Faktor internal dan eksternal yang mempe

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
penting dalam menunjang keberhasilan perekonomian. Hal ini sesuai dengan
tujuan dari perbankan di Indonesia yang tercantum dalam UU Perbankan No. 10
Tahun 1998 pasal 4 yaitu, perbankan di Indonesia ditujukan untuk menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat di
Indonesia yang lebih baik.
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.
Berangkat dari faktor tersebut, sistem perbankan syariah dapat diterapkan dan
dikembangkan di negara Indonesia. Dengan adanya UU No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan yang memperkenalkan istilah bagi hasil, maka berdirilah bank
syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat. Istilah prinsip syariah dalam
perbankan baru muncul sejak diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Khotibul Umam,

2009). Dengan berlakunya UU No. 10 Tahun 1998, maka eksistensi bank syariah
di Indonesia diakui keberadaannya dalam sistem perbankan nasional. UndangUndang ini pula, yang menandakan munculnya dual banking system atau
perbankan ganda. Dual banking system adalah diakuinya sistem perbankan
syariah dan perbankan konvensional secara berdampingan. Dalam regulasi ini
perbankan konvensional diizinkan untuk membuka unit usaha syariah.

2

Penerapan sistem perbankan ganda diadakan karena kedua sistem ini
cukup berbeda. Mulai dari sumber hukum, sistem operasional, sampai sistem
keuntungan yang ditawarkan. Bank konvensional dalam aktivitasnya baik
sebagai penghimpun dana maupun penyalur dananya memberikan dan
mengenakan imbalan yang berupa bunga atau sejumlah presentase tertentu dari
dana untuk suatu periode tertentu. Persentase bunga tentunya ditetapkan
pertahun dan mengacu pada BI rate yang berlaku pada saat itu (Budisusanto,
2006). Dalam penggunaan sistem bunga, besar keuntungan yang akan
didapatkan oleh nasabah sudah ditentukan dari pihak bank. Pada sistem bunga
untuk kredit bank konvensional keuntungan atau kerugian yang terjadi adalah
tanggung jawab nasabah, karena pembayaran bunga tidak mempertimbangkan
apakah proyek yang dijalankan nasabah mendapatkan keuntungan atau

mengalami kerugian (Antonio, 2009).
Bank syariah dalam aktivitasnya baik penghimpun dana maupun penyalur
dananya, mengenakan imbalan ke nasabahnya atas dasar prinsip syariah
diantaranya bagi hasil. Dalam penggunaan sistem bagi hasil besar kecilnya
keuntungan yang akan didapatkan oleh nasabah, nominalnya bersifat relatif dan
berubah-ubah karena bagi hasilnya ditentukan sesuai dengan hasil yang
didapatkan melalui perhitungan nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil menurut BI
adalah rasio pembagian keuntungan bagi hasil antara pihak bank dan nasabah
atas transaksi pendanaan maupun pembiayaan, besarnya nisbah sesuai dengan
ketentuan dan kesepakatan yang telah ditetapkan di awal perjanjian kedua belah
pihak. Pada sistem bagi hasil pemberian pembiayaan bank syariah, antara
nasabah dan bank bersifat kemitraan, sehingga keuntungan maupun kerugian
akan ditanggung oleh kedua pihak (Antonio, 2011).
Perbandingan perkembangan bank konvensional dan bank syariah dapat
dilihat dari tabel perkembangan bank konvensional secara umum dan bank

3

syariah secara umum yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sebagai berikut:


Tabel 1.1 Perkembangan bank Umum Konvensional dan Bank Umum
Syariah
Total DPK
(Milyar)
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Tahu
n
BUK
BUS
BUK
BUS
BUK
BUS
2.784.91 115.41
2011
2
5
120

11
24.560
1.401
3.225.19 147.51
2012
8
2
120
11
26.894
1.745
3.663.96 183.53
2013
8
4
120
11
28.780
1.998
4.114.42 217.85

2014
0
8
107
12
30.586
2.151
4.413.05 231.17
2015
6
5
106
12
32.963
1.979
Sumber (data diolah) statistik perbankan Indonesia 2013 dan 2015

Terlihat perbedaan yang signifikan pada total DPK, jumlah bank, dan jumlah
kantor antara bank umum konvensional dan bank umum syariah. Hal ini
dipengaruhi perkembangan bank syariah yang relatif lebih muda dibandingkan

bank konvensional. Operasional bank syariah baru berkembang di Indonesia
tahun 1992 dengan ditandai munculnya bank Muamalat, sedangkan bank
konvensional sudah lebih dulu beroperasi sejak pada jaman penjajahan Belanda.
Dilihat dari total DPK bank umum konvensioal, setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pada tahun 2011 total DPK bank umum konvensional sebesar
2.784.024 milyar rupiah, beralih ke tahun 2012 total DPK sebesar 3.225.198
milyar rupiah, sampai pada tahun 2015 bank umum konvensional mengalami
peningkatan pada total DPKnya sebesar 4.413.056 milyar rupiah. Peningkatan
pada total DPK bank umum konvensional setiap tahunnya menandakan, semakin
bertambahnya tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank umum konvensional.
Sedangkan bank umum syariah juga mengalami peningkatan pada total DPKnya.

4

Pada tahun 2011 total DPK bank umum syariah sebesar 115.415 milyar rupiah,
beralih ke tahun 2012 total DPK bank umum syariah sebesar 147.512 milyar
rupiah, Sampai tahun 2015 bank umum syariah masih mengalami peningkatan
pada total DPKnya yaitu sebesar 231.175 milyar rupiah. Peningkatan dari tahun
ke tahun total DPK yang dimiliki bank umum syariah menunjukkan bahwa bank
syariah diterima di Indonesia, sehingga tingkat kepercayaan nasabah juga

semakin meningkat.
Disamping perbedaan dalam lamanya beroperasi antara bank umum
konvensional dan bank umum syariah, penyebab lain perbedaan total DPK yang
sangat besar adalah perbedaan dalam jumlah bank. Pada jumlah bank, jumlah
bank umum konvensional lebih banyak sekitar sepuluh kali lipat dibanding bank
umum syariah, namun terjadi penurunan jumlah bank umum konvensional yang
beroperasi. Penurunan tersebut disebabkan adanya bank yang mengalami
kerugian yang besar atau bank tersebut mempunyai hutang cukup banyak
terhadap BI. Maka BI dengan terpaksa menutup bank tersebut. Pada tahun 2011
terdapat bank umum konvensional yang beroperasi sebanyak 120 bank, namun
pada tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 107 bank. Pada tahun 2015 turun
lagi menjadi 106 bank. Di sisi lain bank umum syariah, pada tahun 2011 sampai
2013 jumlah banknya tetap yaitu 11, tetapi terjadi peningkatan pada tahun 2014
menjadi 12 bank. Meskipun perbedaannya jauh antara jumlah bank umum
konvensional dan bank umum syariah, yang perlu kita ketahui bank umum
syariah tidak pernah terjadi penurunan.
Pada jumlah kantor, bank konvensional lebih banyak sekitar 15 kali lipat
dibanding jumlah kantor bank umum syariah. Bank umum konvensional
mengalami peningkatan tiap tahunnya terhadap jumlah kantor yang beroperasi.
Dikarenakan bank mengalami perkembangan, sehingga bank tersebut membuka

kantor baru di setiap penjuru Indonesia. Pada tahun 2011 jumlah kantor bank

5

umum konvensional sebanyak 24.560 kantor meningkat sampai pada tahun 2015
sebanyak 30.984 kantor. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah kantor bank umum
syariah sebanyak 1.401 kantor meningkat tiap tahunnya sampai pada tahun
2015 sebanyak 2.979 kantor.
Peranan bank konvensional yang telah berdiri lebih dahulu dibandingkan
bank syariah, sudah memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan
transaksi perbankan. Hal ini menjadikan sebagian masyarakat muslim sudah
menggunakan jasa bank konvensional, karena bank konvensional dianggap
memiliki fasilitas yang lebih lengkap, dan cabang yang lebih tersebar di sebagian
penjuru kota di Indonesia. Adanya bank syariah di Indonesia menjadi pilihan bagi
sebagian umat muslim di Indonesia untuk menggunakan jasa perbankan syariah,
namun masih banyak yang tetap menggunakan bank konvensional dengan
berbagai pertimbangan.
Setelah dua dekade lebih bank syariah beroperasi, ternyata bank syariah
belum menjadi pilihan utama masyarakat dalam menggunakan jasa perbankan.
Antonio (2011) menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang menjadi

kendala perkembangan bank syariah adalah pemahaman masyarakat yang
belum tepat terhadap kegiatan operasional bank syariah. Dalam perkembangan
saat ini, masyarakat banyak memandang bahwa bank syariah sama saja dengan
bank konvensional, bahkan bank syariah hanya dipandang sebagai bank yang
mempunyai harga administrasi relative yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat belum memahami secara benar konsep bank syariah sebagai
institusi keuangan Islam yang sebenarnya bertujuan lebih dari sekedar itu. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut baik pemerintah maupun lembaga terkait
mengadakan sosialisasi baik melalui media sosial maupun media cetak. Salah
satunya dengan mengadakan kajian ekonomi Islam. Kajian ekonomi Islam ini
akhirnya membuat beberapa Universitas membuka program studi Ekonomi

6

Islam. Tujuan didirikannya program studi Ekonomi Islam ini adalah mencetak
ekonom yang paham baik konsep maupun praktik ekonomi secara Islami.
Mahasiswa Ekonomi Islam sebagai salah satu komponen masyarakat adalah
pangsa pasar yang layak jadi pertimbangan perbankan syariah (Roose, 2014).
Mereka


sebenarnya

menjadi

calon

nasabah

yang

berpotensi

untuk

mengembangkan perbankan syariah. Sebagai mahasiswa, mereka tidak terlepas
dari aktivitas yang bersangkutan dengan jasa perbankan. Meskipun mahasiswa
belum memiliki penghasilan sendiri namun mahasiswa membutuhkan jasa dari
perbankan itu sendiri, mulai dari keperluan administrasi kuliah, pendaftaran
kuliah, sampai untuk menabung. Mahasiswa Ekonomi Islam menjadi target
pangsa pasar yang sangat baik untuk perbankan syariah, karena mereka sudah

mendapatkan pengetahuan yang lebih terkait perbankan syariah.
Jika dilihat dari segi materi perkuliahannya dan pengetahuan tentang
perbankan syariah, maka selayaknya mahasiswa Ekonomi Islam mempunyai
daya tarik yang kuat untuk menabung di bank syariah. Namun fenomenanya
mahasiswa Ekonomi Islam masih cukup banyak yang memakai jasa perbankan
konvensional. Penelitian Nilasari (2014) mendapati bahwa 12,95% mahasiswa
Ekonomi Islam Universitas Airlangga angkatan 2008 sampai 2013 belum menjadi
nasabah bank syariah. Selayaknya dengan pengetahuan yang diperoleh mereka
lebih memilih menjadi bank syariah.
Dalam pengambilan keputusan untuk menjadi konsumen suatu produk selain
dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Misalnya
dalam teori ekonomi jumlah barang yang diminta dipengaruhi oleh faktor internal
yaitu pendapatan dan selera konsumen serta faktor eksternal yaitu harga barang
itu dan harga barang lain. Begitu juga dalam menggunakan jasa perbankan.
Untuk mengambil keputusan dalam memilih jasa perbankanan yang akan
digunakan, juga dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal dari nasabah.

7

Melihat fenomena tersebut perlu diadakannya penelitian mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pemilihan jasa perbankan yang dipilih oleh
mahasiswa ekonomi, khususnya Ekonomi Islam. Karena menurut penelitian
terdahulu, mahasiswa Ekonomi Islam masih banyak yang menggunakan jasa
bank konvensional yang seharusnya dari mereka lebih condong memakai jasa
bank syariah.
Berdasarkan hal tersebut penulis membuat penelitian yang berjudul “Faktor
Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa S1 Ekonomi
Islam di Malang dalam Memilih Bank Umum”

1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penulisan ini adalah faktor internal dan
eksternal apakah yang mempengaruhi keputusan mahasiswa S1 Ekonomi Islam
dalam memilih jasa perbankan dalam memilih bank umum. Untuk mendalami
masalah tersebut, maka penelitian ini terbagi dalam dua sub permasalahan yaitu:
a. Bagaimanakah pemahaman yang dimiliki mahasiswa S1 Ekonomi Islam
di Malang terhadap bank umum syariah?
b. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan
mahasiswa S1 Ekonomi Islam di Malang dalam memilih bank umum ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi keputusan mahasiswa S1 Ekonomi Islam di kota
Malang dalam memilih bank umum. Untuk mendalami tujuan utama, maka skripsi
ini terbagi dua sub tujuan yaitu :
a. Mengetahui pemahaman yang dimiliki mahasiswa S1 Ekonomi Islam di
Malang terhadap bank umum syariah.

8

b. Menganalisis

faktor

internal

dan

eksternal

yang

mempengaruhi

keputusan mahasiswa S1 Ekonomi Islam di Malang memilih bank umum.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan ilmu ekonomi islam dan para muslim dalam mengetahui faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan mahasiswa S1 Ekonomi
Islam di Malang dalam memilih bank umum. Manfaat penelitian tersebut antara
lain:
1. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini merupakan kesempatan penulis untuk mengaplikasikan ilmu
serta pengetahuan yang penulis dapatkan dari bangku kuliah.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bank umum baik di
konvensional maupun di syariah.
2. Bagi Perbankan Syariah dan Konvensional.
a. Diharapkan dari penelitian ini akan menghasilkan suatu masukan
pemikiran dan input yang bermanfaat khususnya bagi perbankan
konvensional maupun perbankan syariah.
b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan
dan keputusan untuk menentukan arah, tujuan, dan strategi dalam
perbankan.
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan
serta membantu penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang
mengenai keputusan mahasiswa dalam memilih bank umum.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dapat dikatakan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh
konsumen dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan suatu barang
maupun jasa. Perilaku konsumen merupakan proses yang dinamis yang
mencakup perilaku konsumen individual, anggota masyarakat, kelompok yang
secara terus menerus mengalami perubahan (Tatik Suryani, 2013). Perilaku
konsumen merupakan interaksi antara pengaruh, perilaku dan lingkungan
dimana manusia melakukan aktivitas dalam kehidupan.

Shiffman dan Kanuk

(2000) mengatakan perilaku konsumen adalah perilaku yang dilakukan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi produk, jasa,
atau ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan Swasta
(2002) mengatakan bahwa perilaku konusumen adalah kegiatan-kegiatan
konsumen yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan
barang atau jasa, yang termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan,
persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Fokus dari perilaku konsumen
adalah bagaimana seorang konsumen membuat keputusan untuk menggunakan
sumber daya yang mereka miliki untuk mengkonsumsi suatu barang.
Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati
dalam hukum permintaan (Boediono, 2010). Hukum permintaan ini menjelaskan
bila harga suatu barang naik maka jumlah yang diminta akan barang tersebut
menurun (ceteris paribus). Ceteris Paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain

10

yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah (Boediono,
2010).
Dalam hukum permintaan terdapat dua pendekatan untuk menerangkan
tentang perilaku konsumen, yaitu (Boediono, 2010):
1. Pendekatan Marginal utility
Anggapan dimana kepuasan (utility) setiap konsumen dapat diukur dengan
uang atau dengan satuan lainnya. Kepuasan ini bersifat kardinal. Dalam
pendekatan ini konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum
pada pembelian dimana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari
barang tersebut adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan
dari unit terakhir.
2. Pendekatan Indifference curve
Anggapan dimana kepuasan tidak dapat diukur. Kepuasan yang diperoleh
konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah, tanpa mengatakan
berapa lebih tinggi atau lebih rendah. Kepuasan dalam indifference curve ini
bersifat ordinal. Keunggulan indifference curve dibanding pendekatan
marginal utility adalah tidak perlunya menganggap bahwa kepuasan
konsumen bersifat kardinal, efek perubahan harga terhadap jumlah yang
diminta bisa dipecah lebih lanjut menjadi dua, yaitu efek subtitusi dan efek
pendapatan.

Menurut

Lancaster

sumbu-sumbu

untuk

menggambar

indifference curve seorang konsumen harusnlah menunjukkan jumlah
karateristik yang dikonsumsikan bukan jumlah barang yang dikonsumsi.
Perilaku konsumen bisa dijelaskan dengan menggunakan pendekatan
marginal utility sebagai berikut:

11

1. Kepuasan dapat diukur dengan uang
2. Semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi, maka tambahan kepuasan
yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsi semakin
menurun (Hukum Gossen).
3. Konsumen akan selalu berusaha mencapai kepuasan yang maksimum.
Sedangkan perilaku konsumen dalam pendekatan indifference curve
dijelaskan sebagai berikut:
1. Konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi
(misalnya x dan y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau
kumpulan dari indifference curve.
2. Konsumen mempunyai skala untuk preferensi barang yang akan dikonsumsi.
Konsumen juga mampu menganalisis kebutuhan yang akan dipenuhinya.
3. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu.
4. Kepuasan seorang konsumen dapat diurutkan sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan mereka.
5. Semakin banyak barang yang dikonsumsi seorang konsumen, maka
menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
6. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.
Beberapa prinsip dasar yang melatarbelakangi analisa perilaku konsumen,
yaitu:
a. Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan. Keadaan seperti ini membuat orang
untuk lebih selektif dalam menentukan pilihan agar pengeluaran dapat
terkendali
b. Konsumen mampu membandingkan biaya dan manfaat. Konsumen dituntut
untuk selektif dalam memilih barang. Apabila terdapat dua barang yang
mempunyai manfaat sama, maka konsumen akan lebih memilih yang biaya
lebih kecil. Jika seorang konsumen menemui dua jenis barang yang

12

dibutuhkan dengan biaya yang sama, maka konsumen akan memilih barang
yang memberikan manfaat lebih besar.
c. Tidak selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat.
Suatu

saat

terkadang

konsumen

membeli

suatu

barang

ataupun

menggunakan jasa, namun biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan
manfaat yang diperoleh.
d. Setiap barang dapat disubtitusikan dengan barang lain. Dengan kata lain
konsumen dapat memperoleh kepuasan dengan berbagai cara
e. Konsumen memahami konsep berkurangnya tambahan kepuasan (the law of
diminishin marginal utility). Semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsi
maka semakin kecil tingkat kepuasan yang diperoleh. Jika setiap tambahan
barang yang diperlukan biayanya sebesar harga barang tersebut, maka
konsumen akan berhenti membeli barang tersebut, karena tambahan manfaat
yang diperoleh sama besar dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.
Maka dari itu, perilaku konsumen dapat dipahami dalam tiga tahapan yang
meliputi:
1. Preferensi konsumen
Langkah awal untuk menjelaskan alasan mengapa seseorang lebih condong
untuk memilih jenis produk tertentu dibanding produk lain.
2. Garis anggaran (budget line)
Konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang akan mempertimbangkan
harga. Untuk memutuskan membeli suatu barang, maka konsumen akan
mempertimbangkan dengan pendapatan yang dimilikinya.
3. Pilihan konsumen
Dengan mengetahui preferensi dan pendapatan yang dimiliki, maka
konsumen akan memilih berbagai macam barang yang akan memaksimalkan
kepuasan mereka.

13

2.1.2 Model Perilaku Konsumen
Konsumen setiap harinya menentukan berbagai pilihan pembelian. Model
perilaku konsumen yang dijelaskan oleh Kotler (2001) dapat digunakan untuk
menyelidiki keputusan pembelian konsumen. Dapat pula diartikan sebagai
kerangka kerja atau sesuatu yang mewakili apa yang diinginkan konsumen
dalam mengambil keputusan membeli (Anwar, 2012). Terdapat dua tujuan utama
dari suatu model, yaitu sangat bermanfaat untuk mengembangkan teori dalam
penelitian perilaku konsumen dan untuk mempermudah dalam mempelajari apa
yang telah diketahui mengenai perilaku konsumen.
Model perilaku konsumen yang baik yaitu mempunyai kekuatan untuk
mempersatukan interelasi antara sikap-sikap, kepribadian, peranan sosial,
struktur sosial, dan proses belajar. Model ini harus pula konsisten, asli, dapat
dipercaya, sederhana, didasarkan pula atas fakta-fakta yang nyata, dan dapat
diuji dan diperiksa benar tidaknya untuk suatu aktivitas.
Model perilaku konsumen Howard dan Sheth menunjukkan suatu proses dan
variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen sebelum dan sesudah
terjadinya pembelian. Terdapat tiga variabel utama pada model ini, yaitu:
persepsi, belajar dan sikap. Tujuan model perilaku konsumen Howard dan Sheth
adalah untuk menjelaskan seorang konsumen membandingkan dan memilih satu
produk yang sesuai dengan kebutuhannya.
Model perilaku konsumen yang diusung oleh Kotler (2001) dimulai dari
adanya rangsangan pemasar yang terdiri dari produk, harga, distribusi, promosi
serta rangsangan lainnya mencakup kekuatan dari peristiwa besar dalam
lingkungan pembeli seperti ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Seluruh
masukan ini memasuki kotak hitam pembeli, kemudian di sana diubah menjadi
satu susunan tanggapan pembeli yang dapat diselidiki: pilihan produk, pilihan

14

merek, pilihan dealer, waktu membeli, dan jumlah pembelian. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 : Model Perilaku Konsumen

Produk, harga,
distribusi,
Pemasaran
dan
Promosi
rangsangan
lainnya

Karakteristik
Kotakpembeli
hitam pembeli

Ekonomi,
tekhnologi,
politik, budaya

Proses
keputusan
membeli

pemilihan
produk,
pemilihan
merek,
pemilihan
dealer, waktu
pembelian,
jumlah
pembelian

Sumber: Kotler,2001

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Suatu keputusan dalam pembelian seorang konsumen secara kuat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor-faktor tersebut banyak
mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusannya. Disamping faktor dari
dalam diri seorang konsumen (faktor internal) seperti faktor pribadi dan
psikologis, bisa juga dari faktor lingkungan disekitar atau faktor dari luar seorang
konsumen (fakotr eksternal) seperti budaya dan sosial. Faktor-faktor budaya
memberikan pengaruh paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen
(Kotler, 2001).
2.1.3.1 Faktor Internal
A. Faktor Pribadi
Keputusan seorang konsumen dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
Karakteristik tersebut meliputi:

15

a. Umur dan tahap siklus hidup
Keputusan membeli seseorang terhadap barang dan jasa akan
berbeda sepanjang hidupnya. Selera seseorang akan berubah sesuai
dengan

usia

mereka.

Pemasar

menetapkan

pasar

sasaran

berdasarkan tahap siklus hidup yang tradisonal maupu alternatif nontradisional.
b. Pekerjaan dan situasi ekonomi
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pola konsumsinya. Pilihan
akan keputusan membeli sebuah produk dipengaruhi oleh keadaan
situasi ekonomi seseorang : penghasilan yang dapat dibelanjakan,
tabungan dan aktiva, utang, kemampuan untuk meminjam , dan sikap
terhadap belanja dan menabung.
c. Gaya Hidup
Orang-orang yang berasal dari sub kebudayaan, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya
hidup merupakan pola perilaku seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam minat, aktivitas dan opininya. Gaya hidup mempengaruhi
perilaku seseorang dan pada akhirnya menentukan pilihan-pilihan
konsumsi seseorang (Sumarwan, 2002).
d. Kepribadian dan konsep diri
Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang dapat
mempengaruhi

keputusan

membelinya.

Kepribadian

adalah

karakteristik psikologis seseorang yang menghasilkan tanggapan yang
relatif

konsisten

terhadap

lingkungannya.

Berkaitan

dengan

kepribadian adalah konsep diri (citra diri) seseorang. Konsep diri
merupakan cerminan identitas seseorang. Pemasar harus memahami

16

hubungan antara konsep diri konsumen dengan apa yang mereka
tawarkan.
B. Faktor Psikologis
Pilihan seseorang dalam membeli akan dipengaruhi oleh empat faktor
psikologi utama yaitu:
a. Motivasi
Motivasi adalah kondisi yang menggerakan seseorang untuk bertindak.
Motivasi keputusan pembelian seseorang biasanya didorong dari
kebutuhan

yang

mereka

perlukan.

Semakin

tinggi

tingkat

kebutuhannya maka semakin tinggi motivasi untuk membeli. Teori
Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan manusia yang secara
hirarki berurutan mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan
aktualisasi diri.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi untuk bertindak akan dipengaruhi oleh
persepsi mengenai situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang
digunakan

oleh

seseorang

dalam

memilih,

mengatur,

dan

menginterprestasikan informasi untuk membentuk suatu gambaran
yang berarti. Informasi yang didapat akan diolah sehingga dimasukkan
ke dalam memori dan dapat dipergunakan lagi untuk memberikan
presepsi yang lebih baik mengenai suatu produk dan jasa (Dwiastuti,
dkk, 2012).
c. Pembelajaran
Pembelajaran

adalah

perilaku

individu

yang

muncul

akibat

pengalaman yang mereka alami. Pembelajaran dihasilkan melalui
adanya dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, penguatan yang

17

saling mempengaruhi. Pembelajaran konsumen merupakan proses
belajar konsumen mulai dari pengalaman dalam menggunakan suatu
produk/jasa

maupun

hasil

pemahaman

konsumen

dari

media

(elektronik maupun cetak). Pengalaman dalam mengkonsumsi akan
membuat konsumen memikirkan apakah akan mengkonsumsi lagi,
mengurangi konsumsinya atau bahkan tidak akan menggunakan
produk tersebut lagi (Dwiastuti, dkk, 2012).
d. Keyakinan dan sikap
Dengan bertindak dan melalui pembelajaran, orang-orang akan
mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya akan mempengaruhi
perilaku pembelian mereka. Keyakinan adalah pemikiran seseorang
mengenai sesuatu. Sikap adalah evaluasi, perasaan, penilaian
seseorang terhadap objek atau gagasan. Sikap merupakan pemikiran
mengenai suka atau tidaknya seseorang akan sesuatu.
2.1.3.2 Faktor Eksternal
A. Faktor Budaya
Faktor-faktor budaya memberikan pengaruh paling luas pada perilaku dan
keinginan konsumen. Faktor budaya dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu:
a. Budaya
Budaya adalah penentu paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang. Budaya merupakan suatu kepercayaan, nilai-nilai dan
kebiasaan yang dipelajari seseorang, yang dapat mengarahkan
seseorang tersebut dalam menggunakan suatu barang atau jasa
(Dwiastuti, dkk, 2012). Setiap kelompok atau masyarakat memiliki
budaya

yang

berbeda-beda

di

setiap

negaranya,

yang

akan

18

berpengaruh terhadap perilaku pembelian mereka (Kotler, 2001).
Seorang akan mendapatkan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan
perilaku dari keluarga serta lembaga penting lainnya. Unsur-unsur
budaya antara lain nilai, norma, kebiasaan, larangan, mitos, simbol.
Unsur-unsur budaya dapat mempengaruhi pengkonsumsian suatu
produk dan jasa. Berikut penjelasan unsur-unsur budaya (Dwiastuti,
dkk, 2012):
1. Nilai (Value)
Nilai adalah kepercayaan yang dianut atau segala sesuatu yang
dianggap

penting

oleh

seseorang

atau

suatu

masyarakat.

(Dwiastuti, dkk, 2012).
2. Norma (Norm)
Norma adalah kepercayaan yang dianut secara turun menurun dari
suatu kelompok sehubungan dengan kaedah perilaku anggota
individual (Dwiastuti, dkk, 2012). Norma merupakan aturan
masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh
dilakukan maupun tidak boleh dilakukan. Norma terdiri dari dua
macam

yaitu:

norma

yang

disepakati

berdasarkan

aturan

pemerintah dan norma yang ada dalam budaya (Dwiastuti, dkk,
2012).
3. Mitos
Mitos menggambarkan suatu kepercayaan yang mengandung nilai
dan idealisme bagi suatu masyarakat (Dwiastuti, dkk, 2012).
4. Simbol
Simbol merupakan segala sesuatu (benda, nama, warna, konsep)
yang memiliki arti penting lainnya (Dwiastuti, dkk, 2012).

19

5. Budaya Populer
Budaya populer dinikmati bersama oleh semua masyarakat, budaya
ini adalah budaya yang menarik massa (Dwiastuti, dkk, 2012).
Mowen dan Minor (1998) menjelaskan bahwa budaya populer
sebagai budaya masyarakat banyak. Karakter budaya populer
adalah (Dwiastuti, dkk, 2012) :
a) Masuk ke dalam pengalaman dari nilai kebanyakan anggota
masyarakat suatu populasi
b) Tidak memerlukan pengetahuan khusus umtuk memahami
budaya populer.
c) Budaya dihasilkan karena mudahnya setiap orang mengakses
nilai-nilai budaya populer.
Budaya populer akan mempengaruhi perilaku konsumen. Budaya
populer

dipahami

masyarakat

karena

tidak

membutuhkan

pengetahuan. Terdapat jenis bentuk budaya populer, yaitu:
a) Iklan. Iklan dapat berupa media cetak atau media elektronik.
Bentuk media iklan dapat berupa brosur, majalah, koran,
tayangan di televisi, radio, internet.
b) Televisi. Televisi merupakan media iklan yang banyak digunakan
oleh para produsen karena jangkauannya luas, serta penjelasan
dengan audio visual.
c) Musik. Musik adalah merupakan budaya populer yang penting
karena musik sangat berkaitan dengan televisi dan iklan. Musik
banyak dipakai oleh iklan produk dan jasa
d) Pakaian dan aksesoris. Pakaian menggambarkan suatu budaya
bangsa.

20

b. Sub budaya
Setiap budaya selalu memiliki sub budaya yang lebih kecil. Sub
budaya adalah sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang
sama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Sub
budaya meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras atau daerah
geografis. Sub budaya membentuk segmen pasar yang penting, pihak
pemasar akan membuat produk dan melakukan program pemasaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
c. Kelas sosial
Setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial.
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif permanen
yang dimana anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai, kepentingan,
dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor
saja, namun ditentukan dari kombinasi pekerjaan, pendapatan,
pendidikan, kesejahteraan, dan variabel lainnya.
B. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap
perilaku konsumen. Faktor-faktor sosial seperti :
a. Kelompok acuan
Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk
mencapai sasaran perorangan atau bersama, seperti kelompok,
persahabatan, kelompok belajar, teman sebaya, dan

lain lain

(Dwiastuti, dkk, 2012). Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua
kelompok baik yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) maupun
tidak langsung terhadap perilaku seseorang. Kelompok acuan akan
mengarahkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup yang baru,

21

mempengaruhi sikap dan konsep pribadi seseorang, memberikan
dorongan agar menyesuaikan diri sehingga akan mempengaruhi
pilihan produk dan merek seseorang. Faktor yang berdampak pada
pengaruh kelompok acuanadalah informasi dan pengalaman serta
kredibilitas, daya tarik dan kekuatan kelompok referensi (Dwiastuti,
dkk, 2012).
b. Keluarga
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang diikatkan dalam
hubungan darah, perkawinan, atau pengapdosian yang tinggal bersana
atau terpisah (Dwiastuti, dkk, 2012). Anggota keluarga merupakan
kelompok acuan primer yang paling berpengaruh pada keputusan
seorang konsumen dalam membeli barang dan jasa. Keluarga merupakan
organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.
c. Peran dan status
Posisi seseorang di suatu kelompok dalam aktivitasnya merupakan istilah
dari peran dan status. Peran dapat mempengaruhi sebagian perilaku
konsumen. Setiap peran membawa status yang menggambarkan
penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
2.2 Teori Konsumsi dalam Islam
Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam
kehidupan manusia. Dalam ilmu ekonomi konsumsi adalah perilaku seseorang
dalam membuat keputusan mengenai bagaimana mengalokasikan sumber daya
yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhannya (Sumar’in, 2013). Dalam
menentukan

pilihan,

seseorang harus menyesuaikan

antara

kebutuhan,

preferensi dan ketersediaan sumber daya. Keputusan seseorang dalam
mengalokasikan sumber daya inilah melahirkan fungsi permintaan.

22

Teori konsumsi lahir karena adanya teori permintaan akan barang dan jasa.
Permintaan akan barang dan jasa timbul karena adanya keinginan dan
kebutuhan oleh konsumen. Dalam ekonomi konvensional penggerak kegiatan
konsumsi adalah adanya keinginan, konsumen diasumsikan sebagai seseorang
yang mempunyai tujuan untuk memenuhi kepuasan (utility) dalam kegiatan
konsumsinya. Batasan yang mereka punya. yang mereka miliki adalah dana
Sedangkan dalam Islam keinginan identik dengan hawa nafsu seseorang. Nafsu
manusia

mempunyai

kecenderungan

yang

saling

bertentangan

yaitu

kecenderungan baik maupun kecenderungan yang tidak baik. Oleh karena itu
teori permintaan dalam perspektif ekonomi Islam didasar atas adanya kebutuhan
bukan dari keinginan.
Aktivitas konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam sesungguhnya tidak jauh
beda dari ekonomi konvensional. Titik perbedaan yang paling menonjol dari teori
konsumsi konvenional dan teori konsumsi ekonomi Islam adalah paradigma
dasar dan tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri. Dalam ekonomi Islam
pada dasarnya perilaku konsumsi dibangun atas dua hal yaitu kebutuhan dan
kegunaan. Secara rasional, seseorang tidak akan pernah mengkonsumsi suatu
barang dimana dia tidak membutuhkannya sekaligus mendapatkan manfaat
darinya (Sumar’in, 2013).
Sumar’in (2013) menyatakan Islam melihat aktivitas ekonomi adalah salah
satu cara untuk menciptakan maslahah menuju falah (kebahagiaan dunia dan
akhirat). Dalam teori konsumsi pun juga tidak terlepas dari perspektif tersebut.
Motif konsumsi dalam Islam pada dasarnya adalah memepertimbangkan
maslahah daripada utilitas. Pencapaian maslahah merupakan tujuan dari syariah
Islam, yang dimana menjadi tujuan dan kegiatan konsumsi.
Pentingnya penegasan dan pembatasan antara keinginan dan kebutuhan
menjadikan konsumsi dalam perspektif Islam lebih terarah (Sumar’in, 2013).

23

Kebutuhan

lahir

dari

suatu

pemikiran

secara

objektif

seseorang

agar

mendapatkan suatu manfaat bagi hidupnya. Secara umum, pemenuhan
kebutuhan akan memberikan tambahan manfaat secara fisik, spiritual,
intelektual, sedangkan pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan atau
manfaat psikis. Jika seseorang memenuhi kebutuhannya, maka pemenuhan atas
kebutuhan
Sedangkan

tersebut
jika

akan

seseorang

mendapatkan
memenuhi

maslahah
karena

sekaligus

keinginan

kepuasan.

bukan

karena

kebutuhan, maka pemenuhan keinginan tersebut hanya mendapatkan kepuasan
saja. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan diperbolehkan selama hal itu
mendatangkan kemaslahahan atau dengan kata lain tidak mendatangkan
kemudharatan. Tabel 2.1 menggambarkan perbedaan karakteristik antara
kebutuhan dan keinginan.
Tabel 2.1 : Karakteristik Kebutuhan dan Keinginan
Karakteristik
Sumber
Hasil
Ukuran
Sifat
Tuntutan Islam
Sumber : P3EI (2011)

Keinginan
Hasrat (nafsu) manusia
Kepuasan
Preeferensi atau selera
Subyektif
Dibatasi atau dikendalikan

Kebutuhan
Fitrah manusia
Manfaat dan berkah
Fungsi
Obyektif
Dipenuhi

2.3 Bank
2.3.1 Bank Konvensional
Bank adalah suatu lembaga intermediasi keuangan, didirikan dengan
kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, menerbitkan
banknote dan juga sebagai media perantara keuangan antara pihak debitur dan
kreditur. Kata Bank berasal dari bahasa Italia “banca” yang artinya tempat
penukaran uang.
Terdapat berbagai macam definisi mengenai bank atau perbankan, namun
pada dasarnya masing-masing pendapat memiliki makna yang sama. Menurut

24

Undang-Undang RI Nomer 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup masyarakat (Kasmir,
2012). Menurut Dendawijaya (2001) bank adalah suatu badan usaha yang tugas
utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang
menyalurkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (idlefund/surplrus
unit) kepada pihak yang membutuhkan atau kekurangan dana (deficit unit) pada
waktu yang ditentukan.
Bank konvensional merupakan bank yang paling banyak beroperasi di
Indonesia. Martono (2002) menjelaskan prinsip konvensional yang digunakan
bank konvensional menggunakan dua metode:
1. Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti tabungan,
deposito

berjangka,

maupun

produk

pinjaman

(kredit)yang

diberikan

berdasarkan tingkat bunga tertentu.
2. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau menerapkan
berbagai biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem penetapan
biaya ini disebut fee based
Aktivitas perbankan konvensional yang pertama adalah menghimpun dana
dari

masyarakat

luas

(funding).

Pengertian

menghimpun

dana

adalah

mengumpulkan dan mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat. Bank
mempunyai berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat
seperti tabungan, giro, sertifikat deposito, dan deposito berjangka. Agar
masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan akan
memberikan balas jasa bagi si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa
bunga, hadiah, pelayanan, dan lain sebagainya.

25

Setelah bank memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat,
maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijual kembali ke
masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending). Dalam pemberian
kredit, seseorang yang bertindak sebagai debitur akan dikenakan biaya jasa
pinjaman dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Jika di bank syariah dapat
berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.
Produk bank konvensional yang ditawarkan mulai dari produk dana bank
yang termasuk dalam produk dana bank antara lain: tabunga, giro, deposito,
sertifikat deposito. Kemudian produk kredit yaitu: kredit modal kerja, kredit
investasi, kredit konsumsi.
Jasa-jasa yang ditawarkan oleh bank konvensional diantaranya: kliring,
inkaso, transfer, safe deposit box, bank cards (kartu atm, kartu debit, kartu
kredit), bank notes (penukaran valuta asing), bank garansi, Letter of Credit, cek
perjalanan (e-money).
2.3.2 Bank Syariah
Di beberapa negara untuk menyebut bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah dikatakan sebagai bank Islam (Islamic banking). Istilah Islam dan syariah
dalam pengertian teknis secara khusus dalam hal perbankan keduanya sama.
Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan jasa
dalam bentuk simpanan dan pembiayaan, serta dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah
Islam (Sumar’in, 2012).
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) Perbankan Syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam pasal 1 ayat (12) menyebutkan bahwa

26

prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan (Sumar’in,
2012).
Sebagai lembaga keuangan, bank syariah adalah lembaga keuangan yang
menjalankan perannya untuk menjadi lembaga intermediasi antara pemilik modal
dan pengusaha (Sumar’in,2012). Maka dari itu hadirnya bank Syariah dianggap
sangat mempunyai peran penting dalam pergerakan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan UU No 21 Tahun 2008 pasal 4 tentang perbankan syariah,
fungsi dari perbankan syariah adalah:
1. Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat
2. Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat.
3. Bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazbir) sesuai
dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
4. Pelaksana fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) sesuai
dengan ketentuakn peraturan perundang-undangan.
Terdapat tujuan normative dibentuknya bank syariah sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuammalah secara Islam,
khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar
dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang
mengandung unsur gharar. Unsur gharar dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap ekonomi umat.

27

2. Menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan cara meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang
amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
3. Meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha
yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin yang diarakan kepada
kegiatan usaha yang produktif.
4. Menjaga kestabilan ekonomi / moneter pemerintah.
5. Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non Islam yang
menyebabkan umat Islam tidak dapat mengamalkan ajaran agama Islam
secara penuh terutama bidang kegiatan bisnis dan perekonomian.
Produk jasa yang disediakan oleh bank syariah antara lain: titipan atau
simpanan (al- wadi’ah, deposito mudharabah), bagi hasil (al musyarakah,al
mudharabah, al muzara’ah, al musaqah), jual beli (bai’ al murabahah, bai’ as
salam, bai’ al istishna), sewa (al ijarah, al ijarah al muntahia bit tamlik), jasa
(wakalah, kafalah, hawalah, rahn, qardh).
2.3.3 Perbedaan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah
Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah mempunyai
persamaan, seperti dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
tekhnologi

komputer

yang

digunakan,

syarat-syarat

umum

memperoleh

pembiayaan seperti KTP, NPWP, laporan keuangan, dan sebagainya.
Perbedaan bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal,
strutktur organissasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. Berikut adalah
perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional.
Perbankan Konvensional mempunayi beberapa perbedaan dengan
perbankan konvensional. Berikut perbedaan bank konvensional dan bank syariah
secara umum

28

Tabel 2.2 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
Aspek
Kerangka Bisnis

Bank Konvensional
 Prinsip Ekonomi (barat
dijadikan sebagai landasan
filisofis
 Kegiatan bisnis dilandaskan
pada orientasi keuntungan
optimal

Landasan
Hukum
Imbalan Hasil

UU Perbankan

Bentuk
Transaksi

Uang boleh digunakan sesuai
keinginan

Sektor Bisnis

 Sektor keuangan dan pasar
derivatif
 Semua perusahaan dan
usaha yang dianggap
menguntungkan
 Diambil sesuai pelanggaran
yang dilakukan
 Dihitung sebagai bagian
dari pendapatan bank

Denda

Penyelasaian
Sengketa
Hubungan
Bisnis
Pelayanan
Pengawasan

 Sistem Bunga
 Fluktuatif dan sesuai
dengan tingkat suku bunga

Pengadilan dan Arbitrase
Kreditor dan Debitor
Etika bisnis yang berorientasi
keuntungan material
Manajemen Prudensial

Bank Syariah
 Berlandaskan pada nilainilai Islami
 Menjadikan maslahah
sebagai tujuan untuk
mencapai falah
 Meninggalkan segala
bentuk aktivitas yang
bertentangan dengan nilai
agama
Hukum syariah dan UU
Perbankan
 Prinsip bagi hasil dan
margin keuntungan yang
jelas
 Disepakati secara bersamasama
 Akad yang jelas sesuai
dengan kesepakatan
bersama
 Menjunjung tinggi hak dan
kewajiban
 Optimalisasi pembiayaan
sektor rill
 Melihat karakteristik usaha
dan perusahaan yang
sesuai syariah
 Diambil sesuai ketentuan
dengan prinsip pendidikan
dan penegasan
 Dihitung sebagai bukan
pendapatan (pendapatan
non halal)
Pengadilan dan Badan
Arbitrase Syariah
Kemitraan
Etika bisnis Islami
Manajemen Prudensial dan
Manajemen Syariah

Sumber Sumar’in, 2012

Dalam operasinya, perbankan konvensional menerapkan sistem bunga,
sedangkan perbankan Islam menerapkan sistem bagi hasil. Perbedaan utama
kedua sistem ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2

29

Tabel 2.3 Perbedaan sistem bunga dan bagi hasil
Aspek
Penentuan
besar imbalan
Sistem Imbalan

Sistem Bunga
Pada saat perjanjian

Kerugian

Di tanggung nasabah

Penghitungan
Imbalan
Titik Perhatian
Usaha/Proyek
Kondisi Imbalan

Dari jumlah pembiayaan

Bunga, besarnya nilai rupiah

Menguntungkan pihak bank
Beberapa persen (%) dari
jumlah pembiayaan

Status Hukum

Berlawanan dengan prinsip
Islam
Sumber: Sumar in, 2012

Sistem Bagi Hasil
Sesudah usaha, ketika
mendapatkan keuntungan
Proporsi pembagian
keuntungan
Ditanggung dua pihak,
nasabah dan bank
Dari hasil keuntungan
Keberhasilan dan kerugian
secara bersama
Proporsi (%) dari jumlah
untung yang usaha yang tidak
pasti
Sesuai dengan prinsip Islam

2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan sebanyak lima penelitian.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Tony Prasetyo (2014), Akh Farid Firmanda
(2011), Neng Karmani (2012), Anggadipa Abhimantara, dkk (2013), dan Alfi
Mulikhah (2015). Hasil dan analisis secara terperinci dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun
Toni Prasetyo Utomo
(2014)

Judul

Metode

Hasil

Analisis
Faktor-Faktor
yang
mempengaruhi
Keputusan
Nasabah
dalam Memilih
Jasa
Perbankan
Syariah (Studi
pada Bank
Syariah
Mandiri,
Kantor Cabang
Malang)

 kuantitatif dengan
metode survei
 Teknik
pengumpulan
data: data primer
(kuesioner), data
sekunder (buku,
jurnal, penelitian
lain)
 Alat analisis:
Analisis Model
Logistik (logit)
 Var. Terikat:
keputusan
nasabah dalam
memilih jasa
perbankan
 Var. Bebas: faktor

Faktor pelayanan
bank syariah,
faktor
pengetahuan
tentang konsep
bank syariah,
faktor harga/
biaya
berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
nasabah dalam
memilih jasa
perbankan
syariah. Faktor
karateristik bank,
lokasi dan faktor
promosi tidak

30

Akh. Farid.
Firmandhani (2011)

Analisis
Pengaruh
Brand Image
terhadap
Keputusan
Nasabah
dalam Memilih
Jasa
Perbankan










Neng Kamarni (2012)

Faktor-Faktor
yang
mempengaruhi
Minat
Masyarakat
dalam
Berhubungan
dengan Bank
Syariah di
Kota Padang










pelayanan bank
syariah, faktor
pengetahuan
tentang konsep
bank syariah,
faktor
karakteristik bank
syariah, faktor
harga dan biaya,
faktor lokasi/
aksesibilitas bank
syariah , faktor
promosi
explanatory
research
Teknik
pengumpulan
data; data primer
(kuesioner), data
sekunder (surat
kabar,
keteranganketerangan atau
publikasi dan
internet)
Alat
analisis:regresi
berganda
determinasi
Var. Terikat:
keputusan
pembelian
Var bebas: citra
pembuat, citra
pemakai, citra
produk
Kuantitatif
Teknik
pengumpulan
data; primer
(kuesioner
dengan skala
likert,
wawancara), data
sekunder (buku,
jurnal)
Alat
analisis:analisis
diskriminan
Var terikat: Minat
masyarakat
berhubungan
dengan bank
syariah
Var. Bebas:
agama,
pekerjaan, tingkat

berpengaruh
secara signifikan.
Faktor yang
paling dominan
dalam memilih
jasa perbankan
syariah adalah
faktor
pengetahuan
tentang konsep
bank syariah
Brand Image
mempengaruhi
nasabah dalam
memilih jasa
perbankan di BRI
cabang
Banyuwangi.
Komponen brand
image
diantaranya yaitu:
citra pembuat,
citra pemakai,
citra produk. Citra
produk
mememiliki
pengaruh paling
dominan terhadap
keputusan
nasabah dalam
memilih jasa
perbakan pada
BRI cabang
Banyuwangi
Pekerjaan, tingkat
pendapatan,
tingkat
pengeluaran,
preferensi
terhadap bank
syariah
berpengaruh
secara signifikan
terhadap minat
masyarakat kota
Padang
berhubungan
dengan bank
syariah.
Sedangkan
agama,
keberadaan bank
syariah,
pengetahuan
produk dan

31

Ananggadipa
Abhimantra, Andisa
Rahmi Maulina, Eka
Agustiningsih (2013)

Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Nasabah
(Mahasiswa)
dalam Memilih
Menabung
pada Bank
Syariah









Alfi Mulikhah Lestari
(2015)

Pengaruh
Religiusitas,
Produk Bank,
Kepercayaan,
Pengetahuan,
dan Pelayanan
terhadap
Preferensi
Menabung
pada
Perbankan
Syariah (Studi
Kasus pada
Mahasiswa
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis
Universitas
Brawijaya
Malang)









pendapatan,
tingkat
pengeluaran,
pengetahuan
tentang
keberadaan bank
syariah,
preferensi
terhadap bank
syariah,
pengetahuan
produk dan
mekanisme bank
syariah
Kuantitatif
Teknik
pengumpulan
data: data primer
(kuesioner), data
sekunder (jurnal,
studi pustaka
lainnya)
Alat analisis:
regresi berganda
Var. Terikat:
Keputusan
memilih
menabung di
bank syariah
Var. Bebas:
pengetahuna,
religiusitas,
prduk, reputasi,
pelayanan
Kuantitatif
deskriptif
Teknik
pengumpulan
data: kuisioner
yang dibagikan
ke mahasiswa
FEB UB
Alat analisis :
regresi berganda
Var terikat:
Preferensi utama
menabung
mahasiswa
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis Universitas
Brawijaya
Var. Bebas:
religiusitas,
produk bank,
kepercayaan,
pengetahuan,

mekanisme bank
syariah tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap minat
masyarakat kota
Padang
berhubungan
dengan bank
syariah

Pengetahuan,
religiusitas,
produk, reputasi
dan pelayanan di
bank syariah
ternyata
mempengaruhi
mahasiswa dalam
memilih
menabung di
bank syariah

Faktor-faktor yang
menjadi penentu
preferensi
menabung
mahasiswa
fakultas ekonomi
dan bisnis
Universitas
Brawijaya
diantaranya:
religiusitas,
produk bank,
kepercayaan,
pengetahuan,
pelayanan.

32

pelayanan

2.5 Kerangka Pikir
Kerangka pikir pada penelitian ini menganilisis faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi keputusan mahasiswa ekonomi Islam dalam memilih bank
umum.

2.6 Hipotesis
Hipotesis yang diperoleh dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.

H1: Pemahaman terhadap bank umum syariah (X1) mempengaruhi
mahasiswa S1 Ekonomi Islam dalam memilih bank umum.

2.

H2: Religiusitas (X2) mempengaruhi mahasiswa S1 Ekonomi Islam dalam
memilih bank umum.

33

3.

H3: Keluarga (X3) mempengaruhi mahasiswa S1 Ekonomi Islam dalam
memilih bank umum.

4.

H4: Karakteristik bank umum syariah (X4) mempengaruhi mahasiswa S1
Ekonomi Islam dalam memilih bank umum.

BAB III

34

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
deskriptif kuantitatif. Sugiyono (2009) menyatakan penelitian deskriptif kuantitatif
adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis
data dengan prosedur statistik, kemudian dilengk