Full Paper P00177

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN KELOMPOK WAJIB UKSW

PEMETAAN UJI KOMPETENSI GURU ANAK USIA DINI
DI KECAMATAN SIDOREJO, KOTA SALATIGA
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun

Maria Melita Rahardjo, S.P., MTeach (EC) - 0607058502
Lanny Wijayaningsih, S.Pd., M.Pd. - 0615016401
Ajeng Ayu Widiastuti, S.S., M.A. - 0625038501

PROGRAM STUDI PG - PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Januari 2017

RINGKASAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia berada dalam naungan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Mengingat pentingnya peran PAUD bagi
perkembangan anak secara jangka panjang, ditetapkanlah sebuah standar nasional untuk
menjamin mutu PAUD di Indonesia. Standar nasional tersebut tertuang dalam Peraturan Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 137 tahun 2014.
Permendikbud nomor 137 tahun 2014 mengatur delapan standar nasional PAUD, yaitu
(1) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini (STPPA); (2) Standar Isi; (3)
Standar Proses; (4) Standar Penilaian; (5) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (6)
Standar Sarana dan Prasarana; (7) Standar Pengelolaan; dan (8) Standar Pembiayaan. Standar
satu hingga empat merupakan segala hal yang terkait dengan kurikulum PAUD dan terkenal
dengan nama kurikulum 2013. Detail pengaturan kurikulum 2013 tertuang dalam
Permendikbud nomor 146 tahun 2014.
Dari kedelapan standar tersebut, penelitian ini akan menyoroti standar dari aspek
pendidik. Pendidik AUD diyakini memegang peran vital bagi tersampaikannya kurikulum,
penilaian dan pengaturan lingkungan belajar yang berkualitas pula. Berbagai penelitian yang
dilakukan menunjukkan korelasi antara pendidik yang berkualitas dengan penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini yang berkualitas (Barnet, 2003; Darling-Hammond, 2000).
Selanjutnya pendidik AUD yang diteliti difokuskan pada pendidik yang bekerja di lembaga
PAUD layanan KB dan TK karena biasanya lembaga PAUD lebih ketat dalam memperhatikan
standar kualifikasi akademik guru KB dan TK dibanding TPA dan SPS.
Standar nasional tentang pendidik AUD meliputi standar kualifikasi akademik yang
disyaratkan untuk guru dan kompetensi yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh guru.
Meskipun standar pendidik telah diatur dalam Permendikbud, namun dalam kenyataannya
masih belum terjadi seperti yang diharapkan. Contohnya, masih ditemukan guru-guru AUD

yang tidak memiliki kualifikasi akademik D4/S1 PAUD. Padahal adanya syarat kualifikasi
akademik yang disyaratkan oleh pemerintah dalam Standar nasional PAUD secara tidak
langsung menyiratkan bahwa pemerintah meyakini bahwa kualifikasi akademik akan
mempengaruhi kompetensi yang dimiliki seorang guru.
Berangkat dari hal yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk membandingkan uji
kompetensi guru-guru AUD, khusunya KB/TK antara guru yang berasal dari PG PAUD dan
yang bukan lulusan PG PAUD. Jika benar bahwa lulusan guru yang memiliki kualifikasi
akademik D4/S1 PAUD memiliki nilai kompetensi yang lebih tinggi, maka lembaga PAUD
dan pemerintah dapat menyusun langkah strategis sebagai solusi atas fenomena yang terjadi.
Sebagai awal penelitian ini akan difokuskan di kecamatan Sidorejo, kota Salatiga.
Instrumen yang digunakan adalah tes. Pada tahap pengembangan instrumen, instrumen akan
diuji keterbacaan, reliabilitas, dan validitasnya. Setelah siap, instrumen akan digunakan untuk
pengambilan data. Nilai hasil uji kompetensi akan dianalisa menggunakan statistik parametrik
uji t-tes dua sampel independen.
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain hasil tes teori belum tentu sama dengan
kenyataan yang terjadi di praktik nyata. Sebagai contoh, guru yang memiliki nilai tes teori
tinggi belum tentu mampu mengaplikasikannya dalam praktik pengajaran nyata. Karena itu
penelitian ini akan menjadi penelitian awal untuk selanjutnya dikembangkan instrumen
pelengkap yaitu instrumen yang digunakan untuk melihat kompetensi guru melalui
pengamatan langsung.


PRAKATA

Kegiatan penelitian merupakan salah satu dari tiga pilar Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Dosen sebagai seorang akademisi, berfungsi sebagai pembelajar aktif dan peneliti.
Hasil-hasil dari proses pembelajaran dan penelitian tersebut kemudian perlu dipublikasikan
sebagai sumber pengetahuan yang baru baik bagi para akademisi, masyarakat, maupun
pemerintah dalam pengambil kebijakan publik.
Dalam kesempatan kali ini, dosen-dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UKSW, khususnya program studi Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini (PG –
PAUD) memfokuskan penelitian terkait dengan kebijakan pemerintah dalam Standar Nasional
PAUD tentang kualifikasi akademik guru PAUD karena studi dan literatur mengindikasikan
bahwa pendidik yang berkualitas berkorelasi dengan penyelenggaraan pendidikan anak usia
dini yang berkualitas. Salah satu faktor yang diyakini berpengaruh terhadap kualifikasi
pendidik AUD adalah kualifikasi akademik pendidik itu sendiri, sehingga dalam Standar
Nasional PAUD Indonesia pun pemerintah mensyaratkan bahwa pendidik AUD haruslah
lulusan S1 PAUD atau jika bukan lulusan PAUD perlu memiliki sertifikasi Profesi Pendidik
Guru PAUD dari lembaga terakreditasi.
Pro dan kontra juga muncul terkait dengan kebijakan kualifikasi akademik pendidik
AUD tersebut. Dari hasil observasi pendahuluan, sebagian besar pendidik senior meyatakan

bahwakebijakan tersebut dipandang memberatkan. Alasannya adalah karena penghasilan
sebagai guru AUD tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan jika mereka
mengambil kuliah S1 PG- PAUD. Demikian pula bagi guru AUD lulusan S1 non PG-PAUD,
mengulang kuliah S1 kembali hanya karena tuntutan pemerintah dirasa memberatkan bagi
mereka .
Berangkat dari fenomena yang ada tersebut, tim dosen peneliti PG - PAUD UKSW
merasa perlu meneliti apakah benar ada perbedaan kompetensi pendidik AUD yang berasal
dari lulusan S1 PG-PAUD dengan yang bukan lulusan S1 PG-PAUD. Sebenarnya uji
kompetensi guru (UKG) telah dilaksanakan secara rutin, namun hasil UKG tersebut tidak dapat
diakses oleh khalayak publik. Oleh karena itu, penelitian ini dipandang sebagai pilot project
untuk memetakan kompetensi, khususnya kompetensi pedagogik, guru AUD apakah memang
terdapat perbedaan jika guru tersebut lulusan S1 PG-PAUD dengan yang bukan lulusan PGPAUD. Data awal ini dapat digunakan untuk merencanakan strategi-strategi yang sesuai bagi
pengembangan kompetensi guru-guru pendidik AUD.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................

i


HALALAMAN PENGESAHAN ................................................................................

ii

RINGKASAN ..............................................................................................................

iii

PRAKATA ..................................................................................................................

iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................

v

DAFTAR TABEL .......................................................................................................

viI


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG ...................................................................................

1

IDENTIFIKASI MASALAH ........................................................................

3

BATASAN MASALAH ................................................................................

4


RUMUSAN MASALAH...............................................................................

4

PERTANYAAN PENELITIAN ....................................................................

4

HIPOTESIS PENELITIAN ...........................................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA ................................

5

KOMPETENSI GURU ANAK USIA DINI .................................................


5

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
TUJUAN .......................................................................................................

8

MANFAAT PENELITIAN ...........................................................................

8

BAB IV METODE PENELITIAN
JENIS PENELITIAN ....................................................................................

9

SUBJEK PENELITIAN ...............................................................................

9


VARIABEL PENELITIAN ..........................................................................

9

TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................................

10

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
DAN TEKNIK ANALISA DATA ...............................................................

13

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
DESKRIPSI SUBJEK ..................................................................................

15

ALUR PENELITIAN ...................................................................................


15

HASIL ANALISIS .......................................................................................

16

PEMBAHASAN ...........................................................................................

18

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN .............................................................................................

20

SARAN .........................................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................


22

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Item Pertanyaan dari Konstruk Item Pedagogik ...........................................

11

Tabel 2. Nilai Rata-rata Uji Kompetensi Pedagogik Dua Kelompok Guru ................

16

Tabel 3. Hasil Uji t Dua Kelompok Sampel ...............................................................

16

Tabel 4. Tabel Deskriptif Sub-Item Kompetensi Pedagogik ......................................

17

Tabel 5. Uji Anova antar Sub-Item Kompetensi Pedagogik .......................................

18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model hipotesis .........................................................................................

10

Gambar 2. Konstruk Item Kompetensi Pedagogik .....................................................

11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Naskah Soal Uji Kompetensi Guru
Lampiran 2. Personalia Tenaga Pelaksana Beserta Kualifikasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan hal yang perlu diberi perhatian khusus.

Banyak referensi di bidang pendidikan anak usia dini, yang menggaris bawahi tentang
pentingnya pendidikan yang berkualitas pada usia ini (Berk, 2009; Hyson & Tomlinson,
2014; Sylva, Melhuish, Sammons, Siraj-Blatchford, & Taggart, 2010).
Anak usia dini di Indonesia dibatasi dari usia 0 hingga 6 tahun (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a). Usia ini disebut-sebut sebagai usia emas. Sebutan usia
emas dipakai karena hasil-hasil penelitian mengindikasikan bahwa perkembangan yang
optimal terjadi pada rentang usia tersebut. Perkembangan optimal tersebut meliputi tiga
domain besar, yaitu perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan
sosio-emosional (Berk, 2009).
Periode pada masa usia emas tersebut menjadikan pendidikan anak usia dini sebagai
hal yang vital sehingga perlu memiliki kualitas yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa
pendidikan yang diterima saat usia tersebut dapat menjadi prediktor keberhasilan anak di
pendidikan selanjutnya (Belsky et al., 2007; Jay, Knaus, and Hesterman, 2014).
Ditinjau dari faktor pendidik, setidaknya ada dua lembaga yang memiliki peran besar
bagi pendidikan anak usia dini. Lembaga yang pertama adalah keluarga dan lembaga yang
kedua adalah sekolah. Pendidik utama dalam keluarga umumnya adalah orang tua dan
pendidik utama di sekolah adalah guru kelas.
Untuk dapat memberikan pendidikan yang berkualitas, lembaga yang terkait dengan
pendidikan anak usia dini hendaknya memiliki beberapa kriteria dan standar tertentu. Terkait
dengan standar kualitas, lembaga sekolah lebih memungkinkan untuk dipantau dan
distandarisasi dibanding lembaga keluarga.
Menyadari pentingnya kualitas pendidikan anak usia dini, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesiayang menaungi PAUD se-Indonesia menerbitkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan (Permendikbud) nomor 137 tahun 2014.
Berdasarkan usia dan jenis layanannya, lembaga PAUD di Indonesia dikategorikan menjadi
tiga jenis, yaitu (1) TPA dan SPS; (2) Kelompok Bermain (KB); dan (3) Taman Kanak-kanak
dan yang sederajat (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a).
Standar nasional PAUD berfungsi untuk menjamin terwujudnya layanan PAUD yang
bermutu (Permendikbud 137, 2014). Ada delapan standar yang diatur dalam Permendikbud

tersebut, yaitu: (1) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini (STPPA); (2)
Standar Isi; (3) Standar Proses; (4) Standar Penilaian; (5) Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan; (6) Standar Sarana dan Prasarana; (7) Standar Pengelolaan; dan (8) Standar
Pembiayaan. Standar satu hingga empat merupakan segala hal yang terkait dengan kurikulum
PAUD dan terkenal dengan nama kurikulum 2013. Detail pengaturan kurikulum 2013
tertuang dalam Permendikbud nomor 146 tahun 2014.
Bertolak dari standar nasional tersebut, penelitian ini akan menyoroti standar nasional
pendidik AUD. Pendidik AUD diyakini memegang peran vital bagi tersampaikannya
kurikulum, penilaian dan pengaturan lingkungan belajar yang berkualitas pula. Berbagai
penelitian yang dilakukan menunjukkan korelasi antara pendidik yang berkualitas dengan
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang berkualitas (Barnet, 2003; DarlingHammond, 2000).Selanjutnya pendidik AUD yang diteliti difokuskan pada pendidik yang
bekerja di lembaga PAUD layanan KB dan TK karena biasanya lembaga PAUD lebih ketat
dalam memperhatikan standar kualifikasi akademik guru KB dan TK dibanding TPA dan
SPS.
Untuk menjamin standar kualitas, pemerintah telah menetapkan standar kualifikasi
akademik yang perlu dimiliki oleh pendidik AUD dalam Permendikbud 137 tahun 2014.
Berdasar permendikbud tersebut, pendidik PAUD dikategorikan menjadi 3 golongan yaitu
guru PAUD, guru pendamping, dan guru pendamping muda. Masing-masing golongan
tersebut memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi yang harus dicapai.
Penelitian ini akan dibatasi pada pendidik AUD golongan guru AUD karena belum
tentu semua lembaga PAUD memiliki guru pendamping dan guru pendamping muda. Dalam
standar nasional, guru AUD ditetapkan untuk memiliki standar kualifikasi akademik D4 /S1
dalam bidang PAUD atau D4/S1 dari bidang lain yang relevan seperti psikologi misalnya,
tetapi dengan syarat ada tambahan sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG) PAUD.
Lebih dalam lagi, Standar Nasional PAUD juga mengatur kompetensi - kompetensi
yang perlu dimiliki oleh seorang guru AUD. Menurut standar nasional, ada empat aspek
kompetensi yang perlu dimiliki dan dikembangkan, meliputi: (1) aspek pedagogik, (2) aspek
kepribadian, (3) aspek profesional, dan (4) aspek sosial. Penjelasan lebih detail mengenai
keempat aspek tersebut tercantum dalam lampiran II Permendikbud nomor 137 tahun 2014.
Dari keempat aspek kompetensi guru yang diatur dalam standar nasional PAUD, penelitian
ini dibatasi hanya pada kompetensi pedagogik saja. Salah satu alasannya adalah karena ketida
kompetensi yang lain merupakan aspek-aspek kualitatif yang perlu diukur secara lebih
mendalam daripada dengan hanya sekedar tes tertulis.

Meskipun standar nasional pendidik AUD telah mengatur kualifikasi akademik yang
perlu dimiliki oleh guru AUD, kenyataanya tidak semua guru AUD memiliki kualifikasi
akademik seperti yang telah diatur dalam Permendikbud tersebut. Padahal dengan adanya
standar nasional yang mengatur tentang kualifikasi minimal guru PAUD, pemerintah secara
menyiratkan bahwa kualifikasi akademik yang dimiliki akan berpengaruh pada kompetensi
guru.
Berangkat dari paparan di atas, tim peneliti PG PAUD UKSW akan mengembangkan
sebuah alat ukur berupa tes tertulis untuk menilai kompetensi pedagogik para guru AUD
secara teoritis. Dari empat standar kualifikasi yang menjadi standar nasional, peneliti
membatasi hanya pada kompetensi pedagogik saja. Alasannya adalah karena kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian merupakan aspek-aspek yang
kurang tepat jika hanya diukur secara kuantitatif saja. Salah satu keterbatasan dari uji
kompetensi secara tertulis adalah bahwa nilai tes tertulis belum tentu sama dengan keadaan
nyata di lapangan. Bisa terjadi, seorang guru dengan nilai tes kompetensi yang tinggi ternyata
tidak mampu menerapkan teori yang ada dalam praktik pengajaran. Meskipun demikian, tim
peneliti meyakini bahwa data uji kompetensi ini dapat menjadi data awal untuk
dikembangkannya sebuah alat ukur lanjutan untuk kompetensi pedagogik guru. Uji
kompetensi ini diyakini juga dapat menjadi alat ukur pelengkap jika seandainya dilakukan
observasi atau wawancara di lapang pada penelitian-penelitian selanjutnya.
Selanjutnya, tim peneliti juga meyakini bahwa paraguru AUD lulusan dari PG PAUD
akan memiliki nilai uji kompetensi pedagogik yang lebih tinggi dibanding para guru AUD
yang bukan berasal dari lulusan PG PAUD. Karenanya, dalam penelitian ini tim peneliti akan
meneliti apakah memang benar guru AUD lulusan bidang PAUD akan memiliki nilai uji
kompetensi yang lebih tinggi dibanding guru AUD yang bukan berasal dari lulusan bidang
PAUD.

1.2.

IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasar latar belakang di atas, dapat diidentiikasikan masalah sebagai berikut:

1. Ada guru PAUD yang kualifikasi akademiknya tidak sesuai dengan standar nasional yang
telah ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang menaungi
pelaksanaan PAUD di Indonesia.
2. Kualifikasi akademik diyakini berkorelasi dengan capaian kompetensi yang distandarkan
oleh Kemendikbud sehingga guru PAUD yang tidak memiliki kualifikasi akademik yang

sesuai dengan standar nasional diyakini memiliki nilai uji kompetensi, khususnya
kompetensi pedagogik, yang rendah.

1.3.1 BATASAN MASALAH
Berdasar identifikasi masalah tersebut, penelitian ini difokuskan pada perbandingan
nilai uji kompetensi pedagogik guru AUD, khusunya TK dan KB yang berasal dari lulusan
PG PAUD dengan yang bukan lulusan PG PAUD di kecamatan Sidorejo, kota Salatiga.

1.4

RUMUSAN MASALAH
Apakah nilai uji kompetensi pedagogik guru AUD lulusan bidang PAUD lebih tinggi

dibanding kompetensi guru AUD yang bukan lulusan bidang PAUD?

1.5

PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa perolehan rata-rata nilai uji kompetensi pedagogik guru-guru AUD lulusan
bidang PAUD?
2. Berapa perolehan rata-rata nilai uji kompetensi pedagogik guru-guru AUD yang
bukan lulusan bidang PAUD?
3. Apakah nilai uji kompetensi pedagogik guru AUD lulusan bidang PAUD lebih tinggi
dibanding kompetensi guru AUD yang bukan lulusan bidang PAUD?

1.6

HIPOTESIS PENELITIAN
Ho: tidak ada beda rata-rata nilai uji kompetensi pedagogik guru AUD lulusan bidang
PAUD dengan guru AUD yang bukan lulusan PAUD.
H1: ada beda rata-rata nilai uji kompetensi pedagogik guru AUD lulusan bidang
PAUD dengan guru AUD yang bukan lulusan PAUD.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia terkenal dengan sebutan PAUD. PAUD

didefinisikan sebagai upaya pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan fisik dan perkembangan jasmani, rohani, dan kognitif anak usia nol hingga
enam tahun (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014b).
Ada tiga jenis layanan PAUD yang diselenggarakan berdasar usia dan jenis
layananannya. Yang pertama adalah Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD
Sejenis (SPS) yang melayani anak sejak lahir hingga enam tahun. Yang kedua adalah
Kelompok Bermain (KB) dan sejenisnya yang melayani anak usia dua hingga empat tahun.
Yang ketiga adalah Taman Kanak-kanak (TK)/ Raudhatul Athfal (RA)/ Bustanul Athfal (BA)
dan yang sederajat, yang melayani anak usia empat hingga enam tahun (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2014b).
PAUD di Indonesia berada dalam naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Selanjutnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan standar nasional PAUD
yang mengatur pengelolaan dan penyelenggaraan PAUD di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 137 tahun 2014.
Standar nasional PAUD berfungsi untuk menjamin terwujudnya layanan PAUD yang
bermutu (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014a). Ada delapan standar yang diatur
dalam Permendikbud tersebut, yaitu: (1) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia Dini (STPPA); (2) Standar Isi; (3) Standar Proses; (4) Standar Penilaian; (5) Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (6) Standar Sarana dan Prasarana; (7) Standar
Pengelolaan; dan (8) Standar Pembiayaan. Standar satu hingga empat merupakan segala hal
yang terkait dengan kurikulum PAUD dan terkenal dengan nama kurikulum 2013. Detail
pengaturan kurikulum 2013 tertuang dalam Permendikbud nomor 146 tahun 2014.

2.2

Kompetensi Guru Anak Usia Dini
Permendikbud no 137 tahun 2014 lampiran II (Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2014a) mengatur dengan detail aspek-aspek kompetensi yang perlu
dikembangkan oleh seorang guru AUD. Ada empat aspek yang ditetapkan dalam
Permendikbud tersebut. Keempat aspek tersebut adalah aspek kompetensi pedagogik, aspek

kompetensi kepribadian, aspek kompetensi profesional, dan aspek kompetensi sosial.
Masing-masing kompetensi memiliki masing-masing sub komptensi untuk dikembangkan
pula.

2.3

Aspek Pedagogik
Pedagogik memiliki banyak definisi, salah satunya adalah “hal-hal yang dilakukan

guru yang dapat mempengaruhi pembelajaran muridnya” (Child Australia, n.d). Dari definisi
tersebut, pedagogik adalah hal yang terkait dengan kemampuan guru. Dengan demikian,
kompetensi pedagogik menjadi penting karena hasil pembelajaran murid dipengaruhi oleh
kompetensi tersebut. Penelitian mengidentifikasikan bahwa pedagogik yang berkualitas
merupakan kunci dalam peningkatan hasil belajar murid (Child Australia, n.d).
Dalam lampiran II Permendikbud no 137 tahun 2014 , ada 11 kompetensi pedagogik
yang perlu dikembangkan guru. Kesebelas kompetensi tersebut adalah:
1. Mengorganisasikan aspek perkembangan sesuai dengan karakteristik anak usia dini.
2. Menganalisis teori bermain sesuai aspek dan tahapan perkembangan, kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat anak usia dini.
3. Merancang kegiatan pengembangan anak usia dini berdasarkan kurikulum.
4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan
kegiatan pengembangan yang mendidik.
6. Mengembangkan potensi anak usia dini untuk pengaktualisasian diri.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun.
8. Menyelenggarakan dan membuat laporan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar anak
usia dini.
9. Menentukan lingkup sasaran asesmen proses dan hasil pembelajaran pada anak usia dini.
10. Menggunakan hasil penilaian, pengembangan dan evaluasi program untuk kepentingan
pengembangan anak usia dini.
11. Melakukan tindakan reflektif, korektif, dan inovatif dalam meningkatkan kualitas proses
dan hasil pengembangan anak usia dini.
Selanjutnya, kesebelas kompetensi tersebut dijabarkan kembali dalam beberapa sub
kompetensi.

Kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang terkait dengan proses/ praktik/
metode belajar mengajar. Yang termasuk dalam kompetensi ini adalah kemampuan guru

untuk memahami bagaimana murid belajar, bagaimana mengelola kelas, bagaimana
merencanakan pembelajaran, dan bagaimana melakukan penilaian hasil belajar. Termasuk di
dalam kompetensi ini adalah penguasaan/ pemahaman teori perkembangan motorik, kognitif,
dan sosio-emosional (Koehler, Mishra, and Cain, 2009). Sebagai contoh, dengan memahami
bahwa anak usia 4-5 tahun sedang berada dalam tahap operasional konkret, maka seorang
guru dapat merencanakan metode pembelajaran matematika yang menggunakan benda nyata.
Penggunaan benda nyata akan memudahkan anak usia tersebut untuk mengakuisisi konsep
matematika yang sedang diajarkan. Dalam bahasa sederhana, kemampuan pedagogik adalah
kemampuan seorang guru untuk membantu anak didik dalam memahami sebuah konsep
pengetahuan tertentu. Dalam membantu anak didik tersebut, seorang guru perlu
merencanakan pembelajaran, menata lingkungan fisik/ kelas, memilih materi ajar yang
sesuai, dan menggunakan media yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan (fisik/
mmotorik, kognitif, sosio-emosional) anak didikya.
Kemampuan pedagogik dan kemampuan professional merupakan dua kompetensi
yang saling melengkapi. Para akademisi dan pembuat kebijakan percaya keduanya
berkontribusi penting terhadap pengajaran dan pembelajaran yang efektif (Choy, Wong, Lim,
and Chong, 2013; Hill, Ball, and Schilling, 2008). Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kompetensi pedagogik adalah latar belakang pendidikan dan jam terbang mengajar.
Hill, Ball, dan Schilling (2008) melakukan penelitian longitudinal tentang pengetahuan dan
ketrampilan pedagogik guru. Penelitian tersebut dilakukan selama tiga tahun, dimulai sejak
calon guru lulus dari lembaga pendidikan guru (mereka menyebutnya pre-service teachers)
sampai guru-guru tersebut mengajar kelas mereka sendiri selama tiga tahun berikutnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan ketrampilan pedagogik guru-guru akan
meningkat secara signifikan setelah tiga tahun memiliki pengalaman sebagai guru kelas.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada dua kontributor penting bagi akuisisi kompetensi
pedagogis seorang guru. Faktor pertama adalah latar belakang pendidikan guru sebagai
peletak fondasi dasar keilmuan dan faktor kedua adalah jam terbang/ pengalaman sebagai
guru kelas.

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan dan membandingkan nilai uji

kompetensi pedagogik guru AUD lulusan bidang PAUD dengan guru PAUD yang bukan
lulusan bidang PAUD.

3.2.

MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu

1. Bagi calon pendidik AUD
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan orang-orang yang berniat untuk
berkecimpung sebagai pendidik AUD dalam menentukan program studi yang diambil.
2. Bagi lembaga PAUD
Hasil penelitian akan menjadi bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan kualifikasi
akademik guru pendidik AUD saat seleksi penerimaan tenaga kerja.
3. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan
implementasi standar nasional yang telah ditetapkan. Jika ternyata masih banyak
ditemukan guru AUD yang tidak memenuhi kualifikasi akademik yang telah ditetapkan,
perlu disusun langkah kebijakan strategis untuk mencapai tingkat kompetensi guru yang
ditargetkan.

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1.

JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif perbandingan (komparasi). Menurut

Sanjaya (2013) penelitian dekriptif adalah penelitian yang berusaha menjelaskan fakta dan sifat
suatu populasi tertentu secara sistematis dan faktual. Selanjutnya menurut Sanjaya (2013),
studi perbandingan merupakan sebuah penelitian deskriptif yang berusaha mencari jawaban
mendasar tentang hubungan sebab akibat. Studi perbandingan memiliki empat karakteristik
yaitu (1) melibatkan lebih dari satu populasi; (2) memerlukan data kuantitatif yang dianlisa
secara statistik; (3) sebab akibat yang muncul pada populasi bukan karena perlakuan yang
sengaja diberikan tetapi karena kondisi yang sudah ada tanpa dikondisikan; dan (4) melibatkan
dua variabel yang berbeda dan memiliki hipotesis awal.
Berdasar definisi dan karakteristik penelitian deskriptif studi perbandingan di atas,
maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

4.2.

SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah guru-guru AUD yang mengajar kelas TK/ KB di kecamatan

Sidorejo, kota Salatiga.Guru AUD yang diikutkan sebagai subjek penelitian adalah guru AUD
yang bekerja di lembaga PAUD yang terekap secara online dalam Data Pokok Pendidikan
PAUD-DIKMAS (Dapodik). Berdasar data Dapodik PAUD, ada 25 lembaga PAUD yang
melayani pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dan 24 lembaga PAUD yang melayani
pendidikan Kelompok Bermain (KB)di kecamatan Sidorejo, kota Salatiga.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik samplingpurposive sampling. Setiap
lembaga KB/TK di kecamatan Sidorejo diminta untuk mengirimkan dua orang guru dengan
kriteria seorang guru lulusan S1 PAUD dan seorang guru lulusan non-S1 PAUD. Jika
seandainya ada lembaga yang hanya memenuhi salah satu kriteria, maka lembaga lain
digunakan untuk menutup kriteria sampel yang lainnya. Oleh karena itu, total partisipan
penelitian adalah 98 orang.

4.3.

VARIABEL PENELITIAN
Sugiyono (2010, p.3) merumuskan variabel penelitian sebagai

“suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.

Variabel penelitian terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
adalah variabel yang menjadi sebab perubahan variabel terikat (Sugiyono, 2010). Berdasar
pengertian tersebut, variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualifikasi akademik guru-guru
AUD.
Selanjutnya, variabel terikat adalah variabel yang perubahannya dipengaruhi oleh
variabel bebas (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah hasil uji
kompetensi guru. Tinggi rendahnya kompetensi guru diyakini dipengaruhi oleh kualifikasi
akademik yang dimiliki guru AUD.
Dari definisi tersebut, jika variabel bebas dikodekan dengan X dan variabel terikat
dikodekan dengan Y, maka dapat dibuat model sebagai berikut:

Gambar 1. Model hipotesis
X1
Y
X2
X1

: kualifikasi/ latar belakan pendidikan guru

X2

: lama pengalaman mengajar sebagai guru

Y

: kompetensi pedagogik guru PAUD

4.4

TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah tes. Tes merupakan alat

pengumpul data yang digunakan untuk mengukur kemampuan subjek peneliti (Sanjaya, 2013).
Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Sejumlah pertanyaan tertulis
akan digunakan untuk menguji kompetensi guru AUD. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
mewakili keempat aspek yang diukur yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Tes yang dikembangkan untuk pengambilan data disajikan dalam bentuk pilihan
berganda. Item pertanyaan dikembangkan dengan menggunakan model sebagai berikut:

Gambar 2. Konstruk Item Kompetensi Pedagogik
Konsep:
Pengetahuan
dan
Kemampuan
Pedagogis

Komponen 1:

Komponen 2:

Komponen 3:

Perencanakan
pembelajaran

Pelaksanaan

Evaluasi
Pembelajaran

Pembelajaran

Komponen 4 (yang mendasari komponen 1, 2 dan 3):
Pengetahuan tentang Aspek Perkembangan Anak

Masing-masing komponen diukur dengan cara mengembangkan empat item pertanyaan
Tabel 1. Item Pertanyaan dari Konstruk Item Pedagogik
Konsep/

Komponen/

Variabel

Sub-variabel

Pengetahuan
dan

1. Perencanaan
pembelajaran

Indikator

1.1 Guru dapatmembuat

Item

1.1 Empat item

rencana pembelajaranyang pertanyaan

Kemampuan

sesuai dengan usia anak

Pedagogis

didik.
1.2 Guru dapat membuat

1.2 Empat item
pertanyaan

rencana pembelajaran

1.3 Empat item

yang mengakomodasi

pertanyaan

berbagai perbedaan
kemampuan anak

1.4 Empat item
pertanyaan

didiknya.
1.3 Guru memahami berbagai
metode pengajarandan

= 16 item pertanyaan

dapat menggunakakannya
secara tepat.
1.4 Guru dapat menjustifikasi
pemilihan material/ media
pembelajaran yang
digunakan untuk
mencapai tujuan rencana
pembelajaran yang
dibuatnya.
2. Pelaksanaan
Pembelajaran

2.1 Guru mampu memahami

2.1 Empat item

prinsip-prinsip pendekatan pertanyaan
bermain.
2.2 Guru mampu
mengaplikasikan

2.2 Empat item
pertanyaan

pendekatan bermain saat

2.3 Empat item

pembelajaran di kelas

pertanyaan

2.3 Guru dapat memahami
dan menerapkan berbagai
strategi untuk mengelola

= 12 item pertanyaan

perilaku peserta didik saat
pembelajaran berlangsung
3. Evaluasi
Pembelajaran

3.1 Guru dapat memahami
prinsip proses penilaian
dan memilih teknik
penilaian yang sesuai.
3.2 Guru dapat menganalisa

3.1 Empat item
pertanyaan
3.2 Empat item
pertanyaan

hasil penilaian proses dan
hasil belajar dan
menggunakan informasi
tersebut untuk proses
pembelajaran selanjutnya.

= 8 item pertanyaan

4. Pengetahuan

4.1 Guru mampu memahami

perkembangan

aspek perkembangan

anak

fisik-motorik AUD
4.2 Guru mampu memahami
aspek perkembangan
kognitif AUD
4.3 Guru mampu memahami

4.1 Empat item
pertanyaan
4.2 Empat item
pertanyaan
4.3 Empat item
pertanyaan

aspek perkembangan
sosial-emosional AUD
= 12 item
Total =
48 item
pertanyaan

4.5 PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISA DATA
Tahap pra penelitian
Tim peneliti mengembangkan item-item pertanyaan yang akan digunakan sebagai
xxiitatisticxxii tes tertulis uji kompetensi guru. Sejumlah pertanyaan yang mewakili aspek
kompetensi xxiitatistic akan disusun dan kemudian diujicobakan untuk mengetahui tingkat
reliabilitas dan validitas serta keterbacaan setiap item. Selanjutnya item yang telah lolos uji
akan menjadi item pertanyaan dalam tes.
Tahap 1
Pada tahap pertama, peneliti melakukan sosialisasi penelitian terhadap semua lembaga
KB/ TK yang ada di kecamatan Sidorejo yang terdata di data pokok pendidikan (dapodik)
online. Peneliti akan mengundan perwakilan kepala sekolah dari masing-masing lembaga.
Sosialisasi ini meliputi pemaparan tujuan penelitian. Setelah pemaparan, masing-masing
kepala sekolah yang bersedia untuk menjadi partisipan penelitian akan menunjuk 2 orang wakil
yang akan mewakili lembaga PAUD tersebut dalam uji kompetensi guru di tahap 2. Dua orang
wakil yang dikirim adalah satu orang guru lulusan S1 PAUD dan satu orang guru bukan lulusan
S1 PAUD.
Tahap 2
Setelah item-item pertanyaan diuji validitas, reliabilitas, dan keterbacaannya, maka
item-item tersebut disusun menjadi soal naskah uji kompetensi guru. Naskah soal uji

kompetensi guru ini akan diujikan kepada 98 orang guru KB/ TK se-kecamatan Sidorejo (yang
telah ditunjuk oleh kepala sekolah untuk mewakili lembaga PAUD masing-masing pada saat
sosialisasi tahap 1). Guru-guru tersebut dikumpulkan di suatu tempat dan waktu tertentu untuk
menjawab naskah soal uji kompetensi guru.
Tahap 3
Tahap 3 merupakan tahap analisa data. Semua hasil tes yang didapat dari tahap 2 akan
dinilai dan dianalisa menggunakan xxiiitatistic parametris. Statistik parametris dilakukan
ketika data yang dianalisa berupa data rasio. Data rasio adalah data yang jaraknya sama dan
mempunyai nilai 0 yang absolute (Sugiyono, 2010). Uji yang digunakan adalah uji t-test dua
sampel independen.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.

Deskripsi Subjek
Penelitian ini melibatkan 98 orang guru KB dan TK di kecamatan Sidorejo, Salatiga.

Dari 98 orang yang terlibat, sebanyak 53 orang guru yang memiliki latar belakang pendidikan
S1 Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan sebanyak 45 orang guru KB/
TK yang latar belakang pendidikannya bukan S1 Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia
Dini (Non- PAUD).
Semua responden adalah perempuan dengan rentang usia antara 23 tahun hingga 59
tahun. Rata-rata usia responden adalah 38 tahun. Sebanyak 51 orang responden berusia
dibawah rata-rata kelompok (38 tahun) dan sebanyak 47 orang responden yang berusia lebih
dari rata-rata usia kelompok. Selanjutnya, rentang usia masa kerja ke-98 responden adalah 1
tahun hingga 36 tahun, dengan rata-rata masa kerja adalah 12 tahun. Sebanyak 69 responden
memiliki masa kerja dibawah rata-rata kelompok (12 tahun), dan sebanyak 28 orang
responden yang memiliki masa kerja diatas rata-rata kelompok.

5.2.

Alur Penelitian
Pada tahap awal penelitian, tim peneliti mengembangkan item-item pertanyaan yang

merupakan turunan dari konsep “pengetahuan dan kompetensi pedagogik”. Selanjutnya, tim
peneliti menghasilkan 50 item pertanyaan yang mewakili empat sub variabel turunan dari
konsep tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diujikan kepada responden untuk
mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas serta keterbacaan setiap item. Uji ini dilakukan
sebanyak dua kali karena pada uji pertama masih ditemukan ketidakvalidan beberapa item
pertanyaan. Item pertanyaan tersebut kemudian direvisi dan diganti untuk kemudian diujikan
kembali.
Setelah isntrumen pertanyaan siap, tim peneliti melakukan sosialisasi penelitian terhadap
semua lembaga KB/ TK yang ada di kecamatan Sidorejo yang terdata di data pokok pendidikan
(dapodik) online. Dari hasil paparan tersebut, kemudian masing-masing lembaga mengirim perwakilan
dua guru untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria wakil yang dikirim adalah satu guru yang
merupakan lulusan S1 PAUD dan satu orang lainnya lulusan non PAUD (S1 bidang studi lain). Namun,
ada beberapa sekolah yang sudah semua gurunya lulusan S1 PAUD sehingga pada akhirnya didapatkan
responden penelitan yang berasal dari S1 PAUD lebih banyak jumlahnya daripada responden yang

berasal dari S1 non-PAUD. Hasil jawaban kuisioner kemudian diinput dan dianalisa menggunakan
statistik parametris. Uji yang digunakan adalah uji t-tes dua sampel independen.

5.3.

Hasil Analisis
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada beda kompetensi antara guru PAUD

yang lulusan S1 PAUD dengan guru PAUD yang lulusan S1 non-PAUD. Hasil nilai rata-rata
kelompok guru yang lulusan S1 PAUD adalah 75,21 sedangkan nilai rata-rata kelompok guru
yang lulusan S1 non- PAUD adalah 74,27. Meskipun nilai rata-rata kelompok guru lulusan S1
PAUD lebih tinggi, tetapi beda nilai rata-ratanya tidak besar, hanya sebesar 0,8.
Tabel 2. Nilai Rata-rata Uji Kompetensi Pedagogik Dua Kelompok Guru
Group Statistics
jurusan
nilai

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

NON PAUD

45

74,2667

9,19090

1,37010

PAUD

53

75,2075

12,58411

1,72856

Selanjutnya, nilai uji kompetensi pedagogik kedua kelompok sampel diuji dengan
menggunakan uji t. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0, 678. Nilai
tersebut > 0,05 yang menyatakan H0 diterima. Artinya adalah tidak ada beda nyata nilai uji
kompetensi pedagogik kelompok guru yang lulusan S1 PAUD dengan kelompok guru yang
lulusan S1 non PAUD
Tabel 3. Hasil Uji t Dua Kelompok Sampel
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
nilai

Equal

,020

Sig.
,887

t
-,416

df

tailed)

Mean

Std. Error

Difference Difference

Difference
Lower

Upper

96

,678

-,94088

2,26175

-5,43042

3,54866

-,427 94,010

,671

-,94088

2,20570

-5,32034

3,43857

variances
assumed
Equal
variances
not
assumed

Seperti yang telah didiskusikan di awal, komponen pedagogik terbagi menjadi 4 subitem yaitu sub-item perencanaan pembelajaran (indikator 1), sub-item pelaksanaan
pembelajaran (indikator 2), sub-item evaluasi pembelajaran (indikator 3), dan sub-item
pengetahuan perkembangan anak usia dini. Untuk mengetahui nilai rata-rata dari kompetensi
pedagogik masing-masing sub item digunakanlah uji statistik deskriptif. Uji statistik
deskriptif ini memuat 3 indikator (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi), sedangkan sub
item pengetahuan perkembangan anak terlebur dalam masing-masing sub-item. Hasil uji
statistic deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata nilai tertinggi ada pada sub-item evaluasi
pembelajaran (80,61) dan nilai terendah ada pada sub-item perencanaan pembelajaran
(75,17). Namun demikian, ketiga sub item perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran memiliki nilai rata-rata di atas 75.
Tabel 4. Tabel Deskriptif Sub-Item Kompetensi Pedagogik
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Std. Error

Upper

Bound

Bound

N

Mean

Indikator 1

98

75,1720

16,41054

1,65771

71,8819

78,4621

,00

100,00

Indikator 2

98

77,9237

17,80281

1,79836

74,3544

81,4929

,00

100,00

Indikator 3

98

80,6141

13,08078

1,32136

77,9916

83,2366

,00

92,31

294

77,9033

15,99002

,93256

76,0679

79,7386

,00

100,00

Total

Deviation

Lower

Minimum

Maximum

Untuk mengetahui apakah ada beda antara ketiga kelompok sub-item, digunakanlah
uji Anova (uji f). Uji f adalah uji untuk membandingkan lebih dari dua kelompok sampel.
Hasil uji f menunjukan nilai sig sebesar 0, 058 yang artinya tidak ada beda nyata pengetahuan
guru terhadap pengetahuan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran.
Tabel 5. Uji Anova antar Sub-Item Kompetensi Pedagogik
ANOVA
nilai_indikator
Sum of Squares
Between Groups

Df

Mean Square

1451,236

2

725,618

Within Groups

73463,224

291

252,451

Total

74914,459

293

F
2,874

Sig.
,058

5.4.

Pembahasan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sampel sebanyak 98 responden,
jumlah tersebut diambil dari 40% jumlah 245 populasi. Responden dibagi menjadi dua
kategori yaitu responden yang lulusan Sarjana PG-PAUD 53 orang, sedangkan yang
lulusan Sarjana non PG-PAUD sebanyak 45 orang.
Berdasarkan hasil dari penelitian kemudian diadakan analisis yang merupakan
pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis ini akan dibuat semacam
interpretasi dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji-t, apakah hasil
perhitungan terletak di daerah penerimaan H0 atau penolakan H0. Berdasarkan hasil uji-t
pada variabel latar belakang pendidikan terhadap nilai didapatkan t= 0,416 dengan Value
= 0,678 yang lebih besar dari α= 0,05. Hal ini membuktikan bahwa terjadi penerimaan H0.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel latar belakang pendidikan tersebut
memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai hasil uji kompetensi. Selain itu
berdasarkan uji-t variabel masa kerja terhadap nilai didapatkan t= 0,009 dengan Value =
0,993 yang lebih besar dari α= 0,05. Hal ini membuktikan bahwa terjadi penerimaan H0.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel masa kerja tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap nilai hasil uji kompetensi.
Selain data dari hasil uji-t, peneliti juga melakukan observasi dan wawancara
terhadap responden penelitian. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada
responden yang membuat hasil uji-t tidak memiliki pengaruh yang signifikan baik dari
variabel latar belakang pendidikan dan masa kerja terhadap nilai adalah sikap responden
terhadap rekan sejawat. Responden yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana PGPAUD memiliki sikap positif dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman selama
berkuliah kepada rekan sejawat yang non Sarjana PG-PAUD. Hal tersebut sangat
menolong

responden

dalam

merencanakan,

melaksanakan

dan

mengevaluasi

pembelajaran. Hasil temuan tersebut sejalan dengan teori pembelajaran konstruktivisme
menurut Vygotsky.
Menurut Vygotsky, pengetahuan didapat dan dikonstruksi oleh individu secara
kolaboratif dengan individu yang lain (Berk, 2009). Pengkontruksian pengetahuan secara
intra individual tersebut menekankan pada teknik saling tukar gagasan antar individu
(Berk, 2009). Selain itu, teori pembelajaran konstruktivisme merupakan proses
mengasimilasi dan mengkaitkan pengalaman atau sesuatu yang dipelajari dengan
pemahaman yang telah dimiliki, sehingga pengetahuan tersebut dapat berkembang.
Berdasarkan teori tersebut, para responden dapat dikatakan telah mengaplikasikan metode

pembelajaran konstruktivisme menurut Vygotsky. Guru lulusan PG-PAUD yang telah
belajar tentang perkembangan anak usia dini, model pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran selama di perkuliahan mempraktekkannya di sekolah tempat guru tersebut
bekerja dalam proses belajar mengajar. Para guru lulusan non PG-PAUD mencoba
mengasimilasi dengan cara melihat rekan sejawat dalam mengajar dan mengkaitkan
pengetahuan tersebut dengan pengalaman selama mengajar di PAUD. Selain itu, setiap
sekolah selalu mengadakan diskusi antar guru berkaitan dengan proses belajar mengajar
di kelas. Forum diskusi tersebut merupakan wadah berbagi pengalaman dan tukar gagasan
antar sesame rekan sejawat sebagai guru.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata antara kelompok guru
yang lulusan S1 PAUD dan non S1 PAUD dalam hal komptensi pedagogik. Hal ini cukup
bertolak belakang dengan pandangan publik yang selama ini menganggap bahwa kualifikasi
akademik akan berpengaruh terhadap kompetensi-kompetensi guru PAUD. Temuan ini unik
dan perlu dilanjutkan ke penelitian selanjutnya: mereplikasi di daerah lain atau melanjutkan
dengan studi kualitatif untuk mendalami hal-hal apa yang berkontribusi terhadap peningkatan
kemampuan pedagogik kelompok guru lulusan S1 non PAUD di kecamatan Sidorejo tersebut.
Beberapa hal yang diduga berpengaruh terhadap kemampuan pedagogik guru-guru
lulusan S1 non PAUD berdasar hasil diskusi tim peneliti adalah terjadinya transfer knowledge
dalam suatu lembaga layanan PAUD. Dalam pelaksanaan pelayanan dalam sebuah lembaga
PAUD, guru-guru saling berdiskusi, baik formal maupun informal, antar rekan sejawat tentang
hal-hal yang terkait dengan pembelajaran (pedagogik). Hal tersebut sesuai dengan teori
Vygotsky bahwa belajar dapat terjadi melalui rekan sebaya yang lebih ahli.

6.2. Saran
1. Bagi calon pendidik AUD

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pendidik/ guru PAUD yang sudah
berkecimpung di dunia PAUD, walaupun kualifikasi akademiknya mungkin tidak sesuai
dengan standar nasional untuk tetap aktif belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan
pedagogiknya secara mandiri. Temuan ini menunjukkan bahwa belajar tidak hanya dapat
terjadi di ruang kelas dan di bawah naungan lembaga pendidikan resmi saja, tetapi yang lebih
penting adalah keinginan untuk menjadi mannusia pembelajar dimana saja dan kapan saja,
terutama di masa sekarang ini dimana sumber informasi sudah semakin banyak dan beragam.
2. Bagi lembaga PAUD
Hasil penelitian ini memberi inspirasi bagi lembaga PAUD untuk tetap melakukan upaya
peningkatan kompetensi pedagogik secara berkelanjutan. Meskipun lembaga memiliki guru
yang lulusan S1 non PAUD, bukan berarti bahwa mereka tertinggal secara kompetensi, asalkan
kesempatan belajar selalu diberikan dan difasilitasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini ternyata menemukan bahwa tidak ada beda nyata antara kompetensi
pedagogik kelompok guru yang lulusan S1 PAUD dengan yang lulusan non S1 PAUD. Hal ini
berbeda dengan ekspektasi publik bahwa S1 PG PAUD diduga akan memiliki kompetensi
pedagogik yang lebih baik dibanding yang non S1 PAUD. Berangkat dari fenomena tersebut,
peneliti menyarankan supaya penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian
kualitatif maupun mix method, agar dapat memperkaya data yang diperoleh. Temuan ini juga
sekaligus dapat menjadi pemicu untuk dilakukannya penelitian lanjutan dengan alat ukur yang
sama di daerah-daerah lain: apakah fenomena ini hanya terjadi di kecamatan Sidorejo, Salatiga
saja atau akan terjadi duplikasi hasil di daerah lain.

DAFTAR PUSTAKA

Barnet, W. S. (2003). Better preschools: Student achievement linked to teacher
qualifications. New Jersey: NIEER.
Belsky, J., Vandell, D.L., Burchinal, M., Clarke-Stewart, K.A., McCartney, K., Owen, T., &
The NICHD Early Child Care Research Network. (2007). Are there long-term effects
of early child care? Child Development, 78(2), 681-701. Retrieved from
http://onlinelibrary.wiley.com.
Berk, L.E. (2009). Child development (8th edn). Boston, MA: Pearson International.
Child Australia. (n.d).What is pedagogy? How does it influence our practice?. Retrieved
January 28, 2015, from https://childaustralia.org.au/Documents-%281%29/CAStatement-Pedagogy.aspx.
Choy, D., Wong, A. F. L., Lim, K. M., & Chong, S. (2013). Beginning teachers’ perceptions
of their pedagogical knowledge and skills in teaching: A three year study. Australian
Journal of Teacher Education, 38 (5), 68-79.
Darling-Hammond, L., (2000). How teacher education matters. Journal of Teacher Education,
51(3), 166-173.
Hill, H. C., Ball, D. L., & Schilling, S. G. (2008). Unpacking pedagogical content knowledge:
Conceptualizing and measuring teachers’ topic-specific knowledge of students.
Journal for Reseach in Mathematics Education, 39 (4), 372-400.
Hyson, M., & Tomlinson, H.B. (2014). The early years matter: Education, care, and the
well-being of children, birth to 8. New York, NY: Teachers College Press.
Jay, J., Knaus, M., & Hesterman, S. (2014). High-quality early childhood education in the
early years of school. Every Child, 20(3), 22-23. Retrieved from
http://search.informit.com.au.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014a). Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 137 tahun 2014 tentang standar nasional
pendidikan anak usia dini.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014b). Peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesia nomor 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013
pendidikan anak usia dini.
Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009). What is technological pedagogical content knowledge.
Contemporary issues in technology and teacher education, 9(1), 60-70.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian pendidikan: Jenis, metode dan prosedur. Jakarta: Prenada
Media Grup.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sylva, K., Melhuish, E., Sammons, P., Siraj-Blatchford, I., & Taggart, B. (Eds.). (2010).
Early childhood matters: Evidence from the Effective Pre-school dan Primary
Education project. Oxon: Routledge.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 NASKAH SOAL UJI KOMPETENSI GURU

Kuisioner Pengetahuan Seputar PAUD

Nama lengkap

:

Tempat, tanggal lahir

:

Usia saat ini

:

Jenis Kelamin

:

Lama bekerja di lembaga PAUD

:

Riwayat Pendidikan