Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan TIMUR

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Mendapatkan penerimaan Negara merupakan hal yang paling utama walaupun belum satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir - akhir ini sebelum reformasi perpajakan 1999 -2009 telah banyak terpengaruh oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan ekonomi dan sosial sambil meningkatkan pemerataan hukum pajak keseluruhan lapisan masyarakat. Demikian juga untuk tujuan pemulihan kehidupan ekonomi untuk bangkit dan mengentaskan diri dkrisis moneter tentu memerlukan suatu pengorbanan penerimaan pajak yang bertolak belakang dengan keinginan manambah penerimaan pajak. Sebagai mana diketahu ibahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga sumber penerimaan yang menjadi pokokan dalam yaitu:

a. Penerimaan dari sektor Pajak b. Penerimaan dari sektor Migas c. Penerimaan dari sektor bukan Pajak

Dari ketiga sumber penerimaan diatas penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan salah satu sumber penerimaan yang paling besar.Dari tahun ketahun kita dapat melihat bahwa penerimaan dari sector pajak ini terus meningkat dan memberian dil yang besar bagi penerimaan Negara.Penerimaan dari sektor pajak sering dikatakan


(2)

primadona dalam membiayai pembangunan nasional.Sedangkan dari sektor Migas, yang dahulu menjadi andalan penerimaan Negara, sekarang ini sudah tidak biasa diandalkan lagi sebagai sumber keuangan Negara yang terus menerus, karena sifatnya yang tidak dapat di perbaharui.Penerimaan pada sewaktu waktu dapat habis, sedangkan dari pajak selalu dapat diperbaharui, yaitu sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu sendiri.Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur saja masih terdapat wajib pajak yang belum melaksanakan pelunasan pajak terutangnya.Dari catatan yang disajikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur saja masih terdapat beberapa wajib pajak yang masi dalam sengketa perpajakan, salah satunya adalah penyitaan barang-barang wajib pajak. Dalam melakukan penyitaan terkadang petugas mengalami kesulitan dengan wajib pajak yang tidak menerima atas barang-barangnya yang akan disita oleh juru sita pajak, sehingga terjadi upaya hukum yang tidak sesuai dengan penyelesaian sengketa pajak. Maka itu diperlukan peningkatan kewaspadaan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak, seperti menghilangkan, mengalihkan dan atau menyembunyikan barang-barang yang akan disita. Maka dari itu tugas akhir ini akan menganalisa pelaksanaan penyitaan terhadap barang sitaan sesuai dengan prosedur ketentuan per Undang-undangan. Menjelaskan batasan-batasan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya, sehingga tugas akhir ini diberi judul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur.”


(3)

B. Tujuan Dan Manfaat PKLM

1. Tujuan PKLM

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri maupun pihak universitas, atau pihak instansi pemerintah yang dalam hal ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :

1.1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam proses penyitaan.

1.2. Agar mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan masyarakat umum dapat mengerti dan memahami dari system penyitaan atas barang-barang sitaan milik wajib pajak atau penaggung pajak.

1.3. Agar dapat mengetahui prosedur pelaksanaan penyitaan, sehingga wajib pajak terhindar dari kekecewaan. Untuk mengetahui tentang kendala-kendala yang terjadi didalam proses penagihan pajak.


(4)

2. Manfaat PKLM

2.1. Bagi Mahasiswa:

a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai proses pelaksanaan penyitaan.

b. Memberikan bekal pengalaman kerja kepada setiap mahasiswa.

c. Guna meningkatkan frekuensi komunikasi antara penulis dengan fiskus pada Kantor Pelayanan Pajak khususnya KPP Pratama Medan Timur.

2.2. Bagi Universitas:

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Diploma III dengan instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

b. Memperluas wawasan serta memantapkan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khusunya di bidang perpajakan.

2.3. Bagi Instansi/Kantor Pelayanan Pajak

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan lembaga pendidikan khusunya Universitas Sumatera Utara.

b. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bagi mahasiswa dituntut kontribusinya terhadap instansi baik itu saran maupun kritikan yang


(5)

bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan tersebut.

C. Uraian Teoritis PKLM

1. Definisi Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarka undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, wajib pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan perpajakan ditentukan utuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Fungsi Pajak ada dua yaitu :

1. Fungsi Budgeteir (sumber keuangan Negara), artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.


(6)

2. Fungsi Regulerrande (mengatur), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu dibidang keuangan. (Siti Resmi, 2011).

2. Defisini Penagihan Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penangung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan Surat Paksa, menguslkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adapun yang menjadi dasar penagihan pajak adalah Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan pajak Kurang Bayar Tambahan(SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan peninjauan kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus di bayar bertambah.

Pada dasarnya proses penagihan pajak melibatkan unsur-unsur yang mempuyai arti penting,yaitu :


(7)

2.1. Utang pajak, yaitu besarnya utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak ditambah dengan biaya penagihan sebagai dasar melakukan penagihan pajak.

2.2.Serangkaian tindakan sesuai jadwal waktu yang benar, yaitu penerbitan Surat Teguran, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, sampai dengan pelaksanaan lelang.

2.3.Aparat Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Jurusita Pajak yang telah memenuhi syarat untuk melakukan penagihan pajak.

2.4.Penanggung pajak yang mempunyai kewajiban melunasi utang pajak. 2.5.Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu UU KUP 1984 dan UU

PPSP serta peraturan pelaksana.

3. Jurusita Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, disebutkan bahwa Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat, dan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota untuk penagihan pajak


(8)

daerah.Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562/KMK.04/2000 tentang syarat-syarat pengangkatan dan pemberhentian jurusita pajak syarat-syarat untuk menjadi jurusita pajak adalah sebagai berikut :

1. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau Sederajat.

2. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan IIa. 3. Berbadan sehat.

4. Lulus pendidikan dan latihan jurusita pajak. 5. Jujur bertanggung jawab dan penuh pengabdian. Adapun wewenang Jurusita Pajak adalah :

1. Jurusita pajak menjalankan tugas di wilayah kerja Pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan pasal 5 ayat 5 UU PPSP.

2. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 5 ayat 4 UU PPSP, dalam melaksanakan tugas, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah Setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. 3. Jurusita Pajak berwenang untuk memasuki dan memeriksa semua ruangan

untuk menemukan objek sita ditempat usaha dan melakukan penyitaan ditempat kedudukan, di tempat tinggal penganggung pajak atau ditempat


(9)

lain yang dapat diduga tempat penyimpanan objek sita dalam melakukan penyitaan.

Tugas Jurusita Pajak sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 dan UU PPSP adalah : a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus. b. Memberitahukan Surat Paksa.

c. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan Surat Perintah melaksanakan penyitaan.

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Sebagaimana Surat Pengangkatan Tugas diterbitkan ketika Jurusita Pajak diangkat, maka Surat Keputusan Pencabutan atau Pemberhentian juga diterbitkan ketika Jurusita Pajak diberhentikan.

Adapun Jurusita Pajak dapat diberhentikan apabila : a. Meninggal dunia,

b. Pensiunan,

c. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya,

d. Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas, e. Melakukan perbuatan tercela,

f. Melanggar sumpah atau janji jurusita pajak, dan g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.


(10)

Dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Jurusita Pajak adalah pelaksana penagihan pajak yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan penagihan sesuai dengan Surat Perintah yang diterbitkan oleh Pejabat.

4. Dasar Hukum Penagihan Pajak

4.1.Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan.

4.2.Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan surat paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Selanjutnya disebut pula UU PPSP).

4.3.Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

4.4.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/KMK.04.2000 tentang Syarat-syarat pengangkutan dan Pemberhentian Jurusit Pajak.


(11)

4.5.Peraturan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus dan Penagihan pajak dengan Surat paksa.

4.6.Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor 62/PJ./2001 tentang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta kekayaan penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan surat Paksa.

5. Penyitaan Pajak

Menurut Undang- Undang Penagihan Pajak pada Undang-Undang nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, menyebutkan’’Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh juru sita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan per Undang-Undangan’’. Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. Penyitaan di lakukan oleh juru sita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2(dua) orang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat dipercaya.

Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dan penanggung pajak.Oleh karena itu penyitaan dapat dilaksanakan terhadap


(12)

semua penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x 24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggung pajak / WP tetap tidak melunasi utang pajak sebagai tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal ini penyitaan WP / penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajiban membayar/melunasi pajak terutang atau kurang bayar.

D. Ruang Lingkup PKLM

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung jawab melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau meningkatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan, kecuali untuk asset-asset sitaan berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, obligasi, saham, atau surat bergarga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain. Dalam tugas akhir ini ruang lingkup yang akan dibahas penulis adalah:

1. Jenis barang yang dapat disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskus atau aparatur pajak melalui juru sita pajak.


(13)

3. Prosedur penyitaan sesuai undang-undang pajak yang berlaku. 4. Pelaksanaan penyitaan terhadap barang-barang sittan.

E. Metodelogi PKLM

1 . Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti : pengajuan judul, penentuan judul, menyusun proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat ijin ke lokasi PKLM.

2 .Studi Literatur

Yaitu Kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literature, Peraturan Per undang-undangan Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat kabar, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan PKLM.

3 .Studi Literatur

Yaitu Kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti PKLM pada Kantor Pelayanan Pajak serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.


(14)

4 .Pengumpulan Data

Yaitu Kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari a) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok focus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh peniliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

5 .Analisis dan Evaluasi

Yaitu Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak.


(15)

F. Metode Interview (wawancara)

1. Metode Interview (wawancara)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM

2. Metode Observasi (pengamatan)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung mau pun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.


(16)

G. SistematikaPenulisan

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II: GambaranUmum Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III : Pembahasan Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanaan Pajak Pratama Medan Timur

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur dan tata cara pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(17)

BAB IV : Analisis Dan Evaluasi

Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V :Kesimpulan Dan Saran

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.


(1)

semua penanggung pajak. Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x 24 jam sebagaimana dimaksud dalam surat paksa. Artinya apabila penanggung pajak / WP tetap tidak melunasi utang pajak sebagai tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat dilaksanakan. Dalam hal ini penyitaan WP / penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajiban membayar/melunasi pajak terutang atau kurang bayar.

D. Ruang Lingkup PKLM

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung jawab melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau meningkatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita biasanya dilakukan melalui pelelangan, kecuali untuk asset-asset sitaan berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, obligasi, saham, atau surat bergarga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain. Dalam tugas akhir ini ruang lingkup yang akan dibahas penulis adalah:

1. Jenis barang yang dapat disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskus atau aparatur pajak melalui juru sita pajak.


(2)

3. Prosedur penyitaan sesuai undang-undang pajak yang berlaku. 4. Pelaksanaan penyitaan terhadap barang-barang sittan.

E. Metodelogi PKLM

1 . Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti : pengajuan judul, penentuan judul, menyusun proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat ijin ke lokasi PKLM.

2 .Studi Literatur

Yaitu Kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literature, Peraturan Per undang-undangan Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat kabar, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan PKLM.

3 .Studi Literatur

Yaitu Kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti PKLM pada Kantor Pelayanan Pajak serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.


(3)

4 .Pengumpulan Data

Yaitu Kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari a) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok focus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh peniliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

5 .Analisis dan Evaluasi

Yaitu Kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan yang timbul di Kantor Pelayanan Pajak.


(4)

F. Metode Interview (wawancara)

1. Metode Interview (wawancara)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM

2. Metode Observasi (pengamatan)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung mau pun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.


(5)

G. SistematikaPenulisan

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II: GambaranUmum Kantor PelayananPajakPratama Medan Timur

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III : Pembahasan Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanaan Pajak Pratama Medan Timur

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur dan tata cara pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(6)

BAB IV : Analisis Dan Evaluasi

Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V :Kesimpulan Dan Saran

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.