Genogram dan pendekatan naratif dalam ko

Cara mengutip artikel ini: Rangka, I. B. (2015). Genogram and Narrative Counseling: An
Approach for Helping Student to Find Direction of Career Choice. Proceeding Seminar and
Workshop Mid Year APECA 2015 in Salatiga. Guidance and Counselling Study Program Satya
Christian Wacana University, p. 117 - 128

GENOGRAM DAN PENDEKATAN NARATIF DALAM
KONSELING UNTUK MEMBANTU ARAH PILIHAN KARIR
SISWA1)
Oleh:
Itsar Bolo Rangka2)

Abstract. In this article, the author present the need for
using genogram and a narrative approach in counseling
career. The author also described the process of
genogram construction step by step to provide knowledge
and basic skills for school counselor to helping student to
find direction of career choice. In the context of career
counselling, genogram can open client insights about
themselves and their families, in addition to placing the
family as a source of inspiration and expectations in
developing plans and determine the direction of career

choice of clients for the future.

PENDAHULUAN
Pengembangan kehidupan tentang arah pilihan karir siswa di
sekolah sangat perlu mendapatkan perhatian khusus. Meskipun efektivitas
konseling karir telah dibuktikan oleh sejumlah penelitian, meskipun ada
banyak indikator bahwa konseling karir adalah efektif, namun sedikit yang
diketahui tentang faktor-faktor atau bentuk intervensi yang tepat dan
berkontribusi pada efektivitas konseling karir (Oliver & Spokane,1988;
Whiston, Sexton, & Lasoff, 1998; Blustein & Spengler,1995; Heppner &
Heppner, 2003; Swanson, 2002 dalam Whiston, 2005).
Memperhatikan temuan Wirtati, (2002); ILO, 2011) bahwa siswa
tidak mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling yang optimal,
Makalah disajikan dalam Seminar dan Workshop Internasional “The Association of
Psychological and Educational Counselors of Asia-Pacific (APECA): A Counseling Based Approach
to Health and Wellness”.
2)
Itsar Bolo Rangka, M.Pd.,Kons. Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FIPPS
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. E-mail: itsar@konselor.org


1)

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 1

termasuk bimbingan dan konseling karir dari guru BK/Konselor di sekolah.
Dilanjutkan dengan fakta dari laporan International Labour Organization
yaitu sampai dengan tahun 2006 utamanya di bagian timur Indonesia,
88% dari responden tidak pernah menerima bimbingan dan konseling karir
(ILO, 2011). Hal ini semakin menegaskan bahwa bidang pelayanan
bimbingan karir merupakan bidang yang paling terbelakang (Prayitno,
2011).
Banyak siswa

tampaknya menghadapi berbagai kesulitan yang

berasal dari sifat individu, salah satunya yaitu kurangnya pengambilan
keputusan karir, atau informasi karir (Koumoundourou & Tsaousis, 2007;
2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir
antara lain yaitu (a) lifestyle yang meliputi sex role orientation and life
expectations (peran orientasi jenis kelamin dan harapan hidup), (b) social

economic status yang meliputi occupational status, income, and education
parents, dan (c) social learning theory experiencing life as the child of
working parents would teach behaviors appropriate to that particular
lifestyle (Bosco dan Bianco (2005).
Mencermati persoalan di atas, maka untuk memahami persoalan
arah pilihan karir maka paling baik dilihat dari perspektif relasional yang
dibangun oleh seorang klien/konseli dengan anggota keluarga lainnya
(Schultheiss, 2003 dalam Keller & Whiston, 2008). Argumentasi tersebut
dapat dengan mudah dipahami mengingat teori karir telah lama
mengganggap keluarga memainkan peran penting dalam perkembangan
karir serta memiliki potensi besar untuk mempengaruhi klien/konseli
dalam menentukan arah pilhan karir (Chope, 2005; Herr & Lear, 1984,
dalam Hartung, et al., 2002). Pada dasarnya kegiatan pengambilan
keputusan karir itu sangat dipengaruhi oleh orang lain yang berarti

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 2

(significant-other influences). Orang yang sangat berarti itu salah satunya
berasal dari anggota keluarga (Okishi, 1987 dalam Supriatna, 2008).
Hubungan dalam suatu keluarga menunjukkan kualitas hubungan

keseluruhan antar anggota keluarga, dan faktor spesifik seperti dukungan,
cinta dan kasih sayang dapat mempengaruhi eksplorasi, aspirasi, dan
persepsi karir remaja muda (Keller & Whiston, 2008). Faktor-faktor yang
dianggap determinan (lingkungan keluarga) harus dapat dipahami secara
menyeluruh untuk menciptakan pengaturan diri yang dinamis, sebab
pengaturan diri seseorang dianalogikan sebagai upaya untuk mengelola
kondisi, impuls, dengan menyiapkan sumber daya diri dalam berbagai hal
seperti kesiapan diri secara batiniah, kemampuan, keahlian dan
kecakapan teknis dengan selalu berorientasi pada tuntutan pekerjaan dan
karir masyarakat yang sedang tumbuh dan berkembang dengan cepat
sekali (A.Muri Yusuf, 2002).
Gagasan mengenai pendekatan konseling terhadap pengambilan
keputusan karir klien/konseli dewasa kini telah memasuki babak baru yaitu
dengan semakin berkembangnya proses konseling yang mengusung
pendekatan narrative untuk menambal pendekatan intervensi karir yang
selama ini dianggap konvensional (Chope, 2005; Mensinga, 2009).
Ragam strategi intervensi dalam konseling yang menekankan pendekatan
narrative dapat ditempuh dengan menggunakan alat/media seperti life
line, card sorts, life roles circles, the goal map, dan genogram (E. Brott,
2004; Barner, 2011). Secara umum penggunaan jenis media dalam

intervensi tersebut memiliki prinsip kerja yang mirip, namun genogram
sebagai media dianggap lebih memiliki kekuatan dari yang lainnya (Perry,
2010).
Penggunaan

genogram

selaras dengan

pepatah

lama

yang

mengatakan bahwa “a picture is worth a thousand words”. Magnuson, &

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 3

Shaw, (2003) menjelaskan perkembangan penggunaan genogram telah

berkembang dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan antara lain (1)
Using Genogram in pre-marital counseling; (2) Using Genogram for
Sexuality and Related Problems; (3) Using Genogram to Examine
Intimacy; (4) Using Genogram With Lesbian Couples; (5) Using Genogram
to Explicate Dynamics of Gender; (6) Using Genogram When Treating
Alcoholism; (7) Using Genogram With Stepfamilies; (8) Using Genogram
to Help Families Resolve Issues Related to Loss; (9) Using Genogram to
Identify Solutions and Family Strengths; (10) Using Genogram With Older
Clients; (11) Using the Genogram With Children and Adolescents;(12)
Using Genogram in Academic and Career Counseling.
Dalam praktiknya, genogram adalah grafis yang menceritakan cerita
yang terjadi dalam sebuah keluarga. Penggunaan genogram dituangkan
ke

dalam

proses

konseling


untuk

memudahkan

konselor

untuk

funnel/fokus terhadap isu-isu masalah yang dialami oleh klien. Data yang
tersimpan dalam genogram seperti kematian, kelahiran, hubungan antar
keluarga, jenis pekerjaan atau karir dan jabatan anggota keluarga,
kesuksesan dan keberhasilan anggota keluarga, masalah-masalah
emosional dalam keluarga dan mitos keluarga dari generasi ke generasi
merupakan hal penting yang dapat digunakan untuk mengekplorasi
kekuatan dan kelemahan yang dialami oleh klien pada saat sesi konseling
berlangsung.
Dalam konteks konseling karir, klien/konseli dalam upaya mengambil
keputusan mengenai arah karir yang akan ia geluti akan belajar mengenali
perilaku


yang

sesuai

dengan

gaya

hidup

tertentu

berdasarkan

pengalaman hidup dan hubungan antaranggota keluarga yang diajarkan
dan dilihatnya dari kedua orang tuanya dan/atau anggota keluarga
lainnya. Kondisi keluarga yang “carut-marut” karena disfungsi sikap dan

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 4


peran anggota keluarga, serta status sosial-ekonomi keluarga membuat
struktur emosi dan/atau kepuasan dan konsep diri klien/konseli terganggu
sehingga

mempengaruhi

orientasi

klien/konseli

dalam

lapangan

pekerjaan, jabatan atau karir kelak. Sebaliknya, kondisi hubungan
keluarga yang aman, tentram dan dinamis mendorong terciptanya iklim
kondusif sehingga klien/konseli memiliki konsep diri yang baik (Super,
1957 dalam Hoppock, 1976).
Memperhatikan urgensi pelayanan bimbingan dan konseling karir di
sekolah dan ragam jenis genogram yang sangat bervariasi, maka tujuan

penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan penggunaan genogram
dan pendekatan naratif dalam konseling untuk membantu arah pilihan
karir siswa. Dalam tulisan ini akan dibahas Apa yang dimaksud dengan
Genogram? Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Naratif dalam
Konseling karir? Bagaimana aplikasi dan pentahapan genogram dan
pendekatan naratif dalam konseling untuk membantu arah pilihan karir
siswa?. Melalui tulisan ini pula diharapkan dapat melengkapi strategi yang
dapat ditempuh oleh Guru BK/Konselor dalam melaksanakan bimbingan
dan konseling karir di sekolah.

PEMBAHASAN
Genogram
Bowen, (1985); Bowen & Kerr, (1988) dalam Kaakinen, (2010: 109);
Perry, (2010) yang menyebutkan “the three-generational family genogram
had its origin in family systems theory”. Dalam teori sistem keluarga,
perilaku anggota keluarga sangat ditentukan oleh aksi-interaksi seseorang
dalam menjalin pola hubungan dengan sesama anggota keluarga lainnya
baik dalam satu generasi ke generasi lainnya.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 5


Genogram adalah grafis yang menggambarkan silsilah keluarga
sebanyak tiga generasi yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami
pola relasional yang mencakup kondisi emosional, kekerabatan, dan
perilaku tertentu dalam suatu keluarga (Okiishi, 1987 dalam Blustein, et,.
al, 2005; McGoldrick, & Petry, 2005; Sexton, 2003; Perry, 2010). .
Dari pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa genogram sematamata hanyalah gambar, namun hal inilah yang membuat keunggulan
tersendiri yaitu dapat mendorong terciptanya aliansi therapeutic antara
konselor dengan klien. Chrzastowski, (2011: 1) menjelaskan bahwa:
a genogram is not only a useful tool to gather such
information, but can also be treated as a psychotherapeutical
technique. It helps in understanding how a family’s past shapes
the present and the future of this family. This past history is retold “here and now” so it opens the space for reauthoring the
story.
Dunn & Lewit (2000) menjelaskan bahwa genogram dalam proses
konseling dengan tujuan therapeutic telah banyak digunakan dalam latar
kehidupan yang lebih luas dan telah terdokumentasikan serta memberikan
hasil yang efektif dalam membantu klien menyelesaikan masalah yang
tengah dihadapinya.
Sebagai sebuah gambar, maka genogram menyimpan informasi
yang banyak memuat simbol-simbol dengan arti atau makna yang
berbeda. Perry, (2010: 383) memberikan beberapa di antara simbolsimbol yang lebih lazim dipakai yaitu “bujur sangkar merepresentasikan
laki-laki, lingkaran merepresentasikan perempuan, garis menujukkan
hubungan,

garis

tak

terputus

menunjukkan

perkawinan

dan/atau

hubungan keluarga lainnya”. Beberapa simbol standar yang digunakan
dalam genogram ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 6

Berdasarkan gambar di atas, maka dapat kita lihat bahwa cukup
banyak informasi yang didapatkan seorang konselor dalam menggunakan
genogram. Akan tetapi Perry, (2010: 385) mengingatkan bahwa “setiap
konselor seharusnya menambahkan informasi pada genogram dasar
berdasarkan orientasi teoritik dan tujuan terapinya”. Dengan kata lain,
dalam mengkonstruksi genogram, sepatutnya konselor memperhatikan
jenis genogram dan tujuan dari konseling yang akan diberikan kepada
klien. Dengan demikian, jenis genogram dan tujuan konseling adalah
faktor penting dalam keberhasilan proses konseling dengan menggunakan
genogram.
Pengembangan genogram sebagai alat dalam konseling karir
pertama kali diungkapkan oleh

Rae

Wiemers Okiishi (1987) dalam

tulisannya yang berjudul The Genogram as a Tool in Career Counseling
dimuat dalam Journal of Counselling and Development, Volume 66.
Okiishi (1987) dalam Flores & Spanierman, (1998; 2003: 90) menjelaskan
bahwa genogram sebagai grafis keluarga sebanyak tiga generasi
membantu dalam sesi konseling untuk mendiskusikan pengaruh penting
keluarga dan isu-isu yang belum terselesaikan dan berasal dari pesan dan
harapan antargenerasi. Mengkonstruksi sebuah genogram karir bertujuan
mengassessmen
pendidikan

para

keluarga

anggota

keluarga

untuk

memahami

pola

dan pengembangan karir. Metode alternatif

memungkinkan eksplorasi karir yang dapat mengurangi
klien, meningkatkan komunikasi,

ini

kecemasan

dan upaya untuk menumbuhkan

hubungan terapeutik.

Pendekatan Naratif dalam Konseling Karir
Salah satu keunggulan dari penelitian di bidang konseling dan
psikologi kejuruan adanya keterlibatan proses pemberian pemahaman
kepada individu (siswa) untuk dapat membuat arah terhadap pilihan karir.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 7

Dalam

pemberian

pemahaman

tersebut

dapat

dilakukan

dengan

pendekatan tertentu, salah satunya yaitu pendekatan naratif. Antaki
(1988) dalam McMahon, dan Patton, (2006:111) menjelaskan “narratives
as the stories people construct to clarify, explain and understand elements
of their lives”.. Selanjutnya Chen, (2002); Cochran, (1997); dan Conle,
(2000) dalam Mensinga, (2009 : 194).

menjelaskan “A narrative

understanding of career choice purports that the meaning-making
processes in which an individual engages to explain their career
preference reveals much about their personal and social context, the time
and the place the decision is made and then told about”.
A. Muri Yusuf (2002) menjelaskan bahwa Karier itu ada bila orang
mengejarnya. Karir diciptakan dan berpusat pada diri pribadi masingmasing. Keberhasilan karir dapat diartikan dari kondisi bagaimana
seseorang melaksanakan, menyikapi, atau memberi arti pada setiap
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya selama rentan kehidupannya.
Saat ini terminologi karir telah banyak berevolusi dari konsep lama
ke konsep baru yang lebih konstruktif. Di mana konsep lama menyatakan,
bahwa karir berarti upaya untuk dapat menempati jabatan yang lebih
tinggi dalam suatu organisasi atau profesi. Konsep karir yang baru tidak
lagi bersifat objektif, melainkan lebih bersifat subjektif. Dalam konsep
yang baru, karir berarti peningkatan seseorang dalam belajar dan
bekerja yang terjadi sepanjang hayat. Karir dalam konsep baru ini
dimiliki oleh setiap orang, merupakan suatu proses, dan bukan suatu
struktur pekerjaan. Istilah karir yang digunakan dalam studi ini merujuk
pada konsepsi yang menunjukkan sifat developmental dari pengambilan
keputusan karir, yaitu bahwa proses itu berlangsung sepanjang hayat.
Secara konsepsional dapat ditegaskan bahwa karir itu adalah jalan hidup
untuk mewujudkan diri secara bermakna dalam kehidupan yang mandiri
dan terencana guna mencapai hidup bahagia.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 8

Definisi pilihan karir atau pekerjaan itu sendiri dikemukakan oleh
Ginzberg (1972) dalam Hoppock, (1976: 72) yaitu “occupational choice is
a lifelong process of decision-making in which the individual seeks to find
the optimal fit between is career preparation and goal and the realities of
the world of work”.
Untuk mencapai hal tersebut di atas, maka ketepatan dan
kemantapan terhadap arah pilihan karir merupakan indikasi bagi
kematangan karir siswa. Elton dan Rose dalam Osipow, (1983: 285) yaitu
“satu indikasi yang penting dalam kematangan karir adalah kemampuan
membuat keputusan vokasional”. Caplow dalam Hoppock, (1976: 70)
menjelaskan pula bahwa “siswa membuat arah pilihan karir dan/atau
pekerjaan pada saat mereka masih jauh dari dunia kerja”.Ciri-ciri siswa
telah mantap arah pilihan karirnya diuraikan oleh Syarifuddin, (2010: 41)
sebagai berikut:
(1) pilihan karirnya akan ajeg, baik dilihat dari segi waktu,
bidang, tingkat, dan rumpun pekerjaan, (2) pilihan kariernya
realistik, karena sesuai dengan kesempatan yang ada, minat,
kepribadian, dan kelas sosialnya (3) Ia memiliki kompetensi
yang memadai untuk melakukan pilihan karir secara bijaksana,
sebab ia telah dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul
dalam perkembangan karirnya secara efektif, ia telah banyak
mengetahui seluk beluk dunia kerja, ia telah dapat menilai
kesesuaian kemampuannya dengan pekerjaan yang diinginkan,
ia cakap dalam menjodohkan sifat tertentu pribadi dengan
tuntutan pekerjaan, (4) ia memiliki sikap, yaitu perasaan, reaksi
subjektif dan disposisi yang diperlukan untuk membuat suatu
pilihan kerja dan memasuki dunia kerja, sebab ia secara aktif
berpartisipasi dalam proses pembuatan suatu pilihan.
Goncalves

(1995)

dalam

McLeod,

(2003:

260)

menjelaskan

konseling dengan menggunakan pendekatan narasi melewati lima
tahapan, yaitu:
a. Tahap I : Recalling narratives. Identifikasi ingatan klien
tentang peristiwa hidup yang penting dengan menggunakan
latihan visualisasi terbimbing untuk memfasilitasi ingatan.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 9

b. Tahap II : Objectifying narratives. Mengisahkan kembali
cerita penting dengan cara membuat klien “menyatu dengan
teks”, misalnya dengan jalan memberi perhatian yang lebih
besar kepada sinyal sensoris seperti visual, pendengaran,
penciuman, peraba, perasa. Mengoleksi artikel dan artefak
(misalnya,
fotografi,
music,
surat)
yang
akan
mengobjektifkan cerita tersebut lebih jauh lagi dengan
mendefinisikan rujukan eksternalnya.
c. Tahap III : Subjectifying narratives. Tahap ini adalah untuk
meningkatkan kesadaran klien terhadap pengalaman
mendalam terhadap suatu peristiwa.
d. Tahap IV : Methaphorizing narratives. Mengumpulkan
asosiasi methaporis dari cerita/kisah klien.
e. Tahap V : Projecting narratives. Klien diberi kesempatan
mempraktikkan/memikirkan
asosiasi
alternatif
yang
memungkinkan untuk diimplementasikan dalam sesi
konseling dan kehidupan sehari-hari.
Proses konseling dengan pendekatan naratif digunakan untuk
membantu klien dalam mengungkap tema dan makna dalam kisah-kisah
pribadi mereka sehingga mereka dapat mengambil tindakan dalam arah
yang lebih disukai. Klien mengungkapkan perspektifnya melalui narasi
subjektif

dan konselor bertindak sebagai co-kolaborator di proses

konseling yang penekanannya pada hubungan baik dan dalam proses
tersebut.

Konseling

karir

dengan

pendekatan

narrative

untuk

mengeksplorasi keputusan karir klien berfokus pada kondisi klien dalam
kaitannya dengan lingkungan utamanya, yang berkutat pada persoalan
hubungan/relasional di dalam keluarga. Whiston, dkk, (2005 : 169)
menjelaskan bahwa “in responding to career counseling cases, the
experts also indicated they would explore relational influences on career
decision making with a focus on influences of the client’s family of origin”.
Aplikasi Genogram dan Pendekatan Naratif dalam Konseling Karir
Jumlah pengalaman sosial dalam awal pertumbuhan hingga dewasa
guna

memenuhi

kebutuhan

tertentu

tampaknya

terkait dengan

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 10

jumlah orientasi pekerjaan atau karir seseorang dikemudian hari. Jenisjenis interaksi orang tua dengan anaknya akan mempengaruhi cara anak
dalam menentukan pilihan pekerjaan atau karir. Lopez dan Andrews
(1987) dalam Chope (2005: 396) menjelaskan bahwa rentetan kejadian
atau life-event yang terjadi dalam lingkungan keluarga memiki arti yang
penting terhadap pengambilan keputusan karir para anggota keluarga.
Dalam konteks konseling karir, penggunaan genogram adalah untuk
melakukan asessmen dan mendiskusikan pola dan perilaku karir dalam
sebuah keluarga (Gibson, 2005).
Contoh pengembangan genogram karir dapat dilihat pada Gambar
berikut ini:

Aplikasi genogram dalam konseling dan pendekatan naratif untuk
membantu arah pilihan karir siswa melewati tiga tahapan utama, yaitu
tahap pra-konseling, konseling, dan pasca-konseling. Merancang suatu
genogram pada dasarnya yaitu mengumpulkan informasi faktual atas

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 11

akumulasi

fakta

yang

terjadi

selama

kehidupan

klien/konseli

(Papadopoulos, & Bor, 2007).
Pentahapan aplikasi dari genogram dapat dilihat pada Gambar
berikut ini:

Stage 1
Stage 2
Stage 3
Stage 4
Stage 4a, 4b, 4c

: Planning
: Organizing
: Introduction
: Construction
: Other Data

Tahap 5 : Interpretation
Tahap 6 : Intervention
Tahap 7 : Inspection
Tahap 8 : Report
Tahap 9 : Follow Up

1. Tahap perencanaan :
Pada tahapan ini, guru BK/konselor secara aktif mengakses
informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan klien/konseli. Proses ini
diawali dengan menghimpun sebanyak-banyaknya informasi berkenaan
dengan arah pilihan karir klien/konseli.

Akses informasi yang perlu

dipahami guru BK/konselor dalam kaitannya dengan perencanaan
sasaran layanan meliputi informasi yang bersifat umum dalam bentuk
anecdotal record dan informasi yang bersifat khusus yaitu tingkat
kematangan pilihan karir siswa, jenis-jenis pekerjaan/karir yang diminati
dan konsep diri klien/konseli dengan menggunakan instrumen yang valid
dan reliabel (contohnya AUM Umum --- bidang masalah karir dan
pekerjaan dan/atau Inventori Arah Pilihan Karir). Selanjutnya, guru

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 12

BK/konselor melakukan analisis terhadap informasi umum dan informasi
khusus yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Hasil analisis tersebut

ditabulasi untuk mempermudah guru BK/konselor melakukan penyaringan
(screening) guna memastikan kebutuhan klien/konseli selaras dengan
penggunaan

genogram

karir

sebagai

bentuk

intervensi.

Proses

penyaringan (screening) dalam hal ini sifatnya selektif dan mengerucut
pada karakteristik klien/konseli dalam rumusan ini.

2. Tahap pengorganisasian
Pada tahapan ini guru BK/konselor menata kelengkapan yang
dibutuhkan dalam sesi konseling yang akan dilakukan seperti lembar kerja
genogram, pena/pensil, karet penghapus, Dictionary of Occupational Titles
(DOT) atau The Occupational Outlook Handbook, waktu dan tempat
layanan dilakukan. Dalam melakukan proses ini, guru BK/konselor perlu
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait, utamanya
terhadap klien/konseli untuk melakukan komunikasi dan membuat
kesepakatan bersama (antara guru BK / konselor dengan klien/konseli)
untuk waktu pelaksanaan konseling.

3. Tahap pengawalan
Berisi kegiatan penerimaan terhadap klien/konseli yang datang
menemui guru BK/konselor. Maksud dari tahap penerimaan di sini adalah
tidak berarti membenarkan (menyetujui) atau tidak menyetujui segi-segi
kepribadian atau kelakuan klien/konseli. Yang diterima oleh guru
BK/konselor yaitu pribadi klien/konseli sebagai suatu keseluruhan, dan
bukan dari satu segi dari padanya. Hal ini untuk meminimalisir pikiran
dan/atau perasaan klien/konseli bahwa ia tidak disukai atau kesulitankesulitannya tidak dapat ditolong.
Menerima klien/konseli (baik klien yang self-referral maupun datang
atas pengaruh pihak ketiga) perlu dilakukan secara terbuka, apa adanya,

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 13

dengan prinsip Klien Tidak Pernah Salah (KTPS), ramah dan lembut,
sehingga klien/konseli merasa dirinya diterima dalam suasana senyaman
mungkin. Di samping itu penampilan mimik, bahasa verbal dan non-verbal
guru BK/konselor yang mengajak dan bersahabat yang menciptakan
suasana kondusif dan tanpa-praduga dan tanpa-penilaian, akan membuat
klien/konseli merasa aman dan nyaman, merasa diterima, dan (lebih jauh)
merasa kondisi dan kepentingan dirinya (akan) terakomodasikan.
Dalam tahapan ini, jika klien/konseli baru pertama kali melakukan
konseling guru BK/konselor perlu melakukan penstrukturan secara penuh.
Sedangkan bagi klien/konseli yang telah pernah melakukan konseling
penstrukturan dilakukan sebagian. Penstrukturan dimaksudkan untuk
memberikan wawasan dan pengetahuan tentang apa dan bagaimana
konseling itu dilakukan, serta mendorong terciptanya emosi yang positif
klien terhadap proses konseling itu sendiri. Isi dan penilaian diri serta
kesiapan klien/konseli untuk masuk ke tahap selanjutnya menjadi
perhatian utama guru BK/konselor untuk memasuki tahap selanjutnya.

4. Tahap pengkonstruksian
Tahapan pengkonstruksian dapat ditempuh apabila pengungkapan
data hasil analisis klien/konseli menunjukkan permasalahan arah pilihan
karir memiliki hubungan dengan kondisi sosio-emosional dalam ligkungan
keluarganya. Untuk itu data tes minat (4a), bakat (4b) dan TPA (4c) perlu
menjadi pertimbangan tersendiri untuk diungkapkan terlebih dahulu
kepada klien/konseli sebelum memasuki tahap pengkonstruksian.
a. Guru BK/konselor memberikan penjelasan secara komprehensif
kepada klien/konseli mengenai pengertian, prinsip kerja, dan
penggunaan genogram guna menyukseskan layanan konseling.
b. Guru

BK/konselor

meminta

kesediaan

sasaran

layanan

(klien/konseli) untuk mempelajari lembar kerja genogram dan
indeks simbol genogram.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 14

c. Guru BK/konselor melakukan recalling narrative dengan cara
memandu klien/konseli untuk mengisahkan silsilah keluarga,
peristiwa hidup keluarga, hubungan dan perilaku karir anggota
keluarga sasaran layanan (klien/konseli).
d. Guru BK/konselor melakukan objectifying narratives dengan cara
mendorong dan/atau membantu klien/konseli untuk menuangkan
hasil recalling narrative pada lembar kerja genogram dengan
menggunakan indeks simbol yang disediakan.
e. Guru BK/konselor dan klien/konseli secara bersama memeriksa
kembali konstruksi genogram yang telah dibuat.

Dalam pengkonstruksian, penggunaan warna pena (biru, merah,
hijau dan hitam) patut untuk diperhatikan untuk menyoroti hubungan
tertentu yang oleh klien/konseli dianggap memberikan pengaruh dalam hal
karirnya sehingga pada gilirannya akan mempertegas sudut pandang
bersama (guru BK/konselor dengan klien/konseli) terhadap suatu konteks
permasalahan.

Perlu

untuk

digarisbawahi

bahwa

aktivitas

pengkonstruksian genogram karir diupayakan terlaksana dalam suasana
menyenangkan

dan

tanpa

tekanan.

Hal

ini

penting

untuk

mempertahankan antusiasme klien/konseli dalam mengikuti konseling.
Adakalanya klien/konseli sulit untuk mengingat siapa, kapan dan di mana
suatu peristiwa penting terjadi di dalam keluarganya, untuk itu guru
BK/konselor diperkenankan menggunakan himpunan data sebagai
pendukung dalam kegiatan layanan konseling.

5. Tahap eksplorasi :
Pada tahapan ini guru BK/konselor meningkatkan kesadaran
klien/konseli terhadap pengalaman mendalam terhadap suatu peristiwa
(subjectifying narratives) berdasarkan genogram yang telah dibuat untuk

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 15

merangsang

pemikiran

dan/atau

perasaan

klien/konseli

sehingga

membentuk persepsi yang baik menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Keberhasilan

anggota keluarga sebagai pasangan, orang tua,

paman, sepupu, dan saudara;
b. Peningkatan dan penurunan mobilitas anggota keluarga yang
telah

mendapatkan

karir

dan

masalah-masalah

yang

mengikutinya;
c. Hubungan waktu, ruang, uang, dan emosional yang dikelola di
dalam serta di luar keluarga, dan;
d. Integrasi anggota keluarga dalam macam-macam peranan yang
berbeda di dalam keluarga dan tempat bekerja.
e. Isi preferensi karir dari sasaran layanan (klien).

Pembahasan poin (a) s/d (e) dengan tetap merujuk pada konstruksi
genogram yang telah dibuat. Pengajuan pertanyaan seperti yang
dicontohkan di atas, mendorong klien/konseli untuk menceritakan
bagaimana hubungan dan perilaku karir para anggota keluarganya. Di
samping itu, klien/konseli juga akan mengungkapkan isi pemikiran
dan/atau perasaannya terkait dengan hubungan dan perilaku karir para
anggota keluarganya.

6. Tahap pembinaan
a. Guru BK/konselor bersama klien melakukan methaphorizing
narratives dengan cara mengumpulkan kesan-kesan dari cerita
klien/konseli yang memiliki kesamaan dengan preferensi arah
pilihan karir klien.
b. Guru BK/konselor dan klien meneliti suatu tugas, jabatan atau
pekerjaan

yang

menjadi

isi

preferensi

arah

pilihan

karir

klien/konseli.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 16

c. Guru BK/konselor melakukan pembinaan berdasarkan (1)

isi

pengamatan diri klien/konseli; (2) pemahaman lingkungan atau
dunia kerja; (3) proses pembuatan keputusan; (4) model-model
pola

hidup;

dan

(5)

model-model

okupasional

yang

disinkronisasikan dengan preferensi arah pilihan karir klien dan
kondisi keluarganya.
d. Guru BK/konselor melakukan projecting narratives dengan cara
memberi kesempatan kepada klien / konseli untuk memikirkan arah
pilihan

karir

yang

memungkinkan

untuk

diimplementasikan

berdasarkan poin (c) di atas.

Kesan-kesan tersebut tidak mutlak hanya ditekankan kepada kesankesan yang dianggap positif saja, melainkan juga kesan-kesan yang
dianggap negatif oleh klien/konseli. Meskipun kesan negatif ada kalanya
bersifat kontraproduktif dan menghambat pencapaian tujuan, namun hal
ini

memberikan

kesempatan

guru

BK/konselor

untuk

melakukan

pendalaman terhadap materi penilaian diri klien/konseli, serta momentum
untuk dapat menyampaikan kepada klien/konseli apa dan bagaimana jika
implikasi dari perilaku tersebut terus berlanjut. Sinkronisasi tahap
pembinaan dengan isi preferensi arah pilihan karir klien/konseli diperlukan
untuk memunculkan beberapa alternatif

arah

pilihan

karir. Guru

BK/konselor mendorong klien/konseli untuk memikirkan arah pilihan karir
yang memungkinkan bagi klien/konseli. Tentunya, arah pilihan karir
tersebut memiliki relevansi dengan dukungan dan/atau kemampuan
keluarganya serta kapabilitas klien/konseli. Dalam kesempatan itu,
klien/konseli diberi ruang untuk menimbang arah pilihan karir yang akan
diputuskannya dan bagaimana upaya-upaya untuk mewujudkannya dalam
bentuk tingkah laku ke depannya.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 17

Apa yang menjadi perolehan klien/konseli baik itu berupa keputusan
arah pilihan karir atau pemahaman yang mendasar tentang bagaimana
mencapai arah karir tersebut perlu disikapi secara positif oleh guru
BK/konselor sebagai apresiasi terhadap kemauan klien/konseli untuk
berubah ke arah yang lebih baik. Dalam konteks ini, guru BK/konselor
perlu menyadari bahwa apa yang menjadi perolehan klien/konseli dalam
konseling dapat dijadikan dasar untuk membentuk perilaku yang lebih
adaptif guna perkembangan dirinya lebih lanjut.

7. Tahap penilaian
Penilaian yang dimaksud dalam hal ini adalah menilai sejauh mana
perolehan

manfaat

dan/atau

pengetahuan

yang

didapatkan

oleh

klien/konseli terkait dengan sesi konseling yang telah dilakukan secara
umum, dan arah pilihan karir yang memungkinkan baginya secara khusus.
Perolehan selanjutnya yaitu bagaimana kondisi afeksi (perasaan)
klien/konseli terkait dengan sesi konseling yang telah dilakukan secara
umum, dan arah pilihan karir yang memungkinkan baginya secara khusus.
Dan terakhir, kesungguhan klien/konseli untuk melakukan upaya atau
langkah-langkah untuk mewujudkan arah pilihan karirnya. Pengakhiran
sesi konseling diupayakan dalam suasana yang hangat, menyenangkan
dan dengan adanya dorongan, dukungan, serta penguatan secara
psikologis.

8. Tahapan penyusunan laporan
Guru BK/konselor membuat rangkuman genogram yang mencakup
gambar,

kronologis

dan

deskripsi

tentang

hubungan

keluarga.

Rangkuman tersebut bersifat rahasia dan diadministrasikan secara baik
serta dapat dipergunakan sebagai himpunan data. Pembagian informasi
terkait rangkuman genogram kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengacu pada kode etik pelayanan bimbingan dan konseling.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 18

9. Tindak lanjut
Setelah merampungkan penyusunan laporan pelaksanaan layanan,
guru BK/konselor merumuskan upaya untuk memfasilitasi pengembangan
diri klien/konseli yang telah mendapatkan layanan konseling. Dalam
rumusan tindak lanjut seyogyanya guru BK/konselor mengacu kepada
hasil penilaian (laiseg, laijapen, dan laijapang) yang telah dilakukan. Hal
ini dimaksudkan agar upaya dari tindak lanjut terhadap klien/konseli
menjadi tepat dan efektif. Beberapa upaya tindak lanjut yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan layanan informasi dan orientasi
berkenaan dengan karir untuk memperkuat mental scheme klien/konseli
terhadap arah pilihan karirnya

KESIMPULAN
Penggunaan genogram dan pendekatan naratif untuk membantu
arah pilihan karir siswa membuka kesempatan terjadinya proses belajar
pada diri siswa melalui suasana memikirkan dan/atau merasakan berbagai
hal

berkenaan

meningkatkan

dengan

perilaku

hubungan

karir

therapeutik

anggota
dalam

keluarganya,

konseling

dan

sehingga

mempercepat klien/konseli mendapatkan insight berkenaan dengan arah
pilihan karirnya. Arah pilihan karir yang diputuskan siswa sebagai
klien/konseli yang berbeda dengan rumpun karir anggota keluarganya
tidak memberi arti bahwa klien/konseli berada dalam kondisi abnormal.
Penggunaan genogram sangat banyak diwarnai oleh aspek dan
corak kebudayaan dimana proses konseling dilakukan, sehingga guru
BK/konselor perlu memperhatikan dengan seksama nilai dan kebudayaan
klien/konseli yang mengikuti konseling.
Memperhatikan kebutuhan akan data keluarga sebanyak tiga
generasi, maka dapat ditemui keterbatasan utamanya bagi klien yang

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 19

tidak memahami dengan baik silsilah keluarga.Untuk itu, guru BK/konselor
wajib memiliki kelengkapan pendukung, yaitu himpunan data yang selalu
diperbaharui minimal 3 bulan sekali.

DAFTAR RUJUKAN
A. Muri Yusuf. 2002. Kiat Sukses dalam Karir. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Barner, Robert William. 2011. “Applying Visual Metaphors to Career
Transitions”. Journal of Career Development, (Online). Vol. 38(1) Hal.
89-106.
DOI:
10.1177/0894845309359287.
www.sagepublications.com.
Blustein, David L, dkk. 2005. “Qualitative Research in Career
Development: Exploring the Center and Margins of Discourse About
Careers and Working”. Journal of Career Assessment, (Online). Vol
13,
Hal.
351.
DOI:
10.1177/1069072705278047.
www.sagepublications.com.
Bosco, Susan M, dan Bianco, Candy A. 2005. “Influence of Maternal Work
Patterns and Socio-economic Status on Gen Y Lifestyle Choice”.
Journal of Career Development, (Online). Vol 32 Hal 165. DOI:
10.1177/0894845305279169. www.sagepublications.com.
Chope, Robert C. 2005. “Qualitatively Assessing Family Influence in
Career Decision Making’. Journal of Career Assessment, (Online)
Volume
13,
Hal.
395.
DOI:
10.1177/1069072705277913.
www.sagepublications.com.
Chrzastowski, Szymon K. 2011. “A Narrative Perspective on Genograms:
Revisiting Classical Family Therapy Methods”. Journal Clinical Child
Psychology and Psychiatry, 1–10. Published online 25 May 2011.
http://ccp.sagepub.com/content/early/2011/05/20/1359104511400966.
Dunn, Adriana Balaguer., dan Levitt, Mary Michael. 2000. “The Genogram:
From Diagnostics to Mutual Collaboration”. The Family Journal
(Online). Vol. 8, Hal. 236-244. DOI: 10.1177/1066480700083004.
www.sagepublications.com.
E. Brott, Pamelia. 2004. “Constructivist Assessment in Career
Counseling”. Journal of Career Development. (Online), Vol. 30, Hal.
189.
DOI:
10.1177/089484530403000302.
www.sagepublications.com.
Flores, Lisa Y dan Spanierman, Lisa B. 2003. “Ethical and Professional
Issues in Career Assessment With Diverse Racial and Ethnic Groups”.
Journal of Career Assessment, (Online). Vol. 11, Hal. 76. DOI:
10.1177/106907202237461. www.sagepublications.com.
Hartung, Paul J., et al. 2002. “Family Interaction Patterns and College
Student Career Development”. Journal of Career Assessment,

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 20

(Online).
Vol.
10
No.
1,
Hal.
78-90.
DOI:
10.1177/1069072702010001005. www.sagepublications.com.
Hoppock, Robert. 1976. Occupational Information 4th ed. USA: McGrawHill.
International Labour Organization (ILO). 2011. Panduan Pelayanan
Bimbingan Karir Bagi Guru Bimbingan dan Konseling pada Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: ILO Publication.
Jacobs. 2011. ”Impact Counseling”. Disajikan dalam Seminar Internasional
Impact Counseling. UPI. Bandung, 29 – 30 Oktober.
Kaakinen, Joanna Rowe. 2010. ”Family Nursing Process: Family Nursing
Assessment Models”. Dalam Kaakinen, Joanna Rowe, dkk (Eds).
2010. Family Health Care Nursing : Theory, Practice, and Research
4th ed. United States of America: F.A. Davis Company.
Keller, Briana K., dan Whiston, Susan. 2008. “The Role of Parental
Influences on Young Adolescents’ Career Development”. Journal of
Career Assessment, (Online). Vol. 16 No. 2, Hal. 198–217. DOI:
10.1177/1069072707313206. www.sagepublications.com.
Koumoundourou, Georgia dan Tsaousis, Ioannis. 2010. ” Parental
Influences on Greek Adolescents’ Career Decision-Making Difficulties:
The Mediating Role of Core Self-Evaluations”. Journal of Career
Assessment, (Online). Vol. 19, No. 2, Hal 165-182. DOI:
10.1177/1069072710385547. www.sagepublications.com.
Magnuson, Sandy dan Holly E. Shaw. 2003. ”Adaptations of the
Multifaceted Genogram in Counseling, Training, and Supervision”. The
Family Journal, (Online), Volume 11, No. 45, (http://tfj.sagepub.com/) ,
diakses 24 September 2011.
McGoldrick, Monica dan Petry, Sueli S. 2005. “Genograms in Assessment
and Therapy”. Dalam Koocher, Gerald P. dan Norcross, John C. 2005.
Psychologists’ Desk Reference. New York: Oxford University Press.
McLeod, John. 2003. An Introduction to Counseling. Open University
Press. (Terjemahan).
Mensinga, Jo. 2009. “Storying Career Choice Employing Narrative
Approaches to Better Understand Students’ Experience of Choosing
Social Work as a Preferred Career”. Qualitative Social Work Journal,
(Online). Vol. 8 (2): 193–209.DOI:10.1177/1473325009103375.
www.sagepublications.com.
Osipow, Samuel T. 1983. Theories of Career Development. Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Patton, Wendy dan McMahon, Mary. 2001. “Career Development Practice:
a Refocus and Renewal”. Dalam Patton, Wendy dan McMahon, Mary.
2001. Career Development Programs: Preparation for Lifelong Career
Decision Making. Sydney: Australian Council for Educational
Research Ltd.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 21

Perry, Wayne. 2010. Basic Counseling Tehniques: A Beginning
Therapist’s Toolkit (2nd edition). Bloomington. (Terjemahan).
Prayitno. 2011. “Pemantapan Bimbingan Karir pada Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah”. Disajikan dalam Seminar Nasional Konseling.
Lubuk Buaya, Padang, 24 Desember.
Sexton, Thomas L., dkk (Eds). 2003. Handbook of Family Therapy : The
Science and Practice of Working With Families and Couples. New
York: Brunner-Routledge.
Supriatna, Mamat. 2008. Analisis Genogram Sebagai Alat Konseling Karir.
UPI-Bandung.
Syarifuddin, Dahlan. 2010. “Model Konseling Karier Untuk Memantapkan
Pilihan Karier Konseli : Studi Pengembangan Berdasarkan Teori
Pilihan Karier Holland Pada Siswa Sma di Bandar Lampung Tahun
2010”. Disertasi. UPI: Bandung. Tidak Dipublikasikan.
Whiston, et.,al. 2005. “Career Counseling Process: A Qualitative Analysis
of Experts’ Cases”. Journal of Career Assessement, (Online), Vol. 13
No.
2,
169–187,
DOI:
10.1177/1069072704273126.
www.sagepublications.com.

APECA MID YEAR INTERNATIONAL WORKSHOP 2015 | 22