2-sertifikat pemateri, ucapan terimakasih dan materi Training artikel 2015

ARTIKEL ILMIAH
Makalah disampaikan dalam Training Penulisan Artikel Ilmiah
(Juni 2015)

Oleh:
Pipit Utami (NIP 19880422 201404 2 001)

Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
2015

“Apakah alasan penulisan artikel ilmiah?”
Terdapat beberapa hal yang mendasari seseorang menulis artikel
ilmiah. Secara umum, artikel ilmiah ditulis untuk mempublikasikan hasil
buah pemikiran seorang cendekiawan/peneliti/pemikir dari sebuah topik
permasalahan. Diharapkan, publikasi dilakukan atas kebaruan (novelty)
dari sebuah karya. Pada artikel ilmiah diperlukan serangkaian analisis
kajian dan atau pembuktian/pengembangan karya melalui penelitian/
pengabdian. Berikut ini terdapat beberapa latar belakang seseorang
menulis artikel ilmiah:
1. Mempublikasikan hasil temuan yang bermanfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan khasanah ilmu
pengetahuan, wawasan dan hal lain yang bersifat novelty. Kebaruan
hasil

penelitian

perlu

ditindaklanjuti,

salah

satunya

dengan

mendiseminasikannya. Publikasi artikel ilmiah pada jurnal ilmiah yang
sebidang merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan. Dengan
melakukan publikasi artikel ilmiah, maka kemanfaatan hasil penelitian
dan kebaruannya akan dapat diketahui dan bahkan dimanfaatkan atau

ditindaklanjuti. Mempublikasikan hasil temuan dalam bentuk artikel
ilmiah akan menunjukkan siapa yang pertama “memiliki” suatu hasil
temuan.

Hal tersebut perlu dilakukan, karena tidak jarang orang

mendapatkn hasil temuan yang tidak berbeda dan secara ilmiah hasil
temuan pada artikel ilmiah yang pertama dipublikasikan yang menjadi
rujukan.
Adanya publikasi artikel ilmiah akan menunjukkan eksistensi
seseorang dalam bidang ilmu tertentu. Bukti kebermanfaatan suatu
hasil penelitian adalah dengan adanya kutipan (sitasi) hasil temuan
pada artikel ilmiah yang dimiliki seseorang oleh oranglain. Semakin
banyak artikel ilmiah seseorang dikutip menunjukan semakin tingginya
kebermanfaatan hasil temuan. Semakin tinggi jumlah publikasi
seseorang akan berpeluang artikel ilmiah seseorang tersebut dikutip

oleh peneliti lain. Dengan demikian hasil temuan seseorang akan
menjadi rujukan peneliti lain dan secara tidak langsung dapat
meningkatkan eksistensi dosen secara khusus pada lingkup bidang

ilmu yang sama. Publikasi ilmiah secara konsisten pada lingkup ilmu
tertentu merupakan salah satu trik agar eksistensi ilmiah seorang
cendekiawan semakin tinggi (sitasi artikel tinggi).
Saat ini di era globalisasi, pengaruh teknologi sangat berpengaruh
khususnya pada publikasi ilmiah. Jumlah artikel ilmiah yang dikutip
akan dapat diketahui melalui alat pengindeks tertentu, misalnya google
scholar, scopus dan masih banyak lainnya. Dilain pihak, penulis harus
ekstra cermat dan teliti terkait plagiasi. Ada baiknya penulis melakukan
pemeriksaan

plagiasi

menggunakan

software

tertentu

untuk


memastikan tulisannya tidak duplikasi atau terindikasi plagiasi. Plagiasi
dapat terjadi selain karena faktor kesengajaan (secara sadar) atau
karena adanya faktor ketidaktahuan. Faktor ketidaktahuan yang
dimaksud adalah tidak tahu ada hasil serupa dan atau cara pengutipan
yang kurang tepat. Oleh karena itu penulis harus memahami etika
ilmiah dalam penulisan artikel ilmiah.
2. Salah satu syarat hibah penelitian/pengabdian tertentu
Setelah seseorang melakukan penelitian atau pengabdian, artikel
ilmiah dapat dijadikan sebagai bukti strategis pelaksanaan kegiatan
tersebut. Dikatakan strategis dikarenakan publikasi ilmiah sebagai
salah satu bukti pelaksanaan penelitian/pengabdian tertentu dan untuk
mempublikasikan hasil temuan. Hal tersebut dikarenakan bukti laporan
tidak dipublikasikan sehingga bukti administrasi pelaksanaan hibah
penelitian/pengabdian tertentu harus berupa publikasi artikel ilmiah.
Dilain pihak publikasi artikel ilmiah mengandung makna bahwa hasil
temuan haris dipublikasikan agar dapat diakses oleh orang lain, baik
untuk ditindaklanjuti maupun sebagai kajian pendukung. Hal lain terkait
administrasi

hibah


penelitian/pengabdian

adalah

artikel

ilmiah

merupakan salah satu syarat agar proposal diterima dan atau dapat

diperhitungkan kembali keberterimaan suatu proposal pada skim
penelitian diwaktu selanjutnya. Oleh karena itu dapat dinyatakan
bahwa artikel ilmiah dalam administrasi hibah penelitian/pengabdian
tertentu berperan ganda yaitu syarat diterimanya proposal dan syarat
penyelesaian administrasi pelaporan.
3. Salah satu persyaratan kenaikan jabatan atau untuk mempertahankan
jabatan tertentu
Artikel ilmiah yang dipublikasikan merupakan salah satu syarat
kenaikan jabatan atau untuk mempertahankan jabatan tertentu bagi

guru dan dosen. Bagi dosen, secara implisit sebagai bagian dari
tridharma perguruan tinggi terkait bidang penelitian yaitu dengan
mempublikasikan

hasil

penelitian.

Peraturan

Menteri

Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional guru dan Angka Kredit.
Peraturan ini menjelaskan bahwa terdapat tambahan penilaian pada
unsur

pengembangan


pengembangan

diri,

keprofesian
publikasi

berkelanjutan
ilmiah

dan

yang

meliputi:

karya

inovatif.


Permenegpan-RB ini diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2013,
berdasarkan Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru. Pada peraturan
sebelumnya, guru dapat mencapai golongan IV/a dengan relatif
“mudah” karena mereka dapat mengumpulkan kredit yang cukup untuk
naik pangkat sekali dalam dua tahun tanpa membuat karya tulis ilmiah.
Sedangkan untuk naik ke golongan IV/b mengalami “kecanggungan”
karena dihadapkan dengan persyaratan 12 angka kredit dari sub unsur
publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Dalam Permendiknas Nomor
35 Tahun 2010, bagi guru golognan III/b yang ingin naik ke golongan
III/c sudah diwajibkan memenuhi jumlah angka kredit minimal 4
(empat) dari subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Adanya
aturan yang jelas terkait keharusan publikasi artikel ilmiah baik bagi

dosen maupun guru menunjukan urgensi pemahaman penyusunan
artikel ilmiah.
4. Salah satu syarat lulus pendidikan tinggi
Lulusan pendidikan tinggi diharapkan dapat berkomunikasi ilmiah,
salah satunya ditunjukkan dengan kemampuan menulis karya ilmiah.

Terdapat banyak upaya pengembangan kemampuan tersebut melalui
perlombaan karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa. Meskipun demikian
hal tersebut hanya diikuti mahasiswa yang memiliki “passion” dalam
penulisan. Dilain pihak jumlah karya tulis yang semakin banyak
merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, dimana
Indonesia saat ini termasuk negara dengan produktivitas menulis yang
belum tinggi. Oleh karena itu, adanya kewajiban mempublikasikan
artikel ilmiah bagi lulusan pendidikan tinggi dapat secara nyata
menjadikan mahasiswa mampu berkomunikasi ilmiah sekaligus
meningkatkan produktivitas publikasi artikel ilmiah.
Terdapat surat Dirjen Dikti yang menyuratkan bahwa jumlah karya
ilmiah dari perguruan tinggi Indonesia sekitar sepertujuh dari Malaysia
(surat edaran No. 152/E/T/2012 tanggal 27 Januari 2012). Oleh karena
itu, terdapat keharusan melakukan publikasi karya ilmiah untuk
program S1/S2/S3 sebagai salah satu syarat kelulusan, yang berlaku
terhitung mulai kelulusan setelah Agustus 2012:
a. Untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang
terbit pada jurnal ilmiah
b. Untuk lulus program Magister harus telah menghasilkan makalah
yang


terbit

pada

jurnal

ilmiah

nasional

diutamakan

yang

terakreditasi Dikti
c. Untuk lulus program

Doktor harus telah menghasilkan makalah


yang diterima untuk terbit pada jurnal Internasional.

Bagaimana memunculkan gairan menulis artikel ilmiah?
Hal pertama yang perlu “dikristalisasi” oleh penulis artikel ilmiah
adalah dengan “menghilangkan” kendala-kendala penulisan. Kendalakendala tersebut diantaranya keterbatasan waktu, padatnya aktivitas
agenda

dan

tuntutan

pekerjaan,

tidak

adanya

kebutuhan

naik

pangkat/jabatan (“mandeknya” keinginan naik pangkat), takut plagiasi,
mengutamakan bidang pengajaran, kurangnya pengalaman menulis
ilmiah, tidak mendapatkan hibah/skim penelitian dan lain sebagainya.
Dilain pihak penulis perlu mengkristalisasi manfaat “menulis artikel ilmiah”.
Manfaat-manfaat tersebut diantaranya, eksistensi ilmiah, diseminasi hasil
temuan, kenaikan pangkat/jabatan, kelulusan studi perguruan tinggi,
mendapatkan hibah peneltin tertentu, berkontribusi secara ilmiah dalam
bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya. Selain itu, penulis perlu
memahami
sistematika

ciri-ciri

artikel

penulisan/

ilmiah,

gaya

diantaranya:

selingkung

(a)

khas

menggunakan
merujuk

pada

jurnal/prosiding yang dituju; (b) menggunakan metode ilmiah untuk
memperoleh konten materi pada artikel; (c) merujuk pada laporan hasil
penelitian dan diutamakan berupa data empiris; (d) bersifat orisinil dan
terdapat

unsur

novelty

(menyajikan

temuan

terbaru

atau

menyempurnakan temuan yang sudah ada); (e) mengandung informasi
yang padat dan komprehensif dengan penyusunan kta yang efektif dan
efisien.
Melalui “membaca”, ide penulisan artikel ilmiah dapat diperoleh.
Membaca akan merangsang peneliti untuk berfikir secara mendalam dari
pemerolehan wawasan baru dan memberikan pijakan berfikir mengenai
penelitian yang akan dilakukan. Membaca yang dimaksud adalah
membaca kajian primer berupa artikel ilmiah terbaru dari jurnal-jurnal
terbaru yang relevan dan terpercaya. Langkah selanjutnya adalah dengan
“membaca” permasalahan yang ada dengan mengobservasi lingkup
bidang ilmu dan implementasinya. Hal “membaca” peluang menulis

lainnya diperoleh dengan melakukan diskusi, branstorming dan penelitian
dengan rekan sejawat dan pakar melalui kelompok penelitian (research
group-RG). RG dikalangan guru dapat dilakukan melalui forum MGMP,
kelompok guru produktif dan sebagainya.
Melalui kegiatan membaca kajian primer, brainstorming dan meneliti
pada RG dapat menjadi sarana peneliti menemukan topik penulisan artikel
ilmiah. Topik merupakan gerbang awal penulisan artikel ilmiah. Pemilihan
topik dilakukan berdasarkan kemenarikan, aktual, faktual, kreatif, menarik,
efektif,

efisien,

problematik,

kemudahan

pemerolehan

data

dan

kebermanfaatannya. Topik yang dipilih seharusnya memiliki dukungan
data, adanya fenomena di lapangan dan adanya studi empiris (banyaknya
penelitian mengenai topik tersebut, analisis perlunya dan analisis hal yang
belum diungkap). Selanjutnya peneliti perlu merumuskan tujuan dari
penulisan artikel ilmiah yaitu: mendapatkan ilmu pengetahuan yang ilmiah
sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan diandalkan, membuktikan
suatu kebenaran berdasarkan karakteristiknya, memberikan penjelasan,
memberikan penilaian, membuktikan hipotesis, menguji suatu rancangan
atau model dan lain sebagainya.

Metode ilmiah dan kebenaran ilmiah
Metode ilmiah adalah mekanisme atau cara mendapatkan ilmu
pengetahuan dengan prosedur yang sistematis dan berdasar pada buktibukti. Suatu penelitian dapat dikatakan ilmiah apabila penelitian tersebut
dilakukan dengan metode ilmiah. Penelitian ilmiah harus memenuhi
beberapa karakteristik, yaitu: (a) Kritis & analistis dengan menunjukkan
proses yang tepat dalam mengidentifikasi masalah dan menentukan
metode untuk pemecahan masalah; (b) Logis, dengan memberikan
argumentasi/alasan yang ilmiah

berdasarkan fakta empirik menurut

prosedur atau kaidah ilmiah; (c) Obyektif yang ditunjukkan dengan apabila
peneliti lain yang melakukan penelitian ulang dapat memberikan hasil
yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang

sama; (d) Konseptual dengan melaksanakan penelitian sesuai konsep dan
teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan; (e) Empiris, dimana
metode dan hasilnya berdasarkan pada fakta di lapangan; dan (f)
Sistematik dengan menyusun dan melaksanakan penelitian secara
berurutan sesuai tata ututan ilmiah yang dirancang.
Hakekat penelitian adalah untuk mengungkap kebenaran. Melalui
penelitian yang ilmiah maka akan diperoleh suatu pengetahuan.
Pengetahuan yang benar merupakan pengetahuan yang didapatkan
secara obyektif. Kebenaran ilmiah haruslah di dukung oleh fakta dan
dapat dijelaskan secara rasional. Kebenaran harus memenuhi kebenaran
empiris dan rasional serta diperoleh secara mendalam berdasarkan
proses penelitian dan penalaran logika. Kebenaran ilmiah memiliki tiga
sifat dasar, yaitu: (a) struktur yang rasional-logis yang dicapai berdasarkan
kesimpulan yang logis dan rasional dari proposisi tertentu; (b) isi bersifat
empiris melalui penalaran dengan akal (logis) dan melalui pengamatan
dengan

panca

indra;

dan

(c)

dapat

diterapkan

(pragmatis)

menghubungkan kedua kebenaran antara rasional-logis dan empiris.
Apabila pernyataan dianggap benar secara logis dan empiris, pernyataan
tersebut juga harus berguna dalam membantu memecahkan berbagai
persoalan dalam hidup manusia. Kebenaran ilmiah muncul dari hasil
penelitian ilmiah (suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya
tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah).

Sedangkan

penelitian

dapat

dianggap

ilmiah

karena

menggunakan metode yang ilmiah. Metode ilmiah diyakini menjamin
obyektivitas kebenaran pengetahuan yang dihasilkan karena langkahlangkah yang diambil dalam melakukan penelitian diyakini sebagai
langkah sistematis, logis, dan rasional.

Bagaimana agar tidak terhindar plagiasi?
Bentuk pelanggaran ilmiah menurut UPI (2013) diantaranya adalah:
(1) fabrication yaitu pemalsuan hasil penelitian; (2) Falsification yaitu
pemalsuan data penelitian; (3) Plagiarism yaitu pencurian proses, objek
dan/atau hasil dalam mengajukan usul penelitian, melaksanakannya,
menilainya dan dalam melaporkan hasil-hasil suatu penelitian; (4)
exploitation yaitu pemerasan tenaga Peneliti dan pembantu peneliti; (5)
Injustice yaitu perbuatan tidak adil sesama Peneliti dalam pemberian hak
kepengarangan, mempublikasi data dan/atau hasil penelitian tanpa izin
lembaga penyandang dana penelitian atau menyimpang dari konvensi
yang disepakati dengan lembaga penyandang dana tentang hak milik
karya intelektual (HKI) hasil penelitian; (6) Intended Careless yaitu
kecerobohan yang disengaja; dan (7) Duplication yaitu pempublikasian
temuan-temuan sebagai asli dalam lebih dari 1 (satu) saluran, tanpa ada
penyempurnaan, pembaruan isi, data, dan/atau tidak merujuk publikasi
sebelumnya. Kode etik penulis menurut Setiawan (2011) dianataranya
adalah (1) melahirkan karya orisinal, bukan jiplakan; (2) menjaga
kebenaran dan manfaat serta makna informasi yang disebarkan sehingga
tidak menyesatkan; (3) menulis secara cermat, teliti, dan tepat; (4)
bertanggung jawab secara akademis atas tulisannya; (5) memberi
manfaat kepada masyarakat pengguna; (6) dalam kaitan dengan berkala
ilmiah, menjadi kewajiban bagi penulis untuk mengikuti gaya selingkung
yang ditetapkan berkala yang dituju; (7) menerima saran-saran perbaikan
dari editor berkala yang dituju; (8) menjunjung tinggi hak, pendapat atau
temuan orang lain; dan (9) menyadari sepenuhnya untuk tidak melakukan
pelanggaran ilmiah.
Dalam permendiknas no. 17 th 2010, Plagiat adalah perbuatan
secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah dengan mengutip
sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui

sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan
memadai. Plagiator adalah orang perseorang atau kelompok orang pelaku
plagiat, masing-masing bertindak untuk diri sendiri, untuk kelompok dan
atas nama suatu badan. Cara menghindari plagiasi (Sutopo, 2004) yaitu:
(1) Tuliskan referensi untuk setiap informasi yang BUKAN hasil riset anda
atau pengetahuan yang sudah umum (Opini, Argumen, Spekulasi, Fakta,
Detail, Gambar dan Data statistik); (2) Gunakan tanda kutip (quotation
marks) setiap kali anda menggunakan kata-kata dari penulis lain; (3) Pada
awal kalimat yang anda kutip, paraphrase atau simpulkan, jelaskan bahwa
hal ini adalah ide seseorang; (4) Pada akhir kalimat yang berisi materi
kutipan, parafrase atau kesimpulan, tuliskan referensi dalam tanda kurung
untuk menunjukkan darimana materi tersebut berasal; dan (5) Gunakan
kata-kata dan ide anda sendiri.

Penyusunan artikel ilmiah
Jurnal ilmiah dibedakan kedalam beberapa kategori, yaitu: (1) jurnal
ilmiah lokal; (2) jurnal ilmiah nasional tidak terakreditasi ; (3) jurnal ilmiah
nasional terakreditasi; (4) jurnal ilmiah internasional; dan (5) jurnal luar
negeri. Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk laporan penelitian
(termasuk dalam bentuk skripsi, tesis, dan disertasi) akan tetapi tidak
ditulis dalam bentuk artikel untuk dimuat dalam jurnal ilmiah tidak ada
manfaatnya bagi orang lain. Jika dipublikasikan dalam jurnal ilmiah,
bermanfaat bagi (a) diri sendiri, (b) lembaga tempat bekerja, (c) negara
(jika dimuat di Jurnal Internasional), dan (d) masyarakat luas. Struktur
artikel ilmiah akan berbeda merujuk pada terbitan ilmiah yang dituju.
Secara umum komponen intinya terdiri atas Pendahuluan, Metode, Hasil,
Pembahasan, dan Simpulan. Judul seharusnya informatif mencerminkan
isi artikel, memuat variabel atau konsep yang dicakup dalam artikel, tidak
menggunakan kata-kata klise, dan mencerminkan isi artikel. Inspirasi
penulisan judul dapat diperoleh dari bagian simpulan karena simpulan
berisi esensi temuan penelitian, dengan tidak perlu menggunakan kata

yang mengarah pada metode penelitian dan tidak mencerminkan
kelokalan.

Referensi


Makalah Etika Penulisan Ilmiah oleh ; DR. Sutopo Purwo Nugroho,
MSi., APU (Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB)



Makalah Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah, oleh Setiawan; (Bahan
TOT Penuisan Karya Ilmiah, 2011)



Permendiknas No. 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.



Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor
06/E/2013 tentang Kode Etika Peneliti