Asas asas dan kompetensi PTUN

PENGERTIAN,
ASAS – ASAS
DAN
KOMPETENSI
PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
Disampaikan Oleh:
NOVY DEWI CAHYATI, S.Si., S.H.,
M.H.
(HAKIM PTUN YOGYAKARTA)

Pengertian Hukum Acara PTUN




Peristilahan Lain : “Hukum Acara Peradilan
Tata Usaha Pemerintahan”,”Hukum Acara
Peradilan Administrasi Negara”,”Hukum
Acara Peradilan Administrasi”
Rozali Abdullah : Hukum Acara PTUN :

rangkaian
Peraturan-peraturan
yang
memuat cara bagaimana orang harus
bertindak,
satu
sama
lain
untuk
melaksanakan
berjalanya
peraturan
Hukum Tata Usaha Negara (Hukum
Administrasi Negara)

Pengertian Hukum Acara PTUN
Sjachran Basah, Hukum Acara = Hukum
Formal.
 Pengaturan Hukum Formal :
1. Ketentuan

prosedur berperkara diatur
bersama-sama
dengan
Hukum
Materiilnya
atau
dengan
susunan,
kompetensi dari badan yang melakukan
peradilan dalam bentuk UU/peraturan
lainya.
2. Ketentuan
prosedur berperkara diatur
tersendiri masing-masing dalam bentuk
UU atau bentuk peraturan lainnya
UU PTUN memuat Hukum Materiil sekaligus
Hukum Formal


Asas-Asas Hukum Acara PTUN









Asas Praduga Rechtmatig, setiap Tindakan Pemerintah selalu
dianggap rechtmatig sampai ada Pembatalan. Pasal 67 ayat (1)
UU No. 5 Tahun 1986.
Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dipersengketakan
kecuali ada kepentingan yang mendesak dari Penggugat (Pasal
67 ayat (1) dan ayat (4) huruf a UU No. 5 Tahun 1986).
Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem).
Para Pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus
diperlakukan dan diperhatikan secara adil. Hakim tidak
dibenarkan hanya memperhatikan alat bukti, keterangan atau
penjelasan salah satu pihak saja.

Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis
baik dalam pemeriksaan di peradilan judex facti, maupun
kasasi dengan MA sebagai puncaknya. Atas dasar satu kesatuan
hukum berdasarkan wawasan Nusantara, maka dualisme hukum
acara dalam wilayah Indonesia tidak relevan.

Asas-Asas Hukum Acara PTUN






Asas Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka.
Bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik
secara langsung maupun tidak langsung bermaksud untuk
mempengaruhi
keobyektifan putusan pengadilan (Pasal 24 UUD
1945 jo Pasal 4 UU No
14/1970)

Asas Peradilan dilakukan dengan Sederhana, Cepat dan Biaya ringan.
Sederhana adalah hukum acara yang mudah dipahami dan tidak
berbelitbelit. Dengan hukum acara yang mudah dipahami
peradilan akan berjalan dalam waktu yang relatif cepat. Dengan
demikian biaya berperkara juga
menjadi ringan
Asas Hakim Aktif.
asas ini memberikan peran kepada hakim dalam proses persidangan
guna memperoleh suatu kebenaran materiil dan untuk itu UU PTUN
mengarah
pada pembuktian bebas. Bahkan jika dianggap perlu
untuk mengatasi
kesulitan Penggugat memperoleh informasi,
maka hakim dapat
memerintahkan badan atau Pejabat TUN
sebagai pihak Tergugat untuk
memberikan informasi atau data
yang diperlukan. (Pasal 85 UU No. 5 Tahun 1986)

Asas-Asas Hukum Acara PTUN









Asas sidang terbuka untuk umum
bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuatan
hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum (Pasal 70 UU No. 5 Tahun 1986)
Asas Peradilan berjenjang.
Jenjang peradilan dimulai dari tingkat terbawah yaitu PTUN, kemudian
PTTUN dan puncaknya MA RI.
Asas Pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan.
Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimum remedium. Apabila
musyawarah tidak mencapai mufakat, maka barulah penyelesaian
melalui

PTUN dilakukan.
Asas Objektivitas
untuk tercapainya putusan yang adil maka hakim atau panitera wajib
mengundurkan diri apabila terkait hub keluarga sedarah atau
semenda
sampai derajat ketiga atau hub suami istri meskipun telah
bercerai dengan
tergugat, penggugat atau penasihat hukum atau
antara hakim dengan
salah seorang hakim atau panitera juga
terdapat hubungan sebagaimana
yang disebutkan diatas, hakim
atau panitera tersebut mempunyai
kepentingan langsung atau tidak
langsung dengan sengketanya (Pasal 78
dan 79 UU No. 5 Tahun
1986)

Kompetensi Peradilan





Kompetensi Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia : Kewenangan (kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan sesuatu).
Secara umum Kompetensi dibagi menjadi
dua jenis, yakni
1.

2.

kompetensi absolut (attributie van
rechtsmacht) dan
kompetensi relatif (distributie van
rechtsmacht).

Kompetensi Absolut



Kompetensi absolut (attributie van rechtsmacht) sering juga disebut
sebagai yurisdiksi



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yurisdiksi memiliki 2 (dua)
pengertian, yaitu:
1.
Kekuasaan mengadili; lingkup kekuasaan kehakiman; peradilan;
2.
Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu
wilayah atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum



Kompetensi absolut / Yurisdiksi adalah wewenang badan pengadilan dalam
memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa
oleh badan pengadilan lain, baik dalam

tingkat pengadilan dalam satu lingkungan peradilan yang sama


Pengadilan Negeri,

Pengadilan Tinggi maupun

Kasasi

lingkungan peradilan yang berbeda (Pengadilan Negeri, Pengadilan
Agama).

Kompetensi Relatif




Kompetensi
Relatif
(Distributie
van
Rechtsmacht).

kekuasaan
mengadili
suatu
badan
pengadilan yang didasarkan pada tempat
tinggal para pihak dan berkaitan dengan
wilayah hukum suatu pengadilan.
 Kewenangan
berdasarkan
tempat
tinggal para pihak
 Kewenangan
berdasarkan wilayah
hukum suatu pengadilan.

Kompetensi Peradilan TUN
Dasar Hukum
1. UUD Tahun 1945 Pasal 24
2. UU No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 25 ayat (5) :
Peradilan tata usaha negara sebagaimana dimaksud ayat (1)
berwenang memeriksa, mengadili, memutus, menyelesaikan
sengketa tata usaha negara sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
3. UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
4. UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan TUN
5. UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua Atas Undangundang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan TUN

Kompetensi Peradilan TUN
1.


Kompetensi Absolut diatur pada UU
tentang Peradilan TUN
BAB I tentang Ketentuan Umum




BAB III tentang Kekuasaan Pengadilan





2.

Pasal 4 UU No. 9 Tahun 2004

Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 50 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1986

Kompetensi relatif diatur
Pasal 6 UU No. 9 Tahun 2004

dalam

Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota
Kabupaten/Kota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah
Kabupaten/Kota.
(2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di
ibukota Provinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah
Provinsi. 
(1)

Kompetensi Peradilan TUN
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan, gugatan
diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah
hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan
ke Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat kediaman
penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang
bersangkutan.
(4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara
yang bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan
dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar
negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar
negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan
tergugat.

Kompetensi Absolut PERATUN
Pasal 4
Pasal 47
UU No. 5
Tahun
1986

Peradilan TUN adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
terhadap sengketa TUN. 

Pengadilan bertugas
sengketa TUN.

dan

berwenang

memeriksa,

memutus,

dan

menyelesaikan

Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986
(1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat TUN diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan
per-UU-an untuk menyelesaikan secara administratif sengketa TUN tertentu, maka batal
atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/administratif yang
tersedia.
(2)
Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan
telah digunakan.

Sengketa TUN

Pengecualian
Sengketa TUN

Pasal 1 angka 10 UU NO. 51 TAHUN 2009
Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang atau
badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat TUN, baik di pusat maupun di
daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan TUN, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku;
Pasal 2 UU No. 9 Tahun 2004 : Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan TUN
menurut UU ini, adalah Keputusan TUN yang :
1.merupakan perbuatan hukum perdata;
2.merupakan pengaturan yang bersifat umum;
3.masih memerlukan persetujuan;
4.dikeluarkan berdasarkan UHP dan KUHAP atau peraturan per-UU-an lain yang
bersifat hukum pidana;
5.dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan
peraturan per-UU-an yang berlaku;
6.mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
7.baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan umum.
Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1986
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN
tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan :
a.dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku;
b.b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perUU-an yang berlaku

Kompetensi Absolut Peratun
Lingkungan Peradilan TUN

Peradilan
TUN

Pasal 4
Pasal 47

P TUN

PT TUN

Pengadilan
Khusus
Pajak
Sengketa Pajak

UU No. 5
Tahun
1986
Pasal 50 UU No. 5 Tahun 1986
Pengadilan TUN bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN di tingkat
pertama.
Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1986
1.bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus sengketa TUN di tingkat
banding.
2.bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan
terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan TUN di dalam
daerah hukumnya.
3.bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat
pertama sengketa TUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48.
4.Terhadap putusan PT TUN sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat
diajukan permohonan kasasi.

Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan
yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan tergugat.
Contoh
Dr. CITRA ARYANDARI, S.Sn., M.A.; Kewarganegaraan Indonesia;
Tempat Tinggal di Perum V, Jl. Camar P. 89, RT/RW 006/018, Kelurahan
Sidoarum, Kecamatan Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
55564; Pekerjaan Dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta (Dosen
PNS).
Melawan
DEKAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA
YOGYAKARTA; Tempat Kedudukan di Jalan Parangtritis km 6,5 Bantul,
Yogyakarta.
Gugatan di PTUN Mana?

Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan,
gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
Contoh
WIRANTO HADISUSILA, SP, Kewarganegaraan
Indonesia; Tempat
Tinggal di Sompilan RT. 001/RW.26, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Pekerjaan Negeri Sipil.
Melawan
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Tempat Kedudukan di
Gedung Manggala Wanabakti, Blok I Lantai 4 Jalan Jenderal Gatot
Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.
KEPALA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SERAYU
OPAK PROGO, Tempat Kedudukan di Jalan Gedong Kuning 172 A
Yogyakarta.
Gugatan di PTUN Mana?

Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah
hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat
diajukan ke Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat
kediaman penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan
yang bersangkutan
Contoh
WIRANTO HADISUSILA, SP, Kewarganegaraan
Indonesia; Tempat
Tinggal di Sompilan RT. 001/RW.26, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Pekerjaan Negeri Sipil.
Melawan
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Tempat Kedudukan di
Gedung Manggala Wanabakti, Blok I Lantai 4 Jalan Jenderal Gatot
Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.
Pendaftaran Gugatan Di PTUN ?
Persidangan di PTUN?

Terima Kasih