Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

(1)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Deskripsi Kota Kisaran

Kota Kisaran yang terletak pada bagian timur Provinsi Sumatera Utara dan berjarak 160 Km dari timur kota Medan, merupakan ibukota Kabupaten Asahan. Secara geografis, Kabupaten Asahan terlatak pada 2030’00” - 3010’00” Lintang Utara, 99001 – 100000 Bujur Timur, dengan ketinggian wilayah di atas 0 – 1000 m di atas permukaan laut.

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di Sumatera Utara, Kabupatan Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Menurut catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei Dadap, pada tahun 2012 terdapat 90 hari hujan sebanyak 2.100 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu 337 mm dengan hari hujan sebanyak 9 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Februari sebesar 62 mm dengan hari hujan sebanyak 4 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2012 mencapai 175,08 mm/bulan.

Luas Kabupaten Asahan adalah 3.799,39 Km2 (379.939 Ha) dan terdiri dari 25 kecamatan dan 204 desa/kelurahan. Untuk administrasi wilayah sendiri, Kabupatan Asahan berbatasan dengan:

Sebelah utara : Kabupaten Batu Bara

Sebelah selatan : Kabupaten Labuhan Batu Utara Sebelah barat : Kabupaten Simalungun


(2)

Untuk daftar jumlah kecamatan di Kabupaten Asahan beserta luas wilayah dan jumlah penduduknya akan dijabarkan pada tabel berikut :

Kecamatan

Luas Wilayah Penduduk (orang)

Km2 % Jumlah %

Bandar Pasir Mandoge 651,00 17,13 33.316 4,91

Bandar Pulau 433,00 11,41 20.803 3,07

Aek Songsongan 117,31 3,09 16.722 2,47

Rahuning 184,27 4,85 17.761 2,62

Pulau Rakyat 250,99 6,61 31.987 4,72

Aek Kuasan 95,23 2,51 23.176 3,42

Aek Ledong 82,13 2,16 19.977 2,95

Sei Kepayang 253,30 6,19 17.352 2,56

Sei Kepayang Barat 82,92 2,18 13.009 1,92

Sei Kepayang Timur 142,80 3,76 8.724 1,29

Tanjung Balai 55,61 1,46 35.401 5,22

Simpang Empat 130,44 3,44 40.011 5,90

Teluk Dalam 96,00 2,53 17.528 2,59

Air Batu 94,60 2,49 39.713 5,86

Sei Dadap 65,72 1,73 31.315 4,62

Buntu Pane 218,28 5,74 22.863 3,37

Tinggi Raja 125,56 3,30 18.360 2,71

Setia Janji 202,66 5,33 11.607 1,71

Meranti 90,75 2,39 19.660 2,90


(3)

Rawang Panca Arga 90,30 2,38 17.785 2,62

Air Joman 92,86 2,44 46.468 6,85

Silo Laut 89,45 2,35 20.456 3,02

Kisaran Barat 32,96 0,87 55.969 8,26

Kisaran Timur 38,92 1,02 69.771 10,29

Total 3.799,39 100,00 677.876 100,00 Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

Dari mulai berdirinya Kabupaten Asahan pada tanggal 15 Maret 1946, hingga saat ini Kabupaten Asahan dipimpin oleh Bupati Asahan, yaitu:

1. Abdullah Eteng (15-3-1946 s/d 30-1-1954) 2. Rakutta Sembiring (1-2-1954 s/d 29-2-1960) 3. H. Abdul Aziz (1-3-1960 s/d 3-5-1960) 4. Usman J. S. (4-5-1960 s/d 10-5-1966)

5. H. A. Manan Simatupang (11-5-1966 s/d 31-1-1979) 6. Drs. Ibrahim Gani* (1-2-1979 s/d 2-3-1979)

7. DR. Bahmid Muhammad (2-3-1979 s/d 2-3-1984) 8. H. A. Rasyid Nasution, SH* (2-3-1984 s/d 17-3-1984) 9. A. Wahab Dalimunthe, SH* (17-3-1984 s/d 22-6-1989) 10.H. Zulfirman Siregar (22-6-1984 s/d 22-6-1989)

11.H. Rihold Sihotang periode I (22-6-1989 s/d 22-6-1994) 12.H. Rihold Sihotang periode II (22-6-1994 s/d Juli 1999) 13.Drs. H. Fachruddin Lubis* (Juli 1999 s/d 12-1-2000) 14.Drs. Hakimil Nasution* (12-1-2000 s/d 25-3-2000) 15.Drs. H. Risuddin (25-3-2000 s/d 25-3-2005)


(4)

16.Ir. H. Syarifullah Harahap, MSi* (25-3-2005 s/d 8-8-2005) 17.Drs. H. Risuddin (8-8-2005 s/d 18-8-2010)

18.Drs. H. Taufan Gama Simatupang, MAP (19-8-2010 s/d sekarang) (* Pelaksana Bupati)

2.2. Keadaan Geografi Kota Kisaran

Kota Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan adalah bagian dari kecamatan Kisaran Barat, yang terletak di bagian tengah kabupaten Asahan. Kota Kisaran memiliki luas wilayah 71,88 Km2, dengan persentase luas wilayah 1,89 % dari total wilayah Kabupaten Asahan. Secara geografis, kota Kisaran terletak di antara 900 11’ – 1000 30’ -360 22’LU dengan administrasi batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : kecamatan Meranti Sebelah selatan : kecamatan Kisaran Barat Sebelah barat : kecamatan Meranti Sebelah timur : kecamatan Kisaran Timur

Wilayah Kota Kisaran bila ditinjau dari segi geografi fisik berada di dataran rendah. Bentuk permukaan lahannya bervariasi, dari permukaan datar dan bergelombang hingga berbukit. Kemiringan lahan di wilayah kota kisaran ini berada antara 0-5 % dibagian barat, 5-15 % di bagian timur dan selatan kecamatan, sedangkan perbukitan terdapat dibagian utama kota dan ketinggian dari atas permukaan laut berada di antara 100- 500 meter.

Kota Kisaran termasuk wilayah yang beriklim tropis dengan temperatur udara maksimum sebesar 38° C dan minimum 28° C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 80%. Banyaknya curah hujan 1.980 mm pertahun, dan rata-rata sekitar 165 mm perbulan. Intensitas hujan yang terjadi di wilayah ini termasuk klasifikasi sedang. Musim penghujan terjadi antara bulan September sampai bulan Desember.


(5)

Kisaran sendiri merupakan sebuah kota yang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Tiap kecamatan terbagi ke dalam beberapa kelurahan. Kecamatan Kisaran Barat terdiri dari tiga belas kecamatan, yaitu :

1. Kelurahan Sei Renggas 2. Kelurahan Bunut 3. Kelurahan Bunut Barat 4. Kelurahan Sidomukti 5. Kelurahan Sidodadi 6. Kelurahan Dadimulyo 7. Kelurahan Kisaran Baru 8. Kelurahan Mekar Baru 9. Kelurahan Kisaran Barat 10. Kelurahan Tegal Sari 11. Kelurahan Sendang Sari 12. Kelurahan Kisaran Kota 13. Kelurahan Tebing Kisaran

Sedangkan Kecamatan Kisaran Timur terbagi ke dalam dua belas kelurahan yang di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Kisaran Timur 2. Kelurahan Teladan 3. Kelurahan Mutiara 4. Kelurahan Selawan

5. Kelurahan Siumbut-umbut 6. Kelurahan Siumbut Baru


(6)

7. Kelurahan Gambir Baru 8. Kelurahan Karang Anyer 9. Kelurahan Lestari

10. Kelurahan Sentang 11. Kelurahan Kisaran Naga 12. Kelurahan Kedai Ledang

2.3. Kependudukan Di Kota Kisaran

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan pada tahun 2012, jumlah penduduk di Kota Kisaran mencapai 125.740, dengan pembagian wilayah penyebaran untuk Kecamatan Kisaran Barat sebesar 55.969 jiwa dan Kecamatan Kisaran Timur sebesar 69.771 jiwa. Jumlah keseluruhan dari total penduduk Kota Kisaran adalah sekitar 18,55 % dari total penduduk Kabupaten Asahan.

2.3.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran

Untuk estimasi perkiraan jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kota Kisaran, dapat dirincikan pada tabel berikut:

Kelompok Umur (dalam satuan tahun)

Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

0 – 4 5.293 7.081

5 – 9 5.060 6.732

10 – 14 5.562 7.042

15 – 19 5.719 7.354


(7)

25 – 29 4.691 5.761

30 – 34 4.401 5.512

35 – 39 3.897 4.982

40 – 44 3.711 4.714

45 – 49 3.468 4.166

50 – 54 3.052 3.458

55 – 59 2.347 2.597

60 – 64 1.416 1.576

65 + 2.518 2.654

Total 55.969 69.771

Tabel 2.2.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran

Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

2.4. Sarana Kesehatan

Secara keseluruhan, sarana kesehatan yang tersedia untuk penduduk Kabupaten Asahan sebetulnya masih bisa dikategorikan belum cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dari ketersediaan Rumah Sakit di daerah-daerah lain di Kabupaten Asahan, selain Kisaran. Dari data yang penulis peroleh, Kisaran dan Kecamatan Sei Dadap adalah satu-satunya daerah di Kabupaten Asahan yang memiliki bangunan Rumah Sakit. Kota Kisaran sendiri telah memiliki sebuah Rumah Sakit Umum dan sembilan Rumah Sakit Swasta.

Sarana Kesehatan/Tenaga Medis (Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan,

Dokter Spesialis, Apotek, dll)

Kisaran Barat

Kisaran Timur

RS Umum (Pemerintah) 1 -

RS Umum (Swasta) 6 3

Puskesmas 1 2


(8)

Klinik 2 4

Posyandu 73 81

Apotek Umum 12 5

Toko Obat 9 14

Dokter Umum 30 13

Dokter Gigi 6 3

Dokter Spesialis 19 -

Tenaga Bidan (Pemerintah) 62 70

Tenaga Bidan (Swasta) 52 17

Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

2.5. Agama dan Kepercayaan

Mayoritas penduduk di kota Kisaran adalah penganut agama Islam, dengan penyebaran terbanyak terdapat di Kecamatan Kisaran Timur dengan jumlah penganut yang mencapai 58.323 orang. Agama dengan penganut terbanyak kedua adalah Kristen Protestan, disusul Buddha, Kristen Katolik dan Hindu. Rincian selengkapnya akan disertakan dalam tabel berikut:

Agama Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

Islam 47.480 58.323

Kristen Protestan 4.043 9.246

Kristen Katolik 321 629

Buddha 4.052 1.552

Hindu 73 18

Khonghucu - 3

Jumlah 55.969 69.771


(9)

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, Kisaran adalah daerah dengan penyebaran penganut agama Buddha terbesar di Kabupaten Asahan, dengan total penganut 5.604 orang.

Untuk kota yang tidak terlalu besar seukuran kota Kisaran, pembangunan rumah ibadah bisa dikatakan cukup merata. Bisa dilihat dari penyebarannya yang bisa kita temukan mulai dari tengah kota hingga pinggiran desa. Untuk perincian jumlah rumah ibadah di kota Kisaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tipe Rumah Ibadah Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

Masjid 43 41

Musholla 57 61

Gereja Katolik 1 -

Gereja Protestan 10 30

Kuil - -

Vihara 2 -

Tabel 2.4.1. Jumlah Rumah Ibadah di Kota Kisaran

2.6. Penggunaan Lahan

Kota Kisaran dipandang sebagai suatu objek studi di mana di dalamnya terdapat berbagai macam lapisan masyarakat yang sangat kompleks yang telah mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan tersebut ternyata mengakibatkan terciptanya pola keteraturan penggunaan lahan.

Menurut Park (1936), masyarakat manusia terorganisir ke dalam 2 tingkat, yaitu:

a. Tingkat Natural. Pada Tingkat Natural proses-proses ekologis yang terjadipada masyarakatmirip dengan apa yang terjadi pada kelompok tumbuh-tumbuhan dan binatang, yaitu:


(10)

i. membutuhkan tempat untuk tinggal ii. mengembangkan keturunannya

iii. membutuhkan tempat untuk mencari makan

b. Tingkat Novel. Pada Tingkat Novel proses interaksi yang terjadi semakin kompleks karena manusia tidak lagi hanya dipandang sebagai makhluk berbudaya dan beragama yang mempunyai kekuatan mencipta dan berkarya yang selalu berkembang baik dalam kaitannya antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya dan manusia dengan Tuhannya.

Dilihat dari kedua tingkat tersebut, sangat jelas terlihat pada wilayah kota Kisaran bahwasannya kelompok manusia yang ada selalu ingin berkembang dan membutuhkan lahan/tempat untuk perkembangannya.

Ditinjau dari pendekatan ekonomi untuk struktur ruang kota / struktur penggunaan lahan kota hal yang perlu mendapat perhatian adalah masalahtransportasi dan titik simpul (pertemuan beberapa jalur transportasi) dalam suatu sistem transportasi. Apabila wilayah kota mempunyai jaringan transportasi yang baik maka kota tersebut mempunyai peran yang cukup besar terhadap perkembangan kota.

Kemudian masalah penggunaan lahan perkotaan dapat kita lihat dengan jelas bahwasanya hanya orang-orang yang mampu menahan paling tinggilah yang dapat memiliki tempat yang diinginkan, dengan demikian orang yang tidak dapat menawar dengan tinggi maka akan tinggal lebih jauh dari pusat kota yang nilai lahannya lebih rendah namun biaya transportasinya mahal.

Pola penggunaan lahan di wilayah Kota Kisaran mencerminkan suatu cara penggunaan lahan yang cukup baik. Penggunaan lahan terbesar adalah perkebunan milik swasta yang terdiri dari perkebunan karet dan kelapa sawit seluas 2.255 Ha. Lahan perkebunan terluas terdapat di Kelurahan Sei Renggas dengan luas 750 Ha, dan perkebunan


(11)

hanya terdapat di 6 kelurahan, yaitu kelurahan Bunut, Bunut Barat, Sidomukti, Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas.

Penggunaan lahan yang cukup luas lainnya adalah untuk perumahan danpekarangan seluas 752 Ha. Penggunaan lahan terluas untuk perumahan dan pekarangan ini terdapat di kelurahan Dadimulyo dengan luas lahan 105 Ha, diikuti kelurahan Sidodadi seluas 79 Ha.Persawahan hanya terdapat di tiga kelurahan yaitu kelurahan Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas, dengan masing-masing luas 25 Ha, 20 Ha dan 10 Ha. Sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah rawa-rawa seluas 34 Ha yang terdapat di lima kelurahan. Untuk penggunaan lahan lainnya yang berupa badan jalan, jalan kereta api dan lainnya dengan luas lahan 250 Ha.

2.7. Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

Pekerja sektor informal yang diamati dalam penelitian ini adalah pekerja sektor informal yang berada di Diponegoro, jalan Sutomo (jalan Listrik), depan Stasiun Kereta Api Kisaran, Simpang Enam dan di sekitar tugu Adipura kota Kisaran. Di mana pola ruang aktivitas pedagang sektor informal sangat dipengaruhi oleh aktivitas sektor formal dalam menjaring konsumennya. Lokasi pekerja sektor informal sangat dipengaruhi oleh hubungan langsung dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan formal dan kegiatan informal atau hubungan pekerja sektor informal dengan konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan ruang kegiatan pekerja sektor informal, maka harus mengenal aktivitas pekerja sektor informal melalui pola penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang dan jenis dagangan serta sarana berdagang.


(12)

Komponen penataan ruang sektor informal, antara lain meliputi :

1. Lokasi

Penentuan lokasi yang diminati oleh sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sebagai berikut :

a) Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang relatif sama, sepanjang hari.

b) Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat kegiatan perekonomi kota dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar

c) Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang sektor informal dengan calon pembeli, walaupun dilakukan dalam ruang relatif sempit

d) Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.

e) Pekerja sektor informal beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah komersial.

2. Waktu berdagang

Pola aktivitas pekerja sektor informal menyesuaikan terhadap irama dari ciri kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu kegiatan pekerja sektor informal didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Dimana perilaku kegiatan keduanya cenderung sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.

3. Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan

Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan pekerja sektor informal sangat dipengaruhi oleh sifat pelayanan. Jenis Dagangan:


(13)

a) Makanan dan minuman, terdiri dari pedagang yang berjualan makanan dan minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan di tempat maupun dibawa pulang. Penyebaran fisik pekerja sektor informal ini biasanya mengelompok dan homogen dengan kelompok mereka. Lokasi penyebarannya di tempat-tempat strategis seperti di perdagangan, perkantoran, tempat rekreasi/hiburan, sekolah, ruang terbuka/taman, persimpangan jalan utama menuju perumahan/di ujung jalan tempat keramaian. b) Pakaian/tekstil/mainan anak/kelontong, pola pengelompokan komoditas ini cenderung

berbaur aneka ragam dengan komoditas lain. Pola penyebarannya sama dengan pola penyebaran pada makanan dan minuman.

c) Buah-buahan, jenis buah yang diperdagangkan berupa buah-buah segar. Komoditas perdagangkan cenderung berubah-ubah sesuai dengan musim buah. Pengelompokan komoditas cenderung berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola sebarannya berlokasi pada pusat keramaian.

d) Rokok/obat-obatan, biasanya pedagang yang menjual rokok juga berjualan makanan ringan, obat, permen. Jenis komoditas ini cenderung menetap. Lokasi sebarannya di pusat-pusat keramaian atau dekat dengan kegiatan-kegiatan sektor formal.

e) Barang cetakan, jenis dagangan adalah majalah, koran, dan buku bacaan. Pola pengelompokkannya berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola penyebarannya pada lokasi strategis di pusat-pusat keramaian. Jenis komoditas yang diperdagangkan relatif tetap.

f) Jasa perorangan, terdiri dari tukang membuat kunci, reparasi jam, tukang gravier/stempel/cap, tukang pembuat pigura. Pola penyebarannya pada lokasi pusat pertokoan. Pola pengelompokannya membaur dengan komoditas lainnya.


(14)

Sarana fisik perdagangan sektor informal dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) Pikulan/Keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh para pedagang yang keliling (mobile hawkers) atau semi menetap (semi static). Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah untuk dibawa berpindah-pindah tempat.

b) Gelaran/alas, pedagang menjajakan barang dagangannya di atas kain, tikar, dan lain-lain. Bentuk sarana ini dikategorikan yang semi menetap.

c) Jongko/meja, bentuk sarana berdagang yang menggunakan meja/jongko dan beratap atau tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap.

d) Gerobak/kereta dorong, bentuk sarana terdapat dua jenis, yaitu beratap dan tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap dan tidak menetap. Biasanya untuk menjajakan makanan, minuman dan rokok. Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobak yang diatur bereret yang dilengkapi dengan meja dan bangku-bangku panjang. Bentuk sarana ini beratap dari bahan terpal atau plastik yang tidak tembus air. pekerja sektor informal bentuk sarana ini dikategorikan menetap dan biasanya berjualan makanan dan minuman.

e) Kios, pedagang yang menggunakan bentuk sarana ini dikategorikan pedagang yang menetap, karena secara fisik jenis ini tidak dapat dipindahkan. Biasanya merupakan bangunan semi permanen yang dibuat dari papan.


(1)

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, Kisaran adalah daerah dengan penyebaran penganut agama Buddha terbesar di Kabupaten Asahan, dengan total penganut 5.604 orang.

Untuk kota yang tidak terlalu besar seukuran kota Kisaran, pembangunan rumah ibadah bisa dikatakan cukup merata. Bisa dilihat dari penyebarannya yang bisa kita temukan mulai dari tengah kota hingga pinggiran desa. Untuk perincian jumlah rumah ibadah di kota Kisaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tipe Rumah Ibadah Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

Masjid 43 41

Musholla 57 61

Gereja Katolik 1 -

Gereja Protestan 10 30

Kuil - -

Vihara 2 -

Tabel 2.4.1. Jumlah Rumah Ibadah di Kota Kisaran

2.6. Penggunaan Lahan

Kota Kisaran dipandang sebagai suatu objek studi di mana di dalamnya terdapat berbagai macam lapisan masyarakat yang sangat kompleks yang telah mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan tersebut ternyata mengakibatkan terciptanya pola keteraturan penggunaan lahan.

Menurut Park (1936), masyarakat manusia terorganisir ke dalam 2 tingkat, yaitu:

a. Tingkat Natural. Pada Tingkat Natural proses-proses ekologis yang terjadipada masyarakatmirip dengan apa yang terjadi pada kelompok tumbuh-tumbuhan dan binatang, yaitu:


(2)

i. membutuhkan tempat untuk tinggal ii. mengembangkan keturunannya

iii. membutuhkan tempat untuk mencari makan

b. Tingkat Novel. Pada Tingkat Novel proses interaksi yang terjadi semakin kompleks karena manusia tidak lagi hanya dipandang sebagai makhluk berbudaya dan beragama yang mempunyai kekuatan mencipta dan berkarya yang selalu berkembang baik dalam kaitannya antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya dan manusia dengan Tuhannya.

Dilihat dari kedua tingkat tersebut, sangat jelas terlihat pada wilayah kota Kisaran bahwasannya kelompok manusia yang ada selalu ingin berkembang dan membutuhkan lahan/tempat untuk perkembangannya.

Ditinjau dari pendekatan ekonomi untuk struktur ruang kota / struktur penggunaan lahan kota hal yang perlu mendapat perhatian adalah masalahtransportasi dan titik simpul (pertemuan beberapa jalur transportasi) dalam suatu sistem transportasi. Apabila wilayah kota mempunyai jaringan transportasi yang baik maka kota tersebut mempunyai peran yang cukup besar terhadap perkembangan kota.

Kemudian masalah penggunaan lahan perkotaan dapat kita lihat dengan jelas bahwasanya hanya orang-orang yang mampu menahan paling tinggilah yang dapat memiliki tempat yang diinginkan, dengan demikian orang yang tidak dapat menawar dengan tinggi maka akan tinggal lebih jauh dari pusat kota yang nilai lahannya lebih rendah namun biaya transportasinya mahal.


(3)

hanya terdapat di 6 kelurahan, yaitu kelurahan Bunut, Bunut Barat, Sidomukti, Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas.

Penggunaan lahan yang cukup luas lainnya adalah untuk perumahan danpekarangan seluas 752 Ha. Penggunaan lahan terluas untuk perumahan dan pekarangan ini terdapat di kelurahan Dadimulyo dengan luas lahan 105 Ha, diikuti kelurahan Sidodadi seluas 79 Ha.Persawahan hanya terdapat di tiga kelurahan yaitu kelurahan Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas, dengan masing-masing luas 25 Ha, 20 Ha dan 10 Ha. Sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah rawa-rawa seluas 34 Ha yang terdapat di lima kelurahan. Untuk penggunaan lahan lainnya yang berupa badan jalan, jalan kereta api dan lainnya dengan luas lahan 250 Ha.

2.7. Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

Pekerja sektor informal yang diamati dalam penelitian ini adalah pekerja sektor informal yang berada di Diponegoro, jalan Sutomo (jalan Listrik), depan Stasiun Kereta Api Kisaran, Simpang Enam dan di sekitar tugu Adipura kota Kisaran. Di mana pola ruang aktivitas pedagang sektor informal sangat dipengaruhi oleh aktivitas sektor formal dalam menjaring konsumennya. Lokasi pekerja sektor informal sangat dipengaruhi oleh hubungan langsung dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan formal dan kegiatan informal atau hubungan pekerja sektor informal dengan konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan ruang kegiatan pekerja sektor informal, maka harus mengenal aktivitas pekerja sektor informal melalui pola penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang dan jenis dagangan serta sarana berdagang.


(4)

Komponen penataan ruang sektor informal, antara lain meliputi : 1. Lokasi

Penentuan lokasi yang diminati oleh sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sebagai berikut :

a) Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang relatif sama, sepanjang hari.

b) Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat kegiatan perekonomi kota dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar

c) Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang sektor informal dengan calon pembeli, walaupun dilakukan dalam ruang relatif sempit

d) Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.

e) Pekerja sektor informal beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan yang lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah komersial.

2. Waktu berdagang

Pola aktivitas pekerja sektor informal menyesuaikan terhadap irama dari ciri kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu kegiatan pekerja sektor informal didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Dimana perilaku kegiatan keduanya cenderung sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.


(5)

a) Makanan dan minuman, terdiri dari pedagang yang berjualan makanan dan minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan di tempat maupun dibawa pulang. Penyebaran fisik pekerja sektor informal ini biasanya mengelompok dan homogen dengan kelompok mereka. Lokasi penyebarannya di tempat-tempat strategis seperti di perdagangan, perkantoran, tempat rekreasi/hiburan, sekolah, ruang terbuka/taman, persimpangan jalan utama menuju perumahan/di ujung jalan tempat keramaian. b) Pakaian/tekstil/mainan anak/kelontong, pola pengelompokan komoditas ini cenderung

berbaur aneka ragam dengan komoditas lain. Pola penyebarannya sama dengan pola penyebaran pada makanan dan minuman.

c) Buah-buahan, jenis buah yang diperdagangkan berupa buah-buah segar. Komoditas perdagangkan cenderung berubah-ubah sesuai dengan musim buah. Pengelompokan komoditas cenderung berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola sebarannya berlokasi pada pusat keramaian.

d) Rokok/obat-obatan, biasanya pedagang yang menjual rokok juga berjualan makanan ringan, obat, permen. Jenis komoditas ini cenderung menetap. Lokasi sebarannya di pusat-pusat keramaian atau dekat dengan kegiatan-kegiatan sektor formal.

e) Barang cetakan, jenis dagangan adalah majalah, koran, dan buku bacaan. Pola pengelompokkannya berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola penyebarannya pada lokasi strategis di pusat-pusat keramaian. Jenis komoditas yang diperdagangkan relatif tetap.

f) Jasa perorangan, terdiri dari tukang membuat kunci, reparasi jam, tukang gravier/stempel/cap, tukang pembuat pigura. Pola penyebarannya pada lokasi pusat pertokoan. Pola pengelompokannya membaur dengan komoditas lainnya.


(6)

Sarana fisik perdagangan sektor informal dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) Pikulan/Keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh para pedagang yang keliling (mobile hawkers) atau semi menetap (semi static). Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah untuk dibawa berpindah-pindah tempat.

b) Gelaran/alas, pedagang menjajakan barang dagangannya di atas kain, tikar, dan lain-lain. Bentuk sarana ini dikategorikan yang semi menetap.

c) Jongko/meja, bentuk sarana berdagang yang menggunakan meja/jongko dan beratap atau tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap.

d) Gerobak/kereta dorong, bentuk sarana terdapat dua jenis, yaitu beratap dan tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap dan tidak menetap. Biasanya untuk menjajakan makanan, minuman dan rokok. Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobak yang diatur bereret yang dilengkapi dengan meja dan bangku-bangku panjang. Bentuk sarana ini beratap dari bahan terpal atau plastik yang tidak tembus air. pekerja sektor informal bentuk sarana ini dikategorikan menetap dan biasanya berjualan makanan dan minuman.

e) Kios, pedagang yang menggunakan bentuk sarana ini dikategorikan pedagang yang menetap, karena secara fisik jenis ini tidak dapat dipindahkan. Biasanya merupakan bangunan semi permanen yang dibuat dari papan.