sebelumnya yang dianggap sudah kuno seperti fase agama, teologis
dan metafisika filosofis jika ingin tetap bisa dikatakan sebagai manusia modern.

Berbeda dengan apa yang terjadi dibarat, dalam tradisi ilmiah Islam filsafat tetap
dipertahankan hingga kini dalam posisi ilmiahnya yang tinggi sebagai sumber atau basis bagi
ilmu-ilmu umum yang biasa kita sebut sebagai sains, yakni cabang-cabang ilmu yang
berkaitan dengan dunia empiris, dunia fisik. Dalam tradisi Islam, Filsafat adalah induk dari
semua ilmu yang menelaah ilmu rasional (aqliyyah) seperti metafisika, fisika dan
matematika. Adapun sains dalam tradisi ilmiah Islam adalah termasuk kedalam kelompok
ilmu rasional dibawah ilmu-ilmu fisik, sehingga mau tidak mau sains harus tetap menginduk
kepada filsafat, khususnya kepada metafisika filsafat. Alih-alih sains dikatakan terlepas dari
filsafat sebagaimana yang disinyalir oleh August Comte, filsafat justru dipandang sebagai
induk dari sains.

Selain sebagai basis metafisik ilmu (sains), filsafat juga bisa dijadikan sebagai basis moral
bagi ilmu dengan alasan bahwa tujuan menuntut ilmu dari sudut aksiologis adalah untuk
memperoleh kebahagiaan bagi siapa saja yang menuntutnya.

Filsafat, khususnya Metafisika adalah ilmu yang mempelajari sebab pertama atau Tuhan,
yang menempati derajat tertinggi dari objek ilmu. Oleh karena itu sudah semestinyalah jika
metafisika dijadikan basis etis peneletian ilmiah karena ilmu ini akan memberikan
kebahagiaan kepada siapa saja yang mengkajinya..Dikutip dari :http://parapemikir.com/

Perbedaan filsafat dan sains

Sains atau science dalam bahasa inggris, berasal dari bahasa latin scientia yang berarti
“mengetahui” merujuk ke metodologi sistematik yang bertujuan menggali informasi akurat
mengenai fakta dan berusaha memodelkannya. Dari model tersebut manusia berusaha
memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tentu saja prediksi yang dibuat
harus dapat diandalkan, kuantitatif, dan konkrit.

Perbedaan yang paling mendasar antara filsafat dan sains adalah cara mengambil kesimpulan.
Filsafat berusaha mencari kebenaran atas suatu hipotesa hanya dengan kekuatan berfikir.
Sains bertumpu pada data-data yang telah diambil dan diverifikasi. Oleh karena itu keluaran
yang dihasilkan juga berbeda tipe. Teori-teori keluaran filsafat bersifat Kualitatif dan
Subjektif. Sedangkan sains menghasilkan output yang Kuantitatif dan Objektif.

Terdapat perbedaan yang hakiki antara filsafat dan sains, diantaranya:

Sains bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek
formalnya. Filsafat bersifat synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan
secara keseluruhan, karena keseluruhan mempunyai sifat tersendiri yang tidak ada pada
bagian-bagiannya.
Sains bersifat deskriptif tentang objeknya agar dapat menentukan fakta-fakta, netral dalam
arti tidak memihak pada etik tertentu.Filsafat tidak hanya menggambarkan sesuatu melainkan
membantu manusia untuk mengambil putusan-putusan tentang tujuan, nilai-nilai dan tentang
apa-apa yang harus diperbuat manusia. Filsafat tidak netral karena, faktor subjektif
memegang peranan yang penting dalam filsafat.
Sains mengawali kerjanya dengan bertolak dan suatu asumsi yang tidak perlu diuji, sudah
diakui dan diyakini kebenarannya. Filsafat bisa merenungkan kembali asumsi-asumsi yang
telah ada untuk diuji ulang kebenarannya. Jadi, filsafat dapat meragukan setiap asumsi yang
ada, dimana oleh sains telah diakui kebenarannya.
Sains menggunakan eksperimentasi terkontrol sebagai metode yang khas. Verfikasi
terhadap teori dilakukan dengan cara menguji dalam praktek berdasarkan metode sains yang
empiris.Selain menggunakan teori, filsafat dapat juga menggunakan hasil sains, dilakukan
dengan menggunakan akal pikiran yang didasarkan pada pengalaman insani.

Jadi, sains berhubungan dan mempersoalkan fakta-fakta yang faktual, diperoleh dengan
menggunakan eksperimen, observasi dan verifikasi, hanya berhubungan dengan sebagian
aspek kehidupan di dunia ini. Sedangkan filsafat mencoba menghubungkan dengan
keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih komprehensif dan
bermakna tentang sesuatu.

Secara umum manusia berpikir induktif, yaitu dari hal khusus ke umum, dan relatif membuat
asumsi-asumsi yang mendukung hipotesanya. Data bersifat kebalikannya, yaitu membatasi
ruang cakupan teori dan mengerucutkan hipotesa sehingga menjadi teorema yang khusus.
Karenanya filsafat juga menghasilkan teori-teori yang Umum dan Eksperimental, sedangkan
keluaran sains bersifat Spesial dan Empiris.

Walaupun berbeda, filsafat dan sains tetap memiliki sifat-sifat ilmu yaitu temporal, sistematis,
rasional, kritis, dan logis. Temporal artinya bersifat sementara, teori apapun di dunia ini jika
ada teori pengganti yang lebih baik atau lebih global akan ditinggalkan. Sistematis, rasional,
kritis, dan logis adalah cara manusia berpikir. Keempat sifat itu adalah setting default otak
manusia. Bila satu saja ditinggalkan, teori yang dihasilkan tidak akan bertahan.

Bagaimanapun juga ada beberapa hal yang tidak bisa dicover metode sains secara indah.
Disinilah metode filsafat berperan. Ilmu sosial dan psikologi contohnya. Data yang diambil

seringkali terlalu acak untuk dapat dianalisis dengan metode ilmiah. Maka dari itu intuisi dan
pemikiran manusia yang notabene merupakan metode filsafat banyak berperan disana.

Titik Temu Filsafat dan Sains

Filsafat dan sains keduanya menggunakan metode berpikir reflektif dalam menghadapi
fakta dunia.
Filsafat dan sains keduanya menunjukan sikap kritis dan terbuka dan memberikan
perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
Filsafat dan sains keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisir dan tersusun
secara sistematis.
Sains membantu filsafat dalam mengembangkan sejumlah bahan deskriptif dan faktual
serta esensial bagi pemikiran filsafat.
Sains mengoreksi filsafat dengan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan
dengan pengetahuan ilmiah.
Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong, yang menjadikan beraneka macam sains
yang berbada serta menyusun bahan tersebut ke dalam suatu pandangan tentang hidup dan
dunia yang lebih menyeluruh dan terpadu.

BAB III
SIMPULAN

Objek filsafat adalah mengambil alih berbagai hasil sains, menambahkan pada hasil-hasil
sains yang diambil alih tersebut dengan berbagai hasil pengalaman etis dan religius umat
manusia kemudian merefleksikannya secara keseluruhan. Harapannya, dengan pengertian
seperti ini kita bisa mencari beberapa kesimpulan umum seperti sifat-sifat dasar atau hakikat
alam semesta, kedudukan dan harapan-harapan kita di alam semesta.

Zaman ini sains lebih bersufat kuantitatif daripada kualitatif. Sifat ini mengungkapkan
hubungan tentang intensitas (keterarahan) dua fenomena. Sebagai contoh, intensitas pada arus
listrik dan pada penerangan sebuah lampu pijar. Untuk mengimbangi pada
ketidakmampuhannya dalam menjawab pertanyaan "bagaimana" yaitu dengan menampilkan
kekayaannya akan data seperti melalui pertanyaan "berapa banyak".
Riset monograf dan textbook mirip dengan menekankan pada hubungan kuantitatif yang bisa
diobservasi dan jarang pergi jauh ke dalam daerah pedalaman spekulatif dimana pertanyaan
"bagaimana" harus mendahului "berapa banyak". Usaha mempelajari hubungan kuantitatif

terlalu sering meninggalkan bukan hanya instruktur tetapi juga waktu luang pelajar untuk
lebih banyak melakukan penyelidikan atau spekulasi seperti terhadap mekanisme hubungan
kuantutatif itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Irawan. 2008. Pengantar Singkat Ilmu Filsafat. Bandung: Intelekia Pratama.
Prasetya. 2000. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sadullah, Uyoh. 2007. Pengantar filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.