Pertumbuhan dan Produksi Bawang merah (Allium ascalonicum L.) Lokal Samosir Generasi M1V5 Hasil Iradiasi Sinar Gamma di Dataran Rendah
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai
arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi,
maupun dari kandungan gizinya. Komposisi kimia umbi bawang merah per 100 g
adalah air sekitar 80-85%, protein 1.5 %, lemak 0.3 %, karbohidrat 9.2 %, vitamin
B1 0.03 mg, vitamin C 2.0 mg, kalsium (Ca) 36 mg, besi (Fe) 0.8 mg, fosfor (P)
40.0 mg, energi 39.0 kalori (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Produksi bawang merah di Sumatera Utara tahun 2014 sebesar 7.810 ton,
mengalami penurunan sebanyak 495 ton (5,96%) dibandingkan pada tahun 2013
sebesar 8.305 ton. Penurunan produksi tersebut disebabkan menurunnya luas
panen sebesar 45 hektar (4,29%) dan menurunnya produktivitas sebesar 0,14 ton
per hektar (1,74%) (BPS Sumatera Utara, 2015).
Penyebab menurunnya luas panen lahan bawang merah disebabkan alih
fungsi lahan bawang merah ke tanaman kopi dan rendahnya produksi bawang
merah di Indonesia disebabkan antara lain oleh penggunaan bibit yang kurang
bermutu, media tanam yang kurang baik seperti pH tanah yang masih belum
sesuai dan tekstur tanah kurang gembur, pengendalian hama dan penyakit yang
kurang memadai serta belum menyebarnya paket teknologi budidaya dari
hasil-hasil penelitian ke tingkat petani (Hervani et al., 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahya produksi
bawang merah diantaranya pemanfaatan bibit tanaman
bersifat
unggul
dengan
pemuliaan
tanaman
bawang merah
menggunakan
mutasi
(Badan Litbang Pertanian, 2011). Mutasi merupakan salah satu teknik yang telah
Universitas Sumatera Utara
15
dikembangkan secara luas sebagai upaya untuk meningkatkan keragaman genetik
tanaman untuk mendapatkan sifat baru sebagai sarana untuk perbaikan genetik
tanaman, terutama pada tanaman yang selalu diperbanyak secara vegetatif
sehingga keragaman genetiknya rendah atau untuk mendapatkan karakter baru
(Zanzibar dan Sudrajat, 2013).
Hasil penelitian iradiasi sinar gamma pada tanaman diantaranya, dilakukan
oleh Hendro et al (2010) melaporkan dosis 2, 3, dan 4 Gy menghasilkan umbi
bawang merah yang diameternya cenderung lebih besar daripada kontrol.
Ismiyati et al (2004) melaporkan kandungan klorofil daun bawang putih dengan
perlakuan dosis radiasi 2, 4, 6, 8 dan 10 Gy lebih tinggi dibandingkan tanpa
radiasi. Mutasi digunakan untuk memperbaiki banyak karakter yang bermanfaat
mempengaruhi
ukuran
tanaman,
umur
berbunga,
warna
buah
dan
karakter-karakter lainnya.
Karakter-karakter agronomi penting yang berhasil dimuliakan dengan
mutasi pada beberapa jenis tanaman di antaranya adalah tanaman tahan penyakit
(Zanzibar dan Sudrajat, 2013 ). Rao (1981) melaporkan iradiasi sinar gamma
dengan dosis 20 Gy dapat menyembuhkan 2 dari l0 anakan pisang yang terserang
penyakit vinis bunchy top.
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Mariati didapatkan hasil
rataan tinggi tanaman pada generasi M1V4 yaitu pada genotip 1 Gy (39.90 cm),
2 Gy (41.99 cm), 3 Gy (36.59 cm), 4 Gy (40.25 cm), 5 Gy (42.38 cm),
6 Gy (43.35 cm). Jumlah anakan 1 Gy (15.23 anakan), 2 Gy (16.36 anakan),
3 Gy (14.63 anakan), 4 Gy (16.87 anakan), 5 Gy (16.88 anakan), 6 Gy (14.71
anakan). Jumlah umbi 1 Gy (18.65 umbi), 2 Gy (20.75 umbi), 3 Gy (15.85 umbi),
Universitas Sumatera Utara
16
4 Gy (18.81 umbi), 5 Gy (23.68 umbi), 6 Gy (17.57 umbi). Bobot basah umbi
bawang merah dosis 1 Gy (73.07 g), 2 Gy (82.50 g), 3 Gy (65.50 g), 4 Gy (73.61
g), 5 Gy (76.60 g), 6 Gy (77.75 g). Bobot kering umbi bawang merah 1 Gy
(72.13 g), 2 Gy (80.84 g), 3 Gy (61.70 g) 4 Gy (62.50 g), 5 Gy (66.90 g), 6 Gy
(66.33 g) (Komunikasi pribadi dengan Mariati, 2016).
Efek mutasi per generasi akan mengalami perubahan pada lingkungan
berbeda seperti curah hujan, kesuburan tanah dan kondisi ketinggian tempat.
Adanya perbedaan respon genotip tanaman terhadap lingkungan menyebabkan
timbul perbedaan fenotip pada setiap tanaman. Pengaruh Genotip yang diuji di
berbagai lokasi kemampuan daya hasilnya berbeda pada setiap lokasi pengujian
(Ambarwati dan yudono, 2003).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L) lokal samosir
pada generasi M1V5 hasil iradiasi sinar gamma di dataran rendah.
Tujuan Penelitian
Untuk
mengevaluasi pertumbuhan
dan
produksi bawang
merah
(Allium ascalonicum L) lokal Samosir pada generasi M1V5 hasil iradiasi sinar
gamma di dataran rendah.
Hipotesa Penelitian
Ada
perbedaan
pertumbuhan
dan
produksi
bawang
merah
(Allium ascalonicum L) lokal Samosir generasi M1V5 hasil iradiasi sinar gamma di
dataran rendah.
Universitas Sumatera Utara
17
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan
informasi bagi pihak yang memerlukan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai
arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi,
maupun dari kandungan gizinya. Komposisi kimia umbi bawang merah per 100 g
adalah air sekitar 80-85%, protein 1.5 %, lemak 0.3 %, karbohidrat 9.2 %, vitamin
B1 0.03 mg, vitamin C 2.0 mg, kalsium (Ca) 36 mg, besi (Fe) 0.8 mg, fosfor (P)
40.0 mg, energi 39.0 kalori (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Produksi bawang merah di Sumatera Utara tahun 2014 sebesar 7.810 ton,
mengalami penurunan sebanyak 495 ton (5,96%) dibandingkan pada tahun 2013
sebesar 8.305 ton. Penurunan produksi tersebut disebabkan menurunnya luas
panen sebesar 45 hektar (4,29%) dan menurunnya produktivitas sebesar 0,14 ton
per hektar (1,74%) (BPS Sumatera Utara, 2015).
Penyebab menurunnya luas panen lahan bawang merah disebabkan alih
fungsi lahan bawang merah ke tanaman kopi dan rendahnya produksi bawang
merah di Indonesia disebabkan antara lain oleh penggunaan bibit yang kurang
bermutu, media tanam yang kurang baik seperti pH tanah yang masih belum
sesuai dan tekstur tanah kurang gembur, pengendalian hama dan penyakit yang
kurang memadai serta belum menyebarnya paket teknologi budidaya dari
hasil-hasil penelitian ke tingkat petani (Hervani et al., 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahya produksi
bawang merah diantaranya pemanfaatan bibit tanaman
bersifat
unggul
dengan
pemuliaan
tanaman
bawang merah
menggunakan
mutasi
(Badan Litbang Pertanian, 2011). Mutasi merupakan salah satu teknik yang telah
Universitas Sumatera Utara
15
dikembangkan secara luas sebagai upaya untuk meningkatkan keragaman genetik
tanaman untuk mendapatkan sifat baru sebagai sarana untuk perbaikan genetik
tanaman, terutama pada tanaman yang selalu diperbanyak secara vegetatif
sehingga keragaman genetiknya rendah atau untuk mendapatkan karakter baru
(Zanzibar dan Sudrajat, 2013).
Hasil penelitian iradiasi sinar gamma pada tanaman diantaranya, dilakukan
oleh Hendro et al (2010) melaporkan dosis 2, 3, dan 4 Gy menghasilkan umbi
bawang merah yang diameternya cenderung lebih besar daripada kontrol.
Ismiyati et al (2004) melaporkan kandungan klorofil daun bawang putih dengan
perlakuan dosis radiasi 2, 4, 6, 8 dan 10 Gy lebih tinggi dibandingkan tanpa
radiasi. Mutasi digunakan untuk memperbaiki banyak karakter yang bermanfaat
mempengaruhi
ukuran
tanaman,
umur
berbunga,
warna
buah
dan
karakter-karakter lainnya.
Karakter-karakter agronomi penting yang berhasil dimuliakan dengan
mutasi pada beberapa jenis tanaman di antaranya adalah tanaman tahan penyakit
(Zanzibar dan Sudrajat, 2013 ). Rao (1981) melaporkan iradiasi sinar gamma
dengan dosis 20 Gy dapat menyembuhkan 2 dari l0 anakan pisang yang terserang
penyakit vinis bunchy top.
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Mariati didapatkan hasil
rataan tinggi tanaman pada generasi M1V4 yaitu pada genotip 1 Gy (39.90 cm),
2 Gy (41.99 cm), 3 Gy (36.59 cm), 4 Gy (40.25 cm), 5 Gy (42.38 cm),
6 Gy (43.35 cm). Jumlah anakan 1 Gy (15.23 anakan), 2 Gy (16.36 anakan),
3 Gy (14.63 anakan), 4 Gy (16.87 anakan), 5 Gy (16.88 anakan), 6 Gy (14.71
anakan). Jumlah umbi 1 Gy (18.65 umbi), 2 Gy (20.75 umbi), 3 Gy (15.85 umbi),
Universitas Sumatera Utara
16
4 Gy (18.81 umbi), 5 Gy (23.68 umbi), 6 Gy (17.57 umbi). Bobot basah umbi
bawang merah dosis 1 Gy (73.07 g), 2 Gy (82.50 g), 3 Gy (65.50 g), 4 Gy (73.61
g), 5 Gy (76.60 g), 6 Gy (77.75 g). Bobot kering umbi bawang merah 1 Gy
(72.13 g), 2 Gy (80.84 g), 3 Gy (61.70 g) 4 Gy (62.50 g), 5 Gy (66.90 g), 6 Gy
(66.33 g) (Komunikasi pribadi dengan Mariati, 2016).
Efek mutasi per generasi akan mengalami perubahan pada lingkungan
berbeda seperti curah hujan, kesuburan tanah dan kondisi ketinggian tempat.
Adanya perbedaan respon genotip tanaman terhadap lingkungan menyebabkan
timbul perbedaan fenotip pada setiap tanaman. Pengaruh Genotip yang diuji di
berbagai lokasi kemampuan daya hasilnya berbeda pada setiap lokasi pengujian
(Ambarwati dan yudono, 2003).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L) lokal samosir
pada generasi M1V5 hasil iradiasi sinar gamma di dataran rendah.
Tujuan Penelitian
Untuk
mengevaluasi pertumbuhan
dan
produksi bawang
merah
(Allium ascalonicum L) lokal Samosir pada generasi M1V5 hasil iradiasi sinar
gamma di dataran rendah.
Hipotesa Penelitian
Ada
perbedaan
pertumbuhan
dan
produksi
bawang
merah
(Allium ascalonicum L) lokal Samosir generasi M1V5 hasil iradiasi sinar gamma di
dataran rendah.
Universitas Sumatera Utara
17
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai bahan
informasi bagi pihak yang memerlukan.
Universitas Sumatera Utara