Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

(1)

KORELASI ANTARA PEMAHAMAN POLITIK

DENGAN TINGKAT KESADARAN POLITIK

PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA KISARAN

(STUDI KASUS : PEMILIHAN GUBERNUR SUMATERA UTARA 2013)

ARTHUR OKTOBERIN

070906030

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARTHUR OKTOBERIN (070906030)

KORELASI ANTARA PEMAHAMAN POLITIK DAN KESADARAN POLITIK PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA KISARAN

(Studi Kasus : Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah: 1). Untuk mengetahui hal yang mendorong pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013di Kota

Kisaran, 2). Untuk mengetahui kesadaran politik pekerja sektor informal di kota Kisaran

untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013, 3). Untuk mengetahui hubungan korelasional antara pemahaman politik dengan kesadaran politik pekerja sektor Informal di Kota Kisaran.

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif, bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan analisis tabulasi tunggal dan tabulasi silang.

Hasil penelitian menunjukkan 1). Keikutsertaan pekerja sektor informal dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 di Kota Kisaran didorong oleh adanya pemahaman dan kesadaran politik, 2). Kesadaran politik pekerja sektor informal akan meningkat apabila pekerja tersebut mendapatkan peningkatan kesejahteraan dalam

kehidupannya, 3). Terdapat korelasi / hubungan yang rendah antara pemahaman politik

dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran. Kata kunci: Kesadaran, Pemahaman, Politik, Sektor Informal


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

ARTHUR OKTOBERIN (070906030)

THE CORRELATION BETWEEN POLITICAL UNDERSTANDING AND POLITICAL AWARENESS OF INFORMAL SECTOR WORKERS IN KISARAN

(Case Study : Governor Election Of North Sumatera 2013)

ABSTRACT

The purpose of the study was: 1). To study the factors that encourage informal sector workers participated in Governor election of North Sumatra in 2013 in Kisaran, 2). To determine the political consciousness of workers in the informal sector to participate in Governor election of North Sumatra in 2013 in Kisaran, 3). To determine the correlation between the political understanding and the political consciousness of informal sector in Kisaran.

This study is descriptive quantitative survey, aimed to determine the correlation between the variables of political understanding with political awareness. Data obtained from the results of the study will be analyzed with a single tabulation analysis and cross tabulation.

The results showed 1). The participation of the informal sector workers in Governor election of North Sumatra in 2013 in Kisaran driven by a lack of understanding and political awareness 2). Political awareness of the informal sector workers would increase if the workers get an increase in their prosperity. 3). There is a weak correlation between the political understanding and the level of political consciousness of workers in the informal sector in Kisaran.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang telah diberikan hingga detik ini, sehingga skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Pemahaman Politik Dengan Tingkat Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran” ini bisa terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang wajib dilaksanakan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang sangat mendalam penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis, Parihutan Manik dan Tiar Hutagalung, atas segala bantuan tanpa akhir yang penulis dapatkan selama pengerjaan skripsi ini. Terima kasih. Untuk saat ini hanya terima kasihlah yang mampu penulis ungkapkan sebagai bentuk syukur atas betapa beruntungnya penulis memiliki ayah dan ibu yang luar biasa.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari berbagai bantuan yang datang dari berbagai pihak, baik berupa masukan, motivasi maupun pengorbanan waktu. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Badaruddin selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Zakaria Taher, M.Sp, selaku dosen pembimbing beserta Bapak Drs.

Tonny P. Situmorang, M. Si, selaku dosen pembaca. Terima kasih untuk semua bimbingan, masukan, motivasi dan kesediaan waktunya selama pengerjaan skripsi ini.

3. Ibu Dra. T. Irmayani M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik.

4. Seluruh staf pegawai FISIP USU, Kak Emma, Bang Rusdy, dan staf-staf lainnya

yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Tulang Martolop Sinambela, Tulang Ardi Hutagalung dan Bapak Agus Rangkuti,

atas semua dukungan dan motivasinya kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

6. Abang dan kakak tercinta, Hisar Dohardo Manik dan Anju Ciptani Putri Manik,

atas segala bantuan yang tidak bisa penulis jabarkan satu persatu. Terima kasih karena telah menjadi abang dan kakak yang tak pernah bosan mengayomi dan meladeni segala tingkah laku penulis sebagai adik, yang penulis sadari seringkali melakukan hal-hal yang mengecewakan. Terima kasih untuk segala kebaikan dan pengertiannya.


(5)

7. Semua rekan penulis di Departemen Ilmu Politik stambuk 2007, Ferry, Andre, William, Octo, Christian, Doan, Leo, Dony, Steven, Dino, Desmar, dan rekan-rekan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Para sahabat penulis di kota Kisaran, yang tak pernah bosan menanyakan

kepastian tanggal wisuda kepada penulis, Pardo, Stiven, Dani, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

9. Dan kepada semua pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, yang

turut membantu penulis dalam merampungkan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karenanya, diharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini untuk ke depannya.

Medan, Januari 2014

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... v

BAB I : Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 9

1.3.Pembatasan Penelitian... 9

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian... 10

1.4.2. Manfaat Penelitian... 10

1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Pengertian Politik... 11

1.5.2. Pemahaman Politik... 12

1.5.3. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik... 14

1.5.4. Definisi Operasional Pemahaman Tentang Politik... . 15

1.5.5. Pengertian Kesadaran Politik ... 15

1.5.6. Cara-Cara Untuk Mencapai Kesadaran Politik ... 17

1.5.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Politik... 17

1.5.8. Definisi Konseptual Kesadaran Politik... 18

1.5.9. Definisi Operasional Kesadaran Politik... 18

1.5.10. Konsep Sektor Informal. ... 18

1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian... 22

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data... 22

1.6.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 23

1.6.4. Teknik Analisis Data... 23


(7)

BAB II : Deskripsi Lokasi Penelitian

2.1. Deksripsi Kota Kisaran... ... 26

2.2. Keadaan Geografi Kota Kisaran... 29

2.3. Kependudukan Di Kota Kisaran... 31

2.3.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran... 31

2.4. Sarana Kesehatan... 32

2.5. Agama dan Kepercayaan... 33

2.6. Penggunaan Lahan... 34

2.7. Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran... 36

BAB III : Penyajian Data dan Analisa Data 3.1. Karakteristik Responden Data... 40

3.2. Analisis Jawaban Responden Atas Kuesioner Penelitian... 42

3.3. Tabulasi Silang Pemahaman Politik Dengan Kesadaran Politik... 45

3.4. Uji Hipotesa / Korelasi... 46

3.5. Penjelasan Hubungan Yang Rendah Antara Pemahaman Politik Dengan Kesadaran Politik Pekerja Sektor Informal Di Kota Kisaran... 47

BAB IV : Penutup 4.1. Kesimpulan... 49

4.2. Saran... 49

Daftar Pustaka... 51

Daftar Lampiran :

1. Kuesioner Penelitian 2. Data Penelitian 3. Output SPSS


(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARTHUR OKTOBERIN (070906030)

KORELASI ANTARA PEMAHAMAN POLITIK DAN KESADARAN POLITIK PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA KISARAN

(Studi Kasus : Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2013)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah: 1). Untuk mengetahui hal yang mendorong pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013di Kota

Kisaran, 2). Untuk mengetahui kesadaran politik pekerja sektor informal di kota Kisaran

untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013, 3). Untuk mengetahui hubungan korelasional antara pemahaman politik dengan kesadaran politik pekerja sektor Informal di Kota Kisaran.

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif, bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan analisis tabulasi tunggal dan tabulasi silang.

Hasil penelitian menunjukkan 1). Keikutsertaan pekerja sektor informal dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 di Kota Kisaran didorong oleh adanya pemahaman dan kesadaran politik, 2). Kesadaran politik pekerja sektor informal akan meningkat apabila pekerja tersebut mendapatkan peningkatan kesejahteraan dalam

kehidupannya, 3). Terdapat korelasi / hubungan yang rendah antara pemahaman politik

dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran. Kata kunci: Kesadaran, Pemahaman, Politik, Sektor Informal


(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

ARTHUR OKTOBERIN (070906030)

THE CORRELATION BETWEEN POLITICAL UNDERSTANDING AND POLITICAL AWARENESS OF INFORMAL SECTOR WORKERS IN KISARAN

(Case Study : Governor Election Of North Sumatera 2013)

ABSTRACT

The purpose of the study was: 1). To study the factors that encourage informal sector workers participated in Governor election of North Sumatra in 2013 in Kisaran, 2). To determine the political consciousness of workers in the informal sector to participate in Governor election of North Sumatra in 2013 in Kisaran, 3). To determine the correlation between the political understanding and the political consciousness of informal sector in Kisaran.

This study is descriptive quantitative survey, aimed to determine the correlation between the variables of political understanding with political awareness. Data obtained from the results of the study will be analyzed with a single tabulation analysis and cross tabulation.

The results showed 1). The participation of the informal sector workers in Governor election of North Sumatra in 2013 in Kisaran driven by a lack of understanding and political awareness 2). Political awareness of the informal sector workers would increase if the workers get an increase in their prosperity. 3). There is a weak correlation between the political understanding and the level of political consciousness of workers in the informal sector in Kisaran.


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kamus Besar Bahasa Indonesia1

Secara lebih terperinci, kelompok orang-orang yang bekerja sebagai tukang/penarik becak, pedagang kaki lima, pedagang keliling (pedagang jajanan, pakaian, alat elektronik), penyemir sepatu, pedagang asongan, pedagang warung, pembantu rumah tangga, loper koran, sopir/kenek, pengamen, pemungut sampah, tukang catut, penjahit, kuli bangunan, tukang patri, pemulung, pengemis dengan mudah dapat digolongkan sebagai pekerja/pelaku ekonomi sektor informal

menjelaskan bahwa pengertian sektor informal adalah, 1) lingkungan usaha tidak resmi; lapangan pekerjaan yang diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja (seperti wiraswasta). 2) unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan/atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yang terlibat unit tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian. Di samping pengertian di atas, istilah sektor informal pada saat ini sudah sering sekali terdengar dalam pembicaraan tentang dunia pekerjaan/pelaku ekonomi. Tetapi, hingga saat ini masih banyak ditemukan pihak atau orang yang kurang tepat dalam mendefinisikan istilah ini. Hal ini disebabkan luas dan kompleksnya cakupan sektor informal sehingga mengakibatkan batasannya sulit dirumuskan secara tegas.

2

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka

2

Luthfi, 2008. Kemiskinan Kota dan Sektor Informal. .


(11)

Hart (1973)3

Pandangan tersebut kemudian dikembangkan Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO) lewat berbagai studinya yang dilakukan di dunia ketiga. Beberapa ciri baku kegiatan sektor informal menurut ILO

adalah orang pertama yang melontarkan gagasan tentang sektor informal secara eksplisit. Hart membagi orang yang bekerja di perkotaan menjadi tiga kelompok, yaitu formal, informal sah dan informal tidak sah. Masing - masing kelompok tersebut dibedakan menurut kegiatan yang dilakukan individu, jumlah pendapatan serta kontribusi pengeluarannya. Kegiatan kelompok informal dicirikan dengan tingkat pendidikan formal yang rendah, jumlah modal usaha yang kecil, perolehan upah rendah, dan bidang usaha yang berskala kecil.

4

Berdasarkan hasil pengamatan para peneliti, hambatan yang mengekang kemajuan sektor informal di daerah perkotaan adalah tidak adanya hukum/peraturan yang mampu memberikan perlindungan (akomodatif) terhadap sektor ini. Sehingga, sektor informal menjadi terkesan sebagai sektor yang berada di luar hukum. Keadaan ini mengakibatkan adanya rasa apatis terhadap hukum dan politik di kalangan sektor informal. Apatisme terhadap politik di kalangan sektor informal menimbulkan kesadaran politik yang apatis juga. Hal ini dapat dilihat dalam setiap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sering terdengar ucapan dari para pelaku ekonomi sektor informal bahwa siapapun yang memenangkan Pilkada,

adalah:

1) seluruh aktivitasnya bersandar pada sumberdaya sekitar; 2) skala usahanya relatif kecil dan merupakan usaha keluarga;

3) aktivitasnya ditopang oleh teknologi tepat guna dan bersifat padat karya; 4) tenaga kerjanya terdidik atau terlatih dalam pola pola tidak resmi; 5) seluruh aktivitasnya berada di luar jalur yang diatur pemerintah; 6) aktivitasnya bergerak dalam pasar yang sangat bersaing

3

Ketih Hart , “Informal Income Opportunities and Urban Employment in Ghana”, Journal of Modern African Studies , 11 (1) , 1973, hlm. 61-89

4

ILO (1972), Employment, Incomes and Equality: a Strategy for Increasing Productive Employment in Kenya, Geneva.


(12)

sektor informal akan tetap digusur atas nama ketertiban dan keindahan kota oleh kepala daerah.

Menurut Survei LSI5, salah satu gejala penting dalam Pilkada hingga saat ini adalah

tingginya angka pemilih yang tidak ikut dalam pemilihan (golput). Di sejumlah wilayah, angka golput ini bahkan mencapai hampir separuh dari jumlah DPT, seperti halnya yang terjadi dalam Pilkada Kota Surabaya, Kota Medan, Kota Banjarmasin, Kota Jayapura, Kota Depok dan Provinsi Kepulauan Riau. Jika kita bandingkan dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Presiden, rata-rata golput Pilkada ini lebih besar (lihat Grafik 1). Pemilu selama Orde Baru mempunyai partisipasi pemilih rata-rata di atas 90%, atau tingkat golput rata-rata di bawah 10%. Pemilu 1999, diikuti oleh 93.3% dari total pemilih terdaftar. Atau hanya 6.7%saja pemih yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput). Partisipasi pemilih ini turun menjadi 84.1% pada Pemilu Legislatif 2004. Angka partisipasi pemilih ini makin turun saat Pemilu presiden, baik pada saat putaran pertama maupun kedua, dan turun lagi selama pelaksanaan Pilkada.

Gambar 1. Partisipasi Pemilih (voter turnout) Dalam Beberapa Pemilu dan Pilkada Sumber. Lingkaran Survei Indonesia, Kajian Bulanan, Edisi 05 – September 2007

5


(13)

Pertanyaan yang timbul adalah : Mengapa masyarakat tidak memilih? Secara teoritis, ada tiga teori besar yang menjelaskan mengapa seseorang tidak memilih. Pertama, teori sosiologis. Seseorang tidak ikut dalam pemilihan dijelaskan sebagai akibat dari latar belakang sosiologis tertentu, seperti agama, pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktor jenis pekerjaan juga dinilai bisa mempengaruhi keputusan orang ikut pemilihan atau tidak. Kedua, teori psikologis. Keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak ditentukan oleh kedekatan dengan partai atau kandidat yang maju dalam pemilihan. Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu, maka makin besar pula kemungkinan seseorang itu untuk terlibat dalam pemilihan. Ketiga, teori ekonomi politik. Teori ini menyatakan bahwa keputusan untuk memilih atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional, seperti ketidakpercayaan dengan pemilihan yang bisa membawa perubahan lebih baik, atau ketidakpercayaan masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dan sebagainya. Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaan lebih

baik, cenderung untuk tidak ikut memilih.6

Pemahaman akan politik sangat penting dalam menimbulkan seorang anggota masyarakat untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam sebuah Pemilihan Umum (Pemilu). Pemahaman politik juga akan membantu pemilih dalam memberikan hak pilihnya kepada

Berdasarkan ketiga teori yang dikemukakan di atas dapat dilihat bahwa kecenderungan yang paling banyak untuk tidak ikut dalam pemilu adalah teori sosiologis dan teori ekonomi politik, dimana kita lihat kecenderungan yang sekarang terjadi di masyarakat adalah sikap pragmatis dalam menjalankan kehidupan sehari hari, dimana masyarakat akan tidak mau melakukan sesuatu apabila tidak membawa keuntungan kepada dirinya, khususnya dari segi ekonomi. Satu hal lagi yang tidak dapat dipungkiri adalah masih rendahnya edukasi kepada masyarakat khususnya di bidang pemahaman dan kesadaran politik mereka.

6


(14)

calon tertentu dalam sebuah Pemilu. Pemahaman politik yang sangat baik tentunya akan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Sebagaimana diketahui bahwa kesadaran politik menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. Tingkat kesadaran politik diartikan sebagai tanda bahwa warga masyarakat menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan dan pembangunan. Tingkat pendidikan politik di masyarakat itu sendiri berbanding lurus dengan tingkat kesadaran berpolitik. Artinya, semakin kuat/tinggi tingkat pendidikan politik dalam suatu kelompok masyarakat masyarakat maka kesadaran politiknya juga akan semakin kuat/tinggi. Dengan memiliki tingkat kesadaran politik yang tinggi, diharapkan terjadi pemulihan sistem politik yang berpegang erat pada Pancasila dan sekaligus akan dapat menciptakan kesejahteraan bersama. Dan ketika tingkat kesadaran berpolitik masyarakat sudah tinggi, maka niscaya dengan sendirinya sistem demokrasi akan berjalan dengan baik yang dengan tentu didasari sikap patriotisme dan nasionalisme yang ada. Pembangunan pengetahuan dan pemahaman warga negara terhadap konsep-konsep politik dasar tertentu menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Karena tanpa adanya upaya pembangunan kesadaran berpolitik, masyarakat yang memiliki kesadaran berpolitik politik yang kritis tidak akan mungkin ditumbuhkan.

Sumatera Utara merupakan provinsi terbesar ketiga di Indonesia. Sebagai provinsi yang besar, Sumatera Utara sangat memiliki arti bagi setiap partai politik untuk menjadi daerah tempat mendulang suara di masa yang akan datang, khususnya dalam Pilpres 2014. Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) telah dilakukan pada tanggal 7 Maret 2013 yang lalu. Pilgubsu kali ini diikuti lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yaitu:

1. Gatot Pujo Nugroho-Tengku Erry Nuradi yang diusung PKS, Partai Hanura, Partai Patriot dan beberapa partai lainnya,


(15)

2. Chairuman Harahap-Fadly Nurzal yang diusung oleh Partai Golkar, PPP dan beberapa partai lainnya,

3. Effendi Simbolon-Djumiran Abdi yang diusung oleh PDI-Perjuangan, PDS dan PPRN, 4. Gus Irawan Pasaribu-Soekirman yang diusung Partai Gerinda, PAN, Partai Barmas, Partai

Pelopor dan beberapa partai lainnya,

5. Amri Tambunan-Rustam Effendi (RE) Nainggolan yang diusung tunggal oleh Partai Demokrat Sumatera Utara.

Selama kampanye terlihat hampir semua ketua partai pendukung calon gubernur dan wakilnya turut serta dalam kampanye. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti kemenangan sebagai gubernur Sumatera Utara bagi partai partai pendukung tersebut.

Salah satu pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan, dengan ibukota Kisaran. Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara

tahun 2013 terdapat sekitar 70 ribu orang pemilih7

Jumlah penduduk Kabupaten Asahan berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 adalah 935.855 jiwa (termasuk Kabupaten Batubara) termasuk penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap dan termasuk urutan ketiga terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten . Jumlah ini tentunya sangat besar. Pemilih tersebut apabila dibagi berdasarkan pekerjaannya terbagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok yang bekerja di sektor informal dan yang bekerja di sektor formal. Sektor informal merupakan bidang yang banyak ditekuni orang yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tidak tamat SD sampai yang berpendidikan tinggi. Sebagaimana kita ketahui bahwa di bidang sektor informal, tidak terdapat pengaruh/hubungan pendidikan seseorang dengan usaha/kegiatan yang digelutinya.

7


(16)

Deli Serdang dan Kota Medan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990 -

2000 berdasarkan angka terakhir SP 2000 adalah 0,58% per tahun.8

Jumlah penduduk Asahan pada bulan Juni tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batubara diperkirakan sebesar 700.606 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar

188,36 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu

sebesar 70,58% dan sisanya 29,42% tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga adalah sebanyak 168.019, dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2009 hanya mencapai angka 1,71%. Jika dilihat dari klasifikasi jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2009 lebih sedikit dari penduduk perempuannya, dengan persentase sebesar 49,82% dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,28 yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kira-kira 9

penduduk laki-laki.9

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Asahan tampaknya menurun pada tahun 2009. Pada tahun 2008, TPAK di Asahan mencapai angka 63,59%. Tetapi angka ini menurun menjadi 62,2% pada tahun 2009. Jika dilihat dari status pekerjaannya, hampir sepertiga (31,07%) penduduk yang bekerja di Asahan adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang berusaha dengan dibantu anggota keluarga mencapai 9,85%, sedangkan penduduk yang Bila dilihat per kecamatan, maka Kecamatan Kisaran Timur merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 9,90%. Sedangkan Kecamatan Sei Kepayang Timur adalah yang terkecil, yaitu 1,36%. Untuk kecamatan terpadat, urutan pertama adalah Kecamatan Kisaran Barat, disusul Kisaran Timur

dengan kepadatan di atas 1.700 jiwa per km2, dan yang terjarang adalah Kecamatan Bandar

Pulau. Hal ini dapat dimaklumi karena Kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur terletak di ibukota Kabupaten Asahan.

8

Sumatera Utara Dalam Angka 2011. BPS Sumut

9


(17)

bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 7,42%. Hanya 3,84% penduduk Asahan yang

menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota keluarganya.10

Permasalahan era reformasi saat ini adalah sering dikaitkannya pihak pihak sektor informal dengan “money politic”. Tetapi penulis menganggap hal tersebut tentunya sangat sulit sekali dibuktikan kebenarannya karena sulitnya menemukan bukti - bukti otentik terhadap hal tersebut dan juga keterbatasan kemampuan penulis untuk mengungkapkan hal tersebut. Penulis hanya mencoba menggali sejauh mana tingkat pemahaman para pekerja sektor informal, dan bagaimana keinginan mereka untuk berpartisipasi dalam Pilgubsu 2013. Jumlah penduduk Asahan yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2009 adalah sebanyak 292,16 ribu jiwa, yang terdiri dari 265,19 ribu jiwa dikategorikan bekerja dan sebesar 26,97 ribu jiwa dikategorikan mencari kerja dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Asahan yang bekerja ini sebagian besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 48,15%. Sektor kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Asahan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 16,81%. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa. Dalam hal ini sektor jasa yang dimaksud adalah jasa perorangan, jasa perusahaan dan jasa pemerintahan yaitu sebesar 12,13% saja. Selebihnya bekerja di sektor penggalian dan pertambangan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan.

Penyebaran penduduk Kabupaten Asahan sekitar 15 persen tinggal di Kota Kisaran, dimana mayoritas penduduknya bekerja pada sektor perdagangan dan jasa. Penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan dan jasa ini mayoritas bekerja di sektor informal. Apabila dikaitkan dengan Pilgubsu 2013, jumlah pemilih yang bekerja di sektor informal ini cukup signifikan. Permasalahan yang timbul adalah, apakah tingkat partisipasi penduduk yang bekerja di sektor informal sama signifikannya dengan jumlah mereka pada Pilgubsu 2013?

10


(18)

Penulis disini hanya memfokuskan pada ada-tidaknya korelasi (hubungan) antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran (dalam hal turut berpartisipasi dalam Pemilihan Gubsu 2013).

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang membuat pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam berpolitik?

2. Apakah terdapat korelasi antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik

pekerja sektor informal di Kota Kisaran?

1.3. Pembatasan Penelitian

Untuk dapat membuat sebuah penelitian lebih mendalam dan fokus maka perlu diadakan pembatasan. Adapun batasan penelitian ini hanya difokuskan pada pemahaman politik. Pembatasan dalam hal ini dimaksudkan hanya pada suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan dengan politik, dan ditunjukkan dengan indikator:

1. Seseorang dapat mendeskripsikan pengertian politik secara awam.

2. Seseorang dapat menjelaskan jenis-jenis sistem politik yang berlaku di Indonesia

3. Seseorang mengetahui secara umum fungsi partai politik, dan

4. Seseorang bisa menjelaskan bahwa Pilgubsu 2013 merupakan bagian dari politik yang

ada di Indonesia)

Tingkat kesadaran politik ialah kondisi yang tanggap mengerti tentang hal yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan putusan dan menentukan pendirian terhadapnya dengan


(19)

berpartisipasi pada kegiatan politik, dalam hal ini adalah Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tesebut. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hal yang mendorong pekerja sektor informal ikut berpartisipasi

dalam di Kota Kisaran

2. Untuk mengetahui kesadaran politik pekerja sektor informal di kota Kisaran untuk

berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013

3. Untuk mengetahui hubungan korelasional antara pemahaman politik dengan

kesadaran politik pekerja sektor Informal di Kota Kisaran.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Tujuan akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah agar dapat bermanfaat bagi suatu bidang keilmuan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu akses untuk menambah

dan mengembangkan khasanah keilmuan secara umum, dan dalam bidang Ilmu Politik secara khusus.


(20)

b. Secara praktis, diharapkan dapat menerangkan korelasi pemahaman politik dan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran.

1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Pengertian Politik

Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu“polis” yang berarti kota atau negara. Istilah ini kemudian berkembang menjadi polities yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

Perhatian dan sentral politik adalah penyelesaian konflik antar manusia, proses pembuatan putusan - putusan ataupun pengembangan kebijakan - kebijakan secara otoritas yang mengalokasikan sumber - sumber dan nilai - nilai tertentu atau pelaksanaan kekuasaan

dan pengaruhnya di dalam masyarakat.11

Pengertian politik berdasarkan penggunaannya meliputi dalam arti kepentingan umum

dan politik dalam arti kebijakan (policy)12

11 Maran, Rafael Raga, 2001 Pengantar Sosiologi Politik. Rineke Cipta. Jakarta. Hal 58 12

Haryono, P. 2006. Menggali Latar Belakang Streotip dan Persoalan Etnis Cina di Jawa. Penerbit Mutiara Wacan. Semarang. Hal 116

. Dalam arti kepentingan umum baik yang berlaku di bawah kekuasaan negara, di pusat maupun di daerah, lazim disebut politics (berarti suatu rangkaian asas / prinsip keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu suatu keadaan yang akan kita kehendaki disertai dengan jalan cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan). Politik dalam arti kebijaksanaan (policy) adalah penggunaan pertimbangan - pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita - cita atas keadaan yang kita kehendaki.


(21)

Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat, bukanlah sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus diselenggarakan sesuai kebutuhan, dan politik harus dapat menjawab tantangan hari depan.

Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Dan berhubungan dengan kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan. Politik merupakan kesadaran bermasyarakat dan politik yang dihadapi dalam permasalahan sehari-hari dalam masyarakat serta tentang negara dan pemerintahan.

1.5.2. Pemahaman Politik

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengenal benar akan suatu hal. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari.

Pemahaman juga adalah mempertahankan, memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan.13

13

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 134 Dengan adanya pemahaman, diharapkan seseorang dapat membuktikan bahwa ia memahami


(22)

hubungan yang sederhana di antara fakta dan konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan berpikir seseorang untuk dapat menginterprestasikan materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan, serta merumuskannya dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang paham berarti mereka mengerti secara benar apa yang diketahuinya.

Pengukuran pemahaman yang sering digunakan adalah kognitif, afektif, dan

psikomotorik14

Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui suatu masalah . Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi/penilaian. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Pengetahuan, adalah aspek yang paling penting, seseorang dituntut untuk mengenali dan mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagainya, dan harus mengerti atau dapat menggunakannya

2) Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari

3) Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi atau kondisi riil. Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis artinya menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, hal itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu dilakukan berdasarkan berbagai kriteria yang telah ada.

14


(23)

tetapi juga mengerti serta memahami apa yang telah ia pelajari. Tingkatan pemahaman

menurut Buxton dalam Wahyudi15

a. Tingkatan pertama disebut tingkatan pemahaman meniru (role learning).

dibagi dalam empat tingkatan, sebagai berikut:

b. Tingkatan kedua disebut tingkatan pemahaman observasi (observational

understanding).

c. Tingkatan ketiga disebut tingkatan pemahaman pencerahan (insightful

understanding). Seseorang telah melakukan kegiatan dengan benar setelah beberapa waktu kemudian dia menyadari bagaimana dia telah berhasil menyelesaikan kegiatan tersebut.

d. Tingkatan keempat disebut tingkatan pemahaman relasional(rational understanding).

Pada tingkatan ini, seseorang tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah, tetapi dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks.

Berdasarkan tingkatan pemahaman diatas, dapat dikatakan bahwa sangatlah penting untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman yang diperoleh atas pengalaman yang telah dilalui. Seseorang dengan kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih mudah memahami dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kemampuan kognitif rendah.

1.5.3. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman tentang politik adalah suatu kondisi dimana seseorang mengerti secara benar dan tahu akan permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahanmaupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat dan hubungannya dengan lingkungan sosial masyarakatnya. Pemahaman politik secara konseptual dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan dengan politik.

Setelah diketahui definisi konseptual pemahaman politik selanjutnya dijelaskan definisi operasional pemahaman politik.

15


(24)

1.5.4. Definisi Operasional Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman dalam hal tentang materi politik disini khususnya dipilih yaitu secara umum yang biasa diketahui oleh masyarakat, di antaranya yaitu yang akan dijabarkan kedalam beberapa indikator di bawah ini :

1. Mendeskripsikan pengertian politik

2. Menjelaskan tentang macam-macam sistem politik yang berlaku di Indonesia 3. Menganalisis tentang fungsi partai politik

4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk partisipasi politik

1.5.5. Pengertian Kesadaran Politik

Kesadaran adalah suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap sesuatu hal, sedangkan politik adalah segala hal ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran politik berarti

suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal negara16

Manusia yang sadar ialah manusia yang memiliki pandangan ideologi yang kritis, rasa keterikatan dengan masyarakat tertentu dan mengenal kondisi komunitas tersebut. Manusia yang memiliki rasa tanggung jawab individu dalam menghadapi problematikanya, karakternya diformat oleh perasaan kolektif dan partisipasif dalam perjalanan dan pekerjaan masyarakatnya. Dengan kesadaran itu ia benar-benar mengerti dan mampu menangkap situasi dan kondisi zaman dan masyarakat setempat.

. Jika kesadaran politik itu berarti tanggap terhadap segala hal ikhwal kenegaraan, hal ini berarti bahwa apabila seseorang meningkatkan kesadaran politiknya, maka orang tersebut pasti lebih tanggap terhadap hal ikhwal kenegaraan.

17

Kasadaran adalah pengetahuan yang kritis, pandangan yang benar terhadap realitas dan pemahaman yang baik terhadap dunia dimana manusia itu hidup, kemudian berusaha

16

Naning, R. 1982. Aneka Asas Ilmu Negara. PT. Bina Ilmu. Surabaya. Hal 89

17


(25)

mengubahnya. Kesadaran adalah instrumen kritis yang digunakan oleh orang-orang tertindas untuk menyingkap hakekat diri dan mereka yang menindasnya. Ketika mereka menyadari hakekat penindasan dan mengerti bahwa ia hanyalah sekedar sandungan yang bisa dilewati, saat itulah awal usaha mereka menuju pembebasan. Mengerti saja tidak cukup untuk merealisasikan kebebasan. Karenanya, ia harus benar-benar menjadi kekuatan riil yang dapat

menggerakkan aksi perjuangan.18

1. pandangan yang komperehensif,

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik mencakup :

2. wawasan yang kritis,

3. rasa tanggung jawab, dan

4. keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau menghadapi

berbagai problematika sosial.

Sedangkan secara konsepsi politik, menurut Ruslan (2002), kesadaran politik adalah : Pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik merupakan suatu kondisi seseorang yang tanggap terhadap suatu pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakat, dan dapat memecahkannya.

18


(26)

1.5.6. Cara-Cara Untuk Mencapai Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dicapai melalui beberapa cara berikut, yaitu :

1. Arahan politik secara langsung. Arahan politik secara langsung dapat dilakukan baik

melalui jalur formal maupun nonformal, melalui penjelasan-penjelasan politik, melalui usaha-usaha bimbingan, dan pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir dan pemimpin politik.

2. Pengalaman politik yang didapatkan melalui partisipasi politik secara langsung.

3. Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca koran dan

buku-buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa.

4. Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis.

5. Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua metode, yaitu

apprenticeship dan generalisasi. Metode – metode tersebut dapat menghantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik.

1.5.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dipengaruhi banyak faktor. Dalam Ruslan (2002), faktor yang mempengaruhi kesadaran politik yang terpenting diantaranya adalah:

1. Jenis kultur politik dimana individu itu tumbuh, dengan kata lain tabiat kepribadian

politik yang terbentuk darinya.

2. Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi di masyarakat.

3. Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki individu, juga tingkat

pendidikannya.

4. Adanya pemimpin politik/sejumlah tokoh politik yang jenius yang mampu memberikan


(27)

1.5.8. Definisi Konseptual Kesadaran Politik

Kesadaran politik adalah suatu kondisi yang tanggap mengerti tentang hal yang mencakup wawasan/pengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, dan kondisi problematika

1.5.9. Definisi Operasional Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dilihat melalui beberapa indikator yang meliputi :

1. Kesadaran dalam menyikapi realita yang terjadi sesuai dengan pandangan yang

terbentuk pada dirinya.

2. Kesadaran untuk membentuk organisasi/gerakan dalam mewujudkan cita-cita

bersama.

3. Kesadaran untuk mengerti akan problematika politik yang terjadi di masyarakatnya.

4. Kesadaran akan hakikat sikap politik dimana individu menjadi sadar dan mampu

memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah politik.

1.5.10. Konsep Sektor Informal

Konsep sektor informal muncul dalam konsep keterlibatan pakar-pakar internasional dalam perencanaan pembangunan di dunia ketiga. Gejala ini muncul setelah kelahiran negara-negara maju setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Pada waktu itu muncullah gagasan-gagasan di tingkat internasional maupun nasional untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi pada negara-negara yang dimaksud. Melalui lembaga-lembaga internasional didirikanlah lembaga-lembaga untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, seperti lembaga Bank Dunia (World Bank), lembaga Keuangan Internasional (International Monetary Found, IMF) dan juga lembaga Buruh Dunia (International Labour Organization, ILO). Lembaga-lembaga tersebut


(28)

melakukan berbagai studi dan mengusulkan kebijakan dan turut campur tangan dalam pengambilan putusan menyangkut berbagai bidang yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara berkembang. Pada tahun 1972 ILO meluncurkan program untuk World Employment Programme (WEP) sebagai konsep sektor informal yang pertama kali diperkenalkan di ranah internasional.

Luthfi (2008) dalam artikelnya yang berjudul Kemiskinan Kota dan Sektor Informal membahas perkembangan berbagai konsep sektor informal sekaligus dengan

berbagai perdebatannya.19

19

Luthfi, Asrizal. 2008. Kemiskinan Kota dan Sektor Informal,

Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa konsep sektor informal di negara sedang berkembang pertama kali muncul pada saat dilakukan serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Konsep ini diperkenalkan oleh Keith Hart, seorang antropolog Inggris pada tahun 1971 dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak terorganisir. Lewat tulisannya yang berjudul Informal Income Opportunities and Urban Employment in Ghana, dikemukakan bahwa penyelidikan empirisnya tentang kewiraswastaan di Acca dan kota-kota lain di Afrika bertentangan dengan apa yang selama ini diterima dalam perbincangan tentang pembangunan ekonomi. Dalam laporannya kepada Organisasi Buruh Sedunia (ILO), Hart mengajukan model dualisme terhadap kesempatan memperoleh pendapatan pada angkatan kerja perkotaan. Konsep informalitas diterapkan kepada bekerja sendiri (self-employed).

Namun, ciri-ciri dinamis dari konsep sektor informal yang diajukan Hart menjadi hilang ketika telah dilembagakan dalam birokrasi ILO. Informalitas didefinisikan ulang sebagai sesuatu yang sinonim dengan kemiskinan. Sektor informal menunjuk kepada cara perkotaan melakukan sesuatu dengan ciri-ciri:


(29)

(a) mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal, dan organisasi; (b) perusahaan milik keluarga;

(c) beroperasi pada skala kecil;

(d) intensif tenaga kerja dalam produksi dan menggunakan teknologi sederhana; dan (e) pasar yang tidak diatur dan berkompetitif.

Karakteristik negatif yang dilekatkan pada sektor informal oleh ILO banyak mendapatkan kritikan dari berbagai ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang Sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi. Mereka menganggap bahwa aktivitas sektor informal merupakan suatu tanda berkembangnya dinamika kewiraswastaan masyarakat. Hal ini mirip dengan yang disampaikan Hernando de Soto, seorang ekonom dari Peru yang banyak dirujuk pemikirannya terutama yang berkaitan dengan pemberdayaan sektor informal, yang mempunyai tesis bahwa kegagalan sektor informal untuk dapat terintegrasi ke dalam pasar disebabkan oleh kapitalisme yang semestinya mampu memperkaya orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagaimana terjadi di dunia barat.

Sthurman dalam Manning20 dan Effendi21

(i) umumnya mereka berasal dari kalangan miskin;

mengemukakan istilah sektor informal sebagai sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Alasan berskala kecil karena:

(ii) sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di

negara berkembang;

(iii) bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk memperoleh

keuntungan;

(iv) umumnya mereka berpendidikan sangat rendah;

(v) mempunyai keterampilan rendah, dan

(vi) umumnya dilakukan oleh para migran.

20

Manning, Chris. 1987. “Penyerapan Tenaga Kerja di Perdesaan Jawa: Pelajaran Revolusi Hijau dan Bonanza Minyak, dan Prospeknya di Masa Depan”, Seminar Strategi Pembangunan Perdesaan. Yogyakarta, 1-3 Oktober 1987.

21

Effendi, Tadjuddin Noer, 1993. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana.


(30)

Dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan bahwa usaha-usaha di sektor informal berupaya menciptakan kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan untuk dirinya sendiri. Menurut Sthurman, konseptualisasi sektor informal yang tersebut di atas walaupun bermanfaat tetapi belum dapat memecahkan masalah definisi.

Hal ini disebabkan masih diperlukannya beberapa definisi untuk menentukan batasan sektor informal baik dari sudut pandang operasional maupun penelitian.

Simanjuntak dalam Manning22 dan Effendi23

(i) kegiatan usaha umumnya sederhana;

, memberikan ciri-ciri yang tergolong sebagai sektor informal, yaitu:

(ii) skala usaha relatif kecil;

(iii) usaha sektor informal umumnya tidak mempunyai izin usaha;

(iv) untuk bekerja di sektor informal lebih mudah daripada di sektor formal;

(v) tingkat pendapatan di sektor informal biasanya rendah;

(vi) keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil; dan

(vii) usaha-usaha di sektor informal sangat beraneka ragam.

Usaha-usaha sektor informal yang dimaksud diantaranya pedagang kaki lima, pedagang keliling, tukang warung, sebagian tukang cukur, tukang becak, sebagian tukang sepatu, tukang loak serta usaha rumah tangga seperti: pembuat tempe, pembuat kue, pembuat es mambo, pembuat barang anyaman dan lain-lain.

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara atau langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data guna menguji atau membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala. Agar dapat mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan serta hasilnya dapat dipercaya, penelitian harus menggunakan langkah-langkah dan metode yang sistematis.

22

Op.cit 14

23


(31)

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan ini digunakan bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner penelitian dan observasi langsung di tempat penelitian, yaitu jalan Diponegoro, jalan Sutomo (jalan Listrik), di depan Stasiun Kereta Api Kisaran, Simpang Enam dan di sekitar tugu Adipura kota Kisaran.

1.6.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Penulis telah melakukan pencarian data ke BPS Kabupaten Asahan, dan hasilnya petugas mengatakan untuk jumlah pekerja sektor informal di Kota Kisaran tidak dapat dirinci secara pasti. Berdasarkan hal tersebut, dalam penarikan jumlah sampel maka penulis mengikuti pendapat

Maholtra24

Akibat tidak adanya kejelasan jumlah populasi sampel yang ada di lapangan, maka penulis memutuskan untuk menentukan sampel penelitian menggunakan teknik accidental sampling. Accidental sampling/Convenience sampling adalah teknik penarikan sampling

yang menyatakan jumlah sampel atau responden untuk populasi yang tidak diketahui, sampel atau responden yang diambil berjumlah 100 orang atau paling sedikit empat atau lima kali jumlah sub variabel yang diteliti. Penulis menggunakan 100 orang sebagai responden dalam penelitian ini.

24

Malhotra, Naresh K. 2005 (368 – 369). Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan Edisi Keempat. Intan Sejati Klaten.


(32)

probabilitas, dimana subyek dipilih karena mudahnya daya akses dan kedekatan mereka kepada penulis. Subyek dipilih hanya karena mereka paling mudah untuk merekrut studi dan peneliti tidak mempertimbangkan memilih mata pelajaran yang mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, penulis mengambil sampel secara sembarang di lapangan berdasarkan karakteristik sampel yang sesuai dengan apa dijabarkan penulis sebelumnya.

1.6.4. Teknik Analisis Data

Teknik analis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan dipersentasekan (Singarimbun)25

Teknik Analisis Tabel Tunggal merupakan suatu teknik analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori (Singarimbun)

. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis, yaitu:

a. Analisis Tabel Tunggal

26

Teknik Analisis Tabel Silang merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui hubungan variabel – variabel yang ada, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif (Singarimbun)

.

b. Analisis Tabel Silang

27

25Singarimbun,1995:273. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia 26

Opcit 20

27

Singarimbun,1995:271. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia .


(33)

c. Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data hipotesa yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur tingkat hubungan diantara dua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang (rank order correlation coefficient) oleh Spearman. Uji korelasi ini digunakan untuk menunjukkan hubungan kedua variabel dimana tata data dimuat dalam ranking.

Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan digunakan nilai koefisien

korelasi sebagai berikut (Kriyantono)28

28Kriyantono, Rachmat. 2006.168-169. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media,

Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

:

< 0,20 : Hubungan rendah sekali/lemah sekali

0,20-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti

0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti

0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi/kuat

> 0,90 : Hubungan yang sangat tinggi/kuat sekali.

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam Sistematika Penulisan ini, secara terperinci akan disajikan sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dilakukan guna mempermudah dalam memahami isi skripsi, yang dibagi ke dalam empat bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini dibagi ke dalam tujuh bagian, yaitu: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


(34)

BAB II : DESKRIPSI KOTA KISARAN

Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum kota Kisaran, seperti profil daerah hingga karakteristik penduduk, beserta gambaran singkat tentang pekerja sektor informal di kota Kisaran.

BAB III: PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan dari apa yang telah penulis dapatkan selama masa penelitiannya.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian. Adapun isi dari bab ini adalah kesimpulan dari penulis terhadap hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, berikut saran, yang ke depannya diharapkan mampu memberikan masukan positif bagi pihak-pihak terkait ataupun bagi para peneliti dalam studi kasus yang sama di masa yang akan datang.


(35)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1. Deskripsi Kota Kisaran

Kota Kisaran yang terletak pada bagian timur Provinsi Sumatera Utara dan berjarak 160 Km dari timur kota Medan, merupakan ibukota Kabupaten Asahan. Secara geografis,

Kabupaten Asahan terlatak pada 2030’00” - 3010’00” Lintang Utara, 99001 – 100000 Bujur

Timur, dengan ketinggian wilayah di atas 0 – 1000 m di atas permukaan laut.

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di Sumatera Utara, Kabupatan Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim.

Menurut catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei Dadap, pada tahun 2012 terdapat 90 hari hujan sebanyak 2.100 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu 337 mm dengan hari hujan sebanyak 9 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Februari sebesar 62 mm dengan hari hujan sebanyak 4 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2012 mencapai 175,08 mm/bulan.

Luas Kabupaten Asahan adalah 3.799,39 Km2 (379.939 Ha) dan terdiri dari 25

kecamatan dan 204 desa/kelurahan. Untuk administrasi wilayah sendiri, Kabupatan Asahan berbatasan dengan:

Sebelah utara : Kabupaten Batu Bara

Sebelah selatan : Kabupaten Labuhan Batu Utara

Sebelah barat : Kabupaten Simalungun


(36)

Untuk daftar jumlah kecamatan di Kabupaten Asahan beserta luas wilayah dan jumlah penduduknya akan dijabarkan pada tabel berikut :

Kecamatan

Luas Wilayah Penduduk (orang)

Km2 % Jumlah %

Bandar Pasir Mandoge 651,00 17,13 33.316 4,91

Bandar Pulau 433,00 11,41 20.803 3,07

Aek Songsongan 117,31 3,09 16.722 2,47

Rahuning 184,27 4,85 17.761 2,62

Pulau Rakyat 250,99 6,61 31.987 4,72

Aek Kuasan 95,23 2,51 23.176 3,42

Aek Ledong 82,13 2,16 19.977 2,95

Sei Kepayang 253,30 6,19 17.352 2,56

Sei Kepayang Barat 82,92 2,18 13.009 1,92

Sei Kepayang Timur 142,80 3,76 8.724 1,29

Tanjung Balai 55,61 1,46 35.401 5,22

Simpang Empat 130,44 3,44 40.011 5,90

Teluk Dalam 96,00 2,53 17.528 2,59

Air Batu 94,60 2,49 39.713 5,86

Sei Dadap 65,72 1,73 31.315 4,62

Buntu Pane 218,28 5,74 22.863 3,37

Tinggi Raja 125,56 3,30 18.360 2,71

Setia Janji 202,66 5,33 11.607 1,71

Meranti 90,75 2,39 19.660 2,90


(37)

Rawang Panca Arga 90,30 2,38 17.785 2,62

Air Joman 92,86 2,44 46.468 6,85

Silo Laut 89,45 2,35 20.456 3,02

Kisaran Barat 32,96 0,87 55.969 8,26

Kisaran Timur 38,92 1,02 69.771 10,29

Total 3.799,39 100,00 677.876 100,00

Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

Dari mulai berdirinya Kabupaten Asahan pada tanggal 15 Maret 1946, hingga saat ini Kabupaten Asahan dipimpin oleh Bupati Asahan, yaitu:

1. Abdullah Eteng (15-3-1946 s/d 30-1-1954)

2. Rakutta Sembiring (1-2-1954 s/d 29-2-1960)

3. H. Abdul Aziz (1-3-1960 s/d 3-5-1960)

4. Usman J. S. (4-5-1960 s/d 10-5-1966)

5. H. A. Manan Simatupang (11-5-1966 s/d 31-1-1979)

6. Drs. Ibrahim Gani* (1-2-1979 s/d 2-3-1979)

7. DR. Bahmid Muhammad (2-3-1979 s/d 2-3-1984)

8. H. A. Rasyid Nasution, SH* (2-3-1984 s/d 17-3-1984)

9. A. Wahab Dalimunthe, SH* (17-3-1984 s/d 22-6-1989)

10.H. Zulfirman Siregar (22-6-1984 s/d 22-6-1989)

11.H. Rihold Sihotang periode I (22-6-1989 s/d 22-6-1994)

12.H. Rihold Sihotang periode II (22-6-1994 s/d Juli 1999)

13.Drs. H. Fachruddin Lubis* (Juli 1999 s/d 12-1-2000)

14.Drs. Hakimil Nasution* (12-1-2000 s/d 25-3-2000)


(38)

16.Ir. H. Syarifullah Harahap, MSi* (25-3-2005 s/d 8-8-2005)

17.Drs. H. Risuddin (8-8-2005 s/d 18-8-2010)

18.Drs. H. Taufan Gama Simatupang, MAP (19-8-2010 s/d sekarang)

(* Pelaksana Bupati)

2.2. Keadaan Geografi Kota Kisaran

Kota Kisaran yang merupakan ibukota Kabupaten Asahan adalah bagian dari kecamatan Kisaran Barat, yang terletak di bagian tengah kabupaten Asahan. Kota Kisaran

memiliki luas wilayah 71,88 Km2, dengan persentase luas wilayah 1,89 % dari total wilayah

Kabupaten Asahan. Secara geografis, kota Kisaran terletak di antara 900 11’ – 1000 30’ -360

22’LU dengan administrasi batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : kecamatan Meranti

Sebelah selatan : kecamatan Kisaran Barat

Sebelah barat : kecamatan Meranti

Sebelah timur : kecamatan Kisaran Timur

Wilayah Kota Kisaran bila ditinjau dari segi geografi fisik berada di dataran rendah. Bentuk permukaan lahannya bervariasi, dari permukaan datar dan bergelombang hingga berbukit. Kemiringan lahan di wilayah kota kisaran ini berada antara 0-5 % dibagian barat, 5-15 % di bagian timur dan selatan kecamatan, sedangkan perbukitan terdapat dibagian utama kota dan ketinggian dari atas permukaan laut berada di antara 100- 500 meter.

Kota Kisaran termasuk wilayah yang beriklim tropis dengan temperatur udara maksimum sebesar 38° C dan minimum 28° C. Kelembaban udara rata-rata sebesar 80%. Banyaknya curah hujan 1.980 mm pertahun, dan rata-rata sekitar 165 mm perbulan. Intensitas hujan yang terjadi di wilayah ini termasuk klasifikasi sedang. Musim penghujan terjadi antara bulan September sampai bulan Desember.


(39)

Kisaran sendiri merupakan sebuah kota yang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Tiap kecamatan terbagi ke dalam beberapa kelurahan. Kecamatan Kisaran Barat terdiri dari tiga belas kecamatan, yaitu :

1. Kelurahan Sei Renggas

2. Kelurahan Bunut

3. Kelurahan Bunut Barat

4. Kelurahan Sidomukti

5. Kelurahan Sidodadi

6. Kelurahan Dadimulyo

7. Kelurahan Kisaran Baru

8. Kelurahan Mekar Baru

9. Kelurahan Kisaran Barat

10. Kelurahan Tegal Sari

11. Kelurahan Sendang Sari

12. Kelurahan Kisaran Kota

13. Kelurahan Tebing Kisaran

Sedangkan Kecamatan Kisaran Timur terbagi ke dalam dua belas kelurahan yang di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Kisaran Timur

2. Kelurahan Teladan

3. Kelurahan Mutiara

4. Kelurahan Selawan

5. Kelurahan Siumbut-umbut


(40)

7. Kelurahan Gambir Baru

8. Kelurahan Karang Anyer

9. Kelurahan Lestari

10. Kelurahan Sentang

11. Kelurahan Kisaran Naga

12. Kelurahan Kedai Ledang

2.3. Kependudukan Di Kota Kisaran

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan pada tahun 2012, jumlah penduduk di Kota Kisaran mencapai 125.740, dengan pembagian wilayah penyebaran untuk Kecamatan Kisaran Barat sebesar 55.969 jiwa dan Kecamatan Kisaran Timur sebesar 69.771 jiwa. Jumlah keseluruhan dari total penduduk Kota Kisaran adalah sekitar 18,55 % dari total penduduk Kabupaten Asahan.

2.3.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran

Untuk estimasi perkiraan jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kota Kisaran, dapat dirincikan pada tabel berikut:

Kelompok Umur (dalam satuan tahun)

Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

0 – 4 5.293 7.081

5 – 9 5.060 6.732

10 – 14 5.562 7.042

15 – 19 5.719 7.354


(41)

25 – 29 4.691 5.761

30 – 34 4.401 5.512

35 – 39 3.897 4.982

40 – 44 3.711 4.714

45 – 49 3.468 4.166

50 – 54 3.052 3.458

55 – 59 2.347 2.597

60 – 64 1.416 1.576

65 + 2.518 2.654

Total 55.969 69.771

Tabel 2.2.1. Perkiraan Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Kisaran Sumber : Asahan Dalam Angka (2013)

2.4. Sarana Kesehatan

Secara keseluruhan, sarana kesehatan yang tersedia untuk penduduk Kabupaten Asahan sebetulnya masih bisa dikategorikan belum cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dari ketersediaan Rumah Sakit di daerah-daerah lain di Kabupaten Asahan, selain Kisaran. Dari data yang penulis peroleh, Kisaran dan Kecamatan Sei Dadap adalah satu-satunya daerah di Kabupaten Asahan yang memiliki bangunan Rumah Sakit. Kota Kisaran sendiri telah memiliki sebuah Rumah Sakit Umum dan sembilan Rumah Sakit Swasta.

Sarana Kesehatan/Tenaga Medis (Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan,

Dokter Spesialis, Apotek, dll)

Kisaran Barat

Kisaran Timur

RS Umum (Pemerintah) 1 -

RS Umum (Swasta) 6 3

Puskesmas 1 2


(42)

Klinik 2 4

Posyandu 73 81

Apotek Umum 12 5

Toko Obat 9 14

Dokter Umum 30 13

Dokter Gigi 6 3

Dokter Spesialis 19 -

Tenaga Bidan (Pemerintah) 62 70

Tenaga Bidan (Swasta) 52 17

Sumber : Asahan Dalam Angka (2013) 2.5. Agama dan Kepercayaan

Mayoritas penduduk di kota Kisaran adalah penganut agama Islam, dengan penyebaran terbanyak terdapat di Kecamatan Kisaran Timur dengan jumlah penganut yang mencapai 58.323 orang. Agama dengan penganut terbanyak kedua adalah Kristen Protestan, disusul Buddha, Kristen Katolik dan Hindu. Rincian selengkapnya akan disertakan dalam tabel berikut:

Agama Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

Islam 47.480 58.323

Kristen Protestan 4.043 9.246

Kristen Katolik 321 629

Buddha 4.052 1.552

Hindu 73 18

Khonghucu - 3

Jumlah 55.969 69.771


(43)

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya, Kisaran adalah daerah dengan penyebaran penganut agama Buddha terbesar di Kabupaten Asahan, dengan total penganut 5.604 orang.

Untuk kota yang tidak terlalu besar seukuran kota Kisaran, pembangunan rumah ibadah bisa dikatakan cukup merata. Bisa dilihat dari penyebarannya yang bisa kita temukan mulai dari tengah kota hingga pinggiran desa. Untuk perincian jumlah rumah ibadah di kota Kisaran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tipe Rumah Ibadah Kec. Kisaran Barat Kec. Kisaran Timur

Masjid 43 41

Musholla 57 61

Gereja Katolik 1 -

Gereja Protestan 10 30

Kuil - -

Vihara 2 -

Tabel 2.4.1. Jumlah Rumah Ibadah di Kota Kisaran

2.6. Penggunaan Lahan

Kota Kisaran dipandang sebagai suatu objek studi di mana di dalamnya terdapat berbagai macam lapisan masyarakat yang sangat kompleks yang telah mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan tersebut ternyata mengakibatkan terciptanya pola keteraturan penggunaan lahan.

Menurut Park (1936), masyarakat manusia terorganisir ke dalam 2 tingkat, yaitu:

a. Tingkat Natural. Pada Tingkat Natural proses-proses ekologis yang terjadipada

masyarakatmirip dengan apa yang terjadi pada kelompok tumbuh-tumbuhan dan binatang, yaitu:


(44)

i. membutuhkan tempat untuk tinggal

ii. mengembangkan keturunannya

iii. membutuhkan tempat untuk mencari makan

b. Tingkat Novel. Pada Tingkat Novel proses interaksi yang terjadi semakin kompleks

karena manusia tidak lagi hanya dipandang sebagai makhluk berbudaya dan beragama yang mempunyai kekuatan mencipta dan berkarya yang selalu berkembang baik dalam kaitannya antara hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya dan manusia dengan Tuhannya.

Dilihat dari kedua tingkat tersebut, sangat jelas terlihat pada wilayah kota Kisaran bahwasannya kelompok manusia yang ada selalu ingin berkembang dan membutuhkan lahan/tempat untuk perkembangannya.

Ditinjau dari pendekatan ekonomi untuk struktur ruang kota / struktur penggunaan lahan kota hal yang perlu mendapat perhatian adalah masalahtransportasi dan titik simpul (pertemuan beberapa jalur transportasi) dalam suatu sistem transportasi. Apabila wilayah kota mempunyai jaringan transportasi yang baik maka kota tersebut mempunyai peran yang cukup besar terhadap perkembangan kota.

Kemudian masalah penggunaan lahan perkotaan dapat kita lihat dengan jelas bahwasanya hanya orang-orang yang mampu menahan paling tinggilah yang dapat memiliki tempat yang diinginkan, dengan demikian orang yang tidak dapat menawar dengan tinggi maka akan tinggal lebih jauh dari pusat kota yang nilai lahannya lebih rendah namun biaya transportasinya mahal.

Pola penggunaan lahan di wilayah Kota Kisaran mencerminkan suatu cara penggunaan lahan yang cukup baik. Penggunaan lahan terbesar adalah perkebunan milik swasta yang terdiri dari perkebunan karet dan kelapa sawit seluas 2.255 Ha. Lahan perkebunan terluas terdapat di Kelurahan Sei Renggas dengan luas 750 Ha, dan perkebunan


(45)

hanya terdapat di 6 kelurahan, yaitu kelurahan Bunut, Bunut Barat, Sidomukti, Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas.

Penggunaan lahan yang cukup luas lainnya adalah untuk perumahan danpekarangan seluas 752 Ha. Penggunaan lahan terluas untuk perumahan dan pekarangan ini terdapat di kelurahan Dadimulyo dengan luas lahan 105 Ha, diikuti kelurahan Sidodadi seluas 79 Ha.Persawahan hanya terdapat di tiga kelurahan yaitu kelurahan Sidodadi, Dadimulyo dan Sei Renggas, dengan masing-masing luas 25 Ha, 20 Ha dan 10 Ha. Sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah rawa-rawa seluas 34 Ha yang terdapat di lima kelurahan. Untuk penggunaan lahan lainnya yang berupa badan jalan, jalan kereta api dan lainnya dengan luas lahan 250 Ha.

2.7. Pekerja Sektor Informal di Kota Kisaran

Pekerja sektor informal yang diamati dalam penelitian ini adalah pekerja sektor informal yang berada di Diponegoro, jalan Sutomo (jalan Listrik), depan Stasiun Kereta Api Kisaran, Simpang Enam dan di sekitar tugu Adipura kota Kisaran. Di mana pola ruang aktivitas pedagang sektor informal sangat dipengaruhi oleh aktivitas sektor formal dalam menjaring konsumennya. Lokasi pekerja sektor informal sangat dipengaruhi oleh hubungan langsung dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan formal dan kegiatan informal atau hubungan pekerja sektor informal dengan konsumennya. Untuk dapat mengenali penataan ruang kegiatan pekerja sektor informal, maka harus mengenal aktivitas pekerja sektor informal melalui pola penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang dan jenis dagangan serta sarana berdagang.


(46)

Komponen penataan ruang sektor informal, antara lain meliputi : 1. Lokasi

Penentuan lokasi yang diminati oleh sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sebagai berikut :

a) Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan bersama-sama pada waktu yang

relatif sama, sepanjang hari.

b) Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat-pusat kegiatan perekonomi kota

dan pusat non ekonomi perkotaan, tetapi sering dikunjungi dalam jumlah besar

c) Mempunyai kemudahan untuk terjadi hubungan antara pedagang sektor informal

dengan calon pembeli, walaupun dilakukan dalam ruang relatif sempit

d) Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.

e) Pekerja sektor informal beraglomerasi pada simpul-simpul pada jalur pejalan yang

lebar dan tempat-tempat yang sering dikunjungi orang dalam jumlah besar yang dekat dengan pasar publik, terminal, daerah komersial.

2. Waktu berdagang

Pola aktivitas pekerja sektor informal menyesuaikan terhadap irama dari ciri kehidupan masyarakat sehari-hari. Penentuan periode waktu kegiatan pekerja sektor informal didasarkan pula atau sesuai dengan perilaku kegiatan formal. Dimana perilaku kegiatan keduanya cenderung sejalan, walaupun pada saat tertentu kaitan aktivitas keduanya lemah atau tidak ada hubungan langsung antara keduanya.

3. Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan

Sarana fisik perdagangan dan jenis dagangan pekerja sektor informal sangat dipengaruhi oleh sifat pelayanan. Jenis Dagangan:


(47)

a) Makanan dan minuman, terdiri dari pedagang yang berjualan makanan dan minuman yang telah dimasak dan langsung disajikan di tempat maupun dibawa pulang. Penyebaran fisik pekerja sektor informal ini biasanya mengelompok dan homogen dengan kelompok mereka. Lokasi penyebarannya di tempat-tempat strategis seperti di perdagangan, perkantoran, tempat rekreasi/hiburan, sekolah, ruang terbuka/taman, persimpangan jalan utama menuju perumahan/di ujung jalan tempat keramaian.

b) Pakaian/tekstil/mainan anak/kelontong, pola pengelompokan komoditas ini cenderung

berbaur aneka ragam dengan komoditas lain. Pola penyebarannya sama dengan pola penyebaran pada makanan dan minuman.

c) Buah-buahan, jenis buah yang diperdagangkan berupa buah-buah segar. Komoditas

perdagangkan cenderung berubah-ubah sesuai dengan musim buah. Pengelompokan komoditas cenderung berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola sebarannya berlokasi pada pusat keramaian.

d) Rokok/obat-obatan, biasanya pedagang yang menjual rokok juga berjualan makanan

ringan, obat, permen. Jenis komoditas ini cenderung menetap. Lokasi sebarannya di pusat-pusat keramaian atau dekat dengan kegiatan-kegiatan sektor formal.

e) Barang cetakan, jenis dagangan adalah majalah, koran, dan buku bacaan. Pola

pengelompokkannya berbaur dengan jenis komoditas lainnya. Pola penyebarannya pada lokasi strategis di pusat-pusat keramaian. Jenis komoditas yang diperdagangkan relatif tetap.

f) Jasa perorangan, terdiri dari tukang membuat kunci, reparasi jam, tukang

gravier/stempel/cap, tukang pembuat pigura. Pola penyebarannya pada lokasi pusat pertokoan. Pola pengelompokannya membaur dengan komoditas lainnya.


(48)

Sarana fisik perdagangan sektor informal dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) Pikulan/Keranjang, bentuk sarana ini digunakan oleh para pedagang yang keliling

(mobile hawkers) atau semi menetap (semi static). Bentuk ini dimaksudkan agar barang dagangan mudah untuk dibawa berpindah-pindah tempat.

b) Gelaran/alas, pedagang menjajakan barang dagangannya di atas kain, tikar, dan

lain-lain. Bentuk sarana ini dikategorikan yang semi menetap.

c) Jongko/meja, bentuk sarana berdagang yang menggunakan meja/jongko dan beratap

atau tidak beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap.

d) Gerobak/kereta dorong, bentuk sarana terdapat dua jenis, yaitu beratap dan tidak

beratap. Sarana ini dikategorikan jenis yang menetap dan tidak menetap. Biasanya untuk menjajakan makanan, minuman dan rokok. Warung semi permanen, terdiri dari beberapa gerobak yang diatur bereret yang dilengkapi dengan meja dan bangku-bangku panjang. Bentuk sarana ini beratap dari bahan terpal atau plastik yang tidak tembus air. pekerja sektor informal bentuk sarana ini dikategorikan menetap dan biasanya berjualan makanan dan minuman.

e) Kios, pedagang yang menggunakan bentuk sarana ini dikategorikan pedagang yang

menetap, karena secara fisik jenis ini tidak dapat dipindahkan. Biasanya merupakan bangunan semi permanen yang dibuat dari papan.


(49)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Penyajian data hasil penelitian dilakukan dengan berupa tabulasi tunggal yang menjelaskan karakteristik responden dan deskripsi jawaban responden. Di samping itu, Tabulasi Silang digunakan untuk melihat kecenderungan arah sebuah variabel terhadap variabel lainnya, dalam hal ini variabel pemahaman politik terhadap kesadaran politik. Terakhir dilakukan uji hipotesa dengan menggunakan korelasi Spearman.

3.1. Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi atas lima bagian, yaitu: umur, jenis kelamin, status pernikahan, dan latar belakang pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut:

UMUR FREKUENSI PERSENTASE

< 20 THN 6 6

20 - 30 THN 29 29

31 - 40 THN 31 31

41 - 50 THN 24 24

> 50 THN 10 10

TOTAL 100 100

TABEL 3.1 K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN UMUR

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 31 persen, dan minoritas berusia di bawah 20 tahun sebanyak 6 persen. Hasil ini juga berarti bahwa pekerja sektor informal di kota Kisaran adalah berada pada usia menengah (30 – 40 tahun) dan ini juga menunjukkan bahwa mereka merupakan pekerja sektor informal yang sudah cukup lama bekerja pada bidangnya masing masing, dan hasil bekerja di sektor


(50)

informal ini cukup untuk membiayai kehidupan diri sendiri maupun keluarga atau tanggungan si pekerja itu sendiri.

Karakteristik responden berikutnya adalah jenis kelamin, seperti terlihat pada Tabel 3.2. dibawah ini.

JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSENTASE

PRIA 27 27

WANITA 73 73

TOTAL 100 100

TABEL 3.2 K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

Mayoritas atau 73 persen pekerja sektor informal di kota Kisaran adalah wanita. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya bekerja di sektor informal bukan merupakan mata pencaharian utama si pekerja, melainkan hanya berupa tambahan penghasilan keluarga, atau hal ini juga berarti bahwa bekerja di sektor informal merupakan pekerjaan utama bagi keluarga yang diakibatkan suami atau kepala keluarga sudah tidak ada ataupun sudah bercerai.

Karakteristik berikutnya adalah berdasarkan status pernikahan, seperti tersaji pada Tabel 3.3. dibawah ini.

STATUS FREKUENSI PERSENTASE

MENIKAH 33 33

TIDAK MENIKAH 21 21

CERAI 46 46

TOTAL 100 100

TABEL 3.3. K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN STATUS PERNIKAHAN

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

Mayoritas responden penelitian memiliki status cerai sebanyak 46 persen, hasil ini sangat mendukung dengan karakteristik responden pada Tabel 3.2. dimana para wanita yang


(51)

bekerja pada sektor informal di kota Kisaran yang merupakan wanita disebabkan para wanita ini harus menghidupi dirinya dan anggota keluarganya.

Berikutnya karakteristik responden adalah berdasarkan tingkat pendidikan, seperti tersaji pada Tabel 3.4. dibawah ini.

PENDIDIKAN FREKUENSI PERSENTASE

TIDAK SEKOLAH 8 8

SD 19 19

SMP 22 22

SMA 34 34

SARJANA 17 17

TOTAL 100 100

TABEL 3.4 K ARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

Sumber: Kuesioner Penelitian 2013

Mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 34 persen, ini berarti walaupun responden memiki ijazah sekolah menengah tidak dapat menembus pekerjaan di sektor formal yang tersedia di kota Kisaran, atau responden mulai bekerja pada usia yang telah melewati batas usia normal dalam perekrutan tenaga kerja di sektor formal.

3.2. Analisis Jawaban Responden Atas Kuesioner Penelitian

Kuesioner penelitian yang dibagikan oleh peneliti bersifat kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang hanya memberikan pilihan jawaban kepada responden tanpa ada kolom khusus bagi responden untuk menjelaskan jawaban pilihan yang diberikannya.

Kuesioner penelitian terdiri dari dua variabel penelitian, yaitu:

1. Variabel Bebas, yaitu Pemahaman Politik, dalam variabel ini terdiri dari enam buah item

pernyataan.

2. Variabel Terikat, yaitu Kesadaran Politik, dalam variabel ini terdiri dari lima buah item


(52)

Hasil jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6. dibawah ini.

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari

politik masyarakat 11 11 14 14 47 47 28 28

2 Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari

demokr asi terpimpin 36 36 32 32 19 19 13 13

3 Partai politik sangat diperlukan dalam kehidupan bernegara

kita 16 16 21 21 37 37 26 26

4

Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti pemilihan umum wajib untuk mengikuti pemilihan gubernur 2013

15 15 21 21 54 54 10 10

5 Azas pemilu ialah Langsung, Umum, Bebas, da n Rahasia 21 21 11 11 43 43 25 25

6 Pemilihan Gubernur 2013 tidak harus dilakukan secara

langsung oleh rakyat cukup DPRD saja yang memilih 41 41 32 32 21 21 6 6

Sumber: Hasil Kuesioner Penelitian 2013

No Pernyataan

Jawaban Tabel 3.5. Deskripsi Jawaban Responden atas Variabel Pemahaman Politik

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju

Hasil jawaban responden untuk variabel Pemahaman politik disajikan pada Tabel 3.5. dan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pernyataan tentang Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari politik

masyarakat, jawaban responden sangat tidak setuju 11 persen, tidak setuju 14 persen, setuju 47 persen, sangat setuju 28 persen, dan mayoritas responden memilih jawaban setuju.

2. Pernyataan tentang Pemilihan Gubernur 2013 merupakan perwujudan dari demokrasi

terpimpin, jawaban responden sangat tidak setuju 36 persen, tidak setuju 32 persen, setuju 19 persen, sangat setuju 13 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah sangat tidak setuju.

3. Pernyataan tentang Partai Politik sangat diperlukan dalam kehidupan bernegara kita,

jawaban responden sangat tidak setuju 16 persen, tidak setuju 21 persen, setuju 37 persen, sangat setuju 26 persen, dan mayoritas jawaban responden adalah setuju.

4. Pernyataan tentang Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat untuk mengikuti


(1)

19 2 2 3 3 2 12

20 2 2 3 3 2 12

21 2 2 1 1 1 7

22 2 2 1 2 1 8

23 2 2 1 2 1 8

24 2 2 1 2 1 8

25 2 2 1 2 1 8

26 4 4 4 4 4 20

27 4 4 4 4 4 20

28 1 1 1 4 4 11

29 1 1 1 4 4 11

30 1 1 1 2 2 7

31 1 1 1 2 2 7

32 1 1 1 2 2 7

33 1 1 1 2 2 7

34 3 3 2 2 2 12

35 3 3 2 2 2 12

36 3 3 2 2 2 12

37 3 3 2 2 2 12

38 3 3 2 2 2 12

39 3 3 2 2 2 12

40 3 3 2 2 2 12

41 3 3 2 2 2 12

42 3 3 2 2 2 12

43 3 3 2 2 2 12


(2)

45 3 3 2 2 2 12

46 3 3 2 2 2 12

47 3 3 2 2 2 12

48 3 3 2 2 2 12

49 3 3 2 3 2 13

50 3 3 2 3 2 13

51 3 3 2 3 2 13

52 3 3 3 3 2 14

53 3 3 3 3 3 15

54 3 3 3 3 3 15

55 3 3 3 3 3 15

56 3 3 3 3 3 15

57 3 3 3 3 3 15

58 3 3 3 3 3 15

59 3 3 3 3 3 15

60 3 3 3 3 3 15

61 3 3 3 3 3 15

62 3 3 3 3 3 15

63 3 3 3 3 3 15

64 3 3 1 1 1 9

65 3 3 1 1 1 9

66 3 3 3 3 3 15

67 1 1 1 1 1 5

68 1 1 1 1 1 5

69 1 4 3 3 1 12


(3)

71 1 1 3 3 3 11

72 1 1 1 1 1 5

73 1 4 3 3 1 12

74 1 4 3 3 1 12

75 4 1 1 1 3 10

76 4 1 1 1 3 10

77 4 4 3 4 3 18

78 4 4 3 4 3 18

79 4 4 3 4 3 18

80 4 4 3 4 3 18

81 4 4 4 4 4 20

82 4 4 4 4 4 20

83 4 4 4 4 4 20

84 4 4 3 3 3 17

85 4 1 1 1 3 10

86 4 1 1 1 3 10

87 1 4 3 3 1 12

88 1 1 1 1 1 5

89 4 4 4 4 4 20

90 4 4 4 4 4 20

91 4 4 4 4 4 20

92 4 4 4 4 4 20

93 4 4 4 4 4 20

94 4 4 4 4 4 20

95 4 2 2 1 2 11


(4)

97 2 2 1 2 1 8

98 4 4 4 4 1 17

99 4 4 4 4 2 18

100 3 3 2 2 2 12


(5)

(6)