LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI D (1)

BAB I PENGUKURAN DEBIT DI SALURAN TERBUKA

1.1 Latar Belakang

  Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah menjadi hal mutlak yang diperlukan dan tidak bisa dielakkan lagi, karena air merupakan faktor penting dalam usaha pertanian. Tanaman yang dibudidayakan dalam pertanian membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik hingga menghasilkan produksi yang maksimal. Pemberian air pada tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pemberian air yang berlebihan atau yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman.

  Susahnya air disuatu tempat dengan tempat lain itu berbeda, maksudnya ialah ketersediaan air disuatu tempat itu berbeda-beda. Susahnya air membuat para petani kesusahan dalam usaha pertaniannya, maka dari itu diperlukan sistem manajemen irigasi yang baik untuk pengelolaan air dan pemanfaatan air yang maksimal.

  Dalam suatu saluran irigasi, mengetahui debit sangat penting. Hal ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju penggunaan air pada petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan air disuatu lahan. Dengan mengetahui debit aliran dapat mengontrol laju aliran air yang dibutuhkan serta mengefisienkan penggunaan air yang tersedia pada musim kemarau.

  Maka dari itu pengukuran debit air atau aliran harus diketahui dalam suatu irigasi. Sebagai mahasiswa teknik pertanian, dalam melakukan pengukuran debit aliran diperlukan untuk mengetahui rancangan ideal saluran irigasi. Saluran irigasi harus memperhitungkan kebutuhan air pada suatu areal lahan pertanian dan mengukur kecepatan aliran debit yang ideal agar wilayah tersebut tidak kekurangan atau kelebihan air umtuk tanaman dan pengolahan lahan.

1.2 Tujuan

  Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

  1. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti;

  2. Mengukur debit dengan pelampung;

  3. Mengukur debit dengan current meter.

1.3 Manfaat

  Setelah melakukan praktikum kali ini manfaat yang dapat diperoleh oleh praktikan adalah :

  1. Bisa menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti;

  2. Praktikan bisa mengetahui pengukuran debit dengan menggunakan pelampung;

  3. Praktikan juga dapat mengukur debit dengan current meter.

1.4 Tinjauan pustaka

1.4.1 Pengetian debit

  Debit merupakan satuan besaran air yang keluar dari daerah sungai. Satuan debit yang digunakan dalam satuan SI adalah meter kubik per detik (m 3 s).

  Menurut Asdak, debit aliran merupakan laju aliran air dalam bentuk volume air yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik.

1.4.2 Jenis-Jenis Aliran

  a. Aliran laminer Aliran laminer merupakan aliran fluida tanpa aliran turbulen (pusaran air).

  Partikel fluida mengalir dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Dalam aliran laminer ini viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan.

  b. Aliran turbulen

  Aliran turbulen adalah aliran yang pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami pencampuran serta putaran partikel antar lapisan.

  Tipe-tipe aliran saluran terbuka adalah :

  a. Aliran tetap

  - Aliran seragam - Aliran tidak seragam

  b. Aliran tidak tetap - Aliran seragam tidak tetap - Aliran tidak tetap dan berubah-ubah

  1.4.3 pengukuran debit

  Ada dua metode dalam pengukuran debit, yaitu pengukuran debit secara langsung dan pengukuran debit secara tidak langsung.

  A. Pengukuran debit secara tidak langsung Pengukuran debit secara tidak langsung merupakan pengukuran debit yang dilakukan langsung namun untuk mengetahui nilainya harus dilakukan dengan pengolahan rumus.

  1. Pelampung

  Pelampung yang digunakan untuk pengukuran debit memiliki dua tipe, yaitu :

  a. Pelampung permukaan

  b. Pelampung tangkai

  Pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan pelampung permukaan. Pengukuran debit dengan pelampung dilakukan dengan memilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakan seminim mungkin. Pengukuran yang dilakukan ketika tidak ada angin pada bentangan air yang kita pilih. Kecepatan aliraan permukaan ditentukan berdasarkan rata-rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedangkan kecepatan rata- rata didekati dengan pengaturan kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.

  Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasan, pelampung tidak stabil, oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan. Keadaan stabil akan tercapai 5 detik sesudah dilepaskan. Pada saat pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran dapat diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata-rata kali luas penampung.

  Persamaan untuk menghitung debit aliran kecepatan rata – rata:

  Q = C . Vp Ap………………………………………………(1)

  Keterangan: Q : debit aliran

  C : koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan

  Vp

  : kecepatan rata – rata pelampung Ap : luas aliran rata – rata

  2. Current meter

  Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Alat ini terdiri dari flow detekting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detekting unit akan terbaca pada counter unit dapat juga menunjukkan sekalian jumlah putaran propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis yang tidak langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan kedalam rumusan yang sudah dibuat oleh pembut alat. Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan perlu diketahui.

  Distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun horizontal sehingga pengukuran kecepatan dengan alat ini tidak cukup pada satu titkik saja. Prinsipnya adalah makin cepat aliran, maka makin cepat putaran baling – baling pada alat. Kecepatan dihitung atas dasar jumlah putaran baling – baling dan waktu putaran.

  Debit aliran dihitung dari rumus :

  Q = V x A………………………………………….…(2)

  Keterangan :

  V : Kecepatang aliran

  A : Luas penampang Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :

  a. Bentuk saluran

  b. Kekasaran saluran dan

  c. Kondisi kelurusan saluran

  Tabel 1 jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman

  Kedalaman saluran Jumlah titik Titik kedalaman

  (h) dalam m pengukuran 0,0 – 0,6 1 0,6 h

  0,6 – 3,0 2 0,2 h ; 0, 8 3,0 – 6,0 3 0,2 h ; 0,6 h ; 0, 8 h

  Sumber : Tim Asisten.2015.Modul Teknik Irigasi dan Drainase.PS TEP

  B. Pengukuran debit secara langsung Dalam pengukuran debit secara langsung diguunakan beberapa alat pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran meliputi jaringan-jaringan yang telah ada. Alat yang digunakan adalah :

  1. Alat ukur pintu Romijin

  Ambang dari pintu romijin dalam pelaksanaan pengukuran yang langsung menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan- jaringan yang dapat naik dan turun yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran air menggunakan rumus :

  ……………………………………………(3)

  Keterangan :

  b : Lebar

  h : tinggi permukaan air

  2. Sekat ukur Thomson

  Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90 0 dapat dipindah-pindahkan karena bentuknya yang sederhana, lazim digunakan untuk mengukur debit air

  yang relatif kecil. Alam penggunaan alat ini dapat memperhatikan atau menggunakan persamaan berikut :

  …………………………………….. (4)

  Keterangan : Q

  = debit air

  h = tinggi permukaan air

  3. Bangunan ukur Cipoletti

  Prinsip kerja bangunan Cipoletti ini disaluran terbuka adalah menciptakan aliran yang kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Persamaan yang digunakan adalah :

  Q=k 23

  x

  b (h )…………………………………(5)

  Keterangan : Q

  : debit air

  H : head

  K dan n

  : konstanta Besarnya nilai k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi dari penampung saluran yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pengukuran debit air secara langsung dengan bangunan Cipoletti biasanya lebih mudah dengan memperhatikan daftar debit air yang tersedia.

1.4.4 Syarat-syarat saluran pengukuran Debit

  a. Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada perubahan

  bentuk penampang atau debit yang menyolok

  b. Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai pada saat

  banjirmuka air tertinggi distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang memutar.

  c. Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan tidak terganggu oleh

  adanya bangunan air lainnya (misalkan pilar jembatan), tidak terpengaruh peninggian muka air, pasang surut dan aliran lahar.

  d. Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus terhadap alur

  sungai.

  e. Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter baling –

  baling alat ukur arus yang digunakan.

  f. Apabila dilakukan di lokasi bendung, harus dilakukan di sebelah hilir atau hulu bendung pada lokasi yang tidak ada pengaruh pengempangan (arus balik

1.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Debit

  1. Bentuk saluran Penampang saluran irigasi dapat berbentuk trapesium, segi empat, tapal kuda atau lingkaran. Bentuk penampang ini ditentukan oleh bahan dasar dan tebing saluran. Bentuk penampang saluran trapesium umumnya dipakai pada saluran yang dibuat langsung pada tanah(saluran tanpa lapisan). Bentuk segi empat atau tapal kuda umumnya digunakan pada saluran yang melalui tanah batuan, saluran yang dilapisi pasangan batu atau beton.

  2. Jenis aliran Jnis aliran menjadi salah satu faktor dalam pengukuran debit karena jenis aliran yang tidak tenang mempengaruhi hasil pengukuran debit. Jneis aliran laminar dan turbulen.

  3. Angin Karena angin berpengaruh pada kecepatan aliran fluida maka berpengaruh pula pada debit air. Semakin cepat angin yang berhembus pada aliran tersebut, maka debit aliran semakin tinggi dan sebaliknya.

  4. Kecepatan Aliran Kecepatan aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat aliran mengalir, maka semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin lambat aliran mengalir, maka semakin sedikit debit aliran yang dihasilkan.

  5. Permukaan Saluran

  Debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak bergelombang. Karena permukaan yang kasar atau bergelombang akan mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada debit aliran yang dihasilkan.

  6. Kedalaman saluran

  Kecepatan debit juga dipengaruhi oleh kedalaman dari saluran irigasi. Semakin dangkal saluran irigasi maka semakin besar debit yang mengalir.

  7. Kekasaran saluran

  Besarnya debit yang mengalir tergantung dari kasarnya saluran. Karena saluran tersebut memiliki gaya gesek yang besar, sehingga debit air yang mengalir tertahan.

  8. Intensitas hujan

  Saat melakukan pengukuran debit ada hal yang perlu diperhatikan yaitu hujan. Apabila intensitas hujan besar maka volume air akan bertambah dan debit air yang mengalirpun akan berubah menjadi lebih besar.

  9. Intensitas matahari

  Apabila pengukuran debit air dilakukan ketika lewat dari jam 7 pagi, maka penguapan telah terjadi. Sehingga hasil yang didapatkan tidak akurat lagi. Pengupan yang terjadi disebabkan oleh sinar matahari.

  10. Topografi Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Ketinggian tempat juga mempengaruhi besarnya debit yang mengalir pada suatu saluran. Semakin tinggi suatu tempat saluran, maka debit akan semakin besar.

  11. Keadaan vegetasi Makin banyak pohon menyebabkan makin banyak air yang lenyap karena evapotranspirasi maupun infiltrasi sehingga akan mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai.

  12. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan, pembukaan tanah dan aktivitas lainnya.

  13. Kedalaman

  Semakin dalam saluranm tersebut maka semakin kecil debit nya.

  14. Kekasaran Semakin kasar dasar saluran tersebut maka saluran tersebut memiliki debit yang juga besar.

  15. Intensitas matahari Semakin terik matahari maka semakin kecil debit pada saluran tersebut

  16. Sedimentasi Sedimentasi merupakan sebuah endapan yang terdpat didalam saluran irigasi. Semakin tinggi ataupun tebal endapan yang terdapat ddalam saluran irigsi maka nilai debit yang di dapat semakin kecil. Sedangkan jika sedimen yang terendap didalam saluran irigasi rendah maka nilai debitnya tinggi.

  17. infiltrasi Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow.

1.5 Metodologi Praktikum

1.5.1 Lokasi dan Waktu

  Praktikum ini dilakukan di lokasi saluran primer jaringan Irigasi Gunung Nago Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Pauh dan dilakukan tanggal 29 Agustus 2015 pukul 06.30 WIB dan pengukuran saluran sekunder dilakukan pada tanggal

  30 Agustus 2015 pada pukul 08:00 WIB.

1.5.2 Alat dan Bahan

  Alat yang dipakai pada praktikum yaitu:

  1. Current meter;

  2. Rambu ukur;

1.5.3 Metoda Praktikum

  Adapun metode yang dipakai saat praktikum yaitu:

  1. Pada metode Cipoletti,

  a. ukur lebar permukaan atas air

  b. ukur lebar permukaan bawah air yang melewati cippoletti dengan meteran

  c. ukur tinggi air saluran tersebut dari dasar bangunan dengan meteran;

  d. catat hasil pengukuran. Kelebihan bangunan ukur cipoletti adalah :

  a. Sederhana dan mudah dibuat.

  b. Biaya pelaksanaan dan pengoperasian tidak mahal.

  Kelemahan bangunan cipoletti adalah :

  a. Terjadi sedimentasi dihulu bangunan.

  b. Pengukuran debit tidak bisa dilakukan jika muka air hilir naik diatas level (elevasi) ambang bangunan ukur.

  2. Pada metode Pelampung,

  a. ukur panjang saluran irigasi yang bentuk penampangnya lurus sepanjang

  30 m;

  b. beri tanda pada ujung bagian dari 30 m tersebut;

  c. Jatuhkan pelampung dari atas titik 0 m setelah pelampung melewati titik 0 m hidupkan stopwatch hingga mencapai titik ujung 30 m;

  d. Catat lama waktu pelampung hanyut dari titik 0 sampai ke titik 30 m.

  3. Pada metode Current meter

  a. ukur terlebih dahulu lebar permukaan atas air dan lebar dasar permukaan air kemudian tentukan titik pengamatan sebanyak 5 meter dengan tiap titik dengan jarak 1 m;

  b. Ukur tinggi air dengan rambu ukur dalam satuan sentimeter;

  c. Jika tinggi air memiliki 0,0 – 0,6 m maka titik yang diambil sebanyak 1 titik dan jika tinggi air memiliki 0,6 – 3,0 m maka titik yang diambil sebanyak 2 titik;

  d. Pemasangan propeller pada stik ukur sesuai hasil perkalian antara tinggia air pada suatu titik terhadap kriteria titik yang ditentukan;

  e. rangkai komponen current meter, atur waktu di CDU, yang diambil dari kiri atau kanan tepi saluran. Kemudian pasangkan propeller terhadap stik ukur yang telah terhubung dengan CDU yang terlebih dahulu dipasang baterai sebagai sumber arusnya. Warna hitam bernilai 1 cm, warna kuning bernilai 5 cm dan warna merah bernilai 10 cm;

  f. Kemudian hidupkan current meter dan baca nilai yang teretra pada layar display dengan nilai kecepatan yang diambil yaitu nilai real dan nilai average serta waktu yang dipakai yakni 45 detik.

1.6 Hasil dan Pembahasan

1.6.1 Hasil

  Tabel 2. Pengukuran dengan Menggunakan Pelampung Parameter

  Saluran Primer

  Saluran Sekunder

  Jarak pengamatan(m)

  Waktu tempuh (s)

  Debit (m 3 s)

  Sumber : Analisis Data Praktikum Tabel 3. Koefisien pelampung

  Ketinggian pelampung

  basah (m)

  Sumber : Analisis Data Praktikum Tabel 4. Pengukuran dengan Menggunakan Cipoletti

  Parameter

  Saluran primer

  Saluran sekunder

  Lebar permukaan (m)

  Tinggi air (m)

  Debit (m 3 s)

  Sumber : Analisis Data Praktikum

  Tabel 5. Pengukuran dengan Menggunakan Current meter

  Saluran

  Kedalaman Kecepatan Luas penampang Debit

  Rata-

  2 (m) 3 (ms) (m ) (m s) rata

  Sumber : Analisis Data Praktikum

1.6.2 Pembahasan

  Dari hasil praktikum pengukuran debit disaluran primer menggunakan current meter, pelampung dan cipoletti terlihat ada perbedaan data yang didapat pada meskipun salurannya sama. Nilai debit rata-rata yang didapatkan secara

  3 3 berurutan adalah sebesar 1,0796 m 3 s , 1,1764 m s , dan 1,1761 m s. Berdasarkan data yang didapatkan, pengukuran dengan menggunakan current

  meter nilai yang didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini mungkin saja dikarenakan faktor human error pada saat pengukuran laju aliran dan kedalaman.

  Pada saluran sekunder juga diukur besarnya debit yang mengalir menggunakan current meter, pelampung dan cipoletti. Nilai rata-rata debit yang

  3 3 didapat secara berurutan sebesar 0,6618 m 3 s, 0,7232 m s dan 0,5682 m s . Dari data yang didapatkan terlihat bahwasanya laju aliran atau debit air yang terbesar

  terdapat saat pengukuran dengan menggunakan pelampung. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran debit seperti dipengaruhi oleh permukaan air irigasi yang mengalir.

  Laju aliran atau debit yang diukur dengan current meter, pelampung dan cipoletti pada saluran primer lebih besar dari pada saluran sekunder. Hal ini disebabkan saluran primer lebih besar daripada saluran sekunder, selain itu karena Laju aliran atau debit yang diukur dengan current meter, pelampung dan cipoletti pada saluran primer lebih besar dari pada saluran sekunder. Hal ini disebabkan saluran primer lebih besar daripada saluran sekunder, selain itu karena

  Perbedaan antara waktu praktikum yang dilakukan pagi hari dan sore hari, pada pagi hari aliran air untuk mengukur debit belum dipengaruhi oleh faktor lain hanya faktor alam saja sehingga aliran debit kencang dan propeler yang diputar pada stik ukur bergerak cepat sedangkan pada sore hari propeler yang dipasang pada stik ukur melambat karena sudah ada kegiatan masyarakat dari atas seperti mandi, mencuci dan kegiatan lainnya, sehingga aliran debit yang terjadi tenang.

1.7 Penutup

1.7.1 Kesimpulan

  Praktikum pengukuran debit disaluran terbuka dilakukan pada irigasi gunung nago dimana untuk menentukan debit air pada irigasi tersebut menggunakan 3 metoda yaitu pelampung, cipoletti dan current meter. Pengukuran ini dilakukan pada saluran sekunder maupun primer. Hasil yang didapatkan berbeda dalam pengukuran debit meskipun dilakukan pada area dan luasan yang sama pada masing-masing metode ini dikarenakan pengaruh saluran antara primer dan sekunder berbeda karena ukuran, luasan dan aliran air yang mengalir pada primer lebih besar dari sekunder

  Besar debit yang didapat dari saluran primer dan sekunder. Nilai debit yang besar didapatkan pada saluran primer, faktor yang mempengaruhi pengukuran debit yaitu dipengaruhi oleh luasan penampang saluran itu sendiri, besar aliran, kegiatan masyarakat pada kegiatan sore hari sedangkan pada pagi hari hanya pengaruh alam seperti angin serta intesitas hujan, radiasi matahari dan lainnya. Dapat dilihat bahwa pengukuran debit yang paling efektif pada pagi hari karena masih pengaruh alam yang menjadi penghalang.

1.7.2 Saran

  Adapun saran yang harus diperhatikan dalam melakukan praktikum pengukuran debit aliran yaitu :

  1. Pahami semua literatur yang ada tentang pengukuran debit aliran terkhusunya dengan metoda-metoda yang akan digunakan;

  2. Perhatikan keadaan lingkungan yang dapat menjadi faktor yang mempengaruhi nilai debit yang didapatkan;

  3. Jangan bercanda ketika melakukan pengukuran debit karena dapat berdampak kepada kesalahan dalam menghitung nilai yang ditunjukkan oleh alat yang digunakan yang akan berdampk kepada human error;

  4. Hendaknya lakukan beberapa kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang akurat.

BAB II PENGENALAN SISTEM IRIGASI

2.1 Latar Belakang

  Sebagai kawasan agraris Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan pertanian yang luas terbentang dari sabang hingga ke merauke. Banyak masyarakat yang melakukan budidaya pertanian maka diperlukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan air tanaman agar dapat meningkatkan produk pertanian. Ketersediaan air yang terbatas dapat menyebabkan tanaman yang dibudidayakan akan kekurangan air dan tidak dapat tumbuh dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut di perlukan sistem irigasi yang dapat digunakan untuk mengairi atau menyalurkan air ke lahan pertanian agar kebutuhan air tanaman tercukupi. Sistem irigasi tidak hanya untuk membantu memenuhi kebutuhan air tanaman, tetapi juga berfungsi untuk mengontrol laju penggunaan air pada petakan sawah sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau tanaman.

  Dalam bidang Teknik Pertanian irigasi sangatlah diperlukan. Tanpa adanya sistem irigasi, usaha pertanian tidak akan berjalan dengan maksimal karena irigasi merupakan suatu faktor penunjang dalam bidang usaha pertanian. dimana sistem ini membagi secara merata pada tiap – tiap lahan dengan cara melakukan pembagian air dengan menggunakan saluran primer sampai saluran quarter sehingga air akan sampai ke lahan dan dapat mengairi lahan yang akan digunakan untuk budidaya pertanian. Sistem irigasi juga perlu pelajari agar mahasiswa dapat mengetahui bangunan-bangunan apa saja yang ada dalam sistem irigasi dan fungsi dari masing-masing bangunan tersebut serta dapat membuat rancangan sistem irigasi sesuai dengan kebutuhan dari suatu lahan yang membutuhkan irigasi.

  Bangunan-bangunan irigasi perlu dipelajari karena setiap bangunan irigasi yang ada disuatu daerah memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan irigasi yang akan dialirkan ke lahan dan disesuaikan juga dengan topografi dari daerah tersebut. Bangunan irigasi digunakan untuk mengontrol laju air pada saluran irigasi agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan air pada tanaman. Serta dapat memperkirakan tingkat kebutuhan air yang dibutuhkan disuatu tempat lahan pertanian.

2.2 Tujuan

  Adapun tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah :

  1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi;

  2. Mengenal tata cara pemberian nama atau kode pada bangunan irigasi;

  3. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian banguna irigasi.

2.3 Manfaat

  Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah:

  1. Mengetahui bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi sehingga mampu untuk mengelolanya;

  2. Bisa membaca kode serta pembuatan nama bangunan irigasi dengan mudah;

  3. Mampu mengaplikasikan jaringan irigasi pada suatu wilayah tertentu.

2.4 Tinjauan Pustaka

2.4.1 Pengertian Irigasi

  Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan. Irigasi merupakan usaaha pmanusia untuk menyalurkan air untuk kebutuhan pertanian. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen , menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen dalam sistem irigasi :

  1. Siklus hidrologi;

  2. Kondisi fisik dan kimiawi;

  3. Kondisi biologis tanaman;

  4. Aktifitas manusia.

  Irigasi berguna untuk mempermudah dalam pengolahan tanah, mencegah pertumbuhan gulma, mencegah terjadinya akumulasi garam, mengatur suhu dan tanah dan membantu dalam usaha sanitasi (Hansen, et, al 1986).

  Beberapa fungsi dari irigasi antara lain :

  1. Memasok kebutuhan air tanaman;

  2. Menjamin ketersedian air apabila terjadi betatan;

  3. Menurunkan suhu tanah;

  4. Mengurangi kerusakan akibat adanya frost.

  5. Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah

2.4.2 Pengertian dan fungsi Jaringan Irigasi

  Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada di petakan tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi disebut dengan daerah irigasi.(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986)

  Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks. Fungsi tersebut antara lain :

  1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya digunakan antara sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.

  2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian(conveying). Dalam fungsi ini, air bisa dibawa melalui saluran terbuka (kanal) dan saluran tertutup melalui pipa-pipa (mainline).

  3. Mendistribusikan air ke tanaman (distributing). Dalam sebuah jaringan irigasi, pendistribusian air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

  a. Continuos flow, Continuos flow merupakan metode distribusi yang sederhana dimana air dialirkan secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa penyesuaian dengan kebutuhan tanaman sesuai fase pertumbuhannya.

  b. Rotational flow, Rotational flow merupakan metode distribusi yang dilakukan secara bergantian dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan dan jadwal yang telah disepakati bersama antara sesama petani pemakai air irigasi. Jadwal yang direncanakan tentunya telah disesuaikan dengan fase pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.

  c. On demand, On demand merupakan metode distribusi yang lebih modern dan kompleks. Gambaran umum metode ini adalah seperti jaringan PDAM di kompleks pemukiman. Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi dalam jaringan, sehingga petani pemakai air dapat mendistribusikan air sewaktu waktu. Keuntungan dari metode adalah kebebasan petani memakai air irigasi dalam aplikasi air tanaman. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah kebutuhan modal yang lebih banyak untuk pembangunan jaringannya, serta potensi terjadinya kekurangan air saat seberapa petani pemakai air menggunakan air secara bersamaan.

  d. Reservoir, Reservoir merupakan metode gabungan antara continous flow dan on demand. Bak bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan pertanian. Bak tersebut akan diisiterus menerus seperti pada metode continous flow. Selanjutnya petani pemakai air mendistribusikan air dari bak penampungan tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka sewaktu-waktu seperti pada metode on demand.

2.4.3 Macam-Macam Sistem Irigasi

  Macam-macam dari sistem irigasi adalah :

  1. Irigasi permukaan

  Irigasi permukaan merupakan metode pemberian air yang paling awal dikembangkan. Irigasi merupakan irigasi yang terluas cakupannya diseluruh dunia terutama di Asia. Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) kedalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik dengan linning atau melalui saluran head rendah. Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukaan relatif lebih kecil dari pada irigasi tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan.

  2. Irigasi bawah permukaan

  Irigasi bawah permukaan adalah sistem irigasi yang dilakukan dengan cara meresapkan air kedalam tanah.Peresapan air dalam tanah ini dilakukan dibawah zona perakaran menggunakan pipa porus atau melalui sistem saluran pembuka.

  3. Irigasi curah

  Irigasi curah adalah sistem irigasi yang dilakukan dengan cara menyiram atau menyemprotkan air kepermukaan lahan pertanian menggunakan alat semprot irigasi dengan pancaran juga dapat digunakan untuk memberikan pupuk, mengurangi erosi angin.

  4. Irigasi lokal

  Irigasi lokal adalah sistem irigasi yang dilakukan dengan cara mendistrubusikan air dengan cara pipanisasi. Pada sistem irigasi ini berlakukan sistem gravitasi,yaitu lahan posisinya lebih tinggi memperoleh air lebih dahulu.

  5. Irigasi pompa air

  Irigasi pompa air adalah sisem irigasi yang dilakukan dengan cara mengambil air dari sumber dalam menggunakan pompa air.Irigasi pompa air mempunyai keuunggulan yaitu dapat terus mengairi sawah pada musim kemarau.

  6. Irigasi tetes

  Irigasi tetes adalah cara pemberian air dengan jaan meneteskan air melalui pipa-pipa secara setempat disekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman. Irigasi tetes adaah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui jaringan katub, melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, pipa dan emitor.

  7. Irigasi kendi

  Irigasi yang menggunakan alat berbentuk kendi, yang digunakan sebagai wadah penampung air dan kendi tersebut dibenamkan kedalam tanah yang berdeatan dengan tanaman agar rembesan air dapat diserap oleh tanaman.

  8. Irigasi Kincir Air

  Irigasi kincir air adalah irigasi yang dibuat mengguanakan tenaga kincir air yang digerakkan dengan aliran sungai untuk menaikkan air sampai elevasi yang diinginkan.

2.4.4 Klasifikasi Jaringan Irigasi

  Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

  1. Jaringan irigasi sederhana

  Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pamakai air sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas dan efisiensinya rendah. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam sehingga mudah untuk mengalirkan atau membagi air.

  2. Jaringan irigasi semi teknis

  Jaringan irigasi semi teknis merupakan jaringan yang sudah agak bagus baik dari pengaturan dan kelengkapan bangunannya dibandingkan jaringan irigasi sederhana. Jaringan memiliki bangunan sadap yang semi permanen dan pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil atau pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.

  3. Jaringan Irigasi Teknis

  Jaringan irigasi teknis memiliki bangunan yang kokoh dari beton mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu, terdapat pemisahan diantara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai kepetak tersier.

2.4.5 Perbedaan Bendung dengan Bendungan

  Bendung adalah usaha untuk menaikkan tinggi permukaan air, mengarahkan air sungai dengan cara membendung sungai tanpa reservoir. Kemudian mengarahkan ke saluran irigasi.

  Gambar 1. Bendung

  Sumber : pustaka.pu.go.id

  Bendungan adalah usaha untuk menaikkan tinggi permukaan air, mengarahkan air sungai dengan cara membendung sungai dengan reservoir. Bendungan merupakan struktur konstruksi yang digunakan untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat reaksi.

  Gambar 2. Bendungan Sumber : http:www.panoramio.com

2.4.6 Bangunan-bangunan Irigasi

  1. Bangunan utama

  Dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Bangunan utama ini diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yaitu bendungan, pengambilan bebas, pengambilan dari waduk, stasiun pompa.

  2. Bangunan pembawa

  Mempunyai fungsi membawa atau mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, sekunder, saluran tersier serta saluran kuarter.

  3. Bangunan bagi dan sadap

  Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yangbersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masingmasingdisebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier mengalirkan airdari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu rangkaian bangunan.

  Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu : Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu :

  b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.

  c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.

  4. Bangunan Pengatur dan Pengukur

  Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yan g diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapatjuga berfungsi sebagai bangunan pangatur.

  5. Bangunan Drainase

  Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang,sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

  a. Mengeringkan sawah

  b. Mernbuang kelebihan air hujan

  c. Mernbuang kelebihan air irigasi

  Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya ataudari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier menampung airbuangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya ataudari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier menampung airbuangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer

  6. Bangunan Pelengkap

  Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkapbangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkapberfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi danpemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum.Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatanpenyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, sertabangunan lainnya.

2.4.7 Klasifikasi Saluran Irigasi

  Direktorat Jenderal Pengairan, (1986) memberikan penjelasan mengenai berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi :

  1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder

  dan ke petak-petak tersier yang dialiri. Batas ujung saluran primer adalah pada banguna bagi yang terakhir.

  2. Saluran sekunder membawa air dari banguna yang menyadap dari saluran

  primer menuju petak petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

  3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran

  sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder adalah bangunan boks tersier yang terakhir.

  4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier

  menuju petak petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.

  5. Saluran cacing merupakan saluran yang menyilang dan membujur pada

  petakan-petakan lahan yang berfungsi sebagai saluran pemasukkan atau pengeluaran serta pengaliran air.

2.4.8 Simol-simbol kriteria perencanaan Irigasi

  Gambar 3. Simbol standar penggambaran jaringan irigasi

  Sumber : kp 07

2.5 Metodologi Praktikum

2.5.1 Lokasi dan Waktu

  Lokasi dari praktikum ini yaitu jaringan irigasi Gunung Nago Kel.Kapalo Koto Kec. Pauh mulai dari bangunan pembagi hingga simpang SMA 9. Praktikum dilakukan pada tanggal 20 agustus 2015 dan 23 Oktober 2015.

2.5.2 Alat dan Bahan

  1. Alat tulis;

  2. Kertas Milimeter A3;

  3. Simbol irigasi KP-07;

  4. Kamera.

2.5.3 Metoda Praktikum

  Metoda yang dipakai pada praktikum ini adalah :

  1. Telusuri daerah irigasi Gunung Nago pada bangunan utama di jaringan

  primer;

  2. Identifikasi nama bangunan irigasi tersebut beserta fungsinya;

  3. Buat sketsa dari jaringan irigasi Gunung Nago tersebut;

  4. Pindahkan sketsa jaringan irigasi tersebut ke kertas milimeter.

2.6 Hasil dan Pembahasan

2.6.1 Hasil

  Hasil yang diperoleh dari pratikum ini yaitu sketsa pengenalan sistem jaringan irigasi, mengetahui simbol simbol dalam membuat sketsa sistem jaringan irigasi, mengenal bangunan bangunan dan komponen komponen yang terdapat pada suatu jaringan irigasi dan hasil terakhir adalah pembuatan sketsa jaringan irigasi Gunung Nago. Dari survey yang telah dilakukan kami juga mewawancarai tiga orang narasumber yaitu:

  a. Menggunakan air untuk mengairi sawah dan mencuci motor

  Nama : Pak Aan Umur

  : 48 tahun Alamat : Jalan Irigasi Profesi : Tukang Ojek

  b. Menggunakan air untuk mencuci

  Nama

  : Ibuk Nurhayati

  Umur

  : 45 tahun Alamat : Jalan Irigasi Profesi : Ibu rumah tangga

  c. Menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan ternak sapinya

  Nama

  : Pak Abdurrahman

  Umur

  : 60 tahun Alamat : Jalan irigasi Profesi : Peternak Sapi

2.6.2 Pembahasan

  Dalam survey yang dilakukan, kami berjalan menelusuri jaringan irigasi kemudian kami melakukan pembuatan sketsa dari jaringan irigasi tersebut. Dalam perjalanan kami juga melakukan wawancara dengan salah seorang warga yang tinggal di kawasan irigasi yang berprofesi sebagai tukang ojek, ibu rumah tangga, peternak sapid an tukang ojek tentang keseharian mereka dalam memanfaatkan saluran irigasi yang melintas si dekat rumah mereka.

  Wawancara pertama dilakukan pada bapak Aan yag mempunyai profeis sebagai tukang ojek. Menurutnya saluran irigasi ini sangat membantu unuk kmengairi lahan sawahnya, dengan adanya saluran irigasi ini membuat laan sawhnya idak pernah mengalami kekeringan. Selain untuk mengairi lahan sawahnya, air irigasi juga dimanfaatkan oleh bapak Aan untuk keperluan sehari- hari jika saat musim kemarau tiba seperti untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK). Namun saluran irigasi sudah mulai kotor akibat masyarakat sudah mulai membuang sampah pas=da saluran irigasi ini ujarnya.

  Wawancara kedua dilakukan kepada ibu Nurhayati. Biasanya air irigasi digunakan oleh ibu Nurhayati untuk memenuhi keperluan keseharian sepeti mencuci, memandikan anak-anak, dan sebaganya. Air irigasi juga mengairi sedikit lahan sawah yang dimiliki kakaknya yang berada disekitar jaringan irigasi. Bu Nurhayati menyayangkan melihat saluran irigasi yang sudah mulai tercemar, karena masyarakat membuang limbah rumah tangga kedalam saluran irigasi, sedangkan saluran irigasi digunakan juga oleh masyarakat untuk kegiatan mandi dan mencuci.

  Wawancara terakhir dilakukan dengan bapak Abdurahman yang berprofesi sebagai peternak sapi. Air pada saluran irigasi biasanya digunakan untuk keperluan ternaknya, seperti memberi minum dan juga untuk membersihkan kandang. Selain hal itu, air irigasi juga digunakan untuk mengairi dan menyiram tanaman rumput gajah yang digunakan untuk pakan ternak sapinya.

  Secara umum masyarakat yang kami wawancarai mengatakan saluran irigasi yang ada sangat membantu dalam kegiatan mereka sehari-hari. Selain itu, mereka menyayangkan karena saluran irigasiyang sudah mulai tercemar karena Secara umum masyarakat yang kami wawancarai mengatakan saluran irigasi yang ada sangat membantu dalam kegiatan mereka sehari-hari. Selain itu, mereka menyayangkan karena saluran irigasiyang sudah mulai tercemar karena

2.7 Penutup

2.7.1 Kesimpulan

  Jaringan irigasi memiliki beberapa bagian yang memiliki fungsinya masing- masing. Air irigasi sangat membantu masyarakat untuk mengairi lahan pertanian masyarakat dan juga untuk keperluan lainnya seperti keperluan mandi, cuci, kakus dan lainnya. Kebanyakan jaringan irigasi banyak disalah gunakan oleh masyarakat setempat. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga salurann irigasi. Jaringan irigasi sendiri sangat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dalam kegiatan pertanian ataupun kegiatan manusia untuk keperluan rumah tangga ssrta lainnya. Keadaan jaringan irigasi Gunung Nago saat ini rusak sedang yang mana tidak mendapat perawatan dan perbaikan oleh masyarakat dan pemerintah sehingga terjadi ketidak efisienan dalam penggunaan air irigasi.

2.7.2 Saran

  Sebagai saran dalam melakukan praktikum untuk kedepannya yaitu :

  1. hendaknya pratikan lebih serius dalam menjalani pratikum;

  2. untuk masayarakat hendaknya tidak lagi melakukan kegiatan yang dapat mengurangi kualitas air irigasi tersebut, seperti pada kegiatan mencuci dan pembuangan sampah ke saluran tersebut;

  3. hendaknya juga masyarakat menjaga keadaan saluran irigasi dengan membersihkannya dalam beberapa waktu serta melakukan renovasi pada saluran yang mulai mengalami kerusakan;

  4. Praktikan harus membawa sketsa symbol-sombol bangunan irigasi agar lebih mengerti;

  5. Asisten dapat menjelaskan pengertian dan fungsi masing-masing dari bangunan irigasi yang ada;

  6. Memberikan keterangan yang baik dan mudah dimengerti pada praktikan.

BAB III PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

  (CROPWAT)

3.1 Latar Belakang

  Melakukan usaha budidaya pertanian maka kebutuhan air bagi tanaman harus dipenuhi. Keadaan cuaca yang tak menentu seperti sekarang ini, banyak menyebabkan ketidak sesuaian perkiraan para petani dengan keadaan air. Hal ini mengakibatkan perlunya perencanaan khusus dalam mengatasi permasalahan tersebut.

  Penjadwalan air irigasi sering menjadi masalah dalam usaha pertanian. Hal ini didasari karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam membuat skedul atau penjadwalan dari suatu sistem atau mekanisme irigasi. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap tanaman dan juga produktifitas dari hasil pertanian itu sendiri. Keteraturan dalam pemberian air irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pertanian.

  Menghadapi permasalahan ini, dikembangkanlah suatu perangkat lunak yang dapat mempediksi kebutuhan air tanaman dan penjadwalan musim tanam yang didukung oleh data-data curah hujan dan klimatologi suatu kawasan atau daerah yang dinamakan dengan cropwat. Menggunakan cropwat dapat membantu untuk menentukan penjadwalan musim tanam dan musim panen serta jenis tanaman yang cocok untuk dibudidayakan.

  Praktikum ini sangat perlu untuk dilakukan karena teknik pertanian merupakan perancang system pertanian masa depan yang baik. Melakukan praktikum ini membuat praktikan memahami bahwa kebutuhan air pada tanaman pada suatu wilayah itu berbeda-beda serta kebutuhan air tanaman juga berbeda.

3.2 Tujuan

  Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

  a. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman;

  b. Menentukan evaporasi yang terjadi perhari;

  c. Menentukan curah hujan yang terjadi perhari.

3.3 Manfaat

  Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah praktikum ini adalah sebagai berikut :

  a. Kita dapat mengetahui nilai kebutuhan air tanaman;

  b. Kita dapat menentukan evaporasi yang terjadi per hari;

  c. Kita dapat menentukan curah hujan yang terjadi perhari.

3.4 Tinjauan Pustaka

3.4.1 Sejarah Cropwat

  Berbagai jenis perangkat lunak computer dalam bidang teknik dan air yang telah disusun atau diciptakan untuk keperluan dari suatu lembaga. Penyusunan perangkat lunak dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan terutama yang berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan yang rumit dan memerlukan presisi yang tinggi. Perangkat lunak yang diciptakan disusun berdasarkna suatu teori atau model tertentu sehingga penggunanya juga harus menguasai teori atau model yang diciptakan tersebut.

  Demi mempermudah dalam menghitung atau merekayasa suatu perhitungan dalam bidang irigasi adalah diciptakan cropwat yang disusun oleh FAO. Cropwat dapat

  evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman maupun berbagai jenis tanaman dalam satu hamparan, dan merencanakan pemberian air irigasi.

  Penentuan kebutuhan air tanaman dapat dihitung secara manual dengan menggunakan rumus-rumus empirik. Dalam penggunaannya secara manual dijelaskan dalam prosedur dari metode Penmant modifikasi. Dasar dari teori Penmant modifikasi adalah perhitungan Penmant untuk permukaan air terbuka seperti kolam, danau, waduk dan lain sebagainya. Modifikasi dari metode ini terletak pada perhitungan radiasi matahari netto yang diganti langsung dengan koefisien 0,25 dan juga adanya penambahan faktor kecepatan angin sebagai penyesuaian pada keadaan yang tidak standar. Perangkat lunak disusun berdasarkan teori atau model tertentu sehingga penggunaannya juga harus menguasai teori atau model tersebut.

3.4.2 Metode yang Digunakan Dalam Cropwat

  a. Metode Penmant Mountein

  Metode Penman secara umum telah diterima sebagai metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari dara klimatologi seperti temperatur, kelembaban, radiasi penyinaran dan kecepatan angin. Data klimatologi harus diambil dari stasiun terdekat yang paling mewakili daerah kajian.ndata pertama yang penting dari stasiun klimatologi tiap bulanan :

  1. Temperatur dalam derajat Celcius ( 0 C), dapat sebagai temperatur rata-rata harian atau sebagai temperatur maksimum dan minimum bulanan.

  2. Kelembaban udara dapat diberikan sebagai kelembaban relatif dalam persen atau dalam mbar. Untuk membedakan antara kedua stasiun diatas, nilai dimasukkan sebagai nilai negatif.

  3. Penyinaran dapat diberikan sebagai persentase (20 – 100) dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari atau lama penyinaran dalam jam.

  4. Kecepatan angin dapat diberika dalam kmhari atau mdetik.

  Rumus Evapotranspirasi, metode penman monteith :

  ET 0 = Evapotranspirasi acuan (mmhari) Rn 2 = Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJm hari)

  G 2 = Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJm hari) T o = Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m ( C)

  V2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (ms)

  C s = Tekanan uap jenuh (Kpa) Ca = Tekanan uap aktual (Kpa)

  D o = Kurva kemiringan tekanan uap (Kpa C)

  g o = Konstanta Psychometric (KPa C) Kebutuhan air tanaman dinyatakan dengan rumus :

  Keterangan : ET p = Kebutuhan air tanaman (mm)

  ET 0 = Evapotranspirasi (mm) Kc = Koefisien tanaman

  b. Metode USDA

  Sistem USDA atau sistem taksonomi dikembangkan pada tahun 1975 oleh tim survey soil yang bekerja dibawah departemaen pertanian Amerika Serikat. Sistem ini pernah populer namun dikenal juga sulit diterapkan. Oleh pembuatnya sistem ini diusahakan dipakai sebagai alat komunikasi antara pakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa konsep dalam USDA tetap dipakai dalam WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia. Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertamanya terdapat penggolongan 12 kelompok utama yang disebut dengan soil order (ordo tanah), yaitu :

  a. Entisol

  (membentuk akhiran –ent)