Model Pembelajaran Paikem dan Cooperativ

Tugas Makalah
Belajar dan Pembelajaran
“Model Pembelajaran Paikem dan Cooperative Learning”
Dosen Pengampu: Zaharah, M.Ed

Disusun Oleh:
Niken Kesuma Wardani

(11140150000032)

Fahmi Ramadhan

(11140150000046)

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2016

Kata Pengantar


Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kami
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran dengan tema
“Model Pembelajaran Paikem dan Cooperative Learning” sesuai dengan waktu yang kami
rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Zaharah, M.Ed. Dosen mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran, dan semua pihak yang ikut dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, kami sangat
menerima kritik dan saran apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini agar
nantinya kami bisa menjadi lebih baik dalam membuat makalah atau tugas akhir perkuliahan.
Kami berharap makalah yang sudah kami buat bisa bermanfaat sebagaimana mestinya
dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 27 April 2016

PENYUSUN


i

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................ ii
BAB 1 Pendahuluan.......................................................................2
1.1 Latar Belakang.....................................................................2
1.2 Rumusan Masalah................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................3
BAB 2 Pembahasan.......................................................................4
2.1 Pengertian Model Pembelajaran...........................................4
2.2 Model PAIKEM....................................................................... 5
2.3 Model Cooperative Learning...............................................18
BAB 3 Penutup............................................................................22
3.1 Kesimpulan........................................................................22
3.2 Saran.................................................................................22
Daftar Pustaka............................................................................. 23

ii


BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi sekolah pada
rendahnya

mutu

pendidikan.

Usaha

peningkatan

umumnya
kualitas


adalah

pendidikan

terus dilaksanakan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan tersebut merupakan upaya sadar
yang sengaja dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguhsungguh. Upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah menciptakan kurikulum
yang lebih memberdayakan peserta didik. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni menghasilkan manusia yang
berkualitas dan berkompeten.

Selain itu, mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh pendekatan- pendekatan yang
digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ketepatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat
membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, serta
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh
guru apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan
pembelajarannya. Adapun permasalahan yang dihadapi siswa antara lain kemandirian dan
kedewasaan yang lambat, ini dilihat dari perilaku siswa di kelas yang sering ramai dan tidak
merespon materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya motivasi siswa sangat rendah, ini
dapat dilihat keinginan siswa dalam mengikuti pelajaran sangat rendah. sehingga guru harus

memotivasi terus menerus saat kegiatan belajar mengajar pembelajaran yang baik adalah
pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang
tersedia serta tujuan pembelajarannya.

1

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Model Pembelajaran Paikem dan Cooperative Learning?
2. Bagaimana Penjelasan Mengenai Model Pembelajaran Paikem dan Cooperative Learning?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian dari Model Pembelajaran Paikem dan Cooperative Learning.
2. Mengetahui Penjelasan Menyeluruh Mengenai Model Pembelajaran Paikem dan Cooperative
Learning.

2

BAB 2

Pembahasan

2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan dengan istilah sebagai gaya atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. dalam
penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut mencakup beberapa hal strategi atau
prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki dapat tercapai..
Model pembelajaran tidak terlepas dari kata strategi atau model pembelajaran
identik dengan istilah strategi. model pembelajaran dan strategi merupakan satu yang
tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus beriringan, sejalan, dan saling mempengaruhi.
Istilah strategi itu sendiri dapat diuraikan sebagai taktik atau sesuatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Selain itu strategi dalam pembelajaran dapat
didevinisikan sebagai suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan
secara bersama-sama, terpadu untuk menciptakan hasil belajar yang diinginkan guru pada
siswa. agar tujuan pendidikan yang telah disusun dapat secara optimal tercapai, maka
perlu suatu metode yang diterapkan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan
tersebut. Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa dalam satu strategi pembelajaran
menggunakan beberapa metode. Contohnya bila ingin melaksanakan sebuah strategi

ekspositori misalnya, dapat menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, atau
metode diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan mudah didapatkan di
sekitar sekolah yaitu bisa dengan menambahkan media pembelajaran. Oleh sebab itu,
strategi berbeda dengan metode. Strategi lebih menunjukkan pada sebuah perencanaan
atau yang biasa dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tentu dengan
maksud untuk mencapai sesuatu. sedangkan metode adalah suatu cara tersendiri yang
dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain, strategi adalah a plan of
operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in echieving something.

3

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau
teori pengetahuan. berbagai ahli pendidikan menyusun model pembelajaran berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teoriteori lain yang mendukung dalam model-model pembelajaran ini banyak diamati oleh
peneliti Joyce & Weil. Mereka mempelajari dan menerapkan berbagai model
pembelajaran berdasarkan teori belajar yang kemudian dikelompokkan menjadi empat
model pembelajaran. dan mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, mendidik dan
membimbing siswa terhadap pembelajaran di kelas.

2.2 Model PAIKEM

a. Ruang Lingkup PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan

suasana

sedemikian

rupa

sehingga

siswa

aktif

bertanya,


mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan
ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas,
kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara
diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya
kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada
yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar,
dan kinestetik.
Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak
kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya
membangun rasa percaya diri siswa.
4

Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah

suasana

belajar-mengajar yang

menyenangkan

sehingga siswa memusatkan

perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on
task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan
hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan
menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti
bermain biasa.
Siswa tidak memungkiri metode “PAIKEM” sama dengan pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan metode yang sangat mengerti
dan memahami kondisi siswa. bagaimana guru menyampaikan materi merupakan

penilaian utama siswa, seorang guru mempunyai wawasan yang luas akan tergambar
dengan cara bagaimana seorang guru menyampaikan pembelajaran di kelas, fokus
terhadap materi dan penyampaian yang mudah dimengerti oleh siswa. peduli terhadap
siswa dan tidak pilih-memilih (diskriminatif), performance yang menarik serta bisa
dijadikan partner dalam berdiskusi dan berkeluh kesah merupakan sekian banyak
kriteria yang siswa sampaikan jika seorang guru ingin menjadi favorit di mata siswa
(Herman, 2008).
a. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
pemahaman dan kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memposisikan dirinya
sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate
of learning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa terlibat secara aktif dan
berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak
5

memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya
proses pembelajaran. (Rusman, 2010: 322-324).
b. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang
mendorong aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan
pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai
fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi
pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi
pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal
baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang
sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang
dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk
memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari.
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk
menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika
temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian
tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama
menjadi guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta
tentang teknologi dan mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi yang
ada sekarang ini. Dengan demikian pembelajaran diwarnai oleh hal-hal baru
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Uno, 2012: 11).
c. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan
guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama
pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan
strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan
pemecahan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas siswa,
baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan
suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni
menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau
memperbaiki sesuatu.Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses
6

pembelajaran agar siswa terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada
umumnya, berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai berikut, yaitu:
a. Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi
untuk diuji.
b. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan
hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa
hipotesis tersebut rasional.
c. Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan
keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
d. Tahap keempat; verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk
dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.
Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif
dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru. (Mulyasa,
2006: 192)
d. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman
baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka
ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan
melibatkan serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar
bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul
kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena
mereka

merupakan

pusat

kegiatan

pembelajaran

dan

pembentukan

kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan
oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam
pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan
dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar yang
harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan belajar
yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola siswa,
7

mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi pembelajaran, dan
mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas yang efektif dengan
peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa dilakukan secara
parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur
sebagai berikut:(1) melakukan appersepsi, (2)melakukan eksplorasi, yaitu
memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta
menggunakan variasi metode, (3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu
mengaktifkan siswa dalam pembentukan kompetensi siswa dan mengaitkannya
dengan kehidupan siswa, (4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan faktafakta dan data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan
program pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran yang efektif , guru
harus memerhatikan beberapa hal, sebagai berikut: (1) pengelolaan tempat
belajar, (2) pengelolaan siswa, (3) pengelolaan kegiatan pembelajaran, (4)
pengelolaan konten/materi pelajaran, dan (5) pengelolaan media dan sumber
belajar. (Rusman, 2010: 325-326).
e. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru
dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not under pressure)
(Mulyasa, 2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah
adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan
dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban,
baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat,
serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa
secara optimal.Ada empat aspek yang memengaruhi model PAIKEM, yaitu
pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam suatu
8

pembelajaran terdapat empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAIKEM
terpenuhi.
a. Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa diajarkan dapat belajar mandiri. Di
dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti
eksperimen, pengamatan, penyelidikan , dan wawancara. Aspek
pengalaman ini siswa belajar banyak melalui berbuat dan dengan
melalui pengalaman langsung.
b. Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk,
misalnya;

mengemukakan

pendapat,

peresentasi

laporan,

dan

memajangkan hasil kerja. Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan
gagasan,

dapat

mengkonsolidasi

pikirannya,

mengeluarkan

gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan
makna mereka dapat diketahui oleh guru.
c. Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi,
Tanya jawab, dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti
itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang
untuk terkorelasi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga
dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d. Refleksi
Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang
telah diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini
dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah
dikeluarkan oleh siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan.
Di sini siswa diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan
baru. . (Rusman, 2010: 325-329).
b. Ciri-ciri PAIKEM

9

Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) adalah sebagai berikut:
a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman
dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat
(learning to do).
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang
lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,
termasuk cara belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sedangkan menurut Rose dan Nocholl dalam (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:84)
mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah sebagai
berikut.
a. Menciptakan lingkungan tanpa stres (rileks), yaitu lingkungan yang aman
untuk melakukan kesalahan, namun dengan harapan akan mendapatkan
kesuksesan yang lebih tinggi.
b. Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan.
c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Pada umumnya, hal
tersebut dapat terjadi ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika ada
humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda yang teratur, serta
dukungan antusias.
d. Melibatkan secara sadar semua indra dan otak kiri maupun kanan.
e. Menentang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan
mengekspresikan apa yang sedang dipelajari, dan sebanyak mungkin
kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.

10

PAIKEM merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan
paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses
Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media,
referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan
pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau
melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang
kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).
Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera
mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara). (Jamal
Ma’mur Asmani, 2011:84).
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM
1. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak
desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau
anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat
itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya
sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat,
anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak
karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan
guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya,
merupakan pembelajaran yang subur seperti apa yang dimaksud

2. Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan
dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas
tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai
dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih
11

dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat
kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau
membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.
Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila
mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk
berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah.
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis
masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua
jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas
guru

adalah

mengembangkannya,

antara

lain

dengan

sering-sering

memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan
yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada
yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup
(jawaban betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi
ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar,
12

peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang
kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan
baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat
kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media
belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang
dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus
keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat

biaya

dan

waktu.

Pemanfaatan

lingkungan

dapat

mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,
membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram
7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk
interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap
kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik
pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri
dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten
memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan.
Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka
8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa
kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi bangku dan meja diatur
berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut
bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan
daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,
13

dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena
itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang
datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa
takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’.
d. Prinsip-PrinsipPAIKEM
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas dan
inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan,
menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta keterampilan dasar
mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan
untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai dengan tujuan,
materi, peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM
dapat diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain:
1. Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun
emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi
makna kepada sisa dari pada hanya mendengarkan;
2. Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi
antara guru dan peserta didik;
3. Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi
multi arah.
4. Refleksi

:

Kegiatan

pembelajarannya

memungkinkan

peserta

didik

memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian proses pembelajaran.
e. Langkah-Langkah PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu
didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil
maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan pembelajaran terdiri
dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
14

terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran
ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP
terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas
Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu
mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
a) Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik
ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya
jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem
SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi
ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan
strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
b) Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur
tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru
dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh
karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau
proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai
fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri
inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang
digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
c) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur

15

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah
diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan,
atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah
satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a) karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b) sumber referensi terbatas;
c) jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d) alokasi waktu terbatas; dan
e) jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan)
atau bahan banyak. (Tim Pengembang MKDP, 2012; 24).

2.3 Model Cooperative Learning

a. Ruang Lingkup Cooperative Learning
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran,
guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami

16

berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk
belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa
model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi
ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan
lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
17

1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas

sedemikian

rupa

sehingga

setiap

anggota

kelompok

harus

menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung jawab perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran
kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka.
Dalam pembelajaran

kooperatif

setiap

kelompok

harus

diberikan

kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan
memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun,
proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh

18

untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para siswa.
b. Tujuan Cooperative Learning
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
19

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilanketerampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Pendekatan Pembelajaran Aktif, inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau
PAIKEM merupakan model pembelajaran yang baik dan meyenangkan untuk peserta didik.
20

Bukan hanya dapat memaham materi saja, namun dengan PAIKEM peserta didik akan
mendapatkan kesan yang menyenangkan ketika dan setelah belajar.
Model pembelajaran kooperatif pada umumnya merupakan pembelajaran yang dilakukan
secara berkelompok. Metode kooperatif dapat dikombinasikan dengan metode lainnya untuk
berbagai tujuan pembelajaran. Dengan model pembelajaran seperti ini, peserta didik akan saling
membantu dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas dari pendidik. Karena peserta didik akan
dimasukan ke dalam kelompok-kelomppok belajar, sehingga menuntun mereka untuk saling
peduli terhadap anggota kelompoknya masing-masing.

3.2 Saran
Dari pemaparan makalah di atas, pemakalah mengharapkan kesadaran dari pembaca
tentang pentingnya memahami model-model pembelajaran karena nantinya bisa kita jadikan
bekal dalam mendidik peserta didik kita, supaya menjadi peserta didik yang berkualitas. Kita
sebagai calon pendidik dituntut untuk bisa menguasai berbagai macam model pembelajaran agar
nantinya peserta didik yang kita ajarkan mampu memahami materi dengan baik dan tidak bosan,
karena peserta didik mempunyai tipe belajar dan minat dalam memahami yang berbeda-beda
pastinya, tuntutan zaman yang semakin modern pula mewajibkan kita sebagai calon pendidik
agar bisa menguasai teknologi dalam penerapan pembelajaran, agar bisa memaksimalkan
pekerjaan dan mengefisiensi waktu.

Daftar Pustaka

 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, edisi 4, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
 Mulyasa. 2006. Manajemen berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya
 Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
21

 Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Raja Grafindo
Persada.
 Uno, Hamzah. 2012. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
 Anita, Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.
 Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2004. Model – model Pembelajaran. Bandung: SMP
Kartika XI

22