Radioterapi pada Tumor Sulkus Superior Pancoast Tumor

RADIOTERAPI PADA TUMOR SLKUS SUPERIOR
PANCOAST TUMOR

Disusun oleh :

Dr. Rosmita Ginting, Sp. Rad (K) Onk. Rad
NIP. 195602291983032003

UNIT RADIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT ADAM MALIK MEDAN
2016

Makalah
Tinjauan Pustaka

RADIOTERAPI PADA TUMOR SULKUS SUPERIOR
PANCOAST TUMOR

Dr. Rosmita Ginting, Sp.Rad (K) Onk.Rad

Unit Radioterapi
RS Haji Adam Malik
Medan

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Istilah tumor sulkus

supenor paru sering digunakan dalam praktek klinis,

yang menggambarkan karsinoma paru bukan sel kecil yang timbul di apeks paru dan
mengmvasi

dinding

mempertimbangkan

dada

atau


kompleksnya

jaringan

lunak

di

thoracic

gejala yang timbul. Keterlibatan

diatas termasuk costae 1-3, corpus vertebrae
darah subklavia, ganglion stellata, pleura parietal.

inlet

tanpa


dinding dada

sekitar, plexus brachialis, pembuluh
4,3,6, 8

Sedangkan istilah tumor Pancoast ditujukan pada karsinoma paru bukan sel
kecil yang timbul di apeks paru dan mengakibatkan tanda dan gejala yang dikenal
dengan sindroma Pancoast. Manifestasi tersebut yaitu nyeri di bahu dan lengan serta
sindroma Homer akibat invasi ganglion simpatis cervical.

4

Tahun 1924, dr. Henry

Pancoast mendefinisikan tumor sulcus paru sebagai massa yang tumbuh di thoracic

inlet yang menyebabkan manifestasi klinis karakteristik yaitu nyeri sesuai distribusi
sarafservikal8

atau thorakaI1-2.


3

Anatomi
Paru-paru dibagi menjadi dua, yaitu paru kanan dan kiri. Tiap paru dibagi
menjadi beberapa lobus yang dilapisi oleh pleura. Paru kiri dibagi menjadi lobus
superior dan inferior, yang dipisahkan oleh fissura mayor atau fissura oblik. Paru
kanan dibagi menjadi lobus superior, media, dan inferior, yang dipisahkan oleh fissura
mayor dan minor. Tiap lobus dibagi lagi menjadi segmen-segmen sesuai dengan unit
bronkhovaskular dan bronkhopulmoner.

9

Trakhea merupakan saluran nafas berbentuk tabung, mengalirkan udara dari
laring menuju bronkus. Trakhea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri
(setinggi carina). Trakhea dan bronkus utama kanan-kiri dilapisi oleh cincin-cincin
kartilago.

9


Bronkus utama kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus segmental yang
membagi lobus paru menjadi segmen-segmen. Bronkus segmental bercabang-cabang
lagi sampai menjadi bronkhiolus, yang tidak mengandung kartilago pada dindingnya.
Bronkhiolus
bercabang

bercabang

menjadi

bronkhiolus

menjadi asinus. Asinus berdiameter

terminalis.

Brokhiolus

terminalis


5-6 mm, terdiri dari bronkhiolus

respiratorius, duktus alveolus, saccus alveolus dan alveoli.

9

Anatomi thoracic inlet perlu diketahui terutama untuk menentukan teknik
operasi pada tumor sulkus superior. Thoracic inlet dibagi menjadi 3 kompartemen,
yaitu anterior, media, dan posterior. (Tabel 1). 8

Thoracic Inlet

Tabel 1. Kompartemen
Kompartemen

Batas (sepanjang iga 1)

Struktur

Anterior


Sternum

sampai



anterior

m.

tepi

scalenus

dan m.

omohyoid



anterior

m. sternocleidomastoideus

v. jugularis

dan subklavia

beserta

cabangnya
Media

m.

scalenus

sampai

batas


anterior



m. scalenus anterior dan media

posterior



a. subklavia dan cabangnya



n. phrenicus

m. scalenus media

dan trunkus


plexus

brachialis
Posterior

Posterior

m.

media

scalenus



m. scalenus posterior




a. scapularis posterior



nerve

roots

thoracalis
accessorius,

plexus

brachialis,

n.

longus,

n.

spinalis

rantai

safar

simpatis,

ganglion stellata


Foramen neural, corpus vertebrae

Mediastinum dibagi menjadi anterior, media dan posterior. Pada tumor sulkus
superior penting diketahui keterlibatan pembuluh darah besar pada medistinum. Bila
tumor terletak di paru kanan dapat menekan vena cava superior dan menyebabkan
sindroma vena cava superior.
bening mediastinum.

Selain itu perlu diperhatikan lokasi kelenjar getah

9

Plexus brachialis dibentuk oleh divisi anterior nervus spinalis C5 sampai Thl,
dengan variasi kontribusi dari C4 yang membentuk roots. Roots dari plexus brachialis
berjalan antara m. scalenus anterior dan media berdekatan dengan a. subklavia. Roots
tersebut bersatu membentuk 3 trunkus, yaitu superior, media, dan inferior. Roots C5
dan C6 membentuk trunkus superior, roots C8- Thl membentuk trunkus inferior.
Trunkus media dibentuk oleh root C7. Penyatuan divisi anterior dan posterior trunkus
membentuk cord yang dinamakan berdasarkan letaknya terhadap a. subklavia, yaitu
lateral, posterior dan medial. Masing-rnasing cord bercabang memberikan innervasi

motorik dan sensorik ekstremitas atas. Sistem saraf simpatis yang terletak di bagian
superior mengatur dilatasi pupil, m. levator palpebra, kelenjar keringat, vasokonstriksi
pembuluh darah superfisial kulit dan vasodilatasi arteri profunda.

7,10

Etiologi dan Epidemiologi
Tumor sulkus

superior pam hanya sebesar 1-3 % dari semua kanker pam.

Etiologi primer adalah karsinoma

pam bukan sel kecil, terutama karsinoma

sel

skuamosa atau adenokarsinoma. Hanya 3-5% merupakan karsinoma sel kecil. Namun
hanya 5 % dari kanker pam non small cell yang bermanifestasi
Pancoast.

Etiologi tersering

bronkogenik
ekstrathorakal.

yang

timbul

dari tumor
di dekat

sebagai tumor

sulkus superior paru adalah karsinoma

sulkus

superior

dan menginvasi

struktur

3

Kanker pam bamyak terdiagnosis

antara usia 40 sampai 70 tahun dengan

puncak usia 50-60 tahun. Hanya sebesar 2% terjadi pada usia kurang dari 40 tahun.'
Angka insidens tumor paru pada laki-Iaki menurun, yaitu sebesar 86,5 per 100.000
orang pada tahun 1984, menjadi 69,8 di tahun 1998. Sedangkan pada era tahun 1990an, terdapat peningkatan insidensi kanker pam pada wanita yaitu sebesar 43,4 per
100.000 orang. Dari tahun 1992 sampai 1998, mortalitas kanker paru pada pria di
Amerika menurun signifikan yaitu sebesar 1,9% per tahun, sedangkan pada wanita
terjadi peningkatan sekitar 0,8% per tahun.

2

Faktor resiko kanker pam bukan sel kecil, yaitu : 2,3


Merokok:
Berdasarkan data statistik sebesar 87% kanker pam terdapat pada perokok aktif.
Pada beberapa penelitian retrospektif, terdapat korelasi statistik antara frekuensi
kanker paru dan jumlah merokok perhari, cara merokok dengan menghisap dalam
rokok, dan durasi merokok. Dibandingkan dengan populasi yang tidak merokok,
perokok dengan jumlah rokok yang dihisap perhari kurang dari 40 batang per hari
memiliki resiko terkena kanker pam sebesar 10 kali. Dan pada perokok berat
dengan jumlah rokok yang dihisap per hari lebih dari 40 batang, memiliki resiko
sebesar 60 kali dari orang yang tidak merokok.

Perokok

pasif juga memiliki

kecenderungan yang sarna terpapar zat karsinogenik yang terdapat dalam rokok.
Setiap tahun, sekitar 3000 orang dewasa perokok pasif meninggal akibat kanker
pam.



Terekspos elemen industri seperti asbestos, uranium, radiasi ionisasi dosis tinggi,
emas, dan nikel.

Patofisiologi
Tumor di sulkus superior sebagian besar terletak di luar paru dan menginvasi
dinding dada, nerve roots, trunkus inferior dariplexus brachialis, rantai saraf simpatis,
ganglion

stelata, costae, dan tulang vertebrae.

Tumor sulkus superior paru biasanya

menginvasi roots C8 dan Tl plexus bracialis dan menyebabkan kelemahan dan atrofi
otot tangan serta parastesi tangan. Bila ekstensi tumor mencapai rantai saraf simpatis
paravertebral dan ganglion stellata, maka timbullah sindrom Homer. Tumor sulkus
superior paru dapat meluas ke corpus vertebrae,

menyebabkan

kompresi

corpus

vertebrae dan menginvasi canalis spinalis serta medulla spinalis. Timbulnya sindrom
paraneoplastik

pada tumor sulkus superior paru berhubungan dengan histopatologi

tumor, yaitu karsinoma sel kecil. 3,6,7

Gejala Klinis
Gejala klinis yang timbul sesuai dengan lokasi tumor di sulkus superior atau
t.horacic



in let. Gejaja klinis pada tumor su lkuss suopenior paru, yaitu : 35' 6,7 ,
Nyeri

Awalnya, nyeri lokal timbul di bahu dan tepi medial scapula. Nyeri dapat
meluas sepanjang distribusi n. ulnaris. Nyeri biasanya tidak berkurang, kadang
memerlukan narkotika untuk menghilangkan nyeri.


Sindrom Horner yang terdiri dari ptosis, miosis, dan anhidrosis ipsilateral
wajah.



Kelemahan dan atrofi otot tangan serta parastesi tangan.



Sindrom paraneoplastik (jarang). Timbulnya sindrom paraneoplastik ini tidak
berhubungan dengan resektabilitas,

namun berhubungan

dengan karsinoma

sel kecil.


Sindroma Pancoast
Karakteristik sindrom ini yaotu terdapatnya tumor maligna sulkus

superior

dengan destruksi thoracic inlet dan keterlibatan plexus brachialis serta saraf
simpatis servikal, ganglion stellata dengan gejala nyeri berat regio bahu
ipsilateral yang radikular sepanjang axilla dan scapula sampai aspek ulnaris

otot-otot tangan, atrofi otot-otot tangan dan antebrachii, sindrom Homer, serta
kompresi pembuluh darah dengan edema.


Adenopati supraklavikula



Sindroma vena cava superior bila tumor menekan vena cava superior.



Keterlibatan saraf phrenikus atau laringeal.

Staging Klinik
Deskripsi TNM pada karsinoma paru bukan sek kecil, sebagai berikut :

11

Tumor pirmer (T)
TX
Tumor primer tidak dapat ditentukan, atau terdapat sel maligna pada bilasan sputum
atau bronkus, namun tidak tervisualisasi pada peneitraan / bronkoskopi.
TO
Tidak ada tumor primer.
Tis
Karsinoma in situ
Tl
Ukuran terbesar tumor < 3 em diliputi paru atau pleura viseral, tanpa invasi saluran
nafas di proksimal bronkus lobaris * pada bronkoskopi.
T2
Tumor dengan ukuran > 3 em, keterlibatan bronkus utama > 2 em distal dari karina,
invasi pleura viseral, berhubungan dengan ate1ektasis atau pneumonitis obstruktif
yang meluas ke regio hilus namun belum mengenai seluruh paru.
T3
Tumor dengan semua ukuran yang menginvasi langsung struktur : dinding dada
(termasuk tumor sulkus
superior), diafragma, pleura mediastinal, perikardium
parietal, atau tumor di bronkus utama < 2 em distaldari karina, tanpa invasi karina,
atau berhubungan dengan atelektasis / pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4
Tumor semua ukuran yang menginvasi : mediastinum, jantung, pembuluh darah
besar, trakhea, esofagus, corpus vertebrae, karina, atau tumor dengan efusi pleura
maligna atau efusi perikardial +, atau dengan tumor satelit di lobus ipsilateral.
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
NX
Kelenjar getah bening regional belum dapat ditentukan.
NO
Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening regional.
N1
Metastasis ke peribronkial ipsilateral dan atau kelenjar getah bening hilus ipsilateral
dan intrapulmoner dengan ekstensi langsung tumor primer.
N2
Metastasis ke kelenjar getah bening mediastinal ipsilateral dan atau subkarina.
N3
Metastasis ke kelenjar getah bening mediastinal kontralateral, hilus kontralateral,
scalenus ipsilateral/kontralateral, atau suprakalvikula.
Metastasis Jauh (M)
~"'{
Metastasis jauh belum dapat ditentukan.
MO
Tidak terdapat metastasis jauh.
Ml
Terdapat metastasis jauh. #

*

Tumor superfisial semua ukuran yang tidak biasa dengan komponen invasif terbatas pada dinding
bronkus, yang meluas proksimal ke bronkus utama, diklasifikasikanjuga sebagai Tl.
+ Efusi pleura yang terjadi pada tumor pam kebanyakan karena tumor. Namun ada beberapa pasien
yang diperiksa sitologi cairan efusinya menunjukkan tidak terdapat sel tumor. Pada kasus ini, cairan
tidak mengandung darah dan bukan eksudat. Bila efusi bukan karean tumor, efusi hams dieksklusi
dalam menentukan staging. Klasifikasi ini berlaku juga pada efusi perikardial.
# Nodul metastasis yang tersebar pada lobus ipsilateral non tumor juga diklasifikasikan sebagai Tl.

Staging tumor paru berdasarkan TNM pada karsinoma paru bukan sel kecil, sebagai
berikut:
Stage
IA

Definisi
Tl NOMO
T2 NO MO
Tl Nl MO
T2 NlMO
T3 NOMO
T3 NlMO
Tl N2MO
T2 N2MO
T2 N2MO
T4NOMO
T4NlMO
T4 N2MO
Tl N3MO
T2 N3 MO
T3 N3MO
T4 N3 MO
Setiap T, setiap N, Ml

IB
IIA

lIB
IlIA

IIIB

IV

Staging tumor sulkus supenor paru oleh American Joint Committee on Cancer
(AJCC) : 5
Stage

T (tumor)

N (kelenjar getah bening)

lIB

T3

NO

lIlA

T3

Nl

T3

N2

Setiap T

N3

T4

Setiap N

IIIB

Tumor sulkus superior diklasifikasikan sebagai stadium minimal lIB (T3NO)
karena menginvasi

jaringan

lunak ekstratorakal.

Keterlibatan

trunkus atau roots

plexus brachialis inferior minimal (saraf C8 dan Tl) digolongkan sebagai T3. Invasi
ekstensi tunkus / roots plexus brachialis (saraf C5 sampai C7), a/v. subklavia, corpus
vertebrae, medulla spinalis, trakhea, atau esofagus digolongkan sebagai T4.

12

Pemeriksaan Radiologis
Pencitraan memegang peranan penting dalam diagnosis dan staging tumor
sulkus superior, penentuan resektabilitas, teknik operasi, serta evaluasi respon terapi.
1,4

Foto polos dada
Foto polos dada tetap merupakan modalitas radiologi awal yang dilakukan pada
pasien yang dicurigai mengidap tumor paru, karena banyak tersedia, biaya yang

rendah, serta dosis radiasi rendah. Namun karena lokasi tumor sulkus

supenor

terletak di apeks paru, tumor ini sulit dideteksi pada foto toraks P A. Foto toraks top
lordotik juga dapat dilakukan untuk mendeteksi tumor sulkus superior paru .. 1,12,13
Gambaran radiologis tumor sulkus superior paru pada foto polos dada yaitu : 6,12

.•

..

Penebalan unilateral atau asimetri apical cap> 5mm
Massa di apeks paru, biasanya di perifertepi berspikula.



Destruksi tulang sekitar .



Tanpa atau disertai kelainan mediastinum.

Ultrasonografi (USG)
USG telah tebukti berguna untuk melihat lesi-lesi di pleura, paru perifer,
tumor mediastinal superior, dan lesi peridiafragma. Dengan kemajuan resolusi USG
dan teknik pungsi terpimpin

(guiding),

dapat dilakukan torakosentesis,

kateter dan biopsi pada cairan atau massa intratorakal perifer.

drainase

14

Tranduser yang digunakan adalah tranduser linear atau sector 3,5 mHz. Pasien
dalarna posisi prone dengan scapula diekstensikan selateral mungkin. Transduser liner
digunakan di daerah interkostal posterior dan tranduser sektor di supraklavikula.
Kernudian dianalisa ukuran lesi, ekogenitas, bentuk dan adanya keterlibatan pleura
dan ekstrapelura.

14

USG dapat menentukan lokasi dan ekstensi tumor sulkus superior paru serta
sebagai guiding aspirasi atau biopsi. Tumor sulkus superior paru terlihat hipoekoik
homogen

atau heterogen

dengan sentral hiperekoik

(nekrotik)

dan kebanyakan

terletak di dalam (sekitar 4,7 em). Pemeriksaan di daerah supraklavikula berguna
untuk

melihat

supraklavikula.

keterlibatan

kelenjar

getah

bening

dan

vaskuler

di

daerah

14

CT scan
CT scan merupakan
sulkus

superior,

memperlihatkan
vertebrae,

staging,

neurovertebralis,

dan panduan

dalam

melakukan

adanya tumor

biopsi.

CT dapat

dengan jelas erosi tulang sekitar seperti di costae dan corpus

patensi pembuluh

kemampuannya

modalitas utama untuk mengkonfirmasi

terbatas

darah subklavia,
dalam

mendeteksi

dan keterlibatan
ekstensi

tumor

pleura,. Namun
ke

foramen

canalis spinalis, keterlibatan plexus brachial is, serta tidak dapat

mendeteksi metastasis pada kelenjar getah bening yang berukuran normal serta
membedakan antara adhesi dan infiltrasi tumor.

1,12,13

Magnetic Resonance Imaging
:MRI merupakan modalitas yang optimal dalam evaluasi tumor sulkus

superior dan ekstensinya ke plexus brachialis, neural foramina, dan corpus vertebrae,
serta vaskuler sekitar dan menentukan resekstabilitas tumor. Kelebihannya yaitu
resolusi kontras yang baik, multiplanar, serta tidak menggunakan radiasi. :MRI
superior dibanding CT dalam melihat invasi tumor ke dinding dada, foramen
neurovertebral dan canalis spinalis, serta plexus brachialis. Kekurangan MRI yaitu
waktu pemeriksaan yang lebih lama memungkinkan terjarinya artefak gerakan dan
klaustrofobia.

1,4, 12,6, 13

Pemeriksaan komprehensif dengan menggunakan sekuens TI-T2WI pada
thorcic inlet potongan sagital, axial, dan koronal. Potongan sagital Tl WI memberikan

informasi diagnostik yang penting dan secara optimal memperlihatkan m. scalenus,
komponen plexus brachialis dan pembuluh darah subkalvia dan pleura apikal dan
hams dilakukan pertama kali. Kontras gadollinium biasanya digunakan untuk melihat
invasi vaskuler atau intraforaminal, pada pasien yang mendapat terapi neoadjuvan,
dan kecurigaan rekurensi setelah terapi definitif. :MRI terutama digunakan untuk
evaluasi tumor primer dan ekstensi ke jaringan lunak sekitar, terutama jaringan saraf
12

Kontraindikasi reseksi tumor sulkus superior berdasarkan pencitraan sebagai
berikut:


12

Kontraindikasi absolut :
o Invasi plexus brachialis pada level diatas nervus Thl.
o Invasi corpus vertebrae> 50%.
o Invasi esofagus atau trakhea.
o Metastasis j auh
o Metastasis kelenjar

getah bening N2

(supraklavikula kontralateral).


Kontraindikasi relatif :
o Invasi a. Subklavia
o Invasi corpus vertebrae