Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Kinerja Keuangan Perusahaan
2.1.1.1 Pengertian Kinerja
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba perusahaan
tergantung pada bagaimana kinerja perusahaan . Kinerja perusahaan
merupakan salah satu indikator dari baik tidaknya keputusan pihak
manajemen dalam pengambilan keputusan. Menurut Helfert (1996
dalam Ceacilia Srimindarti, Fokus Ekonomi , 2004 : 53) bahwa
“Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas
perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki.”
Dari pengertian menurut Helfert tersebut menunjukkan bahwa
kinerja perusahaan yang baik tergantung bagaimana pihak manajemen
perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang
mereka miliki dengan baik. Salah satu faktor menentukan bagaimana
efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah
dengan melihat kinerja perusahaan tersebut. Informasi-informasi

mengenai perusahaan kemudian dituangkan dalam laporan keuangan.

10
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.2 Kegunaan Penilaian Kinerja Perusahaan
Kegunaan penilaian kinerja menurut Rivai (2005: 58-60) adalah:
a. Performance Improvement
Untuk memperbaiki kinerja pegawai, menajer, dan supervisor dimasa
yang akan datang.
b. Compensation Adjustment
Untuk membantu dalam pengambilan keputusan penentuan siapa
yang seharusnya menerima kenaikan pembayaran dalam bentuk
upah, bonus, ataupun bentuk lainnya yang didasarkan pada sistem
merit.
c. Placement Decisions
Untuk promosi, transfer ataupun penurunan jabatan atau pangkat
biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan bersifat antisipatif.
d. Training and Development Need
Untuk melakukan pelatihan, sehingga setiap karyawan selalu

memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.
e. Career Planning and Development
Untuk proses pengambilan keputusan utamanya tentang karier
spesifik dari karyawan, sebagai tahapan untuk pengembangan diri
pegawai.
f. Staffing Process Deficiencies
Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam prosedur
penempatan staf di departemen SDM.
g. Informational Inaccuracies
Untuk mengetahui adanya kesalahan dalam informasi analisis
pekerjaan, perencanaan SDM, atau hal lain dari sistem SDM. Hal
demikian akan mengarah pada ketidaktepatan dalam keputusan
memperkerjakan karyawan, pelatihan dan keputusan konseling.
h. Job Design Errors
Untuk mengetahui kesalahan dalam rancangan pekerjaan atau kurang
tepat.
i. Equal Employment Opportunity
Untuk menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah
merupakan sesuatu yang diskriminatif.
j. External Challenges

Untuk mengetahui pengaruh faktor ekternal seperti keluarga,
finansial, kesehatan ataupun masalah-masalah lainnya, terhadap
kinerjanya.
k. Feedback to Human Resources
Untuk mengetahui kinerja dari fungsi departemen SDM.

11
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.3 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut S. Munawir (2002:31) menyatakan bahwa tujuan dari
penilaian kinerja keuangan adalah :
a. Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada
saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya
pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut berada dalam keadaan
likuid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan
mempunyai aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancarnya.

b. Mengetahui tingkat solvabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan
jangka pendek maupun jangka panajang.
c. Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau disebut dengan profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan dan kemampuan
menggunakan aktivanya secara produktif.
d. Mengetahui tingkat stabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya
dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar
beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.
Menurut Henry (1995), tujuan penilaian kinerja adalah :
a. Tujuan Evaluasi
Seorang manajer menilai kinerja dari masa lalu seorang karyawan
dengan menggunakan ratings deskriptif untuk menilai kinerja dan
dengan data tersebut berguna dalam keputusan-keputusan promosi,
demosi, terminasi dan kompensasi.

b. Tujuan Pengembangan
Seorang manajer mencoba untuk meningkatkan kinerja seorang
karyawan dimasa yang akan datang.
Sedangkan tujuan pokok dari sistem penilaian kinerja karyawan
dalah sesuatu yang menghasilkan informasi yang akurat dan valid
berkenaan dengan prilaku dan kinerja anggota organisasi atau
perusahaan.

12
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Persediaan
Ciri khas dari perusahaan dagang dan perusahaan industri (manufaktur)
yang membuat mereka berbeda dengan perusahaan jasa adalah persediaan
barang. Persediaan barang diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen
atau pelanggan, tanpa adanya persediaan barang maka perusahaan
berhadapan dengan kondisi dimana perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan dan kebutuhan konsumen atau pelanggan. Ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen atau
pelanggan inilah yang akan mengakibatkan menurunnya laba perusahaan dan

berdampak pada ketidakefektifan dan efisienan operasi perusahaan. Oleh
karena itu, persediaan barang merupakan hal yang penting bagi perusahaan
yang bergerak di bidang dagang dan industri.

2.1.2.1 Definisi Persediaan
Pendapat Warren, reeve, Fess (2005:440) mendefinisikan
persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam
operasi bisnis perusahaan , dan bahan yang digunakan dalam proses
produksi atau disimpan untuk tujuan itu”
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK, 2007 : 14) menyatakan sebagai berikut “Persediaan adalah aktiva
: Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal ; Dalam proses
produksi dan atau dalam perjalanan; Dalam bentuk bahan atau

13
Universitas Sumatera Utara

perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa”.
Menurut Kasmir (2010 : 264) menyatakan bahwa “Persediaan

adalah sejumlah barang yang harus disediakan oleh perusahaan pada
suatu tempat tertentu. Artinya sejumlah barang yang disediakan
perusahaan guna memenuhi kebutuhan produksi atau penjualan barang
dagangan.”
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan
merupakan sejumlah barang baik itu yang disimpan untuk dijual ,
barang yang dalam proses produksi , atau bahan yang digunakan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Fungsi persediaan
barang dagang pada perusahaan dagang berbeda dengan persediaan
barang pada perusahaan industri (manufaktur).
Sugiyarso dan Winarni (2005:38) menyatakan bahwa :
“Untuk perusahaan dagang persediaan barang dagangan dimasudkan
untuk memenuhi permintaan pembeli. Untuk perusahaan industri,
persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk
memperlancar kegiatan produksi. Sementara itu persediaan barang jadi
dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar”
Perbedaan persediaan barang dalam perusahaan dagang dengan
persediaan barang dalam perusahaan industri (manufaktur) adalah
adanya proses produksi lebih lanjut terhadap persediaan tersebut. Pada
perusahaan dagang persediaan barang dagangan tanpa perlu adanya


14
Universitas Sumatera Utara

proses produksi tersedia untuk memenuhi permintaan pelanggan,
perusahaan menyimpan persediaan sebelum dijual ke dalam gudang.
Sedangkan pada perusahaan industri (manufaktur) persediaan barang
dagangan melewati proses produksi untuk diolah lalu ditawarkan pada
pasar.
2.1.2.2 Persediaan Barang Jadi
Persediaan pada perusahaan dagang adalah barang yang
disimpan dalam gudang oleh perusahaan untuk dijual dan dibeli.
Persediaan pada perusahaan dagang tidak melalui proses produksi
sehingga tidak ada transformasi bentuk persediaan barang dagang.
Berbeda dengan perusahaan industri (manufaktur), persediaan
barang pada perusahaan industri (manufaktur) mengalami transformasi
bentuk akibat adanya proses produksi. Perusahaan industri (manufaktur)
kegiatannya mengolah bahan baku atau mentah menjadi barang jadi,
pada umumnya ada tiga jenis persediaan , yaitu :
1. Persediaan bahan mentah

2. Persediaan barang dalam proses
3. Persediaan barang jadi.
Menurut Zaki Baridwan (2004:150) menyatakan bahwa : “Jenis
persediaan yang ada dalam perusahaan manufaktur yaitu persediaan
bahan baku, bahan penolong, supplies pabrik, barang setengah jadi dan
barang jadi”.

15
Universitas Sumatera Utara

Fokus dalam penelitian ini adalah persediaan barang jadi ,
definisi persediaan barang jadi menurut Sofjan Assauti (2008:240-242):
“ Persediaan barang jadi (finished goods stock), yaitu persediaan
barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.”

Sedangkan menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan
Terry D. Warfield (2002:445) mendefinisikan : “Persediaan barang jadi
adalah produk yamg telah selesai tetapi belum dijual pada akhir periode
fiskal, dilaporkan sebagai persediaan barang jadi”


C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip
E. Fees (2004:149) mendefinisikan persediaan barang jadi sebagai
berikut: “Persediaan barang jadi adalah persediaan produk akhir yang
siap untuk dijual , didistribusikan atau disimpan.”
Dari ketiga definisi persediaan barang jadi di atas dapat
disimpulkan bahwa persediaan barang jadi adalah persediaan produk
akhir yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual kepada pelanggan atau konsumen, didistribusikan kepada
distributor atau disimpan dalam gudang.

2.1.2.3 Metode Pencatatan Persediaan
Persediaan

merupakan

bagian

yang


berpengaruh

dalam

perusahaan , terutama bagi perusahaan industri (manufaktur) karena

16
Universitas Sumatera Utara

perusahaan tidak bisa berjalan tanpa adanya persediaan. Mengingat
penting dan fatalnya masalah persediaan, sangat diperlukan bagi setiap
perusahaan untuk menentukan metode pencatatan persediaan yang
cocok bagi persediaan perusahaan, karena dengan adanya metode
pencatatan persediaan , pihak manajemen perusahaan dapat lebih
mudah mengetahui jumlah persediaan maupun dalam nilai mata
uangnya.
Menurut Mas’ud Machfoed (1995:223) metode penilaian fisik
persediaan adalah
1.

Metode Periodik (physical method)

2.

Metode Kartu (perpetual method)

Sama halnya dengan Soemarso S.R. (2005:405) menyatakan bahwa
“Dalam membantu penyajian persediaan agar menjadi lebih teliti dan
relevan maka dikembangkan beberapa metode pencatatan persediaan
dalam membantu manajemen dalam mengelola perusahaan yaitu dua
metode pencatatan persediaan yang terdiri dari :
1.

Metode pencatatan periodik (periodic method)

2.

Metode pencatatan perpetual (perpetual method)”.
Penjelasan dari metode pencatatan persediaan di atas adalah :

a.

Metode Pencatatan Periodik (periodic method)
Metode

pencatatan

ini

disebut

sistem

periodik

karena

perhitungan jumlah dan nilai persediaan hanya akan diketahui pada
akhir periode saja dalam penyiapan laporan keuangan. Setiap ada

17
Universitas Sumatera Utara

transaksi pembelian maupun penjualann barang, akun persediaan tidak
dicatat baik itu didebit jika ada pembelian ataupun dikredit jika ada
penjualan. Persediaan merupakan salah satu komponen untuk
menghitung cost of good sold maka perhitungan jumlah persediaan
dengan menggunakan stock opname disesuaikan dengan kelengkapan
data atau catatan dan perhitungan barang. Dengan menggunakan cara
ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada cost of good sold
memiliki kemungkinan overstatement¸ karena hanya membandingkan
dan menghitung barang yang ada dikurangi dengan persediaan akhir.
Sehingga jika ada barang-barang yang rusak atau hilang,barang yang
kualitasnya berkurang dan hal ini tidak terungkap akan berdampak pada
laporan laba rugi sehingga kurang objektif dan informatif.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan
periodik adalah :
a. Pembelian barang dagang dicatat sebagai akun pembelian diletakkan
disebelah debit.
b. Tidak ada pencatatan pada akun persediaan
c. Beban angkut pembeliaan dicatat sebagai akun beban angkut
pembelian dan ditempatkan disebelah debit.
d. Retur dan potongan pembelian dicatat pada sebelah kredit ke akun
retur dan potongan pembelian.

18
Universitas Sumatera Utara

e. Potongan tunai pembelian dicatat disebelah kredit ke akun potongan
tunai pembelian, dan akan mengurangi pembelian saat mencatat
rupiahnya di laporan laba-rugi komprehensif.
f. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (cost of good
sold) dihitung pada akhir periode setelah dilakukannya perhitungan

fisik dan penilaian persediaan akhir.
Jurnal umum untuk mencatat pembelian dan penjualan
persediaan menggunakan metode pencatatan kartu (perpetual method)
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Metode Pencatatan Kartu
Date
Description
Ref
1/1/2001 Pada saat pembelian :
Merchandise inventory
Cash/ Account Payable
5/1/2001 Pada saat penjualan :
Cash / Account Receivable
Sales
Cost of good sold
Merchandise inventory
Amount

Debet

Credit

XX
XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX

Sumber : Soemarso S.R. (2002 : 407)
b.

Metode Pencatatan Kartu (Perpetual Methode)
Pada metode pencatatan perpetual ini, setiap jenis persediaan

yang dimiliki perusahaan dicatat dalam kartu persediaan. Keluar
masuknya persediaan baik itu dalam jumlah maupun rupiah dicatat
dalam kartu persediaan ini , sehingga perusahaan bisa mengetahui nilai
persediaan setiap saat tanpa perlu menghitung jumlah barangnya
terlebih dahulu.

19
Universitas Sumatera Utara

Metode pencatatan perpetual ini juga memiliki kelemahan,
kelemahannya adalah saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena
pihak manajemen perusahaan bisa setiap saat mengetahui saldo
persediaan tanpa perlu menghitung fisik barang secara langsung, namun
dengan hanya menghitung jumlah dan nilai barang berdasarkan kartu
persediaan atau catatan yang ada menimbulkan adanya perbedaan
antara jumlah persediaan yang tercatat di kartu dengan jumlah
persediaan

yang

terseimpan

di

gudang,

karena

menimbang

kemungkinan persediaan yang rusak tanpa diketahui perusahaan. Lebih
tepat bagi perusahaan jika menggunakan metode periodik dan metode
perpetual, mencatat jumlah dan nilai dalam kartu persediaan tetapi tetap
menghitung jumlah persediaan barang yang ada agar lebih mengetahui
kualitas barang tersebut.
Perlakuan akuntansi dalam metode pencatatan perpetual ini
tidak disediakan akun pembelian dan akun lain yang berhubungan
dengan pembelian barang. Pembelian barang langsung dicatat dengan
nama akun persediaan barang dagang. Akun persediaan barang
dagangan digunakan untuk mencatat persediaan pada saat pembelian di
awal periode , penjualan yang dilakukan selama periode berjalan dan
persediaan yang ada di akhir periode. Harga pokok penjualan dicatat
setiap kali terjadi transaksi baik itu pembelian barang dagang ataupun
keluarnya barang dagang untuk dijual maupun diproses. Sehingga,

20
Universitas Sumatera Utara

dibuat akun tersendiri dalam pencatatan pada metode perpetual ini,
yaitu harga pokok penjualan.
Jurnal umum untuk mencatat pembelian dan penjualan
persediaan menggunakan metode pencatatan periodik adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.2
Metode Pencatatan Periodik
Date
Description
Ref
Debet
1/1/2001 Pada saat pembelian :
XX
Purchases
Cash/ Account Payable
5/1/2001 Pada saat penjualan :
Cash / Account Receivable
Sales

Credit

XX

XX
XX
XX

Amount

XX

Sumber : Soemarso S.R. (2002 : 407)

2.1.2.4 Metode Penilaian Persediaan
Menurut Zaki Baridwan (2004:158) menyatakan “untuk menilai
persediaan dapat digunakan berbagai cara yaitu :
1.

Identifikasi khusus

2.

Masuk pertama keluar pertama (MPKP/ FIFO)

3.

Rata-rata tertimbang

4.

Masuk terakhir keluar pertama (MTKP/LIFO)

5.

Persediaan besi/minimum

6.

Biaya standar

7.

Biaya rata-rata sederhana

8.

Harga beli terakhir

21
Universitas Sumatera Utara

9.

Metode nilai penjualan relative

10. Metode biaya variabel”.
Penjelasan mengenai metode penilaian persediaan adalah
sebagai berikut :
1. Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus ini didasarkan pada anggapan bahwa arus
barang sama dengan arus biaya. Karena itu perlunya pemisahan tiaptiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing
kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri sehingga masing-masing
harga pokok barang-barang yang dijual dan sisa barang yang ada
merupakan persediaan akhir. Metode ini dapat digunakan dalam
perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan fisik
(Periodic Methode) maupun pencatatan kartu (Perpetual Methode).

2. LIFO (Last in first out)
Metode ini disebut Last in First out (LIFO) karena persediaan barang
yang pertama kali keluarkan adalah persediaan barang yang terakhir
dibeli atau disimpan. Harga pokok persediaan pada metode LIFO (Last
In First Out) ini akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya.

Apabila ada transaksi penjualan atau pemakaian barang-barang maka
harga pokok dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu,
disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dikurangi harga pokok
terakhir.
3. Rata-rata Tertimbang

22
Universitas Sumatera Utara

Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksi atau
dijual akan dibebani dengan harga pokok rata-rata. Perhitungan harga
pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga
perolehannya dengan kuantitinya.
4. FIFO (first in first out)
Dalam metode penilaian persediaan First In First Out (FIFO) ini ,
persediaan pertama yang dikeluarkan adalah persediaan barang yang
pertama kali dibeli atau masuk. Barang-barang yang dikeluarkan dari
gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir
disusul dengan masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan
harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya.
5. Persediaan Besi/Minimum
Dalam metode ini perusahaan memerlukan suatu jumlah persediaan
minimum untuk menjaga kelangsungan hidup usahanya. Persediaan
minimum ini dianggap sebagai elemen yang harus tetap, sehingga
dinilai dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk persediaan
minimum biasanya diambil dari pengalaman masa lalu yang nilai harga
pokoknya rendah. Pada akhir periode jumlah barang yang ada di
gudang dihitung. Jumlah persediaan ini kemudian dinilai dengan harga
pokok yang tetap, sedangkan selisih antara jumlah barang yang ada
dengan jumlah persediaan minimum dinilai dengan harga pada saat
tersebut.
6. Biaya Standar

23
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan manufaktur yang memakai sistem biaya standar, persediaan
barang perusahaan tersebut dinilai dengan biaya standar, yaitu biayabiaya yang sebenarnya terjadi. Biaya standar ini ditentukan diawal
sebelum proses produksi dimulai untuk bahan baku, upah langsung, dan
biaya produksi tidak langsung. Apabila terdapat perbedaan biaya-biaya
yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standarnya, perbedaanperbedaan itu akan dicatat sebagai selisih. Karena persediaan ini dinilai
dengan biaya standar maka pemborosan-pemborosan dan hal-hal yang
tidak biasa tidak termasuk dalam perhitungan harga pokok penjualan.
Biaya standar yang telah ditetapkan akan terus digunakan apabila tidak
ada perubahan harga maupun metode produksi. Jika ada perubahan
yang terjadi baik itu perubahan harga maupun metode produksi maka
biaya standar harus dirubah dan disesuaikan dengan kondisi yang baru.
7. Biaya Sederhana
Harga pokok persediaan dalam metode biaya sederhana ini ditentukan
dengan menghitung rata-rata tanpa memperhatikan jumlahnya. Apabila
terjadi perbedaan jumlah barang metode ini tidak menghasilkan harga
pokok yang dapat mewakili seluruh persediaan.
8. Harga Beli Terakhir
Dalam metode harga beli terakhir ini persediaan barang yang ada pada
akhir periode dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa
mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi
jumlah yang dibeli terakhir.

24
Universitas Sumatera Utara

9. Metode nilai penjualan relatif
Metode ini dipakai jika perusahaan ingin mengalokasikan biaya-biaya
bersama kepada masing-masing produk yang dihasilkan atau dibeli.
Masalah alokasi ini biasanya dialami oleh perusahaan yang bergerak
dibidang usaha dagang maupun manufaktur. Dalam perusahaan dagang
apabila dibeli beberapa barang yang harganya menjadi satu, timbul
masalah berapakah harga pokok masing-masing barang tersebut.
10. Metode Biaya Variabel
Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan
oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya variabel produksi yaitu,
bahan baku, upah langsung, dan biaya produksi tidak langsung. Metode
biaya variabel berguna bagi pimpinan perusahaan dalam merencanakan
dan kegiatan mengawasi biaya-biayanya. Agar metode ini dapat
digunakan, rekening-rekening biaya harus dipisahkan menjadi variabel
biaya atau tetap. Karena biaya-biaya yang masuk dalam perhitungan
harga pokok produksi hanya biaya-biaya yang bersifat variabel, metode
ini tidak diterima sebagai prinsip akuntansi yang lazim. Oleh karena itu
jika perusahaan menggunakan metode biaya variabel maka pada akhir
periode harus diadakan penyesuaian terhadap persediaan dan harga
pokok penjualan.
Sebelum tahun 2005 IAS 2 (International Accounting Standard)
memperbolehkan menggunakan tiga alternatif metode penilaian
persediaan , yaitu metode FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First

25
Universitas Sumatera Utara

Out) dan rata-rata tertimbang. Namun mulai 1 Januari 2005 IFRS
(International Financial Reporting Standard) tidak memperbolehkan

metode LIFO (Last In First Out) digunakan untuk menilai persediaan.

2.1.2.5 Perputaran Persediaan Barang Jadi
Munawir (2004 : 77) menyatakan bahwa “Tingkat perputaran
persediaan (Inventory Turnover) adalah merupakan ratio antara jumlah
harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang
dimiliki oleh perusahaan”.
Perusahaan seperti perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri (manufaktur) yang kegiatannya tidak hanya membeli
dan menjual barang dagangan melainkan juga memproduksi barang
maka perusahaan ini pada akhir tahun akan mempunyai persediaan
bahan baku (mentah), barang dalam proses dan barang jadi. Untuk
barang jadi maka perputarannya dapat dihitung dengan cara yang sama
dengan perhitungan perputaran persediaan barang dagangan yaitu
membagi harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan.
Persediaan merupakan investasi aktiva lancar yang biasanya jumlahnya
paling besar diantara aktiva lancar lainnya, sehingga penting bagi pihak
manajemen perusahaan untuk mengontrol persediaan dengan cermat,
karena itu dalam banyak hal persediaan lebih sensitif terhadap fluktuasi
bisnis umum dibanding dengan harta lainnya yang dimiliki perusahaan.
Dalam kondisi bisnis perusahaan yang baik persediaan digunakan
perusahaan dengan jumlah besar, sedangkan pada saat kondisi bisnis

26
Universitas Sumatera Utara

perusahaan atau permintaan konsumen yang sedikit persediaan barang
dapat menumpuk di gudang.
Pihak manajemen secara khusus perlu merumuskan dan
menetapkan

cara

perencanaan

yang

efektif.

Salah

satu

cara

pengendalian adalah dengan menggunakan rasio perputaran persediaan
barang.
1. Rasio Perputaran Persediaan
Menurut Kasmir (2010:114) menyatakan bahwa “perputaran persediaan
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode.”
Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali jumlah
persediaan barang dagangan yang diganti dalam satu tahun. Untuk
mengetahui rata-rata persediaan tersimpan dalam gudang dapat dihitung
dengan membagi jumlah hari-hari dalam satu tahun dengan perputaran
dari persediaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan mengukur
perusahaan dalam memutar barang dagangannya, dan menunjukan
hubungan antara yang diperlukan untuk menunjang dan mengimbangi
tingkat penjualan yang ditentukan.
Rasio perputaran persediaan dan jumlah hari persediaan adalah alat
untuk menguji persediaan.
Sugiyarso dan Winarni (2005 : 39) menyatakan bahwa :
“Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dibagi menjadi ratarata persediaan barang jadi. Rata-rata persediaan dihitung dengan cara
menambahkan saldo persediaan awal dan saldo persediaan akhir
kemudian dibagi dua. Jumlah hari per tahun untuk perhitungan yang

27
Universitas Sumatera Utara

teliti sering digunakan 365 hari; apabila hanya digunakan hari kerja
maka 1 tahun = 300 hari; akan tetapi banyak juga yang mempergunakan
perhitungan 1 tahun = 360 hari.”
Rasio perputaran persediaan barang jadi adalah ukuran yang
menunjukan berapa kali jumlah persediaan barang jadi diganti dalam
satu tahun.

Semakin besar rasio ini semakin baik karena hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan penjualan perusahaan berjalan cepat dan
lancar.
Menghitung perputaran persediaan barang jadi :
Harga Pokok Penjualan
.
Rata-rata Persediaan Persediaan Barang Jadi
Untuk menghitung rata-rata persediaan :
Persediaan Barang Jadi Awal + Persediaan Barang Jadi Akhir
2
2. Rata-rata periode penjualan
Menurut Budi Rahardjo (2009:42) menyatakan bahwa “rata-rata
periode penjualan adalah jumlah hari yang diperlukan untuk menjual
seluruh persediaan setiap kali”.
Untuk mengetahui berapa hari rata-rata persediaan barang jadi
tersimpan dalam gudang dapat dicari dengan cara membagikan jumlah
hari dalam satu tahun dibagi perputaran persediaan, yaitu :
Rata-rata penjualan =

365
Perputaran Persediaan Barang Jadi

Budi Rahadjo (2009:42) juga menyatakan bahwa
“Jika perusahaan dagang mempunyai perputaran yang lebih lambat dari
rata-rata industri (jenis bisnis yang sama), maka kemungkinan ada
barang kadaluarsa yang tersimpan, atau stok barang-barang persediaan
yang tidak dibutuhkan terlalu banyak. Persediaan yang terlalu berlebihan

28
Universitas Sumatera Utara

akan menyedot dana yang digunakan di pos lain dalam operasi
perusahaan.”
2.1.3 Modal Kerja
Bagi setiap perusahaan, baik itu perusahaan yang memproduksi barang
ataupun bergerak di bidang jasa membutuhkan sejumlah dana untuk
menjalankan segala aktivitasnya baik dana yang berupa pinjaman ataupun
dana yang berasal dari modal sendiri. Dana-dana tersebut biasanya digunakan
perusahaan untuk :
1. Investasi
Penggunaan dana investasi ini biasanya untuk membeli dan membiayai
aktiva tetap dan bersifat jangka panjang yang dapat digunakan secara
berulang-ulang, seperti investasi dengan membeli tanah, bangunan, mesin,
kendaraan, dan aktiva tetap lainnya.
2. Modal kerja
Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai kebutuhan
jangka pendek, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
bahan baku, membayar upah dan gaji, dan biaya operasional lainnya.
Modal untuk yang digunakan untuk keperluan investasi biasanya
dibutuhkan setiap saat hanya pada saat-saat tertentu. Saat pelaksanaan
investasi itu sendiri. perusahaan membutuhkan beberapa lama lagi untuk
melakukan investasi sampai umur ekonomis aktiva tersebut habis. Sementara
itu modal untuk modal kerja secara berkesinambungan dibutuhkan untuk
membiayai operasional perusahaan. Modal kerja membutuhkan penanganan

29
Universitas Sumatera Utara

dan perhatiaan yang intens, sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat
berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Oleh karena itu
pengelolaan modal kerja bagi setiap perusahaan berbeda-beda.

2.1.3.1 Pengertian Modal Kerja
Pengertian modal kerja menurut G. Sugiyarso dan F.Winarni
(2006:17) adalah “Dana yang ditanamkan ke dalam aktiva lancar untuk
membiayai operasi perusahaan sehari-hari disebut dengan modal kerja”.
Sedangkan Bambang Riyanto (2000:57) menyatakan bahwa :
“Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk
membelanjai operasinya sehari-hari, misalkan untuk memberikan
persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai
dan sebagainya. Dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu
diharapkan akan dapat kembali masuk dalam perusahaan dalam waktu
yang pendek melalui hasil penjualan produksinya”.
Menurut Kasmir (2010:212) pengertian dari modal kerja adalah
“Seluruh komponen aktiva lancar dikurangi seluruh total kewajiban
lancar”
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modal
kerja adalah dana yang ditanamkan ke aktiva lancar dikutangi
kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari.
Pengertian modal kerja dapat dilihat dari tiga aspek menurut
Bambang Riyanto (2000:57), yaitu:
a. Konsep kuantitatif
b. Konsep kualitatif

30
Universitas Sumatera Utara

c. Konsep fungsional.”
Penjelasan dari tiga konsep tersebut adalah :
a. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif ini mendasarkan pada besarnya jumlah dana yang
ditanamkan pada elemen-elemen aktiva lancar di mana aktiva ini
merupakan aktiva yang selalu berputar dalam bentuk semula atau aktiva
di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam
waktu yang pendek. Modal kerja menurut konsep kuantitatif ini adalah
jumlah keseluruhan dari aktiva lancar. Modal kerja dalam definisi ini
disebut modal kerja bruto.
Konsep ini hanya memandang dari sisi aktiva lancar, tanpa melihat
adanya utang-utang lancar (kewajiban jangka pendek) yang harus
dibayar sewaktu-waktu.
b. Konsep Kualitatif
Konsep kualitatif ini berbeda dengan konsep kuantitatif dimana
jumlah utang lancar (kewajiban jangka pendek) yang merupakan utang
yang harus segera dibayar dikaitkan dalam pengertian modal kerja.
Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar disediakan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dilunasi, di
mana bagian dari aktiva lancar ini tidak dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditas. Maka modal
kerja menurut konsep kualitatif ini merupakan sebagian dari aktiva
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai kegiatan

31
Universitas Sumatera Utara

operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditas, yaitu kelebihan aktiva
lancar diatas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering
disebut sebagai modal kerja neto.
Modal kerja dapat dirumuskan sebagai aktiva lancar dikurangi dengan
hutang lancar .
c. Konsep Fungsional
Konsep fungsional ini lebih mendasarkan pada fungsi dari dana
dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan
perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada
sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu
yang seluruh dana langsung menghasilkan pendapatan bagi periode
tersebut ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode
tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan
pendapatan jangka pendek.
Melihat tiga konsep diatas, modal kerja perusahaan dibagi kedalam dua
jenis menurut Kasmir (2010:212), yaitu :
1. Modal kerja kotor (gross working capital)
Modal kerja kotor adalah semua komponen aktiva lancar dan sering
disebut modal kerja. Modal kerja kotor terdiri dari, kas, bank, surat
berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Nilai total dari
keseluruhan komponen aktiva lancar tersebut adalah jumlah modal
kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Modal kerja bersih (net working capital)

32
Universitas Sumatera Utara

Modal kerja bersih adalah keseluruhan komponen aktiva lancar
dikurangi dengan seluruh total utang lancar atau kewajiban jangka
pendek. Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank
jangka pendek, utang gaji, utang pajak, dan utang lancar lainnya.

2.1.3.2 Unsur-Unsur Modal Kerja
Menurut Munawir (2004:14) bahwa unsur-unsur modal kerja
yaitu :
1. Aktiva Lancar
Menurut Munawir (2004:14) menyatakan bahwa “aktiva lancar
adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk
dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer
dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam
perputaran kegiatan usahan yang normal)”
Yang termasuk aktiva lancar yaitu:
a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan.
b. Investasi jangka pendek atau surat berharga adalah investasi yang
sifatnya sementara (jangka pendek).
c. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan terhadap pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam
undang-undang.
d. Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain sebagai akibat
adanya penjualan barang secara kredit.

33
Universitas Sumatera Utara

e. Persediaan, untuk perusahaan dagang yang dimaksud dengan
persediaan adalah barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih digudang atau belum laku terjual. Untuk
perusahaan manufaktur maka persediaan barang meliputi persediaan
bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan
barang jadi.
f. Piutang penghasilan atau piutang yang masih harus diterima,
g. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka.
2. Hutang Lancar
Menurut Munawir (2004:18) menyatakan bahwa “hutang lancar
atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasan atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek
(satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan.”
Yang termasuk hutang lancar, yaitu :
a. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul akibat adanya pembelian
secara kredit.
b. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai janji tertulis (yang diatur
dengan undang-undang ) untuk melakukan pembayaran sejumlah
tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang.
c. Hutang pajak, baik pajak untuk perushaaan yang bersangkutan
ataupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan kepada
Negara.

34
Universitas Sumatera Utara

d. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah
terjadi tetapi belum melakukan pembayaran.
e. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian
atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang
jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayaran.
f. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk
penjualan barang dan jasa yang belum direalisasikan.

2.1.3.3 Pengukuran Modal Kerja
Pengelolaan

modal

kerja

yang

baik,

perusahaan

akan

memperoleh modal kerja netto yang layak, sehingga menjamin tingkat
likuiditas perusahaan.
Modal kerja dapat diukur dengan menggunakan modal kerja
netto. Perubahan-perubahan dalam modal kerja netto yaitu aktiva lancar
dikurangi utang lancar atau kewajiban jangka pendek.
Lukman Syamsuddin (2000:43) menyatakan : “Pembandingan
net working capital dari tahun ke tahun juga bisa memberikan gambaran
tentang jalannya perusahaan.”
Untuk mengetahui besarnya persentase perubahan modal kerja
netto pada analisis laporan keuangan dengan membandingkan modal
kerja tahun berjalan dengan modal kerja tahun yang lalu. Dalam
penelitian ini modal kerja yang digunakan adalah modal kerja bersih
yaitu aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar.

35
Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Hubungan Perputaran Persediaan terhadap Modal kerja
Kasmir (2010:218) didalam bukunya Pengantar Manajemen Keuangan
yang menyatakan bahwa “Makin kecil atau rendah tingkat perputaran
persediaan, maka kebutuhan modal kerja makin tinggi, demikian pula
sebaliknya.”
Pengendalian persediaan barang merupakan salah satu pengendalian
terpenting yang harus dilakukan oleh perusahaan karena salah satu faktor
keberhasilan

perusahaan

adalah

jika

perusahaan

dapat

mengelola

persediaannya dengan baik.
Persediaan sebagai salah satu elemen modal kerja merupakan aktiva
yang selalu dalam keadaan yang berputar. Perputaran persediaan akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan untuk
membelanjai perusahaan tersebut. Tingkat perputaran persediaan yang rendah
menunjukan adanya investasi (modal kerja) yang besar pada persediaan,
sebaliknya perputaran persediaan yang tinggi memerlukan semakin
sedikitnya investasi (modal kerja) yang terikat dalam persediaan.
Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nida (2008)
yang berjudul “pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi menyatakan
Bahwa : “Perputaran persediaan berpengaruh terhadap modal kerja.” Dengan
demikian dibutuhkan perputaran persediaan yang cukup tinggi agar
memperkecil risiko kerugian akibat dari penurunan harga serta mampu
menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan.

36
Universitas Sumatera Utara

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No

Tahun

1. 2008

Peneliti
Nida

Judul Penelitian
Pengaruh

Tingkat Tingkat

Perputaran
Barang

Hasil Penelitian

Jadi

perputaran

Persediaan persediaan barang jadi
Terhadap berpengaruh

terhadap

Modal Kerja pada PT. modal kerja.
INTI
2. 2008

Diana

Pengaruh

Perputaran 1. Perputaran kas tidak

Kas, Perputaran Piutang

berpengaruh terhadap

dan

efisiensi modal kerja.

Persediaan

Perputaran

terhadap 2. Perputaran

Efisiensi Modal Kerja”

Piutang

berpengaruh terhadap
efisiensi modal kerja.
3. Perputaran persediaan
berpengaruh terhadap
efisiensi modal kerja.

2.3 Kerangka Konseptual
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, tinjauan pustaka dan
tinjauan penelitian terdahulu , maka dapat disimpulkan bentuk kerangka
konseptual adalah sebagai berikut :

37
Universitas Sumatera Utara

H1

Perputaran Persediaan
Barang Jadi

Modal Kerja

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan dana untuk menjalankan operasi perusahaannya, hal ini biasanya dapat
kita golongkan dalam kewajiban jangka pendek. Kemampuan perusahaan
membiayai kewajiban jangka pendeknya dapat dilihat dari total aktiva lancar yang
dimiliki oleh perusahaan. Dalam menjalankan operasinya, terutama pada
perusahaan-perusahaan manufaktur, salah satu kelompok aktiva lancar yang terus
berputar dan biasanya dalam jumlah besar pembeliannya adalah persediaan.
Pihak manajemen perusahaan harus mengendalikan persediaan barang seefisien
mungkin,

karena

ketidakefisienan

persediaan

akan

berpengaruh

pada

berkurangnya laba perusahaan nantinya.
Persediaan barang jadi akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja
perusahaan.

Kelebihan

atau

kekurangan

modal

kerja

mengakibatkan

meningkatnya pengeluaran perusahaan . Menurut Ridwan (2002:262) persediaan
merupakan suatu investasi karena uang perusahaan akan tertanam dalam
persediaan perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
penghasilan. Semakin tinggi tingkat persediaan maka semakin besar investasi dan
biaya yang dibutuhkan.

38
Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka penulis mengemukakan hipotesis
bahwa : “Tingkat Perputaran Persediaan Barang Jadi Memiliki Pengaruh
yang Signifikan Terhadap Modal Kerja”

39
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

16 141 75

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

1 9 96

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERSEDIAAN DAN AKTIVA TETAP TERHADAP RENTABILITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013.

0 4 31

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2011).

0 0 43

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 12

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 2

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 9

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

2 7 3

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Modal Kerja Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011

0 0 6

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA, PERPUTARAN KAS, DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2014

0 0 16