JSI 5403 Imperialisme Dunia Barat dan T
BAB I
PETA KONSEP I
ASAL USUL
DUNIA BARAT
MENJAJAH DUNIA
TIMUR
TUJUAN DUNIA
BARAT MENJAJAH
DUNIA TIMUR
IMPERIALISME
MOTIVASI DUNIA
BARAT MENJAJAH
DUNIA TIMUR
DUNIA BARAT
WILAYAHWILAYAH YANG
DIJAJAH DUNIA
BARAT
PERILAKU
BANGSA BARAT
YANG
MEMPENGARUHI
DUNIA TIMUR
Page
PETA KONSEP II
MUHAMMAD BIN ABDUL
JAMALUDIN AL
MUHAMMAD
GERAKAN
RASYID RIDHO
PERUBAHAN
ISLAM
MUHAMMAD
MUSTAFA KEMAL ATIBNU TAIMIYAH
AHMAD KHAN
MUHAMMAD ALI
Page
BAB II
IMPERIALISME DUNIA BARAT
> Asal-usul Dunia Barat Menjajah Dunia Timur
1. Kisah petualangan Marco Polo (1254-1324) dari Venesia, Italia, ke Cina
yang dituangkan ke dalam buku Book of Various Experiences. Buku ini
mengisahkan keajaiban dunia atau Imago Mundi.
2. Jatuhnya ibukota Romawi Timur (Konstantinopel) ke tangan Kesultanan
Turki pada tahun 1453. Hal ini menyebabkan terputusnya hubungan
dagang ke dunia Timur. Bangsa Barat pun berusaha mencari jalan
sendiri ke pusat rempah-rempah di Asia.
3. Bergeloranya semangat penaklukan terhadap orang-orang yang
beragama Islam. Dengan semangat inilah Ratu Isabella (Spanyol)
membiayai penjelajahan samudera oleh Columbus pada tahun 1492.
4. Berkembangnya teknik pelayaran dan penemuan kompas.
5. Pendapat Copernicus dan Gallileo-Gallilei yang menyatakan bahwa
bumi ini bulat.
6. Munculnya hasrat untuk mengetahui lebih mendalam tentang rahasia
alam semesta, keadaan geografi, dan bangsa-bangsa yang tinggal di
belahan bumi lain.
7. Ingin memperoleh keuntungan atau kekayaan sebanyak-banyaknya.
> Tujuan Bangsa Barat Menjajah Dunia Timur
a) Keinginan untuk menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia.
b) Perasaan sebagai bangsa yang istimewa di dunia (racial superiority).
c) Hasrat menyebarkan agama atau ideologi.
d) Letak suatu negara yang secara geografis dianggap menguntungkan.
e) Sebab-sebab ekonomi seperti keinginan mendapatkan kekayaan, ingin
ikut dalam perdagangan dunia, ingin menguasai perdagangan, dan
menjamin suburnya industri.
> Motivasi Bangsa Barat Menjajah Dunia Timur
Kelemahan dan kemunduran Islam dimanfaatkan oleh Bangsa-Bangsa
Barat untuk menguasai dan menjajahnya Umat Islam. Penjajahan bangsa
Barat dipelopori oleh Spanyol dan Portugis. Mereka mempunyai tujuan
Page
yang sama, yaitu mencari bahan mentah dan bahan baku, mencari daerah
penanaman modal asingnya, serta menyebarkan agama Kristen.
Dalam usaha mereka memilki semboyan :
1.
2.
3.
4.
Gold, adalah semangat untuk mencari keuntungan besar
Glory, adalah semangat untuk mencapai kejayaan dan kekuasaan
Gospel, adalah semangat menyebarkan agama Kristen
Reconq uista, adalah semangat balas dendam mereka terhadap
yang pernah menjajah Barat, terutama spanyol.
> Wilayah-wilayah Timur Yang Dijajah Oleh Dunia Barat
Beberapa wilayah Islam yang jatuh ke tangan penjajah Bangsa Barat
adalah sebagai berikut,
1) Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511 M)
2) Indonesia jatuh ke tangan Belanda 1602 M)
3) Mesir jatuh ke tangan Peancis (1789-1802 M)
4) Oman dan Qatar jatuh ke tangan Inggris (1802 M)
5) Aljazair jatuh ke tangan Perancis (1830-1857 M)
6) Kaukasia jatuh ke tangan Rusia (1834-1859 M)
7) Aden dikuasai Inggris (1839 M)
8) Kerajaan Mugal di India dikuasai Inggris (1857 M)
9) Bukhara dan Samarkand dikuasai Rusia (1866 M)
10)
Uzbekistan direbut Rusia (1873-1887 M)
11)
Tunisia dikuasai Perancis (1881-1883 M)
12)
Mesir dikuasai Inggris (1882 M)
13)
Eritrea dikuasai Italia (1885-1890 M)
14)
Senegal dikuasai Perancis (1890 M)
15)
Nigeria dan Pantai Gading direbut Perancis (1891-1899 M)
16)
Sudan ditaklukkan Inggris (1898 M)
17)
Baluchistan dikuasai Inggris (1906 M)
18)
Chad dikuasai Perancis (1900 M)
19)
Kesultanan Tripoli dan Syreneica direbut Italia (1912-1913 M)
20)
Maroko direbut Perancis dan Spanyol (1912 M)
21)
Kuwait dikuasai Inggris (1914 M)
22)
Irak dikuasai Inggris (1920 M)
23)
Suriah dan Libanon jatuh ke tangan Perancis (1920 M)
24)
Kesultanan Sulu dan Mindanao di Filipina jatuh ke tangan
Spanyol (1851 M)
> Perilaku Bangsa Barat yang Mempengaruhi Dunia Timur
Page
A. TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya
diharapkan dapat membawa dampak positif bagi terciptanya masyarakat
moderen yang menghargai kebudayaan tradisionalnya. Dengan ilmu
pengetahuan masyarakat akan berubah dari kondisi sebelumnya menjadi
masyarakat yang moderen. Selain itu ilmu pengetahuan setidaknya
menjadi komponen penting yang dapat membawa masyarakat menjadi
paham mengenai apa yang hendaknya dipertahankan sebagai warisan
masa lalu.
Perkembangan terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing
(barat) tanpa disadari telah menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya
pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi kebudayaan yang melahirkan
jenis kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut tanpa disaring
oleh masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya kebudayaan asli
masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa.
Dari ilmu pengetahuan yang berasal dari barat, memang sekilas kita
pandang maju dan modern, tetapi dibalik itu ada unsur politik yang
membuat kita kedalam penjajahan budaya. Seperti yang akan kita kupas
dari beberapa segi nantinya. Pada dasarnya barat ingin menguasai dunia
dengan kemajuan pemikiran mereka. Banyak cara yang mereka tempuh
seperti banyaknya teori –teori yang keliru dan belum ada titik terangnya
dalam ilmu pengetahuan. Seperti teori alam semesta, teori budaya bebas
yang mengacu kepada hak asasi manusia, dan ada pula teori politik yang
membuat manusia keperadaban yang lebih rendah.
Kemajuan pemikiran mereka bila dipandang dari segi teknologi,
memang sangat membantu kita kepada kemudahan-kemudahan hidup.
Tetapi dengan kemudahan-kemudahan itu barat juga memasuki unsur
pengrusakan budaya-budaya suatu negeri dengan kebudayaan mereka.
Ada beberapa pengaruh kebudayaan barat yang bisa kita lihat terhadap
ilmu pengetahuan secara global, yakni :
1. Dari Segi Ekonomi dan Politik
Pada akhir-akhir abad XIII penemuan-penemuan tekhnik industri, dan
berhasilnya pelayaran Colombus dan Vasco Da Gama, memberikan bangsa
eropa kekuasaan setrategis di laut samudra, hal ini menyebabkan revolusi
industri eropa menjadi penguasa ekonomi di seluruh dunia. Dari sini,
dimulailah usaha menghancurkan tata nilai dan norma-norma budaya
Page
Islam ataupun dunia. Penjajahan dengan kekuatan militer selama berabadberabad tidak banyak memberikan hasil, namun dengan ekspansi industri
secara massal membuat bangsa-bangsa timur menjadi tercengang, yang
menuntut perubahan cara berfikir dan mental generasi dunia dari masa ke
masa dan akhirnya tanpa disadari kecendrungan meniru dan mempelajari
metode-metode perekonomian dan ilmu pengetahuan barat yang nota
bene bertentangan dengan syari’at islam sangat kuat.
System ekonomi sosialis dan kapitalis tidak dapat ditolak oleh dunia
timur, sehingga upaya menghilangkan system ekonomi islam hampir
berhasil dengan sempurna, penghormatan terhadap hukum riba misalnya,
telah
dianggap
menghambat
laju
perekonomian.
Cengkraman
perekonomian ini semakin kuat dengan cara damai, Investasi barat dan
konsesi ekonomi menjadikan timur sebagai bangsa terjajah yang
berkepanjangan. Dan sentuhan ekonomi kolonialisme dan kapitalisme
lambat laun mengacaukan etika kehidupan.
Eksploitasi kekayaan dan investasi modal seakan menghentikan
pergerakan dan peduli social budaya. Dan kekuatan-kekuatan negeri timur
takluk dan tunduk di atas kertas. Tahap ekonomi agaknya factor yang lebih
penting dan lengkap. Tetapi lebih umum penjajahan yang dimulai dengan
proses ekonomi yang esensiil, terkenal dengan “ perembesan damai “. Ia
memperoleh cengkraman finansiil dalam bentuk pinjaman dan konsesi
atas negeri timur, yang selama ini merdeka dari modal barat, yang
membawa kepada terwujudnya kendali politik. Kenyataan tersebut berlaku
pada semua negeri timur, tidak terkecuali Indonesia. Dominasi ekonomi
barat sangatlah kuat, ekonomi syariah yang berabad-abad telah
diterapkan mulai terpinggirkan kedaerah pedalaman di desa-desa
terpencil. Dan orang timur mulai mencintai produk barat secara damai,
tanpa berpikir bahwa mereka akan ditelanjangi dari norma-norma dan
aqidah islam.
Faktor yang tak dapat di bantah, pada umumnya orang-orang timur
sendiri lebih suka membeli barang-barang produksi barat dari pada
memakai hasil negaerinya sendiri. Buat orang barat, hal ini terasa suatu
keanehan, mereka tidak mengerti, mengapa orang timur lebih suka
barang-barang buatan barat yang murah, tetapi bentuk dan mutunya yang
khusus dibuat untuk pasaran timur, dibanding dengan barang-barang
buatan dalam negeri sendiri yang lebih baik mutunya dan amat bagus
buatannya. Jawabannya yang sebenarnya ialah, oleh karena orang timur
umumnya tidak mengerti tentang mutu seni barang, dan hanya melihat
Page
kepada kemajuan teknologi dan budaya barat yang saat ini telah
mendunia.
Dari kenyataan di atas, kita tidak dapat menafikan, bahwa mayoritas
negeri timur telah terperangkap dalam penjajahan ekonomi dan budaya,
begitu pula dengan negeri ini. Contoh riil adalah di bidang ekonomi,
system ekonomi kita yang sangat keras, seakan tidak memberikan
peluang bagi usaha kecil untuk berkembang. Prinsip ekonomi ini sangat
bertentangan dengan prinsip ekonomi islam yang sangat memperhatikan
aspek social dan keadilan. Agama ini melarang praktek transaksi ekonomi
yang mengganggu keserasian hubungan antara anggota masyarakat. Di
samping itu islam menetapkan bahwa dalam harta milik pribadi terdapat
hak orang yang membutuhkan yang harus disalurkan kepada mereka, baik
dalam bentuk zakat maupun sedekah dan lain sebagainya.
Kekerasan ekonomi yang ditanamkan oleh barat telah melupakan kita,
bahwa selain bertanggung jawab kepada pemilik modal (investor) atau
pemegang saham, kita juga akan dimintai pertanggung jawaban di
hadapan Allah nanti di Yaumul Qiyamah. Ini adalah bentuk penjajahan
yang hingga saat ini belum merdeka, ketimpangan-ketimpangan ekonomi
dan kesenjangan social terjadi di semua lapisan masyarakat, sebagai
akibat dari maskulinitas system perekonomian yang telah jauh
menyimpang dari kaidah-kaidah islam.
2. Dari Segi Sosial dan Budaya
Jauh sebelum kebudayaan barat masuk ke bumi pertiwi, kebudayaan
kita jauh lebih berperadaban. Hidup bermasyarakat dengan norma-norma
kesusilaan telah dahulu ada di peradaban negara kita. Saat ini,
kebudayaan itu sedikit demi sedikit mulai terkikis.
Kita juga tidak dapat berpaling dari kenyataan penjajahan budaya
barat. Bahwa bangsa ini selalu demam dengan trend-trend barat yang
asusila. Satu contoh saja kita ambil. Ketika orang-orang barat
menyelenggarakan kontes ratu sejagat misalnya, maka dengan antusias
Negeri timur mendelegasikan wanita-wanita terhormatnya untuk
ditelanjangi, Cuma karena takut dikatakan terbelakang dan tidak modern.
Belum lagi desain-desain busana wanita yang sangat tidak menghargai
keindahan tubuh wanita, kemolekan tubuh wanita yang seharusnya
ditutupi, dieksploitasi ke setiap sudut mata memandang. Ini salah satu
bentuk penjajahan budaya bukan? Sungguh ironis memang.
Page
Dan yang lebih ironis lagi, Budaya berpakaian bebas, kadang membuat
generasi kita tergiur. Dari pemikiran barat yang mengacu kepada
kebebasan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi membuat kita
ikut-ikutan. Sebagian dari kita menganggap teori hak asasi manusia ini
sebagai suatu keadilan.
Munculnya pemilihan Miss Universe sebagai ajang internasional pada
tahun 1952, motif utamanya adalah bisnis. Perusahaan Pasific Mills
menyelenggarakan acara itu untuk mempromosikan pakaian Catalina.
Pada tahun1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang
kemudian ditayangkan CBS dan pada tahun 2003 beralih ke NBC, yang
tentunya sangat kental dengan kepentingan bisnis. Demikian pula di
Indonesia, kontes ratu-ratuan ini yang dimobilisasi oleh perusahan
kosmetik Mustika Ratu dan Marta Tilaar, hanyalah untuk mempromosikan
produknya, sehingga wanita Indonesia akan tergila-gila kosmetik. (Buletin
Sidogiri. hal 13 edisi 20 Rajab 1428 H).
Dikatakan “kontes tersebut diantaranya bertujuan mendongkrak citra
bangsa di hadapan dunia, bagian dari keterbukaan dan kebebasan hak
asasi, pemilihan putri tidak hanya mengandalkan kecantikan, tapi
kecerdasan dan sopan santun”. “ Perekonomian nasional bisa hancur
akibat dari UU APP ini “ ujar Poppy Darsono, penasehat Asosiasi Perancang
Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang diikuti oleh Ikatan Perancang
Mode Indonesia (IPMI), Asosiasi Pemasok Garment Aksesori Indonesia
(APGAI), Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO), Asosiasi Manufaktur
Indonesia (AMI),Asosiasi Perstektilan Indonesia (API) dan Asosiasi
Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI). (AULA, hal: 16, edisi April
2006).
Apapun alasan yang dijadikan justifikasi dalam ajang tersebut
hanyalah sebuah usaha menelanjangi norma-norma negeri timur dan
usaha melegitiminasi penjajahan terhadap budaya islam. Karena
mendongkrak citra bangsa, kebebasan hak asasi, kecerdasan suatu
bangsa dan sopan santun ataupun peradaban yang modern tidak bisa
dipresentasikan dengan seorang gadis atau wanita yang tidak punya rasa
malu untuk telanjang di hadapan dunia. Ini adalah bukti kebodohan yang
tidak pernah mengerti tentang tata nilai dan kehormatan sebuah bangsa.
B. TERHADAP KEBUDAYAAN TRADISIONAL
Seiring perkembangan zaman, era masyarakat modern kini cenderung
lebih mengakar pada budaya Barat yang dianggap lebih berkualitas.
Page
Semangat zaman dengan pengaruh Barat ini, sudah dianggap sebagai ciri
kemodernan atau sebagian dari ekspresi kebudayaan terkini.
Negara yang dikategorikan negara berkembang sebenarnya belum
siap dengan kemajuan yang berasal dari pemikiran barat. Barat yang
dengan seluruh kebudayaannya mendukung berjalan kemajuan mereka.
Tetapi yang masih memakai kebudayaan timur, dan sedikit banyaknya
telah
tersusupi
oleh
pemikiran
barat
malah
menjadi
kacau
balau. Masyarakat belum siap menghadapi perubahan sosial.
Masuknya modernisme dan hegemoni Negara adidaya yang masuk keNegara Islam menjadikan budaya yang tercipta di Negara-negara Islam
kini sudah seakan-akan mulai luntur, berbagai kesempatan orang asing
memasuki Negara Islam, mengakibatkan terberangusnya budaya yang
ada(tradisonal) seperti peraturan dan hokum Islam, norma-norma, etika,
estetika alam dan solidaritas terkikis perlahan-lahan sehingga terjadi
renggangnya budaya kebersamaan.
Budaya barat yang di bawa oleh orang barat mengakibatkan penduduk
Negara Islam terluluh lantahkan untuk mengikuti budaya tersebut. Pola
hidup yang sifatnya sesaat, nafsu dunia, mengakibatkan dekadensi, baik
moral, seni dan lainya. Budaya tradisional akhirnya kalah menarik, mereka
lebih tertarik mengembangkan budaya asing yang serba seksi dan enggan
dengan budaya yang kuno ( tradisional).
Page
BAB III
BIOGRAFI TOKOH
Muhammad bin ‘Abd Wahhab
\Biografi
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb (bahasa Arab:)محمد بن عبد الوهاب التميمى
Nama Lengkapnya Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin `Abdul Wahab
bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin
Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi. Beliau lahir
pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung `Uyainah (Najd), lebih kurang
70 km arah barat laut Kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang. Ayahnya
bernama Syekh Abdul Wahhab ibn Sulaiman
Page
Beliau meninggal dunia pada 29 Syawal
1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun,
setelah mengabdikan diri selama lebih 46
tahun dalam memangku jawatan sebagai
menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi .
\
Riwayat Pendidikan
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab
berkembang dan dibesarkan dalam kalangan
keluarga terpelajar. Ayahnya adalah ketua
jabatan
agama
setempat.
Sedangkan
kakeknya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat
Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan
agama. Oleh karena itu, kita tidaklah hairan apabila kelak beliau juga
menjadi seorang ulama besar seperti datuknya.
Sebagaimana lazimnya keluarga ulama, maka Syeikh Muhammad bin
`Abdul Wahab sejak masih kanak-kanak telah dididik dan ditempa jiwanya
dengan pendidikan agama, yang diajar sendiri oleh ayahnya, Syeikh
`Abdul Wahhab.
Sejak kecil lagi Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab sudah kelihatan
tanda-tanda kecerdasannya. Beliau tidak suka membuang masa dengan
sia-sia seperti kebiasaan tingkah laku kebanyakan kanak-kanak lain yang
sebaya dengannya. Berkat bimbingan kedua ibu-bapaknya, ditambah
dengan kecerdasan otak dan kerajinannya, Syeikh Muhammad bin `Abdul
Wahab telah berjaya menghafal al-Qur’an 30 juz sebelum berusia sepuluh
tahun.
Setelah beliau belajar pada orantuanya tentang beberapa bidang
pengajian dasar yang meliputi bahasa dan agama, beliau diserahkan oleh
ibu-bapaknya kepada para ulama setempat sebelum dikirim oleh ibubapaknya ke luar daerah. Tentang ketajaman fikirannya, saudaranya
Sulaiman bin `Abdul Wahab pernah menceritakan begini: “Bahwa ayah
mereka, Syeikh `Abdul Wahab merasa sangat kagum atas kecerdasan
Muhammad, padahal ia masih di bawah umur. Beliau berkata: `Sungguh
aku telah banyak mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan anakku
Muhammad, terutama di bidang ilmu Fiqh.’ “
Syeikh Muhammad mempunyai daya kecerdasan dan ingatan yang
kuat, sehingga apa saja yang dipelajarinya dapat difahaminya dengan
cepat sekali, kemudian apa yang telah dihafalnya tidak mudah pula hilang
dalam ingatannya. Demikianlah keadaannya, sehingga kawan-kawan
sepermainannya kagum dan heran kepadanya.
Setelah mencapai usia dewasa, Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab
diajak oleh ayahnya untuk bersama-sama pergi ke tanah suci Mekah untuk
Page
menunaikan rukun Islam yang kelima – mengerjakan haji di Baitullah. Dan
manakala telah selesai menunaikan ibadah haji, ayahnya terus kembali ke
kampung halamannya. Adapun Muhammad, ia tidak pulang, tetapi terus
tinggal di Mekah selama beberapa waktu, kemudian berpindah pula ke
Madinah untuk melanjutkan pengajiannya disana.
Di Madinah, beliau berguru pada dua orang ulama besar dan
termasyhur di waktu itu. Kedua-dua ulama tersebut sangat berjasa dalam
membentuk pemikirannya, yaitu Syeikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif anNajdi dan Syeikh Muhammad Hayah al-Sindi. Selama berada di Madinah,
beliau sangat prihatin menyaksikan ramai umat Islam setempat maupun
penziarah dari luar kota Madinah yang telah melakukan perbuatanperbuatan tidak kesyirikan dan tidak sepatutnya dilakukan oleh orang
yang mengaku dirinya Muslim. Beliau melihat ramai umat yang berziarah
ke maqam Nabi maupun ke maqam-maqam lainnya untuk memohon
syafaat, bahkan meminta sesuatu hajat pada kuburan mahupun
penghuninya, yang mana hal ini sama sekali tidak dibenarkan oleh agama
Islam. Apa yang disaksikannya itu menurut Syeikh Muhammad adalah
sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
\ Ide Pemikiran
Usaha pemberharuan Muhammad bin Abdul Wahab adalah suatu upaya untuk
mengembalikan kehidupan umat sesuai dengan kehidupan Nabi saw, dan sahabatsahabatnya yang saleh. Mereka harus taat dan patuh melakukan perintah-perintah
dan hukum-hukum al-Qur’an dan sunah Nabi saw. Segala bentuk kesyirikan dan
bid’ah serta penambahan dari bentuk Islam pada masa Nabi saw diberantas. Kultus
terhadap orang-orang yang dianggap suci, pengagungan terhadap kurburan, dan
benda-benda yang dikeramatkan disapu bersih. Tarekat-tarekat kesufian dilarang.
Paham dan gerakan Muhamman bin Abdul Wahab di bidang akidah dan syariah
adalah sebagai berikut:
Tauhid adalah pemahaman tentang ketuhanan yang penting memadai sebagai
jalan yang mampu memurnikan akidah Islam yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.
Tidak ada perkataan seorang pun yang patut dijadikan dalil agama Islam,
melaikan firman Allah dan sunah Rasulullah saw.
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
Pintu ijtihad terbuka sepanjang masa dan tidak pernah terputus.
Syirik dalam segala bentuk, khurafat dan takhayul harus dikikis habis.
Ia menhendaki system pendidikan diubah dengan system dinamis dan kreatif.
Page
Pola (kerangka) pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab terhadap al-Qur’an dan
sunah menyatakan bahwa wibawa keduanya mutlak. Adapun akal hanya berfungsi
sebagai instrument atau alat untuk memahami maksud-maksud nas. Inilah yang
disebut sebagi Pola Puritanis atau Salafiyah.
Berbicara masalah pola pemikiran terhadap al-Qur’an dan sunah, kiranya ada
yang perlu dipertanyakan, yaitu khusunya yang menyangkut golongan Asy’ariah
dan Maturidiah. Penggolongan pemikiran mereka disebabkan penakwilan sifat-sifat
Allah, seperti istawā dan nuzūl. Sementaata itu, golongan salafiah mengetengahkan
bentuk ketauhidan yang mereka sebut tauhid asmā’ wa al-sifāt. Maksudnya, kita
wajib mengimani semua sifat dan asma Allah seperti yang telah ditentukan
Rasulullah saw, tanpa tasybih, takwil, dan ta’til. Tasybih adalah menyerupakan
Allah dengan makhluk, sedangkan takwil adalh memalingkan arti sifat-sifat Allah ke
arti lain, adapun ta’til adalah mengingkari sifat-sifat Allah.
Pemikiran Imam al-Asy’ari banyak mempunyai titik kesamaan dengan pola piker
golongan salafiah yang dipelopori Imam Ahamad bin Hambal dan diikuti Muhammad
bin Abdul Wahab. Muhammad bin Abdul Wahab berpendirian tentang kemutlakan
al-Qur’an dan sunah. Pendiriannya itu merupakan pokok dari kehendaknya untuk
mengembalikan ajaran Islam ke bentuk ajaran pada masa Rasulullah saw dan
sahabat-sahabat. Dengan kata lain, ia berusaha mengajak kembali ke bentuk
agama yang diamalkan ulama-ulama salaf. Oleh karena itu, pola ini lazim disebut
salafiah. Sementara itu, kaum orientalis menyebutnya sebagai pola pikir tradisional.
Paham Wahabi hingga kini menjadi mazhab resmi Kerajaan Saudi Arabia yang
berpusat di Riyad. Pengaruh gerakan Wahabi ini tidak terbatas di Jazirah Arab saja,
tetapi sampai ke penjuru negeri Islam, seperti:
Di Nigeria dan Sudan disebarluaskan Syaikh usman dan Fodio;
Di Aljazair dan Libia disebarluaskan Imam Sanusi;
Di Mesir disebarluaskan Syaikh Muhammad Abduh;
Di Oman disebarluaskan gerakan Biyadiyyah;
Di India disebarluaskan Sayyid Ahmad dengan gerakan Mujahidin;
Di Minangkabau disebarluaskan H. Miskin, H. Piabang, dan H. Sumanik
dengan gerakan paderinya.
Jamaludin Al-Afghani
\ Biografi
Page
As-Sayid Muhammad bin Shafdar Al-Husain atau
lebih dikenal dengan nama Jamaluddin Al-Afghani.
Beliau lahir di desa Asadabad, Distrik Konar,
Afghanistan pada tahun 1838, Al-Afghani masih
memiliki ikatan darah dengan cucu Rasulullah SAW.
Ayahanda beliau bernama Sayyid Safdar alHusainiyyah. Ia merupakan seorang pemikir Islam,
aktivis politik, dan jurnalis terkenal.
\ Riwayat Pendidikan
Pendidikan dasar ia peroleh di tanah kelahirannya, pada usia 8 tahun AlAfghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau tekun
mempela¬jari bahasa Arab, sejarah, matematika, fil¬safat, fiqh dan ilmu
keislaman lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah menguasai hampir
seluruh cabang ilmu pengetahuan meliputi filsafat, hukum, sejarah,
kedokteran, astronomi, matematika, dan beberapa cabang ilmu keislaman.
Di tengah kemunduran kaum Muslimin dan gejolak kolonialisme bangsa
Eropa di negeri-negeri Islam, Al-Afghani menjadi seorang tokoh yang amat
memengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi-aksi sosial pada abad ke19 dan ke-20. Kebencian Al-Afghani terhadap kolonialisme menjadikannya
perumus dan agitator paham serta gerakan nasionalisme dan panIslamisme yang gigih, baik melalui pidatonya maupun tulisan-tulisannya.
Al-Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya
terhadap ilmu pengetahuan bak ensiklopedia. Setelah membekali dirinya
dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur dan Barat (terutama
Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya membangkitkan Islam.
Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi periode
yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang telah
membara dalam dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan
India yang berada dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh
India. Afghani turut ambil bagian dari periode yang genting ini, dengan
bergabung dalam peperangan kemerdekaan India pada bulan Mei 1857.
Namun, Afghani masih sempat pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh
penguasa
Afghanistan,
Dost
Muhammad,
yang
kemudian
menganugerahinya posisi penting dalam pemerintahannya. Ketika Sher Ali
Khan menggantikan Dost Muhammad Khan pada 1864, Al-Afghani
Page
diangkat menjadi penasihatnya. Dan beberapa tahun kemudian diangkat
menjadi perdana menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Karena campur
tangan Inggris dalam soal politik di Afghanistan dan kekalahannya dalam
pergolakan melawan golongan yang disokong Inggris, Afghani
meninggalkan Afghanistan pada 1869 menuju India. Meninggalkan Kabul,
Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah. Rupanya, efek
pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak
diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu
masuk ke India. Pada tahun 1869 Afghani masuk ke India untuk yang
kedua kalinya. Ia disambut baik oleh pemerintah India, tetapi tidak
diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin India berpengaruh yang
berperan dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani akan
menyebabkan pergolakan rakyat melawan pemerintah kolonial,
pemerintah India mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan
Suez yang sedang bergolak. Karena koloni Inggris yang berada di India
selalu mengawasi kegiatannya, ia pun meninggalkan India dan pergi ke
Mesir pada 1871, dan menetap di Kairo. Di Kairo dan menjauhkan urusan
politik untuk berkonsentrasi ke bidang ilmiah dan sastra Arab. Rumah
tempat tinggalnya menjadi pusat pertemuan bagi para mahasiswa,
diantaranya adalah Muhammad Abduh.
\ Ide Pemikiran
Selama di Mesir Jamaluddin al-Afghani mengajukan konsep-konsep
pembaharuannya, antara lain yang pokoknya :
I.
Musuh utama adalah penjajah (Barat),
II.
Ummat Islam harus menantang penjajahan dimana dan kapan
saja.
III.
Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (PanIslamisme).
Pan-Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi
satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam
kerjasama. Persatuan dan kerjasama merupakan sendi yang amat penting
dalam Islam. Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam
kesatuan dan kembali kepada ajaran Islam yang murni yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul.
Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas :
A. Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan
B. Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat
budi luhur.
C. Rukun iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup
D. Setiap generasi umat harus ada lapisan istimewa untuk
memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia yang
bodoh dan memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan
disiplin .
Page
Dari Mesir, Jamaluddin al-Afghani pergi ke Turki dan tokoh-tokoh
terkemuka di sana sangat terpengaruh oleh pengajaran-pengajarannya.
Pada tahun 1871 beliau kembali ke negeri Mesir untuk membangkitkan
kegemilangan
umat
Islam
dan
ajaran-ajarannya.
Beliau
juga
mengkhidmatkan dirinya dalam kerja-kerja kebajikan dan pendidikan.
Beliau telah mendesak pihak yang mengiktirafkan bahasa Urdu sebagai
bahasa pengantar dalam pemerintah, bahkan menjadikannya sebagai
bahasa rasmi negara. Akibat dari keberaniannya itu beliau telah ditangkap
lalu di bawa ke Culcutta. Dari sana Jamaluddin di bawa ke Inggris.
Dikota Paris, Jamaluddin telah mengasaskan Badan "Pertubuhan
Alurvatul Vusuka" lalu menerbitkan sebuah akhbar mingguan dalam
bahasa Arab yang bertujuan untuk mengobarkan gerakan Pan-Islamisme.
Faham yang hendak ditanamkan oleh Jamaluddin al-Afghani akan menjadi
mangsa penjajahan Barat satu demi satu kecuali mereka mengorak
langkah untuk menyatukan tenaga untuk mengalahkan cita-cita mereka
yang jahat itu.
Dari kota Paris Jamaluddin Al Afghani telah ke Moscow dan kemudian ke
bandar St.Petersburg. Dimana beliau telah tinggal lebih dari empat tahun.
Di sana beliau berjaya membujuk Maharaja Czar Russia bagi
membenarkan rakyatnya yang beragama Islam supaya menerbitkan Kitab
Al Qur'an dengan bebas serta buku-buku agama yang lain. Al Afghani telah
menekankan satu hakikat bahawa keteguhan sebuah negara tidak
bergantung kepada tentaranya melainkan semangat rakyatnya.
Bentuk pengajaran Jamaluddin Al Afghani terdapat dua kesimpulan.
Pertama beliau menekankan supaya pengajaran agama Islam itu
diperbaiki supaya sesuai dan dapat mengikuti tamadun moden dan kedua
bertujuan untuk membebaskan negara Islam dari kekuasaan Barat. Beliau
berpendapat bahwa umat Islam telah merosot akhlaknya dan lemah
semangat serta dikuasai oleh hawa nafsu yang buas. Beliau menaruh
keyakinan penuh bahwa kekuasaan Barat kepada negara Islam adalah
amat bahaya dengan keadaan demikian. Jika umat Islam tidak berubah,
mereka pasti akan menerima nasib yang lebih buruk lagi. Oleh yang
demikian umat Islam hendaknya bangkit untuk kembali pada agama dan
diri mereka sebagai umat yang mulia lagi terpuji .
Peran Al-Afghani dalam gerakan refor¬masi tertuang dalam beberapa
sasaran dari diterbitkannya “Al-Urwa al-Wustqa” di Paris bersama Syaikh
Muhammad Abduh di antaranya:
pertama, se¬nantiasa membantah tuduhan Barat yang ditujukan
kepada orang Islam dengan memutarbalikkan propaganda Barat
Page
yang menyatakan bahwa kaum muslimin tidak akan bangkit, selama
mereka masih berpegang teguh pada agamanya.
Kedua, memaparkan bagi orang-orang Timur realita dan rahasiarahasia internasional, agar mereka tahu rencana politikus Eropa
terhadap Islam. Sehigga, orang-orang Timur tidak mudah
terpengaruh oleh propaganda yang mereka gembar-gemborkan.
Ketiga, memperkuat hubungan antarumat Islam dan memberikan
penjelasan tentang asas-asas solidaritas, untuk menepis intervensi
politik luar dan juga seruan untuk menggali khazanah ajaran agama
serta menjauhi fanatisme kelompok atau golongan. Selain beberapa
sasaran yang termak¬tub di atas, dalam gerakan reformasi, AlAfghani mempunyai agresivitas untuk menjadikan pemerintahan
Islam menjadi satu. Akan tetapi semangat ini tidak mendapat
dukungan. Maka kembali ia menyerukan untuk saling tolong
menolong antara raja-raja di negara Islam, agar mengatur daerahdaerah kekuasaanya sesuai dengan norma agama. Sedangkan
idiologi yang beliau tawarkan adalah agama sebagai balance umat
yang di dalamnya terdapat kebahagiaan, kemenangan dan
mobilisasi kehidupan. Sementara atheisme adalah bakteri
keburukan, penyebab destruksi negara dan umat. Selain itu, dalam
perjalanannya beliau sering menawarkan konsep musyawarah,
demokrasi dan keadilan dalam pemerintahan .
Malang melintang ke berbagai negara ia lakukan demi tercapainya
renaisance (kebangkitan) dunia Islam. Proyeknya itu kemudian dikenal
dengan "Pan Islamisme", sebuah gagasan untuk membangkitkan dan
menyatukan dunia Arab khususunya, dan dunia Islam umumnya untuk
melawan kolonialisme Barat, Inggris, dan Perancis khususnya yang kala itu
banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan negara-negara
berkembang.
Secara umum, inti Pan-Islamisme Jamaluddin itu terletak pada ide
bahwa Islam adalah satu-satunya ikatan kesatuan kaum Muslim . Jika
ikatan itu diperkokoh, jika ia menjadi sumber kehidupan dan pusat
loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar biasa akan
memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan negara Islam yang kuat
dan stabil. Berbagai kalangan, seperti ditulis pakar sejarah Azyumardi Azra
dalam Historiografi Islam Kontemporer, menilai ide Jamaluddin itu
sebenarnya sebagai entitas politik Islam universal. Mau tak mau, ia pun
bersentuhan langsung dengan para penjajah itu.
Dengan gagasannya ini, Al-Afghani mengubah Islam menjadi ideologi
anti-kolonialis yang menyerukan aksi politik menentang Barat . Baginya,
Page
Islam adalah faktor yang paling esensial untuk perjuangan kaum Muslim
melawan Eropa, dan Barat pada umumnya. Namun demikian, pada saat
yang sama Al-Afghani juga mendukung ide semacam nasionalisme, lebih
tepatnya "nasionalitas" (jinsiyyah) dan "cinta tanah air" (wathaniyyah).
Sepintas, dua gagasan ini boleh jadi kontradiktif dengan gagasannya
tentang Pan-Islamisme. Namun, tampaknya Jamaluddin tak ambil pusing.
Baginya, bila dua 'entitas' itu dapat disatukan menjadi sebuah kekuatan
besar yang dapat merubah nasib dunia Islam.
Muhammad Abduh
\ Biografi
Syekh Muhamad Abduh (Bahasa Arab: )محمد عبده
bernama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan
Khairullah. Beliau dilahirkan di desa Mahallat
Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada 1850
M/1266 H, berasal dari keluarga yang tidak
tergolong kaya dan bukan pula keturunan
bangsawan.
Muhammad Abduh hidup dalam lingkungan
keluarga petani di pedesaan. Namun demikian,
ayahnya dikenal sebagai orang terhormat yang
suka memberi pertolongan. Semua saudaranya
membantu ayahnya mengelola usaha pertanian,
kecuali Muhammad Abduh yang oleh ayahnya ditugaskan untuk menuntut
ilmu pengetahuan. Pilihan ini bisa jadi hanya suatu kebetulan atau
mungkin juga karena ia sangat dicintai oleh ayah dan ibunya. Hal tersebut
terbukti dengan sikap ibunya yang tidak sabar ketika ditinggal oleh
Muhammad Abduh ke desa lain, baru dua minggu sejak kepergiannya,
ibunya sudah datang menjenguk. Beliau dikawinkan dalam usia yang
sangat muda yaitu pada tahun 1865, saat ia baru berusia 16 tahun.
\ Riwayat Pendidikan
Pendidikan Muhammad Abduh dimulai dari Masjid al-Ahmadi Thantha
(sekitar 80 Km. dari Kairo) untuk mempelajari tajwid Al-Qur'an. Setelah
dua tahun berjalan di sana, pada tahun 1864 ia memutuskan untuk
Page
kembali ke desanya dan bertani seperti saudara-saudara dan kerabatnya.
Waktu kembali ke desa inilah ia dikawinkan.
Walaupun sudah kawin, ayahnya tetap memaksanya untuk
kembali belajar. Namun Muhammad Abduh sudah bertekad untuk tidak
kembali. Maka ia lari ke desa Syibral Khit − tempat di mana banyak
paman dari pihak ayahnya yang bertempat tinggal. Di kota inilah ia
bertemu dengan Syaikh Darwisy Khidr, salah seorang pamannya yang
mempunyai pengetahuan mengenai al-Qur'an dan menganut paham
tasawuf asy-Syadziliah. Pada periode ini, Muhammad Abduh sangat
dipengaruhi oleh cara dan paham sufi yang ditanamkan oleh sang paman.
Ia berhasil merubah pandangan pemuda ini dari seorang yang membenci
ilmu pengetahuan menjadi menggemarinya.
Beliau sempat kembali ke Masjid al-Ahmadi Thantha, kemudian
menuju ke Kairo untuk belajar di al-Azhar, yaitu pada bulan Februari,
1866. Di perguruan ini ia sempat berkenalan dengan sekian banyak dosen
yang dikaguminya, di antaranya: Pertama, Syaikh Hasan ath-Thawi yang
mengajarkan kitab-kitab filsafat karangan Ibnu Sina, logika karangan
Aristoteles, dan lain sebagainya. Padahal, kitab-kitab tersebut tidak
diajarkan di al-Azhar pada waktu itu; Kedua, Muhammad al-Basyuni,
seorang ilmuan yang banyak mencurahkan perhatian dalam bidang sastra
bahasa, bukan melalui pengajaran tata bahasa melainkan melalui
kehalusan rasa dan kemampuan mempraktekkannya.
Ketika Jamaluddin al-Afghani tiba di Mesir, tahun 1871,
kehadirannya disambut oleh Muhammad Abduh dengan menghadiri
pertemuan-pertemuan ilmiah yang diadakan olehnya. Hubungan ini
mengalihkan kecenderungan Muhammad Abduh dari tasawuf dalam arti
yang sempit, sebagai bentuk tata cara berpakaian dan zikir, kepada
tasawuf dalam arti yang lain, yaitu perjuangan untuk melakukan perbaikan
keadaan masyarakat, membimbing mereka untuk maju, dan membela
ajaran-ajaran Islam.
Setelah dua tahun sejak pertemuannya dengan Jamaluddin alAfghani, terjadilah perubahan yang sangat berarti pada kepribadian Abduh
dan mulailah ia menulis kitab-kitab karangannya seperti Risalah al-'Aridat
(1837), disusul kemudian dengan Hasyiah Syarah al-Jalal ad-Diwani Lil
‘Aqaid adh-Adhudhiyah (1875). Dalam karangannya ini, Abduh yang ketika
itu baru berumur 26 tahun telah menulis dengan mendalam tentang
aliran-aliran filsafat, ilmu kalam (teologi), dan tasawwuf, serta mengkritik
pendapat-pendapat yang dianggapnya salah.
Di samping itu, Abduh juga menulis artikel-artikel pembaruan di
surat kabar Al-Ahram, Kairo. Melalui media ini gema tulisan tersebut
sampai ke telinga para pengajar di al-Azhar yang sebagian di antaranya
Page
menimbulkan kontroversi serta pembelaan dari Syaikh Muhammad alMahdi al-Abbasi, di mana ketika beliau menduduki jabatan "Syaikh alAzhar", Muhammad Abduh dinyatakan lulus dengan mencapai tingkat
tertinggi di al-Azhar, dalam usia 28 tahun (1877 M).
Setelah lulus dari tingkat Alamiyah (sekarang Lc.), ia
mengabdikan diri pada al-Azhar dengan mengajar Manthiq (Logika) dan
Ilmu Kalam (Teologi), sedangkan di rumahnya ia mengajar pula kitab
Tahdzib al-Akhlaq karangan Ibnu Maskawaih dan Sejarah Peradaban
Kerajaan-kerajaan Eropa.
Pada tahun 1878, ia diangkat sebagai Pengajar Sejarah pada sekolah
Dar al-'Ulum (yang kemudian menjadi fakultas) dan ilmu-ilmu bahasa Arab
pada Madrasah Al-Idarah Wal Alsun (Sekolah Administrasi dan Bahasabahasa).
Pada tahun 1879, Muhammad Abduh diberhentikan dari dua
sekolah yang disebut terakhir dan diasingkan ke tempat kelahirannya,
Mahallat Nashr (Mesir), berbarengan dengan terjadinya pengusiran
terhadap Jamaluddin al-Afghani oleh pemerintah Mesir atas hasutan
Inggris yang ketika itu sangat berpengaruh di Mesir. Akan tetapi, dengan
terjadinya perubahan Kabinet pada 1880, beliau dibebaskan kembali dan
diserahi tugas memimpin surat kabar resmi pemerintah, Al-Waqa'i alMishriyah. Surat kabar ini, oleh Muhammad Abduh dan kawan-kawan
bekas murid Al-Afghani, dijadikan media untuk mengkritik pemerintah dan
aparat-aparatnya yang menyeleweng atau bertindak sewenang-wenang.
Setelah Revolusi Urabi tahun 1882 (yang berakhir dengan
kegagalan), Muhammad Abduh yang ketika itu masih memimpin surat
kabar Al-Waqa'i, dituduh terlibat dalam revolusi tersebut, sehingga
pemerintah Mesir memutuskan untuk mengasingkannya selama tiga tahun
dengan memberi hak kepadanya memilih tempat pengasingan, dan ia
memilih Suriah.
Di Negara ini Muhammad Abduh menetap selama setahun.
Kemudian ia menyusul gurunya, Jamaluddin Al-Afghani, yang ketika itu
berada di Paris. Di sana mereka berdua menerbitkan surat kabar
Al-'Urwah al-Wutsqa, yang bertujuan mendirikan Pan-Islam dan menentang
penjajahan Barat, khususnya Inggris.
\ Ide Pemikiran
Membebaskan aqal fikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang
menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana
haqnya salaful ummah, yakni memahami langsung dari sumber
pokoknya, Al-Qur’an dan Hadits. [Wajarlah jika para pengikutnya
beranggapan bahwa setiap orang boleh berijtihad, admin]
Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam
percakapan resmi di kantor-kantor pemerintahan maupun dalam
Page
tulisan-tulisan di media massa. [Hal ini juga merupakan salah satu
point yang ditekankan Hasan Al-Banna yang merupakan salah satu
pengagum Muhammad Abduh dan Al-Manarnya, admin.]
Rasyid Ridho
\ Biografi
Nama lengkapnya adalah Muhammad
Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad Syams
al-Din al-Qalamuni. Dilahirkkan pada
tanggal 27 Jumad al-Ula 1282 H. atau
tahun 1865 M. di sebuah desa yang
bernama Qalamun sekitar empat kilometer
dari Tripoli, Libanon. Muhammad Rasyid
Ridha adalah seorang bangsawan Arab
yang mempunyai keturunan langsung
dengan Saydina Husain bin ali bin abi thalib (ayahnya).
\ Riwayat Pendidikan
Semasa kecilnya (usia tujuh tahun) , Rasyid Ridha dimasukkan oleh
orang tuanya ke madrasah tradisional di desanya, Qalamun, untuk belajar
membaca Alquran, belajar menulis, dan berhitung. Berbeda dengan anakanak seusianya, Rasyid kecil lebih sering menghabiskan waktunya untuk
belajar dan membaca buku daripada bermain, dan sejak kecil memang ia
telah memiliki kecerdasan yang tinggi dan kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha memperoleh pendidikan
yang lebih modern di Madrasah Ibtidaiyyah al –Rusydiyyah di Tripoli. Di
madrasah itu diajarkan ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu tauhid, ilmu fiqih,
ilmu bumi dan matematika. Bahasa pengantar adalah bahasa turki,
karena madrasan ini adalah milik pemerintah yang bertujuan untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menjadi pegawai
pemerintahan Turki Usman.
Oleh karena enggan menjadi pegawai pemerintah, Rasyid Ridha
kemudian keluar dari madrasah al –Rusydiyyah setelah lebih kurang satu
tahun belajar di sana. Selanjutnya, pada tahun 1299 atau 1300 H, Rasyid
Ridha memasuki Madrasah Wathaniyyah Islamiyyah yang didirikan dan
dipimpin oleh Syekh Husayn al-Jisr seorang ulama besar Libanon yang
telah dipengaruhi oleh ide-ide pembaruan yang digulirkan oleh Sayyid
Jamal al-Din al-Afghani dan Syekh Muhammad Abduh. Sang gurulah yang
telah banyak berjasa dalam menumbuhkan semangat ilmiah dan ide
pembaruan dalam diri Rasyid Ridha di kemudian hari. Di antara pikiran
gurunya yang sangat berpengaruh adalah pernyataan bahwa satu-satunya
Page
jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk mencapai kemajuan adalah
memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum dengan metode
modern. Hal tersebut didasari kenyataan sekolah-sekolah yang didirikan
bangsa Eropa saat ini banyak diminati oleh para pelajar dari seluruh
penjuru dunia, padahal tidak disajikan pelajaran agama di dalamnya.
Namun, Rasyid Ridha tidak dapat lama belajar di sekolah ini karena
sekolah tersebut terpaksa ditutup setelah mendapat hambatan politik dari
pemerintah Kerajaan Usmani. Untuk tetap melanjutkan studinya, dia pun
pindah ke salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Meskipun sudah
pindah sekolah, tetapi hubungan Ridha dengan guru utamanya saat di
Madrasah Al-Wathaniyyah Al-Islamiyyah terus berlanjut.
Selain belajar pada syekh Husayn al-Jisr, Rasyid Ridha juga pernah
belajar pada ulama-ulama besar yang lain, seperti Syekh ‘Abdulghani alRafi’i, Syekh Muhammad al-Qawaqiji, dan Syekh Mahmud Nasyabah.
Kepada Syekh ‘Abdulghani al-Rafi’i, Syekh Muhammad al-Qawaqiji Rasyid
Ridha belajar ilmu-ilmu bahasa Arab beserta sastranya dan tasawuf,
sedangkan pada syekh Mahmud Nasyabah ia belajar fiqh al-Syafi’i dan
hadits. Berkat didikan syekh Mahmud Nasyabah itulah pula, Rasyid Ridha
kelak menjadi seorang pakar fiqh dan pakar hadits.
\ Ide Pemikiran
1. Bid’ah dan Faham Fatalisme: Penyebab Kemunduran
Umat Islam
Hampir tidak jauh berbeda pemikiran Rasyid Ridha mengenai
pembaruannya dengan para gurunya, yaitu Muhammad ‘Abduh dan
Jamaluddin al-Afghani. Ia juga berpendapat bahwa umat Islam mundur
karena tidak menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Pemahaman
umat Islam tentang ajaran-ajaran agama mengalami kesalahan dan
perbuatan-perbuatan mereka dianggap telah menyeleweng dari ajaran
Islam yang hakiki. Ke dalam tubuh Islam telah banyak masuk bid’ah yang
merugikan bagi perkembangan dan kemajuan umat.
Menurut Rasyid Ridha, di antara bid’ah-bid’ah itu ialah pendapat bahwa
dalam Islam terdapat ajaran kekuatan batin yang membuat pemiliknya
dapat memperoleh segala apa yang dikehendakinya. Bid’ah lain yang
ditentang keras oleh Rasyid Ridha ialah ajaran syekh-syekh tarekat
tentang tidak pentignya hidup duniawi, tentang tawakkal, dan tentang
pujaan dan kepatuhan berlebih-lebihan pada syekh dan wali.
Umat, demikian menurut Rasyid Ridha, harus dibawa kembali kepada
ajaran Islam yang sebenarnya, murni dari segala bid’ah. Islam murni itu
Page
sederhana sekali, sederhana dalam ibadat dan sederhana dalam
muamalatnya. Yang meruwetkan ajaran Islam, adalah justeru sunah-sunah
yang ditambahkan hingga mengkaburkan antara wajib dan sunnah. Dalam
soal muamalah, hanya dasar-dasar yang diberikan, seperti keadilan,
persamaan, pemerintahan syura. Perincian dan pelaksanaan dari dasardasar ini diserahkan kepada umat untuk menentukannya. Hukum-hukum
fiqh mengenai hidup kemasyarakatan, tidak boleh dianggap absolut dan
tak dapat diubah. Hukum-hukum itu timbul sesuai dengan suasana tempat
dan zamannya.
Terhadap sikap fanatik di zamannya ia menganjurkan supaya toleransi
bermazhab dihidupkan. Dalam hal-hal fundamental-lah yang perlu
dipertahankan, yaitu persatuan umat. Selanjutnya ia menganjurkan
pembaruan dalam bidang hukum dan penyatuan mazhab hukum.
Sebagaimana disebutkan di atas, Rasyid Ridla mengakui terdapat faham
fatalisme di kalangan umat Islam. Menurutnya, bahwa salah satu dari
sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran umat Islam ialah faham
fatalisme (‘aqidah al-jabr) itu. Selanjutnya salah satu sebab yang
membawa masyarakat Eropa kepada kemajuan ialah faham dinamis yang
terdapat di kalangan mereka. Islam sebenarnya mengandung ajaran
dinamis. Orang Islam disuruh bersikap aktif. Dinamis dan sikap aktif itu
terkandung dalam kata jihad; jihad dalam arti berusaha keras, dan sedia
memberi pengorbanan, harta bahkan juga jiwa. Faham jihad inilah yang
menyebabkan umat Islam di zaman klasik dapat menguasai dunia.
2. Pembaruan Rasyid Ridha dalam Masalah Ijtihad
Sebagaimana Muhammad ‘Abduh, Rasyid Ridla sangat menghargai akal
manusia, walaupun penghargaannya terhadap akal tidak setinggi
penghargaan yang diberikan gurunya. Akal dapat dipakai dalam
menafsirkan ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi tidak
terhadap ibadah. Ijtihad dalam soal ibadah tidak lagi diperlukan. Ijtihad
(fungsi eksplorasi akal) dapat dipergunakan terhadap ayat dan hadis yang
tidak mengandung arti tegas dan terhadap persoalan-persoalan yang tidak
disebutkan secara langsung dalam al-Qur’an dan hadits. Di sinilah,
menurut Rasyid Ridla, terletak dinamika Islam.
Lebih jauh, mengenai ijtihad, Rasyid Ridla berkata:
“Tidak ada ishlah (pembaruan) kecuali dengan dakwah; tidak ada
dakwah kecuali dengan hujjah (argumentasi yang dapat diterima secara
rasional); dan tidak ada hujjah dalam hal mengikut secara buta (taqlid).
Yang mesti ada adalah tertutupnya pintu taqlid buta, dan terbukanya pintu
bagi faham rasional yang argumentatif adalah awal dari setiap upaya
Page
ishlah. Taqlid merupakan hijab yang sangat tebal yang tidak disertai ilmu
dan pemahaman.”
Mengenai ilmu pengetahuan, menurut Rasyid Ridla, peradaban Barat
modern didasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Untuk
kemajuan, umat Islam harus mau menerima peradaban Barat yang ada.
Barat maju, demikian menurut Rasyid Ridla, karena mereka mau
mengambil ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat Islam zaman
klasik. Dengan demikian mengambil ilmu pengetahuan barat modern
sebenarnya berarti mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah
dimiliki umat Islam.
3. Pan-Islamisme
Sebagaimana al-Afghani, Rasyid Ridla juga melihat perlunya dihidupkan
kesatuan umat Islam. Menurutnya, salah satu sebab lain bagi kemunduran
umat ialah perpecahan yang terjadi di kalangan mereka. Kesatuan yang
dimaksud oleh beliau bukanlah kesatuan yang didasarkan atas kesatuan
bahasa atau kesatuan bangsa, tetapi kesatuan atas dasar keyakinan yang
sama. Oleh karena itu ia tidak setuju dengan gerakan nasionalisme yang
dipelopori Mustafa Kamil di Mesir dan gerakan nasionalisme Turki yang
dipelopori Turki Muda. Ia menganggap bahwa faham nasionalisme
bertentangan dengan ajaran persaudaraan seluruh umat Islam.
Persaudaraan dalam islam tidak kenal pada perbedaan bangsa dan
bahasa, bahkan tidak kenal perbedaan tanah air.
Rasyid Ridla tidak memberikan format yang jelas bagi bentuk kesatuan
yang dimaksud. Ia hanya menawarkan kekhalifahan yang sekaligus
mengemban fungsi sebagai kepala negara. Khalifah, menurutnya, karena
mempunyai kekuasaan legislatif maka harus mempunyai sifat mujtahid.
Tetapi, khalifah tidak boleh bersifat absolut. Ulama merupakan pembantupembantunya yang uatama dalam soal memerintah rakyat.
Untuk mewujudkan kesatuan umat itu, ia pada mulanya meletakkan
harapan pada kerajaan Utsmani, tetapi harapan itu hilang setelah Mustafa
Kamal berkuasa di Istambul dan kemudian menghapuskan sistem
pemerintahan kekhalifahan. Selanjutnya ia meletakkan harapan pada
kerajaan Saudi Arabia setelah raja Abd Al-Aziz dapat merebut kekuasaan di
Semenanjung Arabia.
Karya-karya yang dihasilkan semasa hidup Rasyid Ridho pun cukup
banyak. Antara lain:
Tarikh Al-Ustadz Al-Imama As-Syaikh’ Abduh (sejarah hidup Imam
Syaikh Muhammad Abduh)
Page
Nida’Li Al-jins Al-Latif (panggilan terhadap kaum wanita)
Al-Wahyu Muhammad
Muhammad SAW)
(wahyu
Allah
yang
diturunkan
kepada
Yusr Al-Islam wa Usul At-TASYRI’ Al-‘Am (kemdahan agama ilam dan
dasar-dasar umum penetapan hokum islam)
Khilafah wa Al-Imamah Al-Uzma (kekhalifahan dan imam-imam besar)
Muhawarah Al-Muslih wa
pembaharudan konservatif)
Al-Muqqallid
(dialog
antara
kaum
Zikra Al-Maulid An Nabawiy (perinatan kelahiran nabi Muhammad SAW)
Haquq Al-Mar’ah As-Solihah (hak-hak wanita muslim).
Muhammad Iqbal
\ Biografi
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab,
India, dari keluraga menengah pada tanggal 22
Pebruari
1873.
Beberapa
sumber
juga
mengatakan, bahwa ia lahir pada tahun 1876.
Ayahnya Nur Muhammad, pada mulanya adalah
seorang pegawai negeri, kemudian menjadi
seorang pedagang yang mempunyai rasa kejiwaan
mistis dan rasa keagamaan yang mendalam.
Nenek moyangnya adalah dari orang-orang
Brahma Kasymir yang telah memeluk agama Islam
kira-kira tiga abad sebelum Muhammad Iqbal lahir.
Mereka pindah ke Punjab pada awal abad ke XIX
dan menetap di Sialkot.
\ Riwayat Pendidik
Pada waktu Muhammad Iqbal menerima pendidikan dari ayahnya. Mulamula sekali ia belajar al-Quran. Kemudian masuk ke Murry College.
Gurunya antara lain ialah Mir Hasan. Seorang ulama besar dan guru dalam
Ilmu Ke-susasteraan Persia dan Arab. Dialah yang pertama kali
memompakan agama ke dalam jiwa Muhammad Iqbal. Sejak itu,
Muhammad Iqbal gemar sekali mengubah syair-syiar ke dalam bahasa
Urdu, dan bakatnya itu lebih berkembang lagi setelah ia di Delhi, pusat
intelektualisme di anak benua Indo-Pakistan waktu itu.
Muhammad Iqbal menyelesaikan studinya di Sialkot, lalu melanjutkan
pendidikan ke Government College di Lahore sampai memperoleh gelar
Magister-nya. Gurunya yang terkenal ialah Sir Thomas Arnold, seorang
orientalis yang mendorong Iqbal melanjutkan studi di Universitas
Page
Camridge, Inggris. Guru inilah mengajarkan sejarah dan Philosopy kepada
Muhammad Iqbal.
Ketika berusia sekitar 29 tahun (1905), Muhammad Iqbal melanjutkan
pendidikannya dalam bidang filsafat di Universitas Cabrigde Inggris. Dua
tah
PETA KONSEP I
ASAL USUL
DUNIA BARAT
MENJAJAH DUNIA
TIMUR
TUJUAN DUNIA
BARAT MENJAJAH
DUNIA TIMUR
IMPERIALISME
MOTIVASI DUNIA
BARAT MENJAJAH
DUNIA TIMUR
DUNIA BARAT
WILAYAHWILAYAH YANG
DIJAJAH DUNIA
BARAT
PERILAKU
BANGSA BARAT
YANG
MEMPENGARUHI
DUNIA TIMUR
Page
PETA KONSEP II
MUHAMMAD BIN ABDUL
JAMALUDIN AL
MUHAMMAD
GERAKAN
RASYID RIDHO
PERUBAHAN
ISLAM
MUHAMMAD
MUSTAFA KEMAL ATIBNU TAIMIYAH
AHMAD KHAN
MUHAMMAD ALI
Page
BAB II
IMPERIALISME DUNIA BARAT
> Asal-usul Dunia Barat Menjajah Dunia Timur
1. Kisah petualangan Marco Polo (1254-1324) dari Venesia, Italia, ke Cina
yang dituangkan ke dalam buku Book of Various Experiences. Buku ini
mengisahkan keajaiban dunia atau Imago Mundi.
2. Jatuhnya ibukota Romawi Timur (Konstantinopel) ke tangan Kesultanan
Turki pada tahun 1453. Hal ini menyebabkan terputusnya hubungan
dagang ke dunia Timur. Bangsa Barat pun berusaha mencari jalan
sendiri ke pusat rempah-rempah di Asia.
3. Bergeloranya semangat penaklukan terhadap orang-orang yang
beragama Islam. Dengan semangat inilah Ratu Isabella (Spanyol)
membiayai penjelajahan samudera oleh Columbus pada tahun 1492.
4. Berkembangnya teknik pelayaran dan penemuan kompas.
5. Pendapat Copernicus dan Gallileo-Gallilei yang menyatakan bahwa
bumi ini bulat.
6. Munculnya hasrat untuk mengetahui lebih mendalam tentang rahasia
alam semesta, keadaan geografi, dan bangsa-bangsa yang tinggal di
belahan bumi lain.
7. Ingin memperoleh keuntungan atau kekayaan sebanyak-banyaknya.
> Tujuan Bangsa Barat Menjajah Dunia Timur
a) Keinginan untuk menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia.
b) Perasaan sebagai bangsa yang istimewa di dunia (racial superiority).
c) Hasrat menyebarkan agama atau ideologi.
d) Letak suatu negara yang secara geografis dianggap menguntungkan.
e) Sebab-sebab ekonomi seperti keinginan mendapatkan kekayaan, ingin
ikut dalam perdagangan dunia, ingin menguasai perdagangan, dan
menjamin suburnya industri.
> Motivasi Bangsa Barat Menjajah Dunia Timur
Kelemahan dan kemunduran Islam dimanfaatkan oleh Bangsa-Bangsa
Barat untuk menguasai dan menjajahnya Umat Islam. Penjajahan bangsa
Barat dipelopori oleh Spanyol dan Portugis. Mereka mempunyai tujuan
Page
yang sama, yaitu mencari bahan mentah dan bahan baku, mencari daerah
penanaman modal asingnya, serta menyebarkan agama Kristen.
Dalam usaha mereka memilki semboyan :
1.
2.
3.
4.
Gold, adalah semangat untuk mencari keuntungan besar
Glory, adalah semangat untuk mencapai kejayaan dan kekuasaan
Gospel, adalah semangat menyebarkan agama Kristen
Reconq uista, adalah semangat balas dendam mereka terhadap
yang pernah menjajah Barat, terutama spanyol.
> Wilayah-wilayah Timur Yang Dijajah Oleh Dunia Barat
Beberapa wilayah Islam yang jatuh ke tangan penjajah Bangsa Barat
adalah sebagai berikut,
1) Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511 M)
2) Indonesia jatuh ke tangan Belanda 1602 M)
3) Mesir jatuh ke tangan Peancis (1789-1802 M)
4) Oman dan Qatar jatuh ke tangan Inggris (1802 M)
5) Aljazair jatuh ke tangan Perancis (1830-1857 M)
6) Kaukasia jatuh ke tangan Rusia (1834-1859 M)
7) Aden dikuasai Inggris (1839 M)
8) Kerajaan Mugal di India dikuasai Inggris (1857 M)
9) Bukhara dan Samarkand dikuasai Rusia (1866 M)
10)
Uzbekistan direbut Rusia (1873-1887 M)
11)
Tunisia dikuasai Perancis (1881-1883 M)
12)
Mesir dikuasai Inggris (1882 M)
13)
Eritrea dikuasai Italia (1885-1890 M)
14)
Senegal dikuasai Perancis (1890 M)
15)
Nigeria dan Pantai Gading direbut Perancis (1891-1899 M)
16)
Sudan ditaklukkan Inggris (1898 M)
17)
Baluchistan dikuasai Inggris (1906 M)
18)
Chad dikuasai Perancis (1900 M)
19)
Kesultanan Tripoli dan Syreneica direbut Italia (1912-1913 M)
20)
Maroko direbut Perancis dan Spanyol (1912 M)
21)
Kuwait dikuasai Inggris (1914 M)
22)
Irak dikuasai Inggris (1920 M)
23)
Suriah dan Libanon jatuh ke tangan Perancis (1920 M)
24)
Kesultanan Sulu dan Mindanao di Filipina jatuh ke tangan
Spanyol (1851 M)
> Perilaku Bangsa Barat yang Mempengaruhi Dunia Timur
Page
A. TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya
diharapkan dapat membawa dampak positif bagi terciptanya masyarakat
moderen yang menghargai kebudayaan tradisionalnya. Dengan ilmu
pengetahuan masyarakat akan berubah dari kondisi sebelumnya menjadi
masyarakat yang moderen. Selain itu ilmu pengetahuan setidaknya
menjadi komponen penting yang dapat membawa masyarakat menjadi
paham mengenai apa yang hendaknya dipertahankan sebagai warisan
masa lalu.
Perkembangan terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing
(barat) tanpa disadari telah menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya
pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi kebudayaan yang melahirkan
jenis kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut tanpa disaring
oleh masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya kebudayaan asli
masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa.
Dari ilmu pengetahuan yang berasal dari barat, memang sekilas kita
pandang maju dan modern, tetapi dibalik itu ada unsur politik yang
membuat kita kedalam penjajahan budaya. Seperti yang akan kita kupas
dari beberapa segi nantinya. Pada dasarnya barat ingin menguasai dunia
dengan kemajuan pemikiran mereka. Banyak cara yang mereka tempuh
seperti banyaknya teori –teori yang keliru dan belum ada titik terangnya
dalam ilmu pengetahuan. Seperti teori alam semesta, teori budaya bebas
yang mengacu kepada hak asasi manusia, dan ada pula teori politik yang
membuat manusia keperadaban yang lebih rendah.
Kemajuan pemikiran mereka bila dipandang dari segi teknologi,
memang sangat membantu kita kepada kemudahan-kemudahan hidup.
Tetapi dengan kemudahan-kemudahan itu barat juga memasuki unsur
pengrusakan budaya-budaya suatu negeri dengan kebudayaan mereka.
Ada beberapa pengaruh kebudayaan barat yang bisa kita lihat terhadap
ilmu pengetahuan secara global, yakni :
1. Dari Segi Ekonomi dan Politik
Pada akhir-akhir abad XIII penemuan-penemuan tekhnik industri, dan
berhasilnya pelayaran Colombus dan Vasco Da Gama, memberikan bangsa
eropa kekuasaan setrategis di laut samudra, hal ini menyebabkan revolusi
industri eropa menjadi penguasa ekonomi di seluruh dunia. Dari sini,
dimulailah usaha menghancurkan tata nilai dan norma-norma budaya
Page
Islam ataupun dunia. Penjajahan dengan kekuatan militer selama berabadberabad tidak banyak memberikan hasil, namun dengan ekspansi industri
secara massal membuat bangsa-bangsa timur menjadi tercengang, yang
menuntut perubahan cara berfikir dan mental generasi dunia dari masa ke
masa dan akhirnya tanpa disadari kecendrungan meniru dan mempelajari
metode-metode perekonomian dan ilmu pengetahuan barat yang nota
bene bertentangan dengan syari’at islam sangat kuat.
System ekonomi sosialis dan kapitalis tidak dapat ditolak oleh dunia
timur, sehingga upaya menghilangkan system ekonomi islam hampir
berhasil dengan sempurna, penghormatan terhadap hukum riba misalnya,
telah
dianggap
menghambat
laju
perekonomian.
Cengkraman
perekonomian ini semakin kuat dengan cara damai, Investasi barat dan
konsesi ekonomi menjadikan timur sebagai bangsa terjajah yang
berkepanjangan. Dan sentuhan ekonomi kolonialisme dan kapitalisme
lambat laun mengacaukan etika kehidupan.
Eksploitasi kekayaan dan investasi modal seakan menghentikan
pergerakan dan peduli social budaya. Dan kekuatan-kekuatan negeri timur
takluk dan tunduk di atas kertas. Tahap ekonomi agaknya factor yang lebih
penting dan lengkap. Tetapi lebih umum penjajahan yang dimulai dengan
proses ekonomi yang esensiil, terkenal dengan “ perembesan damai “. Ia
memperoleh cengkraman finansiil dalam bentuk pinjaman dan konsesi
atas negeri timur, yang selama ini merdeka dari modal barat, yang
membawa kepada terwujudnya kendali politik. Kenyataan tersebut berlaku
pada semua negeri timur, tidak terkecuali Indonesia. Dominasi ekonomi
barat sangatlah kuat, ekonomi syariah yang berabad-abad telah
diterapkan mulai terpinggirkan kedaerah pedalaman di desa-desa
terpencil. Dan orang timur mulai mencintai produk barat secara damai,
tanpa berpikir bahwa mereka akan ditelanjangi dari norma-norma dan
aqidah islam.
Faktor yang tak dapat di bantah, pada umumnya orang-orang timur
sendiri lebih suka membeli barang-barang produksi barat dari pada
memakai hasil negaerinya sendiri. Buat orang barat, hal ini terasa suatu
keanehan, mereka tidak mengerti, mengapa orang timur lebih suka
barang-barang buatan barat yang murah, tetapi bentuk dan mutunya yang
khusus dibuat untuk pasaran timur, dibanding dengan barang-barang
buatan dalam negeri sendiri yang lebih baik mutunya dan amat bagus
buatannya. Jawabannya yang sebenarnya ialah, oleh karena orang timur
umumnya tidak mengerti tentang mutu seni barang, dan hanya melihat
Page
kepada kemajuan teknologi dan budaya barat yang saat ini telah
mendunia.
Dari kenyataan di atas, kita tidak dapat menafikan, bahwa mayoritas
negeri timur telah terperangkap dalam penjajahan ekonomi dan budaya,
begitu pula dengan negeri ini. Contoh riil adalah di bidang ekonomi,
system ekonomi kita yang sangat keras, seakan tidak memberikan
peluang bagi usaha kecil untuk berkembang. Prinsip ekonomi ini sangat
bertentangan dengan prinsip ekonomi islam yang sangat memperhatikan
aspek social dan keadilan. Agama ini melarang praktek transaksi ekonomi
yang mengganggu keserasian hubungan antara anggota masyarakat. Di
samping itu islam menetapkan bahwa dalam harta milik pribadi terdapat
hak orang yang membutuhkan yang harus disalurkan kepada mereka, baik
dalam bentuk zakat maupun sedekah dan lain sebagainya.
Kekerasan ekonomi yang ditanamkan oleh barat telah melupakan kita,
bahwa selain bertanggung jawab kepada pemilik modal (investor) atau
pemegang saham, kita juga akan dimintai pertanggung jawaban di
hadapan Allah nanti di Yaumul Qiyamah. Ini adalah bentuk penjajahan
yang hingga saat ini belum merdeka, ketimpangan-ketimpangan ekonomi
dan kesenjangan social terjadi di semua lapisan masyarakat, sebagai
akibat dari maskulinitas system perekonomian yang telah jauh
menyimpang dari kaidah-kaidah islam.
2. Dari Segi Sosial dan Budaya
Jauh sebelum kebudayaan barat masuk ke bumi pertiwi, kebudayaan
kita jauh lebih berperadaban. Hidup bermasyarakat dengan norma-norma
kesusilaan telah dahulu ada di peradaban negara kita. Saat ini,
kebudayaan itu sedikit demi sedikit mulai terkikis.
Kita juga tidak dapat berpaling dari kenyataan penjajahan budaya
barat. Bahwa bangsa ini selalu demam dengan trend-trend barat yang
asusila. Satu contoh saja kita ambil. Ketika orang-orang barat
menyelenggarakan kontes ratu sejagat misalnya, maka dengan antusias
Negeri timur mendelegasikan wanita-wanita terhormatnya untuk
ditelanjangi, Cuma karena takut dikatakan terbelakang dan tidak modern.
Belum lagi desain-desain busana wanita yang sangat tidak menghargai
keindahan tubuh wanita, kemolekan tubuh wanita yang seharusnya
ditutupi, dieksploitasi ke setiap sudut mata memandang. Ini salah satu
bentuk penjajahan budaya bukan? Sungguh ironis memang.
Page
Dan yang lebih ironis lagi, Budaya berpakaian bebas, kadang membuat
generasi kita tergiur. Dari pemikiran barat yang mengacu kepada
kebebasan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi membuat kita
ikut-ikutan. Sebagian dari kita menganggap teori hak asasi manusia ini
sebagai suatu keadilan.
Munculnya pemilihan Miss Universe sebagai ajang internasional pada
tahun 1952, motif utamanya adalah bisnis. Perusahaan Pasific Mills
menyelenggarakan acara itu untuk mempromosikan pakaian Catalina.
Pada tahun1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang
kemudian ditayangkan CBS dan pada tahun 2003 beralih ke NBC, yang
tentunya sangat kental dengan kepentingan bisnis. Demikian pula di
Indonesia, kontes ratu-ratuan ini yang dimobilisasi oleh perusahan
kosmetik Mustika Ratu dan Marta Tilaar, hanyalah untuk mempromosikan
produknya, sehingga wanita Indonesia akan tergila-gila kosmetik. (Buletin
Sidogiri. hal 13 edisi 20 Rajab 1428 H).
Dikatakan “kontes tersebut diantaranya bertujuan mendongkrak citra
bangsa di hadapan dunia, bagian dari keterbukaan dan kebebasan hak
asasi, pemilihan putri tidak hanya mengandalkan kecantikan, tapi
kecerdasan dan sopan santun”. “ Perekonomian nasional bisa hancur
akibat dari UU APP ini “ ujar Poppy Darsono, penasehat Asosiasi Perancang
Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang diikuti oleh Ikatan Perancang
Mode Indonesia (IPMI), Asosiasi Pemasok Garment Aksesori Indonesia
(APGAI), Pengusaha Retail Indonesia (APRINDO), Asosiasi Manufaktur
Indonesia (AMI),Asosiasi Perstektilan Indonesia (API) dan Asosiasi
Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI). (AULA, hal: 16, edisi April
2006).
Apapun alasan yang dijadikan justifikasi dalam ajang tersebut
hanyalah sebuah usaha menelanjangi norma-norma negeri timur dan
usaha melegitiminasi penjajahan terhadap budaya islam. Karena
mendongkrak citra bangsa, kebebasan hak asasi, kecerdasan suatu
bangsa dan sopan santun ataupun peradaban yang modern tidak bisa
dipresentasikan dengan seorang gadis atau wanita yang tidak punya rasa
malu untuk telanjang di hadapan dunia. Ini adalah bukti kebodohan yang
tidak pernah mengerti tentang tata nilai dan kehormatan sebuah bangsa.
B. TERHADAP KEBUDAYAAN TRADISIONAL
Seiring perkembangan zaman, era masyarakat modern kini cenderung
lebih mengakar pada budaya Barat yang dianggap lebih berkualitas.
Page
Semangat zaman dengan pengaruh Barat ini, sudah dianggap sebagai ciri
kemodernan atau sebagian dari ekspresi kebudayaan terkini.
Negara yang dikategorikan negara berkembang sebenarnya belum
siap dengan kemajuan yang berasal dari pemikiran barat. Barat yang
dengan seluruh kebudayaannya mendukung berjalan kemajuan mereka.
Tetapi yang masih memakai kebudayaan timur, dan sedikit banyaknya
telah
tersusupi
oleh
pemikiran
barat
malah
menjadi
kacau
balau. Masyarakat belum siap menghadapi perubahan sosial.
Masuknya modernisme dan hegemoni Negara adidaya yang masuk keNegara Islam menjadikan budaya yang tercipta di Negara-negara Islam
kini sudah seakan-akan mulai luntur, berbagai kesempatan orang asing
memasuki Negara Islam, mengakibatkan terberangusnya budaya yang
ada(tradisonal) seperti peraturan dan hokum Islam, norma-norma, etika,
estetika alam dan solidaritas terkikis perlahan-lahan sehingga terjadi
renggangnya budaya kebersamaan.
Budaya barat yang di bawa oleh orang barat mengakibatkan penduduk
Negara Islam terluluh lantahkan untuk mengikuti budaya tersebut. Pola
hidup yang sifatnya sesaat, nafsu dunia, mengakibatkan dekadensi, baik
moral, seni dan lainya. Budaya tradisional akhirnya kalah menarik, mereka
lebih tertarik mengembangkan budaya asing yang serba seksi dan enggan
dengan budaya yang kuno ( tradisional).
Page
BAB III
BIOGRAFI TOKOH
Muhammad bin ‘Abd Wahhab
\Biografi
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb (bahasa Arab:)محمد بن عبد الوهاب التميمى
Nama Lengkapnya Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin `Abdul Wahab
bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin
Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi. Beliau lahir
pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung `Uyainah (Najd), lebih kurang
70 km arah barat laut Kota Riyadh, ibukota Arab Saudi sekarang. Ayahnya
bernama Syekh Abdul Wahhab ibn Sulaiman
Page
Beliau meninggal dunia pada 29 Syawal
1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun,
setelah mengabdikan diri selama lebih 46
tahun dalam memangku jawatan sebagai
menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi .
\
Riwayat Pendidikan
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab
berkembang dan dibesarkan dalam kalangan
keluarga terpelajar. Ayahnya adalah ketua
jabatan
agama
setempat.
Sedangkan
kakeknya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat
Najd menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan
agama. Oleh karena itu, kita tidaklah hairan apabila kelak beliau juga
menjadi seorang ulama besar seperti datuknya.
Sebagaimana lazimnya keluarga ulama, maka Syeikh Muhammad bin
`Abdul Wahab sejak masih kanak-kanak telah dididik dan ditempa jiwanya
dengan pendidikan agama, yang diajar sendiri oleh ayahnya, Syeikh
`Abdul Wahhab.
Sejak kecil lagi Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab sudah kelihatan
tanda-tanda kecerdasannya. Beliau tidak suka membuang masa dengan
sia-sia seperti kebiasaan tingkah laku kebanyakan kanak-kanak lain yang
sebaya dengannya. Berkat bimbingan kedua ibu-bapaknya, ditambah
dengan kecerdasan otak dan kerajinannya, Syeikh Muhammad bin `Abdul
Wahab telah berjaya menghafal al-Qur’an 30 juz sebelum berusia sepuluh
tahun.
Setelah beliau belajar pada orantuanya tentang beberapa bidang
pengajian dasar yang meliputi bahasa dan agama, beliau diserahkan oleh
ibu-bapaknya kepada para ulama setempat sebelum dikirim oleh ibubapaknya ke luar daerah. Tentang ketajaman fikirannya, saudaranya
Sulaiman bin `Abdul Wahab pernah menceritakan begini: “Bahwa ayah
mereka, Syeikh `Abdul Wahab merasa sangat kagum atas kecerdasan
Muhammad, padahal ia masih di bawah umur. Beliau berkata: `Sungguh
aku telah banyak mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan anakku
Muhammad, terutama di bidang ilmu Fiqh.’ “
Syeikh Muhammad mempunyai daya kecerdasan dan ingatan yang
kuat, sehingga apa saja yang dipelajarinya dapat difahaminya dengan
cepat sekali, kemudian apa yang telah dihafalnya tidak mudah pula hilang
dalam ingatannya. Demikianlah keadaannya, sehingga kawan-kawan
sepermainannya kagum dan heran kepadanya.
Setelah mencapai usia dewasa, Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab
diajak oleh ayahnya untuk bersama-sama pergi ke tanah suci Mekah untuk
Page
menunaikan rukun Islam yang kelima – mengerjakan haji di Baitullah. Dan
manakala telah selesai menunaikan ibadah haji, ayahnya terus kembali ke
kampung halamannya. Adapun Muhammad, ia tidak pulang, tetapi terus
tinggal di Mekah selama beberapa waktu, kemudian berpindah pula ke
Madinah untuk melanjutkan pengajiannya disana.
Di Madinah, beliau berguru pada dua orang ulama besar dan
termasyhur di waktu itu. Kedua-dua ulama tersebut sangat berjasa dalam
membentuk pemikirannya, yaitu Syeikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif anNajdi dan Syeikh Muhammad Hayah al-Sindi. Selama berada di Madinah,
beliau sangat prihatin menyaksikan ramai umat Islam setempat maupun
penziarah dari luar kota Madinah yang telah melakukan perbuatanperbuatan tidak kesyirikan dan tidak sepatutnya dilakukan oleh orang
yang mengaku dirinya Muslim. Beliau melihat ramai umat yang berziarah
ke maqam Nabi maupun ke maqam-maqam lainnya untuk memohon
syafaat, bahkan meminta sesuatu hajat pada kuburan mahupun
penghuninya, yang mana hal ini sama sekali tidak dibenarkan oleh agama
Islam. Apa yang disaksikannya itu menurut Syeikh Muhammad adalah
sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
\ Ide Pemikiran
Usaha pemberharuan Muhammad bin Abdul Wahab adalah suatu upaya untuk
mengembalikan kehidupan umat sesuai dengan kehidupan Nabi saw, dan sahabatsahabatnya yang saleh. Mereka harus taat dan patuh melakukan perintah-perintah
dan hukum-hukum al-Qur’an dan sunah Nabi saw. Segala bentuk kesyirikan dan
bid’ah serta penambahan dari bentuk Islam pada masa Nabi saw diberantas. Kultus
terhadap orang-orang yang dianggap suci, pengagungan terhadap kurburan, dan
benda-benda yang dikeramatkan disapu bersih. Tarekat-tarekat kesufian dilarang.
Paham dan gerakan Muhamman bin Abdul Wahab di bidang akidah dan syariah
adalah sebagai berikut:
Tauhid adalah pemahaman tentang ketuhanan yang penting memadai sebagai
jalan yang mampu memurnikan akidah Islam yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.
Tidak ada perkataan seorang pun yang patut dijadikan dalil agama Islam,
melaikan firman Allah dan sunah Rasulullah saw.
Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
Pintu ijtihad terbuka sepanjang masa dan tidak pernah terputus.
Syirik dalam segala bentuk, khurafat dan takhayul harus dikikis habis.
Ia menhendaki system pendidikan diubah dengan system dinamis dan kreatif.
Page
Pola (kerangka) pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab terhadap al-Qur’an dan
sunah menyatakan bahwa wibawa keduanya mutlak. Adapun akal hanya berfungsi
sebagai instrument atau alat untuk memahami maksud-maksud nas. Inilah yang
disebut sebagi Pola Puritanis atau Salafiyah.
Berbicara masalah pola pemikiran terhadap al-Qur’an dan sunah, kiranya ada
yang perlu dipertanyakan, yaitu khusunya yang menyangkut golongan Asy’ariah
dan Maturidiah. Penggolongan pemikiran mereka disebabkan penakwilan sifat-sifat
Allah, seperti istawā dan nuzūl. Sementaata itu, golongan salafiah mengetengahkan
bentuk ketauhidan yang mereka sebut tauhid asmā’ wa al-sifāt. Maksudnya, kita
wajib mengimani semua sifat dan asma Allah seperti yang telah ditentukan
Rasulullah saw, tanpa tasybih, takwil, dan ta’til. Tasybih adalah menyerupakan
Allah dengan makhluk, sedangkan takwil adalh memalingkan arti sifat-sifat Allah ke
arti lain, adapun ta’til adalah mengingkari sifat-sifat Allah.
Pemikiran Imam al-Asy’ari banyak mempunyai titik kesamaan dengan pola piker
golongan salafiah yang dipelopori Imam Ahamad bin Hambal dan diikuti Muhammad
bin Abdul Wahab. Muhammad bin Abdul Wahab berpendirian tentang kemutlakan
al-Qur’an dan sunah. Pendiriannya itu merupakan pokok dari kehendaknya untuk
mengembalikan ajaran Islam ke bentuk ajaran pada masa Rasulullah saw dan
sahabat-sahabat. Dengan kata lain, ia berusaha mengajak kembali ke bentuk
agama yang diamalkan ulama-ulama salaf. Oleh karena itu, pola ini lazim disebut
salafiah. Sementara itu, kaum orientalis menyebutnya sebagai pola pikir tradisional.
Paham Wahabi hingga kini menjadi mazhab resmi Kerajaan Saudi Arabia yang
berpusat di Riyad. Pengaruh gerakan Wahabi ini tidak terbatas di Jazirah Arab saja,
tetapi sampai ke penjuru negeri Islam, seperti:
Di Nigeria dan Sudan disebarluaskan Syaikh usman dan Fodio;
Di Aljazair dan Libia disebarluaskan Imam Sanusi;
Di Mesir disebarluaskan Syaikh Muhammad Abduh;
Di Oman disebarluaskan gerakan Biyadiyyah;
Di India disebarluaskan Sayyid Ahmad dengan gerakan Mujahidin;
Di Minangkabau disebarluaskan H. Miskin, H. Piabang, dan H. Sumanik
dengan gerakan paderinya.
Jamaludin Al-Afghani
\ Biografi
Page
As-Sayid Muhammad bin Shafdar Al-Husain atau
lebih dikenal dengan nama Jamaluddin Al-Afghani.
Beliau lahir di desa Asadabad, Distrik Konar,
Afghanistan pada tahun 1838, Al-Afghani masih
memiliki ikatan darah dengan cucu Rasulullah SAW.
Ayahanda beliau bernama Sayyid Safdar alHusainiyyah. Ia merupakan seorang pemikir Islam,
aktivis politik, dan jurnalis terkenal.
\ Riwayat Pendidikan
Pendidikan dasar ia peroleh di tanah kelahirannya, pada usia 8 tahun AlAfghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau tekun
mempela¬jari bahasa Arab, sejarah, matematika, fil¬safat, fiqh dan ilmu
keislaman lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah menguasai hampir
seluruh cabang ilmu pengetahuan meliputi filsafat, hukum, sejarah,
kedokteran, astronomi, matematika, dan beberapa cabang ilmu keislaman.
Di tengah kemunduran kaum Muslimin dan gejolak kolonialisme bangsa
Eropa di negeri-negeri Islam, Al-Afghani menjadi seorang tokoh yang amat
memengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi-aksi sosial pada abad ke19 dan ke-20. Kebencian Al-Afghani terhadap kolonialisme menjadikannya
perumus dan agitator paham serta gerakan nasionalisme dan panIslamisme yang gigih, baik melalui pidatonya maupun tulisan-tulisannya.
Al-Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya
terhadap ilmu pengetahuan bak ensiklopedia. Setelah membekali dirinya
dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur dan Barat (terutama
Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya membangkitkan Islam.
Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi periode
yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang telah
membara dalam dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan
India yang berada dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh
India. Afghani turut ambil bagian dari periode yang genting ini, dengan
bergabung dalam peperangan kemerdekaan India pada bulan Mei 1857.
Namun, Afghani masih sempat pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah
haji.
Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh
penguasa
Afghanistan,
Dost
Muhammad,
yang
kemudian
menganugerahinya posisi penting dalam pemerintahannya. Ketika Sher Ali
Khan menggantikan Dost Muhammad Khan pada 1864, Al-Afghani
Page
diangkat menjadi penasihatnya. Dan beberapa tahun kemudian diangkat
menjadi perdana menteri oleh Muhammad A’zam Khan. Karena campur
tangan Inggris dalam soal politik di Afghanistan dan kekalahannya dalam
pergolakan melawan golongan yang disokong Inggris, Afghani
meninggalkan Afghanistan pada 1869 menuju India. Meninggalkan Kabul,
Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah. Rupanya, efek
pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak
diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu
masuk ke India. Pada tahun 1869 Afghani masuk ke India untuk yang
kedua kalinya. Ia disambut baik oleh pemerintah India, tetapi tidak
diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin India berpengaruh yang
berperan dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani akan
menyebabkan pergolakan rakyat melawan pemerintah kolonial,
pemerintah India mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan
Suez yang sedang bergolak. Karena koloni Inggris yang berada di India
selalu mengawasi kegiatannya, ia pun meninggalkan India dan pergi ke
Mesir pada 1871, dan menetap di Kairo. Di Kairo dan menjauhkan urusan
politik untuk berkonsentrasi ke bidang ilmiah dan sastra Arab. Rumah
tempat tinggalnya menjadi pusat pertemuan bagi para mahasiswa,
diantaranya adalah Muhammad Abduh.
\ Ide Pemikiran
Selama di Mesir Jamaluddin al-Afghani mengajukan konsep-konsep
pembaharuannya, antara lain yang pokoknya :
I.
Musuh utama adalah penjajah (Barat),
II.
Ummat Islam harus menantang penjajahan dimana dan kapan
saja.
III.
Untuk mencapai tujuan itu ummat Islam harus bersatu (PanIslamisme).
Pan-Islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan Islam menjadi
satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam
kerjasama. Persatuan dan kerjasama merupakan sendi yang amat penting
dalam Islam. Persatuan Islam hanya dapat dicapai bila berada dalam
kesatuan dan kembali kepada ajaran Islam yang murni yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul.
Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut di atas :
A. Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan
B. Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat atau derajat
budi luhur.
C. Rukun iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup
D. Setiap generasi umat harus ada lapisan istimewa untuk
memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia yang
bodoh dan memerangi hawa nafsu jahat dan menegakkan
disiplin .
Page
Dari Mesir, Jamaluddin al-Afghani pergi ke Turki dan tokoh-tokoh
terkemuka di sana sangat terpengaruh oleh pengajaran-pengajarannya.
Pada tahun 1871 beliau kembali ke negeri Mesir untuk membangkitkan
kegemilangan
umat
Islam
dan
ajaran-ajarannya.
Beliau
juga
mengkhidmatkan dirinya dalam kerja-kerja kebajikan dan pendidikan.
Beliau telah mendesak pihak yang mengiktirafkan bahasa Urdu sebagai
bahasa pengantar dalam pemerintah, bahkan menjadikannya sebagai
bahasa rasmi negara. Akibat dari keberaniannya itu beliau telah ditangkap
lalu di bawa ke Culcutta. Dari sana Jamaluddin di bawa ke Inggris.
Dikota Paris, Jamaluddin telah mengasaskan Badan "Pertubuhan
Alurvatul Vusuka" lalu menerbitkan sebuah akhbar mingguan dalam
bahasa Arab yang bertujuan untuk mengobarkan gerakan Pan-Islamisme.
Faham yang hendak ditanamkan oleh Jamaluddin al-Afghani akan menjadi
mangsa penjajahan Barat satu demi satu kecuali mereka mengorak
langkah untuk menyatukan tenaga untuk mengalahkan cita-cita mereka
yang jahat itu.
Dari kota Paris Jamaluddin Al Afghani telah ke Moscow dan kemudian ke
bandar St.Petersburg. Dimana beliau telah tinggal lebih dari empat tahun.
Di sana beliau berjaya membujuk Maharaja Czar Russia bagi
membenarkan rakyatnya yang beragama Islam supaya menerbitkan Kitab
Al Qur'an dengan bebas serta buku-buku agama yang lain. Al Afghani telah
menekankan satu hakikat bahawa keteguhan sebuah negara tidak
bergantung kepada tentaranya melainkan semangat rakyatnya.
Bentuk pengajaran Jamaluddin Al Afghani terdapat dua kesimpulan.
Pertama beliau menekankan supaya pengajaran agama Islam itu
diperbaiki supaya sesuai dan dapat mengikuti tamadun moden dan kedua
bertujuan untuk membebaskan negara Islam dari kekuasaan Barat. Beliau
berpendapat bahwa umat Islam telah merosot akhlaknya dan lemah
semangat serta dikuasai oleh hawa nafsu yang buas. Beliau menaruh
keyakinan penuh bahwa kekuasaan Barat kepada negara Islam adalah
amat bahaya dengan keadaan demikian. Jika umat Islam tidak berubah,
mereka pasti akan menerima nasib yang lebih buruk lagi. Oleh yang
demikian umat Islam hendaknya bangkit untuk kembali pada agama dan
diri mereka sebagai umat yang mulia lagi terpuji .
Peran Al-Afghani dalam gerakan refor¬masi tertuang dalam beberapa
sasaran dari diterbitkannya “Al-Urwa al-Wustqa” di Paris bersama Syaikh
Muhammad Abduh di antaranya:
pertama, se¬nantiasa membantah tuduhan Barat yang ditujukan
kepada orang Islam dengan memutarbalikkan propaganda Barat
Page
yang menyatakan bahwa kaum muslimin tidak akan bangkit, selama
mereka masih berpegang teguh pada agamanya.
Kedua, memaparkan bagi orang-orang Timur realita dan rahasiarahasia internasional, agar mereka tahu rencana politikus Eropa
terhadap Islam. Sehigga, orang-orang Timur tidak mudah
terpengaruh oleh propaganda yang mereka gembar-gemborkan.
Ketiga, memperkuat hubungan antarumat Islam dan memberikan
penjelasan tentang asas-asas solidaritas, untuk menepis intervensi
politik luar dan juga seruan untuk menggali khazanah ajaran agama
serta menjauhi fanatisme kelompok atau golongan. Selain beberapa
sasaran yang termak¬tub di atas, dalam gerakan reformasi, AlAfghani mempunyai agresivitas untuk menjadikan pemerintahan
Islam menjadi satu. Akan tetapi semangat ini tidak mendapat
dukungan. Maka kembali ia menyerukan untuk saling tolong
menolong antara raja-raja di negara Islam, agar mengatur daerahdaerah kekuasaanya sesuai dengan norma agama. Sedangkan
idiologi yang beliau tawarkan adalah agama sebagai balance umat
yang di dalamnya terdapat kebahagiaan, kemenangan dan
mobilisasi kehidupan. Sementara atheisme adalah bakteri
keburukan, penyebab destruksi negara dan umat. Selain itu, dalam
perjalanannya beliau sering menawarkan konsep musyawarah,
demokrasi dan keadilan dalam pemerintahan .
Malang melintang ke berbagai negara ia lakukan demi tercapainya
renaisance (kebangkitan) dunia Islam. Proyeknya itu kemudian dikenal
dengan "Pan Islamisme", sebuah gagasan untuk membangkitkan dan
menyatukan dunia Arab khususunya, dan dunia Islam umumnya untuk
melawan kolonialisme Barat, Inggris, dan Perancis khususnya yang kala itu
banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan negara-negara
berkembang.
Secara umum, inti Pan-Islamisme Jamaluddin itu terletak pada ide
bahwa Islam adalah satu-satunya ikatan kesatuan kaum Muslim . Jika
ikatan itu diperkokoh, jika ia menjadi sumber kehidupan dan pusat
loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar biasa akan
memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan negara Islam yang kuat
dan stabil. Berbagai kalangan, seperti ditulis pakar sejarah Azyumardi Azra
dalam Historiografi Islam Kontemporer, menilai ide Jamaluddin itu
sebenarnya sebagai entitas politik Islam universal. Mau tak mau, ia pun
bersentuhan langsung dengan para penjajah itu.
Dengan gagasannya ini, Al-Afghani mengubah Islam menjadi ideologi
anti-kolonialis yang menyerukan aksi politik menentang Barat . Baginya,
Page
Islam adalah faktor yang paling esensial untuk perjuangan kaum Muslim
melawan Eropa, dan Barat pada umumnya. Namun demikian, pada saat
yang sama Al-Afghani juga mendukung ide semacam nasionalisme, lebih
tepatnya "nasionalitas" (jinsiyyah) dan "cinta tanah air" (wathaniyyah).
Sepintas, dua gagasan ini boleh jadi kontradiktif dengan gagasannya
tentang Pan-Islamisme. Namun, tampaknya Jamaluddin tak ambil pusing.
Baginya, bila dua 'entitas' itu dapat disatukan menjadi sebuah kekuatan
besar yang dapat merubah nasib dunia Islam.
Muhammad Abduh
\ Biografi
Syekh Muhamad Abduh (Bahasa Arab: )محمد عبده
bernama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan
Khairullah. Beliau dilahirkan di desa Mahallat
Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada 1850
M/1266 H, berasal dari keluarga yang tidak
tergolong kaya dan bukan pula keturunan
bangsawan.
Muhammad Abduh hidup dalam lingkungan
keluarga petani di pedesaan. Namun demikian,
ayahnya dikenal sebagai orang terhormat yang
suka memberi pertolongan. Semua saudaranya
membantu ayahnya mengelola usaha pertanian,
kecuali Muhammad Abduh yang oleh ayahnya ditugaskan untuk menuntut
ilmu pengetahuan. Pilihan ini bisa jadi hanya suatu kebetulan atau
mungkin juga karena ia sangat dicintai oleh ayah dan ibunya. Hal tersebut
terbukti dengan sikap ibunya yang tidak sabar ketika ditinggal oleh
Muhammad Abduh ke desa lain, baru dua minggu sejak kepergiannya,
ibunya sudah datang menjenguk. Beliau dikawinkan dalam usia yang
sangat muda yaitu pada tahun 1865, saat ia baru berusia 16 tahun.
\ Riwayat Pendidikan
Pendidikan Muhammad Abduh dimulai dari Masjid al-Ahmadi Thantha
(sekitar 80 Km. dari Kairo) untuk mempelajari tajwid Al-Qur'an. Setelah
dua tahun berjalan di sana, pada tahun 1864 ia memutuskan untuk
Page
kembali ke desanya dan bertani seperti saudara-saudara dan kerabatnya.
Waktu kembali ke desa inilah ia dikawinkan.
Walaupun sudah kawin, ayahnya tetap memaksanya untuk
kembali belajar. Namun Muhammad Abduh sudah bertekad untuk tidak
kembali. Maka ia lari ke desa Syibral Khit − tempat di mana banyak
paman dari pihak ayahnya yang bertempat tinggal. Di kota inilah ia
bertemu dengan Syaikh Darwisy Khidr, salah seorang pamannya yang
mempunyai pengetahuan mengenai al-Qur'an dan menganut paham
tasawuf asy-Syadziliah. Pada periode ini, Muhammad Abduh sangat
dipengaruhi oleh cara dan paham sufi yang ditanamkan oleh sang paman.
Ia berhasil merubah pandangan pemuda ini dari seorang yang membenci
ilmu pengetahuan menjadi menggemarinya.
Beliau sempat kembali ke Masjid al-Ahmadi Thantha, kemudian
menuju ke Kairo untuk belajar di al-Azhar, yaitu pada bulan Februari,
1866. Di perguruan ini ia sempat berkenalan dengan sekian banyak dosen
yang dikaguminya, di antaranya: Pertama, Syaikh Hasan ath-Thawi yang
mengajarkan kitab-kitab filsafat karangan Ibnu Sina, logika karangan
Aristoteles, dan lain sebagainya. Padahal, kitab-kitab tersebut tidak
diajarkan di al-Azhar pada waktu itu; Kedua, Muhammad al-Basyuni,
seorang ilmuan yang banyak mencurahkan perhatian dalam bidang sastra
bahasa, bukan melalui pengajaran tata bahasa melainkan melalui
kehalusan rasa dan kemampuan mempraktekkannya.
Ketika Jamaluddin al-Afghani tiba di Mesir, tahun 1871,
kehadirannya disambut oleh Muhammad Abduh dengan menghadiri
pertemuan-pertemuan ilmiah yang diadakan olehnya. Hubungan ini
mengalihkan kecenderungan Muhammad Abduh dari tasawuf dalam arti
yang sempit, sebagai bentuk tata cara berpakaian dan zikir, kepada
tasawuf dalam arti yang lain, yaitu perjuangan untuk melakukan perbaikan
keadaan masyarakat, membimbing mereka untuk maju, dan membela
ajaran-ajaran Islam.
Setelah dua tahun sejak pertemuannya dengan Jamaluddin alAfghani, terjadilah perubahan yang sangat berarti pada kepribadian Abduh
dan mulailah ia menulis kitab-kitab karangannya seperti Risalah al-'Aridat
(1837), disusul kemudian dengan Hasyiah Syarah al-Jalal ad-Diwani Lil
‘Aqaid adh-Adhudhiyah (1875). Dalam karangannya ini, Abduh yang ketika
itu baru berumur 26 tahun telah menulis dengan mendalam tentang
aliran-aliran filsafat, ilmu kalam (teologi), dan tasawwuf, serta mengkritik
pendapat-pendapat yang dianggapnya salah.
Di samping itu, Abduh juga menulis artikel-artikel pembaruan di
surat kabar Al-Ahram, Kairo. Melalui media ini gema tulisan tersebut
sampai ke telinga para pengajar di al-Azhar yang sebagian di antaranya
Page
menimbulkan kontroversi serta pembelaan dari Syaikh Muhammad alMahdi al-Abbasi, di mana ketika beliau menduduki jabatan "Syaikh alAzhar", Muhammad Abduh dinyatakan lulus dengan mencapai tingkat
tertinggi di al-Azhar, dalam usia 28 tahun (1877 M).
Setelah lulus dari tingkat Alamiyah (sekarang Lc.), ia
mengabdikan diri pada al-Azhar dengan mengajar Manthiq (Logika) dan
Ilmu Kalam (Teologi), sedangkan di rumahnya ia mengajar pula kitab
Tahdzib al-Akhlaq karangan Ibnu Maskawaih dan Sejarah Peradaban
Kerajaan-kerajaan Eropa.
Pada tahun 1878, ia diangkat sebagai Pengajar Sejarah pada sekolah
Dar al-'Ulum (yang kemudian menjadi fakultas) dan ilmu-ilmu bahasa Arab
pada Madrasah Al-Idarah Wal Alsun (Sekolah Administrasi dan Bahasabahasa).
Pada tahun 1879, Muhammad Abduh diberhentikan dari dua
sekolah yang disebut terakhir dan diasingkan ke tempat kelahirannya,
Mahallat Nashr (Mesir), berbarengan dengan terjadinya pengusiran
terhadap Jamaluddin al-Afghani oleh pemerintah Mesir atas hasutan
Inggris yang ketika itu sangat berpengaruh di Mesir. Akan tetapi, dengan
terjadinya perubahan Kabinet pada 1880, beliau dibebaskan kembali dan
diserahi tugas memimpin surat kabar resmi pemerintah, Al-Waqa'i alMishriyah. Surat kabar ini, oleh Muhammad Abduh dan kawan-kawan
bekas murid Al-Afghani, dijadikan media untuk mengkritik pemerintah dan
aparat-aparatnya yang menyeleweng atau bertindak sewenang-wenang.
Setelah Revolusi Urabi tahun 1882 (yang berakhir dengan
kegagalan), Muhammad Abduh yang ketika itu masih memimpin surat
kabar Al-Waqa'i, dituduh terlibat dalam revolusi tersebut, sehingga
pemerintah Mesir memutuskan untuk mengasingkannya selama tiga tahun
dengan memberi hak kepadanya memilih tempat pengasingan, dan ia
memilih Suriah.
Di Negara ini Muhammad Abduh menetap selama setahun.
Kemudian ia menyusul gurunya, Jamaluddin Al-Afghani, yang ketika itu
berada di Paris. Di sana mereka berdua menerbitkan surat kabar
Al-'Urwah al-Wutsqa, yang bertujuan mendirikan Pan-Islam dan menentang
penjajahan Barat, khususnya Inggris.
\ Ide Pemikiran
Membebaskan aqal fikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang
menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana
haqnya salaful ummah, yakni memahami langsung dari sumber
pokoknya, Al-Qur’an dan Hadits. [Wajarlah jika para pengikutnya
beranggapan bahwa setiap orang boleh berijtihad, admin]
Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam
percakapan resmi di kantor-kantor pemerintahan maupun dalam
Page
tulisan-tulisan di media massa. [Hal ini juga merupakan salah satu
point yang ditekankan Hasan Al-Banna yang merupakan salah satu
pengagum Muhammad Abduh dan Al-Manarnya, admin.]
Rasyid Ridho
\ Biografi
Nama lengkapnya adalah Muhammad
Rasyid Ibn Ali Ridha Ibn Muhammad Syams
al-Din al-Qalamuni. Dilahirkkan pada
tanggal 27 Jumad al-Ula 1282 H. atau
tahun 1865 M. di sebuah desa yang
bernama Qalamun sekitar empat kilometer
dari Tripoli, Libanon. Muhammad Rasyid
Ridha adalah seorang bangsawan Arab
yang mempunyai keturunan langsung
dengan Saydina Husain bin ali bin abi thalib (ayahnya).
\ Riwayat Pendidikan
Semasa kecilnya (usia tujuh tahun) , Rasyid Ridha dimasukkan oleh
orang tuanya ke madrasah tradisional di desanya, Qalamun, untuk belajar
membaca Alquran, belajar menulis, dan berhitung. Berbeda dengan anakanak seusianya, Rasyid kecil lebih sering menghabiskan waktunya untuk
belajar dan membaca buku daripada bermain, dan sejak kecil memang ia
telah memiliki kecerdasan yang tinggi dan kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan. Sayyid Muhammad Rasyid Ridha memperoleh pendidikan
yang lebih modern di Madrasah Ibtidaiyyah al –Rusydiyyah di Tripoli. Di
madrasah itu diajarkan ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu tauhid, ilmu fiqih,
ilmu bumi dan matematika. Bahasa pengantar adalah bahasa turki,
karena madrasan ini adalah milik pemerintah yang bertujuan untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menjadi pegawai
pemerintahan Turki Usman.
Oleh karena enggan menjadi pegawai pemerintah, Rasyid Ridha
kemudian keluar dari madrasah al –Rusydiyyah setelah lebih kurang satu
tahun belajar di sana. Selanjutnya, pada tahun 1299 atau 1300 H, Rasyid
Ridha memasuki Madrasah Wathaniyyah Islamiyyah yang didirikan dan
dipimpin oleh Syekh Husayn al-Jisr seorang ulama besar Libanon yang
telah dipengaruhi oleh ide-ide pembaruan yang digulirkan oleh Sayyid
Jamal al-Din al-Afghani dan Syekh Muhammad Abduh. Sang gurulah yang
telah banyak berjasa dalam menumbuhkan semangat ilmiah dan ide
pembaruan dalam diri Rasyid Ridha di kemudian hari. Di antara pikiran
gurunya yang sangat berpengaruh adalah pernyataan bahwa satu-satunya
Page
jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk mencapai kemajuan adalah
memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum dengan metode
modern. Hal tersebut didasari kenyataan sekolah-sekolah yang didirikan
bangsa Eropa saat ini banyak diminati oleh para pelajar dari seluruh
penjuru dunia, padahal tidak disajikan pelajaran agama di dalamnya.
Namun, Rasyid Ridha tidak dapat lama belajar di sekolah ini karena
sekolah tersebut terpaksa ditutup setelah mendapat hambatan politik dari
pemerintah Kerajaan Usmani. Untuk tetap melanjutkan studinya, dia pun
pindah ke salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Meskipun sudah
pindah sekolah, tetapi hubungan Ridha dengan guru utamanya saat di
Madrasah Al-Wathaniyyah Al-Islamiyyah terus berlanjut.
Selain belajar pada syekh Husayn al-Jisr, Rasyid Ridha juga pernah
belajar pada ulama-ulama besar yang lain, seperti Syekh ‘Abdulghani alRafi’i, Syekh Muhammad al-Qawaqiji, dan Syekh Mahmud Nasyabah.
Kepada Syekh ‘Abdulghani al-Rafi’i, Syekh Muhammad al-Qawaqiji Rasyid
Ridha belajar ilmu-ilmu bahasa Arab beserta sastranya dan tasawuf,
sedangkan pada syekh Mahmud Nasyabah ia belajar fiqh al-Syafi’i dan
hadits. Berkat didikan syekh Mahmud Nasyabah itulah pula, Rasyid Ridha
kelak menjadi seorang pakar fiqh dan pakar hadits.
\ Ide Pemikiran
1. Bid’ah dan Faham Fatalisme: Penyebab Kemunduran
Umat Islam
Hampir tidak jauh berbeda pemikiran Rasyid Ridha mengenai
pembaruannya dengan para gurunya, yaitu Muhammad ‘Abduh dan
Jamaluddin al-Afghani. Ia juga berpendapat bahwa umat Islam mundur
karena tidak menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Pemahaman
umat Islam tentang ajaran-ajaran agama mengalami kesalahan dan
perbuatan-perbuatan mereka dianggap telah menyeleweng dari ajaran
Islam yang hakiki. Ke dalam tubuh Islam telah banyak masuk bid’ah yang
merugikan bagi perkembangan dan kemajuan umat.
Menurut Rasyid Ridha, di antara bid’ah-bid’ah itu ialah pendapat bahwa
dalam Islam terdapat ajaran kekuatan batin yang membuat pemiliknya
dapat memperoleh segala apa yang dikehendakinya. Bid’ah lain yang
ditentang keras oleh Rasyid Ridha ialah ajaran syekh-syekh tarekat
tentang tidak pentignya hidup duniawi, tentang tawakkal, dan tentang
pujaan dan kepatuhan berlebih-lebihan pada syekh dan wali.
Umat, demikian menurut Rasyid Ridha, harus dibawa kembali kepada
ajaran Islam yang sebenarnya, murni dari segala bid’ah. Islam murni itu
Page
sederhana sekali, sederhana dalam ibadat dan sederhana dalam
muamalatnya. Yang meruwetkan ajaran Islam, adalah justeru sunah-sunah
yang ditambahkan hingga mengkaburkan antara wajib dan sunnah. Dalam
soal muamalah, hanya dasar-dasar yang diberikan, seperti keadilan,
persamaan, pemerintahan syura. Perincian dan pelaksanaan dari dasardasar ini diserahkan kepada umat untuk menentukannya. Hukum-hukum
fiqh mengenai hidup kemasyarakatan, tidak boleh dianggap absolut dan
tak dapat diubah. Hukum-hukum itu timbul sesuai dengan suasana tempat
dan zamannya.
Terhadap sikap fanatik di zamannya ia menganjurkan supaya toleransi
bermazhab dihidupkan. Dalam hal-hal fundamental-lah yang perlu
dipertahankan, yaitu persatuan umat. Selanjutnya ia menganjurkan
pembaruan dalam bidang hukum dan penyatuan mazhab hukum.
Sebagaimana disebutkan di atas, Rasyid Ridla mengakui terdapat faham
fatalisme di kalangan umat Islam. Menurutnya, bahwa salah satu dari
sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran umat Islam ialah faham
fatalisme (‘aqidah al-jabr) itu. Selanjutnya salah satu sebab yang
membawa masyarakat Eropa kepada kemajuan ialah faham dinamis yang
terdapat di kalangan mereka. Islam sebenarnya mengandung ajaran
dinamis. Orang Islam disuruh bersikap aktif. Dinamis dan sikap aktif itu
terkandung dalam kata jihad; jihad dalam arti berusaha keras, dan sedia
memberi pengorbanan, harta bahkan juga jiwa. Faham jihad inilah yang
menyebabkan umat Islam di zaman klasik dapat menguasai dunia.
2. Pembaruan Rasyid Ridha dalam Masalah Ijtihad
Sebagaimana Muhammad ‘Abduh, Rasyid Ridla sangat menghargai akal
manusia, walaupun penghargaannya terhadap akal tidak setinggi
penghargaan yang diberikan gurunya. Akal dapat dipakai dalam
menafsirkan ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi tidak
terhadap ibadah. Ijtihad dalam soal ibadah tidak lagi diperlukan. Ijtihad
(fungsi eksplorasi akal) dapat dipergunakan terhadap ayat dan hadis yang
tidak mengandung arti tegas dan terhadap persoalan-persoalan yang tidak
disebutkan secara langsung dalam al-Qur’an dan hadits. Di sinilah,
menurut Rasyid Ridla, terletak dinamika Islam.
Lebih jauh, mengenai ijtihad, Rasyid Ridla berkata:
“Tidak ada ishlah (pembaruan) kecuali dengan dakwah; tidak ada
dakwah kecuali dengan hujjah (argumentasi yang dapat diterima secara
rasional); dan tidak ada hujjah dalam hal mengikut secara buta (taqlid).
Yang mesti ada adalah tertutupnya pintu taqlid buta, dan terbukanya pintu
bagi faham rasional yang argumentatif adalah awal dari setiap upaya
Page
ishlah. Taqlid merupakan hijab yang sangat tebal yang tidak disertai ilmu
dan pemahaman.”
Mengenai ilmu pengetahuan, menurut Rasyid Ridla, peradaban Barat
modern didasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Untuk
kemajuan, umat Islam harus mau menerima peradaban Barat yang ada.
Barat maju, demikian menurut Rasyid Ridla, karena mereka mau
mengambil ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat Islam zaman
klasik. Dengan demikian mengambil ilmu pengetahuan barat modern
sebenarnya berarti mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah
dimiliki umat Islam.
3. Pan-Islamisme
Sebagaimana al-Afghani, Rasyid Ridla juga melihat perlunya dihidupkan
kesatuan umat Islam. Menurutnya, salah satu sebab lain bagi kemunduran
umat ialah perpecahan yang terjadi di kalangan mereka. Kesatuan yang
dimaksud oleh beliau bukanlah kesatuan yang didasarkan atas kesatuan
bahasa atau kesatuan bangsa, tetapi kesatuan atas dasar keyakinan yang
sama. Oleh karena itu ia tidak setuju dengan gerakan nasionalisme yang
dipelopori Mustafa Kamil di Mesir dan gerakan nasionalisme Turki yang
dipelopori Turki Muda. Ia menganggap bahwa faham nasionalisme
bertentangan dengan ajaran persaudaraan seluruh umat Islam.
Persaudaraan dalam islam tidak kenal pada perbedaan bangsa dan
bahasa, bahkan tidak kenal perbedaan tanah air.
Rasyid Ridla tidak memberikan format yang jelas bagi bentuk kesatuan
yang dimaksud. Ia hanya menawarkan kekhalifahan yang sekaligus
mengemban fungsi sebagai kepala negara. Khalifah, menurutnya, karena
mempunyai kekuasaan legislatif maka harus mempunyai sifat mujtahid.
Tetapi, khalifah tidak boleh bersifat absolut. Ulama merupakan pembantupembantunya yang uatama dalam soal memerintah rakyat.
Untuk mewujudkan kesatuan umat itu, ia pada mulanya meletakkan
harapan pada kerajaan Utsmani, tetapi harapan itu hilang setelah Mustafa
Kamal berkuasa di Istambul dan kemudian menghapuskan sistem
pemerintahan kekhalifahan. Selanjutnya ia meletakkan harapan pada
kerajaan Saudi Arabia setelah raja Abd Al-Aziz dapat merebut kekuasaan di
Semenanjung Arabia.
Karya-karya yang dihasilkan semasa hidup Rasyid Ridho pun cukup
banyak. Antara lain:
Tarikh Al-Ustadz Al-Imama As-Syaikh’ Abduh (sejarah hidup Imam
Syaikh Muhammad Abduh)
Page
Nida’Li Al-jins Al-Latif (panggilan terhadap kaum wanita)
Al-Wahyu Muhammad
Muhammad SAW)
(wahyu
Allah
yang
diturunkan
kepada
Yusr Al-Islam wa Usul At-TASYRI’ Al-‘Am (kemdahan agama ilam dan
dasar-dasar umum penetapan hokum islam)
Khilafah wa Al-Imamah Al-Uzma (kekhalifahan dan imam-imam besar)
Muhawarah Al-Muslih wa
pembaharudan konservatif)
Al-Muqqallid
(dialog
antara
kaum
Zikra Al-Maulid An Nabawiy (perinatan kelahiran nabi Muhammad SAW)
Haquq Al-Mar’ah As-Solihah (hak-hak wanita muslim).
Muhammad Iqbal
\ Biografi
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab,
India, dari keluraga menengah pada tanggal 22
Pebruari
1873.
Beberapa
sumber
juga
mengatakan, bahwa ia lahir pada tahun 1876.
Ayahnya Nur Muhammad, pada mulanya adalah
seorang pegawai negeri, kemudian menjadi
seorang pedagang yang mempunyai rasa kejiwaan
mistis dan rasa keagamaan yang mendalam.
Nenek moyangnya adalah dari orang-orang
Brahma Kasymir yang telah memeluk agama Islam
kira-kira tiga abad sebelum Muhammad Iqbal lahir.
Mereka pindah ke Punjab pada awal abad ke XIX
dan menetap di Sialkot.
\ Riwayat Pendidik
Pada waktu Muhammad Iqbal menerima pendidikan dari ayahnya. Mulamula sekali ia belajar al-Quran. Kemudian masuk ke Murry College.
Gurunya antara lain ialah Mir Hasan. Seorang ulama besar dan guru dalam
Ilmu Ke-susasteraan Persia dan Arab. Dialah yang pertama kali
memompakan agama ke dalam jiwa Muhammad Iqbal. Sejak itu,
Muhammad Iqbal gemar sekali mengubah syair-syiar ke dalam bahasa
Urdu, dan bakatnya itu lebih berkembang lagi setelah ia di Delhi, pusat
intelektualisme di anak benua Indo-Pakistan waktu itu.
Muhammad Iqbal menyelesaikan studinya di Sialkot, lalu melanjutkan
pendidikan ke Government College di Lahore sampai memperoleh gelar
Magister-nya. Gurunya yang terkenal ialah Sir Thomas Arnold, seorang
orientalis yang mendorong Iqbal melanjutkan studi di Universitas
Page
Camridge, Inggris. Guru inilah mengajarkan sejarah dan Philosopy kepada
Muhammad Iqbal.
Ketika berusia sekitar 29 tahun (1905), Muhammad Iqbal melanjutkan
pendidikannya dalam bidang filsafat di Universitas Cabrigde Inggris. Dua
tah