Tugas kimia XII IPA. greta dria nada (1)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat
Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam
Menyelesaikan Reaksi Redoks dan Sel
Elektrokimia pada Siswa Kelas XII IPA 1 SMA
Negeri 1 Kuala Kapuas Tahun Pelajaran
2009/2010.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu usaha sadar yang sistematik untuk mencapai tujuan
terhadap perilaku peserta didik dalam melakukan perubahan-perubahan untuk menuju kedewasaan.
Adapun proses yang dimaksud tersebut adalah proses pembelajaran, hal ini dinyatakan dalam undangundang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang konduktif agar peserta didik
secara aktif dapat menumbuh kembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk dapat memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampian yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam proses belajar mengajar tidak lepas dari tiga komponen utama yaitu : guru, siswa, dan bahan
ajar. Unsur utama adalah siswa, kebutuhan sebagai sumber, serta situasi belajar yang memberikan
kemungkinan kegiatan belajar. Meskipun demikian guru merupakan faktor yang cukup menentukan,
seperti melakukan pengembangan bahan ajar serta perangkat lainnya.

(Sastrapratedja, 2004:51) menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan transaksi
manusiawi yang sangat halus yang menuntut kepekaan dan keterampilan dalam hal hubungan antara
manusia.
Rendahnya minat belajar siswa di SMA Negeri 1 Kuala Kapuas terhadap mata pelajaran Kimia
selama ini karena pembelajaran Kimia kurang menarik. Hal ini terbukti dari setiap analisis pada setiap
ulangan harian daya serap siswa sangat rendah bahkan mencapai 50 % saja yang tuntas.
Dari sejumlah permasalahan tersebut diatas sebenarnya ada satu masalah utama yang perlu
mendapat perhatian,yaitu yang bekaitan dengan minat siswa pada pelajaran Kimia, sebagian besar siswa
kurang berminat belajar Kimia disebabkan guru yang satu-satunya sebagai sumber belajar, orang yang
paling tahu,tempat bertanya segala sesuatu hingga sebagian besar siswa merasa guru itu paling hebat.
Melihat kenyataan itu siswa merasa takut, rendah diri,enggan mengucapkan masalah bahkan takut
memberikan jawaban,karena merasa malu kalau jawabannya salah , ruang belajar juga menjadi tempat
kebosanan siswa mengikuti pelajaran, melihat kendala tersebut maka upaya yang diperkirakan dapat
meningkatkan minat siswa pada pelajaran Kimia adalah dengan menerapkan metode pembelajaran
kooperatif.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Kimia adalah metode
kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achivement Division ) karena STAD merupakan salah satu motode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan

bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri lima komponen yaitu

:presentasi kelas, tim, kuis, skor, kemajuan individual /tim dan rekognisi (penghargaan).
Karena alasan tersebut maka diperlukan suatu media yang tepat agar kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal reaksi redoks dan sel elektrokimia semakin meningkat . Salah satu media yang dapat
dipergunakan untuk membantu mngatasi kesulitan tersebut adalah dengan melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.

B. Identifikasi Masalah

Mempehatikan
adalah

situasi

pada

latar

belakang

tersebut,


kondisi

yang

ada

saat

ini

1. Pembelajaran Kimia di kelas masih berjalan monoton.
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
3. Metode yang digunakan masih bersifat konvensial.
4. Rendahnya prestasi siswa untuk pembelajaran Kimia.
5. Rendahnya minat belajar siswa pada Kimia.
6. Kurang telitinya siswa dalam mengerjakan soal reaksi redoks dan elektrokimia.
C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas masalah penelitian ini adalah : Bagaimana

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
Reaksi Redoks dan Sel Elektrokimia pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala Kapuas Tahun
Pelajaran 2009/2010.
D. Pemecahan Masalah

Adapun pemecahan masalah yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam Menyelesaikan
Reaksi Redoks Dan Sel Elektrokimia adalah dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Type
STAD.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah :
1. Guru memberikan tes awal.
2. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan memberikan contoh-contoh cara mereaksikan
3.
4.
5.
6.
7.

reaksi redoks dan sel elektrokimia .
Guru membagi siswa perkelompok model STAD (1 tim terdiri dari 5 orang siswa dengan
memperhatikan prestasinya dan jenis kelamin)

Siswa bekerja dengan mengisi lembar kegiatan siswa untuk menguasai materi pembelajaran.
Siswa mempresentasikan hasil penguasaan materi.
Guru memberi skor kemajuan individual / tim.
Siswa mengerjakan kuis individual ( tes terakhir / postest ).
Guru memberikan penghargaan prestasi individu / tim.

E. Hipotesis Tindakan .

Penelitian ini direncanakan terbagi kedalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti
prosedur perencanaan (plannin), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Melalui ketiga siklus tersebut dapat di amati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif type STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan Reaksi Redoks Dan
Sel Elektrokimia.

F. Tujuan Penelitian .

Tujuan yang dicapai dalam kegiatan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan reaksi Redoks Dan Sel Elektrokimia.

b. Untuk mengetahui sejauh mana partisifasi siswa dalam model pembelajaran kooperatifl type
STAD ini .
G. Manfaat Penelitian
a.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

:

1. memberikan motivasi untuk memperoleh

hasil belajar yang lebih baik .
2. sebagai alternatif pemilihan metode pembelajaran.
3. Bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan/ acuan untuk membimbing guru-guru memberikan
metode pembelajaran / memperbaiki proses pembelajaran.
4. Bagi pemerintah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia .
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
A. Model pembelajaran


Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran . Belajar mengacu pada apa yang dilakukan siswa sedangkan mengajar mengacu
pada apa yang dilakukan guru. Kedua kegiatan ini saling berhubungan timbal balik pada saat
pembelajaran berlangsung (Sudirman, 1996).
Guru profesional dalam melaksanakan tugasnya menggunakan tekhnik dan prosedur ilmiah,
memiliki dedikasi yang tinggi, menguasai materi, tekhnik dan pendekatan mengajar seperti dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran berdasarkan masalah.
B. Model Pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning )

Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang
mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling
membantu dalam belajar .
Pembelajaran ini melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa dengan
kemampuan dan latar belakang sosial yang berbeda-beda dengan menggunakan ukuran kelompok yang
berbeda-beda pula ( Muhammad Nur , 2000).
Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif siswa akan lebih banyak menerima materi bukan
hanya dari guru akan tetapi juga dari teman dalam kelompok kerjanya, siswa akan merasa lebih percaya
diri dan termotivasi dalam pembelajaran, sehingga berdampak pada perolehan nilai yang lebih baik,
kompetensi
lebih

tinggi
dalam
berpikir
kritis,
memiliki
sikap lebih
positif terhadap mata pelajaran yang dipelajari, menampakkan kompetensi
lebih tinggi dalam kegiatan kolaboratif, memiliki kesehatan jiwa
yang
tinggi dan menerima perbedaan-perbedaan diantara
teman-temannya (Muhammad Nur, 2000).
Menurut Ibrahim dkk ( 2000) salah satu aspek penting dalam pembelajaran kooperatif adalah
bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
hubungan akan lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif akan membantu siswa dalam
pembelajaran akademis.
C. Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Divisions (STAD)

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran koopeatif yang paling sederhana, dan
merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan
koperatif.

STAD terdiri 5 kelompok utama yakni : presentasi kelas , tim , kuis , skor kemajuan individual ,
rekognisi tim .
Presentasi kelas.
b. Tim .Kuis.
c. Skor kemajuan individual.
d. Rekognisi Tim.
a.

D. Langkah-langkah pengelompokan tim STAD
1. Persiapan
2. Jadwal Kegiatan
3. Menghitung Skor Individual dan Tim.
4. Poin Kemajuan.
5. Merekognisi Prestasi Tim
6. Mengubah Tim

Setelah 4 atau 5 minggu melakukan STAD atau pada akhir tiap periode yang telah ditentukan, tempatkan
kembali para siswa ke dalam tim yang baru. Ini memberikan kesempatan baru kepada siswa yang
mempunyai skor tim rendah, biarkan siswa bekerja dengan temannya yang lain, dan jaga agar
programnya tetap segar.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi : tempat , waktu , dan siklus penelitian sebagai berikut :
1.
2.
3.

Tempat Penelitian.
Waktu Penelitian.
Siklus Penelitian
B. Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk
memberi perlakuan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu rencana yang akan dijadikan tujuan
pembelajaran khusus menurut kurikulum 2006 berbasis KTSP. Depdiknas adalah sebagai berikut :
1.

Menyetarakan persamaan reaksi redoks (reduksi dan oksidasi ) dengan cara bilangan oksidasi.


2.

Menyetarakan persamaan reaksi redoks ( reduksi dan oksidasi ) dengan cara setengah reaksi (ion elektron).

3.

Menggambarkan susunan sel Volta atau sel galvani dan menjelaskan fungsi tiap bagiannya.

4.

Menuliskan lambang sel dari reaksi-reaksi yang terjadi pada sel Volta.

5

Menghitung potensial sel berdasarkan data potensial standar dan membandingkan hasil pengukuran
dengan hasil perhitungan.
Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa : (a) Lembar kerja siswa (LKS),
(b) Lembar pengamatan diskusi, (c)Lembar evaluasi Daftar nama kelompok diskusi yang dibuat secara
heterogen.
C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitan ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa , guru dan teman
sejawat serta kolaborator.
1. Siswa :
2. Guru :
3. Teman sejawat dan Kolaborator :
D. Tekhnik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, kuesioner dan diskusi.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes, observasi, wawancara, kuisioner dan diskusi
E. Indikator Kinerja.

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa adalah guru,
karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa .
1. Siswa :
a. Dilihat bagaimana tingkat hasil belajarnya dalam menyelesaikan konsep reaksi oksidasi reduksi dan sel
elektrokimia serta penerapannya dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari dan bagaimana cara siswa
belajar dalam memahami soal-soal tersebut dengan ketuntasan individual 60 % dan klasikal 75 % sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) SMAN 1 Kuala Kapuas Tahun pelajaran 2009/2010.
b. Dilihat bagaimana tingkat partisipasinya dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
keaktifan siswa 80%.
2. Guru

:

a. Dilihat bagaimana persiapan yang dibuat dan bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan dalam
mentransfer konsep reaksi oksidasi reduksi dan sel elektrokimia serta penerapannya dalam teknologi dan
kehidupan sehari-hari,dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebanyak 3 RPP @ 2 jam
Pelajaran ( 6 kali pertemuan ).
b. Dilihat bagaiman proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan dengan skor
observasi oleh kepala sekolah berada pada skor 3 sampai 4 dengan katagori (baik/sangat baik).
F. Analisa Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis
secara diskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar :
2. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar :
1.

3.

Imlementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD :
G. Prosedur penelitian
Siklus 1

1. Perencanaan ( Planing ).
2. Pelaksanaan ( Acting ).
3. Pengamatan ( Observating )
4. Refleksi ( Reflecting )

Siklus 2
Siklus 3

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PEELITIAN
A. Diskripsi Setting Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala Kapuas dengan
jumlah siswa 40 orang terdri dari 13 siswa dan 27 siswi terbagi menjadi 8 (delapan) tim yang masingmasing tim terdiri 5 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen. Kegiatan yang diteliti adalah
observasi pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar yang dikelola oleh guru, aktifitas siswa dalam tim
dan hasil belajar siswa individual/tim melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus–siklus pembelajaran yang dilakukan
dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam siklus
sebagaimana pemaparan berikut ini.
I.

Siklus Pertama ( 2 jam pelajaran )

Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan reflaksing
serta replaning, seperti berikut ini :
1. Perencanaan ( Planning )
(a) Tim penelitian melakukan analisis kurikulum untuk menentukan tujuan pembelajaran khusus yang
akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, (b) Membuat
rencana pembelajaran (RPP)., (c) Membuat lembar kerja siswa (LKS), (d) Menyusun alat evualuasi
pembelajaran (TES)
2. Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus pertama, pelaksanaan belum sesuai dengan rencana, hal ini disebabkan :
(a) Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok. (b) Sebagian tim belum
memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD secara utuh dan menyeluruh.
(c) Sebagian siswa belum memperhatikan pembagian alokasi waktu yang tersedia dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas dilakukan upaya sebagai berikut :
a. Guru lebih intensif memberi petunjuk kepada siswa bagaimana seharusnya kondisi dalam berkelompok,
kerja sama tim, ke ikut sertaan dalam tim.
b. Guru membantu tim yang belum memahami langkah–langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
c. Guru memperingatkan bahwa waktu yang tersedia agar dimanfaatkan sebaik–baiknya dalam tim.
Pada saat akhir sikus pertama dalam hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan teman sejawat
dapat disimpulkan :
a. Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar tim.
b. Siswa mulai tebiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Siswa mampu menyimpulkan bahwa pembelajaran koperetif tipe STAD memiliki langkah – langkah
tertentu.
3. Observasi dan Evaluasi ( Observation and Evaluation )
a. Hasil observasi aktivitas siswa diambil dari hasil penyelesaian lembar kerja siswa sampai dengan
presentasi siswa dalam pembelajaran selama siklus pertama dapat
Dalam tabel terlihat ada 4 ( empat ) tim yang belum berhasil mencapai target tuntas 80 %.
b. Hasil observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran
siklus1 .
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama sudah baik
dengan perolehan skor 43 atau 90% sedangkan skor idealnya adalah 48 ( 100% ).
c. Hasil Evaluasi
Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dilihat dari hasil tes akhir individu yang
dikelompokan diperoleh nilai 60,50 atau 61% dan ketuntasan 55%. Berarti masih dibawah KKM Klasikal
yang ditargetkan 75% seperti pada tabel berikut :
4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replaning)
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang ter jadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut :
a. Guru sudah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM mencapai
skor 3,58 ( ideal 4,00 ) atau 90%.
b. Sebagian siswa belum terbiasa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Terapi siswa
merasa senang dan antusias dalam belajar, hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa
dalam PBM yang mencapai skor 2,94 ( idealnya 4,00 ) atau 74%.
c. Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata–rata 60,50 atau 61% dan ketuntasan 55%. Hal ini berarti
masih dibawah yang ditargetkan KKM Klasikal yaitu 75%.
d. Masih ada tim yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan waktu yang ditentukan. Hal ini karena
anggota tim tersebut kurang serius dalam belajar.
e. Masih ada tim yang kurang mampu dalam mempresentasikan kegiatan.
II. Siklus Kedua (2 Jam Pelajaran )
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi serta planning.
III.

Siklus Ketiga ( 2 jam pelajaran )
IV.

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Dari keseluruhan respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD, terdapat 100% siswa
yang menyatakan bahwa model pembelajaran tersebut merupakan hal yang baru bagi mereka. Terdapat
95% siswa yang menyatakan senang dengan model pembelajaran ini dan 5% tidak senang .
Terdapat 93% siswa yang menyatakan termotivasi untuk belajar dan 7% tidak termotivasi .Terdapat
93% siswa yang menyatakan dengan model pembelajaran ini lebih memudahkan untuk memahami isi
pelajaran Reaks Redoks dan Sel Elektrokimia, sedangkan 7% tidak memudahkan bagi mereka .

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka dapat disampaikan bahwa hipotesis penelitian ini
terbukti yaitu kemampuan siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Kuala Kapuas tahun pelajaran 2009/2010
pada konsep Reaksi Redoks dan Sel Elektrokimia dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas proses belajar
mengajar.
2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa yang pada siklus I hanya
rata-rata 74% menjadi 84% pada siklus kedua dan 91% pada siklus III.
3. Kemampuan dalam diskusi tim juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal ini dapat dilihat dari
sudah mulai terbiasa dengan belajar dalam tim .
4. Aktivitas siswa dalam tim mencapai kesempurnaan setelah siklus II. Ini dapat dilihat dari peningkatan
aktivitas siswa mencapai 84% diatas target 80 %.
5. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan rata-rata hasil tes akhir individu siklus I skor 60,50 pada siklus II skor 73,90 dan siklus III skor
76,50.
6. Pembelajaran kooperatif tipe STAD relevan dengan pembelajaran kontekstual.
7. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa membangun sendiri pengetahuannya, menemukan
langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik
secara individu maupun kelompok.
8. Dengan pembelajaran koopratif STAD , pembelajaran Kimia lebih menyenangkan.

B. Saran .
Telah terbuktinya pembelajaran koopeatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran Kimia, maka kami sarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran kimia untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini
dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran Kimia maupun pelajaran lain.
3. Dalam pembentukan tim idealnya hanya 4 (empat) orang , agar kerja sama dalam tim lebih efektif dan
efisien .

DAFTAR PUSTAKA .
1. Kurikulum Pendidikan Dasar 1994 Suplement GBPP 1999 SMA Mata PelajaranKimia . Jakarta :
Depdiknas.

2. Kunandar, S.Pd,M.Si 2008 Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru . Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa
3. Muhtar, M.Pd . Professor, dkk. 2007. Sepuluh Kiat Sukses Mengajar Di Kelas . Jakarta : PT. Nimas
Multima.
4. Nuraida Sugiati, Dra .2009/2010 . Modul Kimia 12 .Kuala Kapuas : SMAN 1 Kuala Kapuas .
5. Robert . E . Slavin . 2008 . Cooperative Learning , Teori , Riset , dan Praktek Bandung : Nusa Media .
6. Rachmadiarti . F . 2003. Media Pembelajaran . Jakarta : Depdiknas
7. Susilo . 2007. Panduan Penelitian Kelas . Yogyakarta : Pustaka Book Publisher .
8. Winarno . 2003. Media Pembelajaran . Jakarta : Depdiknas

CURICULUM VITAE
I.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

II.
a.
b.
c.
d.
e.

III.

DATA PRIBADI
Nama
Nip
Tempat /Tgl lahir
Jenis Kelamin
Agama
Pangkat / Golongan
Jabatan Sekarang
Pendidikan Akhir

: Dra. Nuraida Sugiati,M.Pd
: 19660718 199412 2 001
: Banjarmasin , 18 Juli 1966
: Perempuan
: Islam
: Pembina Utama Muda / IV C
: Kepala Sekolah
: Strata 2 ( S2)

RIWAYAT HIDUP
SDN Nagasari
SMP Negari 12 Banjarmasin
SMA Negeri 1 Banjarmasin
Sarjana KIMIA FKIP UNLAM
Sarjana Manajemen Pendidikan FKIP UNLAM

ALAMAT

Jl. Tiung II No 29/30 Perumnas Pulau Telo
Kuala

Kapuas KAL-TENG

: Tahun 1980
: Tahun 1983
: Tahun 1986.
: Tahun 1992
: Tahun 2011