Hak Asasi Manusia dan Anak

DAFTAR ISI
Pengertian Hak Asasi Manusia.......................................................................................... 2
Alasan Munculnya Hak Asasi Manusia............................................................................ 3
Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia
a. Perkembangan HAM di Dunia.............................................................................. 4
b. Perkembangan HAM di Indonesia........................................................................ 4
Hak Asasi Manusia dan Anak............................................................................................ 6
a.
b.
c.
d.

Kewajiban Anak.................................................................................................... 6
Hak Anak............................................................................................................... 6
Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Anak....................................... 8
Akibat Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Anak...................................... 10

Penangangan Kasus HAM Terhadap Anak di Indonesia .................................................. 12

PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Secara universal ham adalah hak dasar yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir sampai

mati sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. semua orang memiliki hak untuk
menjalankan kehidupan dan apa yang dikendakinya selama tidak melanggar norma dan
tata nilai dalam masyarakat. Hak asasi ini sangat wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi
serta dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah. setiap orang sebagai harkat dan
martabat manusia yang sama antara satu orang dengan lainnya yang benar-benar wajib
untuk dilindungi dan tidak ada pembeda hak antara orang satu dengan yang lainnya. HAM
adalah hak fundamental yang tak dapat dicabut.
Jack Donnely, mendefinisikan hak asasi adalah hak-hak yang dimiliki manusia sematamata karena ia manusia berdasarkan martabatnya sebagai manusia dan hak itu merupakan
pemberian dari tuhan yang maha esa.
John Locke, hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati
melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat.
Menurut UU No 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demii kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dengan akal
budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri
perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi kebebasannya tersebut manusia
memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi Manusia yang secara
kodratnya melekat pada diri manusia sejak manusia dalam kandungan yang membuat

manusia sadar akan jatidirinya dan membuat manusia hidup bahagia. Setiap manusia dalam
kenyataannya lahir dan hidup di masyarakat. Berdasarkan penelitian, hak manusia itu
tumbuh dan berkembang. Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia. Hak secara kodrati melekat dan tidak dapat dipisahkan dari
manusia, karena tanpanya manusia kehilangan harkat dan kemanusiaan. Oleh karena itu,
Republik Indonesia termasuk pemerintah Republik Indonesia berkewajiban secara hukum,
politik, ekonomi, sosial dan moral untuk melindungi, memajukan dan mengambil langkahlangkah konkret demi tegaknya Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia.
Hak asasi manusia juga bermacam-macam, ada hak pribadi (kebebasan memeluk agama
mengeluarkan pendapat, berpergian, dll), hak politik (memilih dalam pemilu, ikut serta
dalam organisasi politik, ikut dalam kegiatan pemerintah, dll), hak kesamaan dalam hukum
(mendapat layanan dan perlindungan hukum), hak asasi ekonomi (melakukan kegiatan jual
beli, memiliki sesuatu), hak asasi peradilan (persamaan atas perlakuan penggeledahan,
penangkapan, dan pembelaan hukum di pengadilan, dll), dan hak asasi soial budaya
(menentukan dan mendapatkan pendidikan, dan hak untuk mengembangkan budaya yang
sesuai dengan bakat dan minat.

ALASAN MUNCULNYA HAK ASASI MANUSIA
Alasan kemunculan dan berkembangnya hak asasi manusia pada hakikatnya karena
timbulnya kesadaran manusia terhadap pentingnya kesetaraan terhadap harga diri, harkat,
dan martabatnya sebagai manusia yang merupakan makhluk berakal, beretika, dan

bermoral. Manusia sadar akan pentingnya kesetaraan itu karena tindakan sewenangwenang penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman yang hampir
melanda seluruh umat manusia yang menyebabkan penderitaan, kesengsaraan, dan
kekacauan.
Dilihat dari sejarahnya, istilah hak asasi manusia secara monumental lahir sejak
keberhasilan Revolusi Prancis tahun 1789 dalam Declaration des Droits de L'homme et du
Citoye yang berarti hak-hak asasi manusia dan warga negara Prancis. Dalam revolusi
tersebut terkenal semboyan liberte, egalite, dan fraternite. Secara substansial, hak asasi
manusia sudah diperjuangkan manusia sejak berabad-abad sebelum masehi. Beberapa
contohnya adalah:
 Tahun 2500 SM – 1000 SM : Perjuangan Nabi Ibrahim melawan kezaliman Raja
Namrud dan Hukum Hamurabi pada masyarakat Babilonia yang menetapkan
ketentuan-ketentuan hukum yang menjamin keadilan bagi warganya.
 Tahun 527 SM - 322 SM : Kaisar Romawi Flavius Anacius Justinianus,
menciptakan peraturan hukum modern yang terkodifikasi, yaitu Corpus Luris
sebagai jaminan atas keadilan dan hak asasi manusia.
 Tahun 30 SM - 632 M : Kitab suci Injil yang dibawa Nabi Isa Almasih, sebagai
peletak dasar etika Kristiani dan ide pokok tingkah laku manusia agar senantiasa
hidup dalam cinta kasih terhadap Tuhan atau sesama manusia. Dan kitab suci
Alquran yang diturunkan Nabi Muhammad SAW, banyak mengajarkan tentang
toleransi, berbuat adil, tidak boleh memaksa, bijaksana, menerapkan kasih sayang,

dan sebagainya.

SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA
DAN INDONESIA
A. Perkembangan HAM di Dunia
Sejarah perkembangan hak asasi manusia di dunia ditandai oleh adanya tiga
peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan
Revolusi Prancis.
1. Magna Charta (1215)
Magna Charta merupakan piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris
dengan para bangsawan yang isinya mengenai ketentuan hak-hak kalangan
bangsawan dan batasan-batasan kewenangan raja yang sebelumnya memiliki
kekuasaan absolut. Setelah lahirnya Magna Charta, kekuasaan raja dapat
dimintai pertanggung jawaban di muka hukum. Proses lahirnya piagam ini
didorong oleh adanya gerakan rasionalisme dan humanisme di Eropa secara
revolusioner di bidang hukum, hak asasi, dan ketatanegaraan. Pelopor
gerakan revolusi tersebut antara lain adalah John Locke dan Thomas Aquino.
2. Revolusi Amerika (1776)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris
disebut Revolusi Amerika. Deklarasi ini merupakan piagam hak asasi

manusia karena mengandung pernyataan, “bahwa semua bangsa diciptakan
sama derajat oleh Tuhan Yang Maha Pencipta”.
3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya
sendiri, Louis XVI, yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolute.
Lahirlah piagam Declaration des Droits de L’homme et du Citoye dibawah
kepemimpinan Jenderal Laffayette, yaitu piagam pernyataan hak asasi
manusia dan warga negara sebagai hasil dari Revolusi Prancis. Revolusi ini
diprakarsai oleh pemikir-pemikir besar Prancis seperti J. J. Rousseau,
Voltaire, dan Montesquieu bersemboyan liiberte (kemerdekaan), egalite
(persamaan), dan fraternite (persaudaraan).
B. Perkembangan HAM di Indonesia
Perjuangan hak-hak asasi manusia di Indonesia mencerminkan bentuk
pertentangan kepentingan bangsa Indonesia secara utuh, bukan hanya untuk golongan
tertentu saja seperti di Inggris dan Prancis. Tetapi karena penindasan yang dilakukan
oleh penjajah bangsa asing. Walaupun begitu bukan berarti bangsa Indonesia belum
mengalami gejolak rasa penindasan atas manusia. Pertentangan kepentingan manusia
dengan segala atributnya (sebagai raja, penguasa, bangsawan, pembesar, dan
seterusnya) akan selalu ada dan timbul tenggelam sejalan dengan perkembangan
peradaban manusia.

Secara garis besar menurut Prof. Dr. Bagir Manan, dalam bukunya
Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001), membagi
perkembangan pemikiran HAM dalam dua periode, yaitu periode sebelum

kemerdekaan (1908-1945) dan periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang). Dan
dari beberapa sumber yang sudah dicari mengenai pembagian perkembangan HAM di
Indonesia, secara ringkas diberikan di bawah.
1. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)
Dapat dijumpai beberapa pemikiran mengenai hak asasi manusia dari
beberapa organisasi di bawah ini, yaitu:
- Budi Oetomo yaitu pemikirannya tentang “Hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat”.
- Perhimpunan Indonesia dan pemikirannya tentang “Hak untuk
menentukan nasib sendiri (the right of self determination)”.
- Sarekat Islam dan pemikirannya tentang “Hak penghidupan yang layak
dan bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial”.
2. Periode sesudah kemerdekaan (1945-sekarang)
o Masa Orde Lama
Gagasan mengenai pentingnya hak asasi manusia berkembang dalam
siding BPUPKI. Mohammad Hatta dan Mohammad Sukiman yang gigih

membela agar hak asasi manusia diatur secara luas dalam UUD 1945,
tetapi hanya sedikit nilai HAM yang diatur dalam UUD 1945. Akhirnya,
seara menyeluruh HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
o Masa Orde Baru
Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya karena hak
asasi manusia dianggap sebagai paham liberal yang bertentangan dengan
Pancasila sehingga hanya secara sangat minimal diakui. Pada 1993,
Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk, tetapi tidak berfungsi dengan baik
dan disinyalir terdjadi berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu
mendorong munculnya gerakan reformasi untuk menghakhiri kekuasaan
orde baru.
o Masa Reformasi
Masalah penegakan HAM di Indoneisa telah menjadi komitmen yang
kuat dari segenap koponen bangsa. Kemajuan itu ditandai dengan
lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik, sepertiTap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentag Hak Asasi Manusia, UU No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pada tahun 2005, pemerintah
meratifikasi dua instrument yang sangat penting dalam penegakan hak
asasi manusia, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (ICCPR) menjadi UU No. 11 tahun 2005, dan

Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR)
menjadi UU No. 12 tahun 2005.

HAK ASASI MANUSIA DAN ANAK
Anak menurut adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan. Pengertian tersebut berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Anak adalah tunas dan generasi muda yang berpotensi untuk melanjutkan eksistensi
bangsa dan negara di masa yang akan datang. Anak adalah calon penerus bangsa yang
memiliki peran penting untuk menentukan kemana arah negara akan berkembang dan baik
buruknya perkembangan negara dimasa mendatang. Oleh sebab itu, anak wajib
mendapatkan pendidikan formal dan bermoral baik. Anak harus mendapat kesempatan
yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal serta mendapat
perlindungan dan kesejahteraan.
A. Kewajiban Anak
Anak yang baik adalah anak yang mendapatkan hak-haknya dan juga paham
dengan kewajibannya secara benar. Dalam UU No. 23 tahun 2002 pasal 19
menyatakan bahwa setiap anak wajib untuk menghormati orang tua; mencintai
keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman; mencintai tanah air, bangsa, dan negara;
menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan melaksanakan etika dan

akhlak mulia.
B. Hak Anak
Berdasarkan Konvensi Hak Anak PBB Tahun 1989, ada 10 hak yang harus diberikan
untuk anak kita. Berikut di antaranya:
1. Hak untuk bermain
2. Hak untuk mendapatkan pendidikan
3. Hak untuk mendapatkan perlindungan
4. Hak untuk mendapatkan nama (identitas)
5. Hak untuk mendapatkan status kebangsaan
6. Hak untuk mendapatkan makanan
7. Hak untuk mendapatkan akses kesehatan
8. Hak untuk mendapatkan rekreasi
9. Hak untuk mendapatkan kesamaan
10. Hak untuk memiliki peran dalam pembangunan

Dan beberapa peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia,
mengenai hak-hak yang wajib di dapatkan oleh anak yaitu:
• Pasal 1 ayat 12 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.

• Pasal 10 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai – nilai kesusilaan dan kepatutan.
• Pasal 49 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak
Negara, pemerintah, kelurga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang
seluas – luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan.
• Pasal 53 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(1) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/ atau
bantuan cuma – cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu,
anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.
(2) Pertanggungjawaban pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 termasuk
pula mendorong masyarakat untuk berperan aktif.
• Pasal 54 UUNo. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Anak di dalam lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang
dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman–teman didalam sekolah yang
bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.
• Pasal 12 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya dan meningkatkan kualitas hidupnya

agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia,
bahagia dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
• Pasal 60 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, baik yang dari dalam negeri dan luar negeri,
dapat dikatakan bahwa anak-anak wajib diberikan kesempatan sebanyak mungkin dan
arahan untuk menggali dan meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan
minat yang dimilikinya. Hak-hak anak wajib dilindungin oleh pemerintah, masyarakat,
dan keluarga sebagaiman hak-hak asasi yang lainnya. Anak juga tidak boleh dikasari
secara fisik karena hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan mental dan moral
yang ada pada dirinya. Bahkan dari Konvensi Hak Anak PBB juga dikatakan bahwa
anak berhak mendapatkan nama dan status yang sama dengan yang lainnya. Hal ini
akan berhubungan dengan pertumbuhan mentalnya dan pandangan dari lingkungan
sekitar tempatnya hidup, tanpa nama dan status yang sama dengan lingkungan
sekitarnya, anak akan merasa dikucilkan dan akan menutup kemungkinan agar anak
tersebut dapat berkembang seluas-luasnya. Tetapi hal yang paling penting adalah
bagaimana orang-orang dewasa yang tinggal bersama anak memberikan contoh yang
baik dan perlindungan terhapad hak-hak mereka.

C. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Anak di Indonesia
Walaupun sudah ada banyak peraturan dan hukum yang mengatur dan menjelaskan
sanksi tentang hak-hak anak dan hukuman terhadap pelanggar ham, hal tersebut tidak
menutup terjadinya kekerasan, penganiayaan, pelecehan, dan eksploitasi terhadap anak.
Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, pelanggaran hak anak di Indonesia
mencapai 21 juta kasus yang tersebar di 179 kabupaten di 34 provinsi mulai dari kejahatan
seksual, kekerasan fisik, penelantaran, perebutan anak, eksploitasi ekonomi, hingga
perdagangan (trafficking).
Ada berbagai kasus pelanggaran mengenai hak anak, seperti pengaduan terkait
pengasuhan dan perwalian, tawuran, kekerasan fisik terhadap anak terlebih kekerasan
seksual, perdagangan anak, penculikan terhadap anak dan bayi, dan juga kasus
penelantaran. Aborsi juga merupakan salah satu pelanggaran terhadap hak anak, karena
aborsi adalah pembunuhan terhadap bayi yang belum lahir. Kasus-kasus tersebut terjadi
karena faktor ekonomi(yang merupakan faktor paling besar), rasa dendam, pergaulan
bebas, trauma, adanya rassa ingin memiliki anak, gaya hidup, dan kekurangan
pengetahuan.
Kekerasan pada anak juga tidak dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi oleh anakanak juga. Contohnya adalah bullying atau penindasan. Bullying dapat menyebabkan
trauma kepada korbannya. Bullying terjadi karena ketidaktahuan anak-anak terhadap
dampak bullying tersebut. Anak-anak melakukan hal tersebut bisa sebagai lelucon saja atau
karena ia menerima contoh-contoh penindasan dari lingkungan sekitarnya. Bullying dapat
berupa kekerasan secara fisik dan mental. Bullying dalam bentuk kekerasan fisik adalah
dengan memukul, meludahi, dan lain-lain. Dan bullying secara mental adalah dengan
diskriminasi, ejekan, hinaan, dan lain-lain. Dalam hal ini, guru dan orang tua tidak boleh
menutup mata dan telinga mereka, karena dampak dari korban atau pelaku penindasan
akan berkelanjutan sampai dewasa nantinya.
Anak jalanan adalah korban pelanggaran HAM. Anak jalanan adalah korban dari
pelanggaran eksploitasi ekonomi, kekerasan, penelantaran, dan perlakuan diskriminatif
dari masyarakat dengan ekonomi yang lebih baik. Anak-anak jalanan adalah contoh yang
paling sering kita temui. Sebagai anak-anak adalah hak mereka untuk bermain,
mendapatkan pendidikan, dan menikmati masa kanak-kanaknya, bukannya dipaksa bekerja
dengan mencari uang dijalan—dengan cara mengamen ataupun memulung atau bahkan
meminta-minta. Mereka adalah korban kesulitan ekonomi, yang dikhawatirkan adalah para
orang tua akan bersikap kejam kepada anak karena kebutuha ekonomi yang mendesak.
Dan kasus penyiksaan kepada anak yang paling tidak disangka muncul dari panti asuhan
yang seharusnya menjadi tempat perlindungan anak-anak yang sudah tidak memiliki
keluarga dan tempat tinggal. Anak-anak di Panti Asuhan Samuel di Tangerang sering
mendapat siksaan dari pemilik panti yang bernama Samuel dan Yuni Winata. Anak-anak
disana dipukul, tidak diberi makan, hingga dikurung di dalam kandang anjing. Kasus ini
sempat menghebohkan dan membuat terkejut warga Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena

mudahnya pemberian izin untuk mendirikan panti asuhan, lalu pembiaran dari masyarakat.
Apalagi kasus ini terjadi di kawasan lingkungan yang elite.
Lalu adanya kasus perdaganan anak yang menggunakan berbagai macam modus, seperti
diiming-imingi pekerjaan namun dijadikan sebaga pekerja seks komersial. Dan tujuan
perdagangan anak adalah adopsi illegal, dijadikan sebagai pembantu rumah tangga,
penjualan transplantasi organ, dan lain-lain. Dan bentuk perdagangan anak ini bertambah
lagi dengan penculikan bayi dari rumah sakit yang berujung kepada perdagangan bayi. Hal
ini terjadi di berbagai kota di Indonesia dan dikarenakan oleh tingkat kebutuhan ekonomi
dari ibu yang melahirkan anak dan adanya keinginan dari orang lain (calon pembeli) yang
ingin memiliki anak, tetapi tidak bisa memilikinya. Hal ini sangat menyedihkan, mengingat
adanya panti asuhan. Akan lebih baik untuk mengadopsi anak bukan dari hasil
perdagangan illegal di rumah sakit, selain hal tersebut melanggar hukum akan berdampak
buruk bagi anak tersebut bila mengetahui bagaimana kebenaran tentang status dan asalnya
dari orang tua yang membelinya.
Seorang ibu dari Tanjung Pinang di Kepulauan Riau juga dilaporkan oleh anak
perempuannya yang berusia 15 tahun ke Mabes Polri karena anaknya telah dijadikan
mesin uang dengan menjadi penyanyi di sejumlah kafe. Anak tersebut melapor ke Mabes
Polri bersama ayahnya yang sudah bercerai dengan ibunya tersebut. Anak perempuan itu
juga harus memakai pakaian yang minim saat dipaksa bekerja dan uang hasil kerjanya
setiap malam yang berkisar 3-4juta rupiah harus disetor kepada ibunya tanpa mengetahui
untuk apa uang tersebut digunakan. Dan siang harinya, anak perempuan tersebut tidak bisa
keluar masuk rumah secara bebas karena pintu rumah selalu digembok oleh ibunya.
Sungguh tindakan yang sangat tidak manusiawi, terlebih lagi kepada anak sendiri. Saat
melaporkan ke Polres setempat, laporan anak tersebut pun tidak diterima dengan alsan
harus didampingi Komisi Perlindungan Anak Daerah. Akhirnya dugaan pidana tersebut
dilaporkan ke Mabes Polri setelah mengadu ke Komnas Perlindungan Anak.
Di Jakarta, sudah semakin rawan kegiatan ekploitasi yang memperkerjakan anak
dibawah umur. Banyak anak dibawah umur yang dipekerjakan oleh perusahaan tanpa bisa
memberikan perlindungan dan jaminan kecelakaan kerja. Menurut UU No. 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak, memperkerjakan anak di bawah umur pada sebuah perusahaan,
apapun alasannya merupakan tindakan yang melanggar hukum. Di kawasan industri
Bekasi, anak-anak dipekerjakan pada berbagai perusahaan garmen, Sementara di
Karawang biasanya diperkerjakan sebagai buruh industri olahan. Pengelola perusahaan
semakin lama semakin tidak peduli dengan UU Perlindungan Anak karena tidak pernah
ada pihak yang melakukan inspeksi maupun audit terhadap kondisi tersebut. Saat Supi,
salah seorang anak dibawah umur yang bekerja, meninggal dunia karena cedera berate di
kepala bagian belakang akibat jatuh sebanyak tiga kali saat menjaga mesin yang mengolah
minyak goreng. Ayah Supi tidak mendapat pertanggungjawaban dari perusahaan tempat
anaknya bekerja, hingga akhirnya ia melaporkan hal tersebut ke Komnas Perlindungan
anak.

Dan salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap anak yang sudah saya
temukan sendiri adalah anak-anak berusia 14 sampai 16 tahun yang bekerja di tambak ikan
karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pendidikan. Anak-anak di
sana lebih memilih untuk bekerja daripada menuntut ilmu secara formal. Karena minimnya
pendidikan yang dimiliki oleh anak-anak tersebut, uang dari hasil bekerja mereka tidak
digunakan untuk keperluan yang benar-benar penting seperti membeli rokok, handphne
baru, dan lain-lain.
D. Akibat Pelanggaran Hak Anak
Banyak sekali akibat atau dampak negative yang dapat diterima dan terjadi pada
anak hak-hak dasarnya dilanggar. Anak-anak akan merasa sakit secara fisik dan tertekan
secara mental. Anak-anak yang sudah terampas haknya bisa saja menjadi dewasa
sebelum waktunya. Hal ini dikarenakan disekitar mereka lebih banyak orang dewasa
yang menunjukkan perilaku atau contoh-contoh yang buruk. Hal ini sangat disayangkan,
mengingat bahwa anak adalah tunas-tunas penerus bangsa dan negara. Baik buruknya
bangsa dan negara ini tergantung dari anak-anak yang nantinya akan tumbuh dewasa
dan mengerakkan negara.
Berikut akan dijelaskan beberapa akibat buruk dari pelanggaran hak asasi anak:
1. Anak yang dieksploitasi akan banyak kehilangan haknya untuk belajar dan
bermain. Anak yang dieksploitasi akan banyak menghabiskan waktu di lingkungan
kerja sehingga mereka akan kehilangan haknya untuk belajar. Banyak anak yang
putus sekolah. Padahal sekolah adalah saat-saat terbaik dimana anak dapat
memperluas wawasan dan cakrawala berpikir. Saat cara berpikir mereka hanya
terfokus kepada mencari uang dan bertahan hidup, setelah dewasa nanti mereka tidak
akan memikirkan bagaimana memajukan negara agar tidak ada lagi anak-anak yang
harus bekerja. Dan saat bekerja anak juga akan kehilangan waktu bermainnya.
Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kenangan baik bagi anak yang dapat
memberikan cara berpikir imajinatif dan kreatif bagi anak. Apabila anak tidak
bahagia dimasa kecilnya, saat dewasa nanti ia akan mencari berbagai pelampiasan
atas ketidakbahgiannya semasa kecil, misalnya saja melakukan hal-hal bodoh dan
berbahaya.
2. Perubahan perilaku anak ke arah perilaku orang dewasa yang terjadi lebih
cepat. Anak-anak yang diekploitasi akan bergaul dengan siapa saja secara bebas
tanpa melihat umur. Secara perlahan, anak tersebut akan membantah orang tuanya
karena pola pikir jika ia sudah bisa mencari uang sendiri ia bisa berbuat sesuka
hatinya. Anak-anak yang terlalu cepat dewasa, akan mencari pelampiasan dengan
uang yang dimilikinya.
3. Ketergantungan akan materi karena sudah mengenalnya sebelum waktu yang
tepat. Dengan ketergantungan terhadap uang, anak-anak akan malas untuk
menyelesaikan pendidikannya. Misalnya saja, bila seorang anak sudah bisa
menghasilkan Rp 100.000 dalam satu hari, ia akan tergiur untuk melanjutkan
belajarnya karena tanpa belajar disekolah ia sudah memilik penghasilan yang cukup

4.

5.

6.

7.

untuknya. Padahal saat proses belajar itu anak akan dibukakan cara berpikir yang
seluas-luasnya yang dapat menghasilkan uang jauh lebih banyak dari pada bekerja
seperti biasanya.
Anak akan kekurangan kasih sayang sehingga ia akan mencari sosok lain yang
bisa memberikan kasih sayang. Hal inilah yang akan sangat berbahaya bagi anak.
Jika anak kekurangan kasih sayang dari lingkungan sekitarnya, ia akan mencari
sosok lain yang bisa memberikannya tanpa mengetahui apakah sosok tersebut adalah
orang yang baik atau bahkan akan menjerumuskannya kepada sesuatu yang lebih
buruk.
Kendornya standar moral dan dampak inter-generasional. Anak-anak yang
sering disiksa, dianisaya, dijerumuskan dalam pelacuran, dihina, dan dipaksa bekerja
akan mendapat stardar moralitas yang rendah. Nilai-nilai moralitasyang harus ia
hadapi akan kabur dan kesempatannya untuk menemukan model moralitas
masyarakat yang normal akan berkurang. Dalam pikiran mereka akan tertanam
bahwa perlakuan buruk yang dirasakan oleh mereka adalah benar dan memang
begitulah kehidupan. Pada akhirnya anak akan melakukan perbuatan buruk itu saat ia
memiliki kesempatan. Tidak ada yang ingin tumbuh dan berkembang di negara
dengan nilai-nilai moralitas yang rendah.
Terhambatnya potensi anak untuk berkembang saat dikucilkan. Saat seorang
anak dikucilkan baik dari lingkungan sekolah dan sekitar rumahnya, anak tersebut
tidak akan berani untuk mengembangkan potensinya, ia akan menjadi tertutup karena
sudah merasa takut terlebih dahulu, takut diejek ataupun dihina. Perkembangan
mentalnya juga akan terhambat karena kurangnya interaksi dengan orang lain, anak
tersebut bisa saja menjadi depresi dan emosional ataupun menjadi pendiam dan
tertutup. Padalah seharusnya lingkungan melindungi anak dari tindakan
diskriminatif.
Cacat fisik dan trauma. Akibar dari kekerasan fisik yang ditujukan kepada anak,
bisa menyebabkan cacat fisik dan trauma yang jelas saja akan menyulitkan caranya
hidup. Dan ditambah lagi pandangan orang-orang asing yang memandang dengan
ngeri atau heran pada cacat yang diderita, hal ini akan membuat korban menjadi
minder. Dan trauma yang diderita bisa saja akan memakan waktu lama untuk sembuh
sehingga menghambat perkembangan potensi yang ada pada anak.

PENANGANAN KASUS HAK ASASI MANUSIA TERHADAP ANAK
DI INDONESIA
Undang-Undang tentang Perlindungan Anak ada banyak dan sudah jelas, tetapi
implementasi di daerah masih lemah ketika dalam proses hukum, seperti dalam siding
harus menghadirkan saksi-saksi. Padahal hal tersebut cukup memberatkan bagi korban.
Fakta menunjukkan bahwa masih banyak hakim memutus bebas bagi para pelaku
kejahatan dengan alas an tidak cukup bukti. Contohnya seperti di Pengadilan Labuhan
Batu, Pengadilan Negeri Medan, dan Pengadilan Negeri Tapanuli Utara.
Walaupun begitu, bukan berarti bahwa penanganan kasus hak asasi manusia terhadap
anak selalu buruk hasilnya. Masih ada lembaga-lembaga negara yang melindungi dan
memperjuangkan hak-hak anak yang tertindas seperti Komisi Nasional Perlindungan Anak
(Komnas PA), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan di Medan juga ada Pusat
Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). Dalam Pancasila juga dijamin akan hak asasi
manusia dalam sila kedua, yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
Komisi Nasional Perlindungan Anak dibentuk pada tanggal 26 Oktober 1998, atas
dukungan dari Unicef, tokoh masyarakat, organisasi pemerintah dan non-pemerintah.
Komnas PA akan membela anak-anak yang haknya tertindas. Konmas PA akan menjadi
pengamat dan tempat pengaduan keluhan masalah yang dialami anak, dan juga kan
memberi pelayanan bantuan hukum untuk beracara di pengadilan mewakili kepentingan
anak. Walalupun begitu, tetap saja ada syarat penting yang harus dipenuhi korban yaitu
memiliki bukti awal yang memadai dan alasan kuat telah terjadi pelanggaran hak asasi
yang dilanggar agar dalam proses perlindungan korban tidak akan melanggar hukum
ataupun hak orang lain.
Komnas PA juga membeyebarluaskan dan mengenalkan informasi tentang hak anak
kepada masyarakat luas untuk memicu kesadaran tentang pentingnya anak dan hakn-hak
anak. Komnas PA juga bertugas sebagai lembaga pemantau implementasi hak anak.
Komnas Pa akan meningkatkan upaya perlindungan anak melalui peningkatan kesadaran,
pengetahuan dan kemampuan masyarakat serta meningkatkan kualitas lingkugan yang
member peluang, dukungan, dan kebebasan terhadap mekanisme perlindungan anak.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dibentuk berdasarkan Keppres No. 77
tahun 2003 tentang Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan mulai aktif pada tahun 2004.
KPAI bersifat independen agar dapat meningkatkan efektivitas penyelenggaraan
perlindungan anak. KPAI melakukan sosialisasi tentang perlindungan anak dan cara
melindungi anak, mengumpulkan data dan informasi mengenai penerapan hak-hak anak
dalam kehidupan nyata, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan,
memantau, mengevaluasi dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak dalam
kehidupan masyarakat. Dan dengan wewenang yang dimiliki KPAI, hasil pengamatan dan
pengumpulan data nanti akan dilaporkan kepada presiden. Dan dalam rangka untuk
melindungi hak-hak dan kewajiban anak, KPAI akan member masukan dan saran yang

akan dipertimbangkan oleh presiden agar nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Di kota Medan sendiri juga ada Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). PKPA
juga memantau dan meneliti bagaimana kenyataan implementasi hak anak dalam
masyarakat sebagai informasi untuk mengembangkan bagaimana cara mensosialisasikan
pentingnya perlindungan terhadap anak dan haknya. PKPA aktif dalam memberikan
pengetahuan terhadap anak yang kurang mampu, contohnya saja seperti menggelar
pelatihan fotografi jurnalistik bagi anak jalanan dan miskin yang selama ini mendapat
pendapingan PKPA. Mereka juga dberikan pelatihan teknik penulisan berita dan nantinya
anak-anak ini akan melanjutkan kepengurusna dan penerbitan bulletin anak Sanggar yang
menceritakan tentang kehidupan anak. PKPA juga setiap tahun mengadakan lomba
pembuatan film dan teater dalam rangka meningkatkan kesadaran terhadap hak anak. Hasil
karya dari lomba tersebut akan dijadikan bahan sosialisasi yang lebih menarik untuk
menyadarkan masyarakat.
Masyarakat juga turut berperan dalam penanganan kasus perlindungan anak, contohnya
saja seperti anak-anak yang disiksa di panti asuhan Samuel di Tangerang. Masyarakat
sekitarlah yang melaporkan adanya kejanggalan di panti asuhan tersebut sehingga mereka
melaporkannya. Karena adanya kepedulian dari masyarakatlah kasus tersebut dapat
terungkap. Melalui contoh ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kunci utama
untuk melindungi hak-hak anak dan lembaga perlindungan anak adalah lembaga yang
mendukung secara hukum akan perlindungan anak itu sendiri.