Prosedur Pemberian Izin Travel Ibadah Haji Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya

merupakan suatu

keutamaan yang besar kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat
perintah beribadah itu berupa peringatan agar kita menunaikan kewajiban
terhadap Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya.1 Sama halnya dengan
ibadah haji maupun umrah. Ibadah yang mulia tersebut terdapat keutamaan yaitu
besarnya pahala yang telah Allah persiapkan bagi kaum muslimin yang
melaksanakannya. Ibadah ini dilakukan jika mampu, mampu dalam hal fisik dan
materi.
Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor


13

Tahun

2008

tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji, pembinaan terhadap jamaah haji mutlak dilakukan.
Hal ini untuk mewujudkan kemandirian jamaah haji dalam melaksanakan ibadah
haji sejak pendaftaran hingga pelaksanaan ibadah haji. Untuk membina dan
membimbing jamaah haji ini, penyelenggara haji dalam hal ini Departemen
Agama harus melibatkan unsur masyarakat. Dengan fenomena meningkatnya
jumlah Jemaah haji di Indonesia dan selalu menempati urutan paling atas
dibanding

negara

lain,


yaitu

lebih

dari

dua

ratus

ribu

orang

pertahunnya.mengingat dengan begitu potensi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(selanjutnya disebut KBIH) dan travel agent yang demikian besar dan strategis
serta merupakan lembaga yang bergerak di bidang jasa. Dimana usaha jasa nini
1

Sidik Tono, dkk,Ibadah dan Akhlak dalam Islam, Yogyakarta: UII Press, 1998, hal 4-5.


1

Universitas Sumatera Utara

yang ditanganinya adalah jasa penyelengaraan ibadah haji dalam upaya
meningkatkan pelayanan kepada jamaah.
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh
setiap orang Islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara finansial, fisik,
maupun mental. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah haji
sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), yang
menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannnya itu.2
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
beragama Islam terbesar di dunia, melakukan penyelenggaraan ibadah haji setiap
tahunnya. Saat ini dasar dan payung hukum pelaksanaan penyelenggaraan ibadah
haji berdasarkan pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.

Haji dan umrah merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan atas setiap
muslim yang mampu. Kewajiban ini merupakan rukun Islam yang kelima. karena
haji merupakan kewajiban, maka setiap orang yang mampu, apabila tidak
melakukannya, ia berdosa dan apabila dilakukan dia mendapat pahala. Haji dan
umrah hanya diwajibkan sekali seumur hidup. Ini berarti bahwa seseorang telah

2

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29 ayat : 2

2

Universitas Sumatera Utara

melakukan haji yang pertama, maka selesailah kewajibannya. Haji yang
berikutnya, kedua, ketiga dan seterusnya, merupakan ibadah sunnah.3
Haji merupakan sarana dan media bagi ummat Islam untuk melaksanakan
ibadah ke Baitullah dan tanah suci setiap tahun. Setiap tahun sebagian kaum
muslimin dari seluruh dunia datang untuk menunaikan ibadah haji. Adapun
ibadah umrah pada hakikatnya menjadi sarana dan media bagi kaum muslimin

untuk beribadah ke tanah suci setiap saat dan waktu. Karena pada saat itu kaum
muslimin datang dan menziarahi Ka‟bah untuk melakukan ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tidak hanya tahun pada saat haji, tetapi
juga pada setiap saat, ketika orang melakukan ibadah umrah. 4 Haji merupakan
salah satu rukun Islam yang kelima yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada
orang-orang yang mampu menunaikannya, yakni memiliki kesanggupan biaya
serta sehat jasmani dan rohani untuk menunaikan perintah tersebut. 5 Kewajiban
haji dan umrah hanya sekali dalam seumur hidup.6
Kegiatan ibadah haji dan umrah mempunyai dua sisi yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaannya yaitu, standar pelaksanaannya saat masih
ditanah air dan di makkah. Pada standar pelayanan di tanah air banyak aspek
penting yang harus diperhatikan pembinaannya seperti dalam pelayanan jasa
pembayaran setoran Ongkos Naik Haji (selanjutnya disebut ONH) ke bank,
pengurusan dokumen haji dan umrah, pemeriksaan kesehatan calon jamaah),
3

Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami selut-beluk ibadah dalam islam,
Jakarta : Prenada Media, 2003, hal 227 .
4
Ibid.

5
Departemen Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, Hikmah Ibadah Haji, Jakarta,
2003, hal 4
6
Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baaz, Haji, Umrah dan Ziarah berdasarkan tuntunan AlQur’an dan As-Sunnah,Jakarta: CV. Firdaus, 1993, hal 5.

3

Universitas Sumatera Utara

bimbingan manasik, (materi bimbingan, metode dan waktu bimbingan),
penyediyaan perlengkapan, dan konsultas keagamaan. Sedangkan setandar
pelayanan ibadah haji dan umrah di tanah suci adalah pelayanan akomodasi,
transportasi, konsumsi, kesehatan, serta bimbingan ibadah haji dan umrah.
Pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji tiap tahun di Indonesia
ditentukan oleh kuota yang telah diberikan oleh pemerintah kerajaan Arab Saudi,
setelah pemerintah Republik Indonesia mempunyai pemberangkatan ibadah haji
maka kuota tersebut dibagi secara proposional dan adil sesuai dengan jumlah
propinsi dan banyaknya calon jemaah haji yang terdaftar dalam daftar tunggu
pemberangkatan haji. Warga negara Indonesia yang berkeinginan untuk

menunaikan ibadah haji, sebagai langkah awalnya harus melakukan pendaftaran
haji melalui Kementerian Agama atau perwakilannya di tiap kabupaten/kota
sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang telah ditentukan. Setelah calon
jamaah haji melakukan pendaftaran untuk melaksanakan ibadah haji, maka calon
jamaah haji tersebut mendapatkan nomor urut pendaftaran pemberangkatan
ibadah haji.
Penyelenggaraan ibadah haji khusus adalah penyelenggaraan ibadah haji
khusus yang pelayanan, pengelolaan dan pembiayaannya bersifat khusus.
Pelayanan dan pelaksanaan ibadah haji khusus tersebut meliputi waktu
pelaksanaan, akomodasi, konsumsi, transportasi, kesehatan dan bimbingan ibadah
haji. Berbeda dengan penyelenggaraan ibadah haji reguler yang tanggung jawab
dan pelaksanaanya adalah pemerintah melalui Kementerian Agama untuk

4

Universitas Sumatera Utara

penyelenggaraan ibadah haji khusus ini yang menyelenggarakan adalah
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).7
Penyelenggara ibadah haji khusus adalah biroperjalanan yang telah

mendapat izin menteri untuk menyelenggarakan ibadah haji khusus. 8 Biro
perjalanan yang telah mendapatkan izin menteri terkait tersebut harus berbentuk
badan hukum baik berupa PT atau setidak-tidaknya CV. Biro perjalanan yang
telah berbentuk badan hukum tersebut selanjutnya melakukan pendaftaran sebagai
biro perjalanan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan
oleh Pemerintah. Untuk dapatnya menyelenggarakan ibadah haji khusus,
penyelenggara ibadah haji khusus harus memenuhi persyaratan/kriteria yang telah
ditentukan oleh Kementerian Agama sesuai dengan yang diamanatkan dalam
Pasal 35 ayat (4) PP Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, yaitu :
a. Telah memperoleh izin sebagai PPIU oleh menteri;
b. Telah menyelenggarakan ibadah umroh paling singkat selama 3 (tiga)
tahun dan memberangkatkan jamaah umroh paling sedikit 300 (tiga ratus)
orang;
c. Memiliki kemampuan teknis menyelenggarakan ibadah haji khusus yang
meliputi kemampuan sumber daya manusia,sarana dan prasarana dan
manajemen;

7


Pasal 3 PP Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
8
Pasal 1 angka 8 PP Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

5

Universitas Sumatera Utara

d. Memiliki kemampuan finasial untuk menyelenggarakan ibadah haji
khusus yang dibuktikan dengan jaminan bank; dan
e. Memiliki komitmen untuk menyelengarakan ibadah haji khusus sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, standart pelayanan yang telah
ditetapkan oleh menteri dan ketentuan pemerintah kerajaan Arab Saudi; 9
Seperti yang sudah diketahui, bahwa minat Ibadah Umroh jamaah asal
Indonesia adalah yang terbanyak di seluruh penjuru dunia. Hal inilah yang
menyebabkan banyak sekali penyelenggara Umroh atau travel baru bermunculan
menyambutnya. Tiap tahun bertambah puluhan Travel Umroh baru, baik itu yang
memiliki izin resmi maupun yang sifatnya konsorsium dengan Travel Umroh

lainnya.10 Karena sepanjang tahun animo umat Islam untuk berhaji tidak pernah
surut, peserta program dana talangan makin banyak bahkan pada bulan-bulan
Ramadhan-Syawal, banyak yang mendaftar Umroh. Tidak heran jika pada daerah
tertentu yang animo umat Islamnya untuk berhaji atau berumroh sangat tinggi,
antrian daftar tunggu haji sudah mencapai 12-13 tahun sehingga banyak jamaah
yang lebih memilih Haji Khusus atau Umroh yang mana mereka tidak perlu
menunggu terlalu lama.
Banyak permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan ibadah haji
akibat sosialisasi kebijakan pemerintah yang kurang baik, diantaranya kasus
terjadinya jama‟ah haji waiting list pada tahun 1995, dimana jama‟ah haji yang
terdaftar sebanyak 231.000 orang yang melebihi kuota yang diberikan sebanyak
195.000 orang. Kuota tersebut telah ditetapkan oleh Organisasi Konferensi Islam
9

Ibid, Pasal 1 angka 8 PP Nomor 79 tahun 2012.
http://www.okezone.co/read/news/2012/11/15/173441976 diakses pada
Agustus 2015.
10

tanggal 21


6

Universitas Sumatera Utara

(OKI) di Amman, Jordania tahun 1987 sebesar 1 per mil dari jumlah penduduk
muslim suatu negara.

11

Tingkat kenaikan yang sangat tinggi ini tidak terdeteksi

secara dini karena sistem pendataan, pelaporan dan monitoring masih
menggunakan sistem manual yang lambat dan konvensional, karenapada saat itu
dilakukan dengan telepon, faksimili, dan hard copy berupa daftar nominatif yang
dikirim secara berkala melalui pos atau kurir. 12 Berbekal pengalaman tersebut,
pemerintah melakukan kaji ulang terhadap sistem penyelenggaraan haji secara
keseluruhan, baik dari aspek perencanaan, pendataan, operasional manajerial,
sumber daya manusia, dan perkembangan teknologi informasi.
Berdasarkan latar belakang diatas merasa tertarik memilih judul Prosedur
Pemberian Izin Travel Ibadah Haji Berdasarkan Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
Khusus.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasa di atas maka, penulis membuat perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa dasar hukum izin travel ibadah haji khusus Indonesia ?
2. Bagaimana persyaratan pemberian izin travel ibadah haji khusus ?
3. Apa kendala pemberian izin travel ibadah haji berdasarkan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus?
11

Pola Penyuluhan Haji, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Departemen Agama RI,
2008, hal 91
12
Ibid, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Departemen Agama RI, 2008, hal 2

7

Universitas Sumatera Utara

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, maka
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dasar hukum izin travel ibadah haji khusus Indonesia.
2. Untuk mengetahui persyaratan pemberian izin travel ibadah haji khusus.
3. Untuk mengetahui apa kendala pemberian izin travel ibadah haji
berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan penulisan lakukan antara lain:
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoritis berupa sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya bidang perizinan.
2. Manfaat praktis
Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui prosedur
pemberian izin travel ibadah haji berdasarkan Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Khusus.

D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh
penulis baik di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulis

8

Universitas Sumatera Utara

Tidak menemukan judul tentang Prosedur Pemberian Izin Travel Ibadah Haji
berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha
penulis sendiri dengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing
penulis, tanpa adanya penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lainnya yang dapat
merugikan para pihak tertentu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian untuk skripsi ini adalah asli. Dan untuk itu penulis dapat bertanggung
jawab atas keaslian penulisan skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian perizinan
Izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan.
Sedangkan

istilah

mengizinkan

mempunyai

arti

memperkenankan,

memperbolehkan,
tidak melarang.13
Menurut Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa : "Bilamana
pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga
mernperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masingmasing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan
perbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning).14

13

http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-perijinan/, diakses pada
tanggal 29 Juni 2015.
14
Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Admninistrasi Negara Indonesia , Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001, hal. 80.

9

Universitas Sumatera Utara

Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perrbuatan,
tetapi masih juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan
untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang
memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).15
2. Pengertian travel
Travel adalah pergerakan orang antara lokasi geografis yang relatif jauh,
dan dapat melibatkan perjalanan dengan berjalan kaki, sepeda, mobil, kereta api,
kapal, pesawat, atau cara lain, dengan atau tanpa bagasi, dan dapat menjadi salah
satu cara atau round trip. Travel juga dapat mencakup menginap yang relatif
singkat.16
Asal usul kata “travel” yang paling mungkin hilang dari sejarah. Istilah
“travel” mungkin berasal dari kata Prancis Lama “penderitaan”. Menurut kamus
Merriam Webster, penggunaan pertama yang diketahui dari perjalanan kata
berada di abad ke-14. Ini juga menyatakan bahwa kata berasal dari Inggris
Pertengahan travailen, travelen (yang berarti menyiksa, tenaga kerja, berusaha,
perjalanan) dan sebelumnya dari Old French travailler (yang berarti bekerja
keras, kerja keras).17

3. Ibadah
Ibadah dari segi bahasa adalah taat, tunduk, mengikut dan do‟a. hakekat
dari ibadah adalah menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa ia adalah
makhluk Allah SWT yang diciptakan sebagai insan yang mengabdi pada-Nya.
15

Adrain Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Jakarta: Sinar
Grafika, 2010, hal. 167.
16
http://harmonitravel.com/pengertian-travel/ (diakses tanggal 29 Juni 2015)
17
Ibid.

10

Universitas Sumatera Utara

Pada prinsipnya, ibadah merupakan sari ajaran Islam yang penyerahan diri secara
sempurna pada kehendak Allah SWT. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
keridhoan Allah SWT yang telah menciptakannya dan memberi kehidupan kepada
manusia dan makhluk lainnya. Dengan demikian akan mewujudkan suatu sikap
dan perbuatan dalam bentuk-bentuk ibadah. pada kehendak Allah SWT.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT yang telah
menciptakannya dan memberi kehidupan kepada manusia dan makhluk lainnya.
Dengan demikian akan mewujudkan suatu sikap dan perbuatan dalam bentukbentuk ibadah. Ibadah haji merupakan suatu bentuk ketaatan dan kepatuhan
manusia (umat Islam) terhadap perintah Allah SWT yang dilaksanakan dengan
jasmani, rohani, dan harta yang dimiliki dengan do‟a, tata cara dan waktu yang
tertentu demi kesempurnaan ibadah tersebut serta untuk kepentingan pribadi dan
masyarakat.
Haji merupakan salah satu ibadah wajib yang dicantumkan dalam rukun
islam, dengan mengambil tempat (lokasi) tersendiri yang telah ditentukan oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya yaitu dibeberapa tempat yang terletak di Tanah Arab.
Departemen Agama memberikan definisi ibadah haji adalah berkunjung ke
Baitullah (Ka‟bah) untuk melakukan beberapa amalan antara lain : wukuf, tawaf,
dan amalan-amalan lainnya pada masa tertentu demi memenuhi panggilan Allah
SWT dan mengharap Ridho-Nya.Haji (asal maknanya) adalah menyengaja
sesuatu. Haji yang dimaksud disini (menurut syara‟) adalah sengaja mengunjungi

11

Universitas Sumatera Utara

Ka‟bah (rumah suci) untuk melakukan beberapa amal ibadah, dengan syaratsyarat tertentu.18
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ibadah haji merupakan
ibadah yang sengaja dilakukan dengan mengunjungi Ka‟bah dan tempat-tempat
lainnya untuk melaksanakan tawaf, wukuf, sa‟i , dan semua perbuatan yang ada
hubungannya dengan pelaksanaan manasik karena memenuhi panggilan Allah
SWT dan mencari ridho-Nya pada waktu tertentu dan niat yang tertentu pula.

F. Metode Penelitian
1.

Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian hukum yuridis normatif, yaitu tipe

Penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau normanorma dalam hukum positif. Penelitian normatif dapat diartikan sebagai penelitian
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan ustaka atau data sekunder yang terdiri
dari bahan primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan
tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik kesimpulan dalam
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2. Pendekatan Masalah
Suatu penelitian yuridis normatif tentu harus menggunakan pendekatan
perundang-undangan (statute approach). Permasalahan yang telah teridentifikasi
kadang-kadang sifatnya masih umum, belum konkrit dan spesifik. Pendekatan
yang dilakukan secara Researchable yang nantinya hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi kontribusi yang jelas dalam bidang profesi atau bidang ilmu yang
18

Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004, hal 7.

12

Universitas Sumatera Utara

akan diteliti.19 Penelitian yang dilakukan akan di deskriftifkan yang mana
membutuhkan subyek penelitian untuk memperoleh data. Penelitian yang
dilakukan akan di deskriftifkan yang mana membutuhkan subyek penelitian untuk
memperoleh data.
3. Sumber Data
Penelitian ilmu hukum Yuridis, sumber utamanya adalah bahan hukum
bukan data atau fakta sosial karena dalam penelitian ilmu hukum yang dikaji
adalah bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat kepustakaan (Library
research).20 Bahan-bahan hukum tersebut terdiri dari:

a. Bahan hukum primer:
Bahan hukum primer yang dimaksud adalah Undang-Dasar Dasar 1945,
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan

Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
b. Bahan hukum sekunder:
Bahan hukum yang menjelaskan secara umum mengenai bahan hukum
primer, hal ini bisa berupa: Buku-buku ilmu hukum; Jurnal ilmu hukum
Internet dan bahan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas.
c. Bahan hukum tersier
Merupakan bahan hukum sebagai perangkap dari kedua bahan hukum
sebelumnya terdiri dari: Kamus hukum, ensiklopedia, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI).
19

Bambang Sugono. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2006,

20

Ibid., hal. 112.

hal 107.

13

Universitas Sumatera Utara

4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara
menganalisis Populasi dan sampel yang didalamnya merupakan keseluruhan atau
pun sebagian himpunan objek dengan ciri yang sama. 21 Peraturan Perundangundangan

dan

masalah

yang

dibahas,

kemudian

dianalisis

untuk

menginterpretasikan hukum yang berlaku.
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dengan
teknik induksi, hal ini dilakukan terhadap data yang sifatnya data sekunder yang
diperoleh melalui kajian kepustakaan. Teknik induksi digunakan untuk
menganalisis data primer maupun data sekunder yang berbentuk dokumen
perjanjian. Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan yang selanjutnya
diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik editing yaitu memeriksa data
yang telah diperoleh untuk menjamin apakah dapat dipertanggung jawabkan.

G. Sistematika Penulisan
Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika agar dapat
diperoleh suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan erat bab satu
dengan bab yang lainnya. Adapun skripsi ini menggunakan sistematika sebagai
berikut:

21

Ibid., hal 118.

14

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan bab pendahuluan, dalam hal ini memuat subsub bab yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II

DASAR HUKUM IZIN TRAVEL IBADAH HAJI KHUSUS
INDONESIA
Bab ini berisikan sejarah penyelenggaraan ibadah haji Indonesia,
pengertian izin dan travel. dasar hukum izin travel ibadah haji dan
ibadah haji khusus Indonesia.

BAB III

PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN TRAVEL IBADAH HAJI
KHUSUS
Bab ini berisikan mengerian prosedur pemberian izin travel ibadah
haji khususnya travel ibadah haji khusus, pengawasan pemberian
izin travel ibadah haji dan sanksi dalam pemberian izin travel
ibadah haji

BAB IV

KENDALA PEMBERIAN IZIN TRAVEL IBADAH HAJI
KHUSUS BERDASARKAN PERATURAN MENTERI AGAMA
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012
Bab ini berisikan kendala pemberian izin travel ibadah haji
berdasarkan peraturan menteri agama republik indonesia nomor 15
tahun 2012 tentang penyelenggaraan ibadah haji khusus. Upaya
mengatasi kendala Pemberian Izin Travel Ibadah Haji Berdasarkan
15

Universitas Sumatera Utara

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan membahas kesimpulan merupakan intisari dari
pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dalam skripsi
ini, sedangkan saran yang ada diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat berguna bagi pihakpihak yang terlibat prosedur pemberian izin travel ibadah haji
berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.

16

Universitas Sumatera Utara