MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBU (4)

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA”.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Makalah ini disusun untuk para pembaca dapat memperluas pengetahuan
tentang "PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA" dan juga untuk memenuhi sebagian
tugas PKn.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan

pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Terima kasih.
Singkut, Nopember 2014

PENYUSUN
DAFTAR ISI
Halaman Judul-------------------------------------------------------------------------------- i
Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------------- ii
Daftar Isi------------------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ------------------------------------------------------------------ 1
B.
Rumusan Masalah --------------------------------------------------------------- 1
C.
Tujuan
-------- 1
BAB II PEMBAHASAN / ISI
A.
Ideologi
-------- 2
B.
Ideologi Pancasila --------------------------------------------------------------- 2
C.
Sejarah Ideologi Pancasila ------------------------------------------------------ 3
D.
Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi ----------------------------------------- 4
E.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka --------------------------------------------- 6

F.
Pancasila sebagai Pemersatuan Bangsa------------------------------------------ 6
G.
Pancasila sebagai Sumber Nilai ------------------------------------------------- 6
H.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan ------------------------------------ 7
I.
Sikap Positif Terhadap Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka --------- 7
J.
Perilaku Konstitusional dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara yang Sesuai dengan Nilainilai Pancasila.
8
K.
Sikap Selektif terhadap Pancasila ----------------------------------------------- 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan -------------------------------------------------------------------- 11
Daftar Pustaka ------------------------------------------------------------------------------ 12

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasiladan UUD 1945
merupakan suatu kewajiban bagi setiap warga negara sebelum melaksanakan nilainilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kewajiban tersebut

merupakan konsekuensi formal dan konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai
warga negara. Karena kedudukan Pancasila sebagai dasar negara (filsafat negara), maka
setiap warga negara wajib loyal kepada dasar negaranya.

1.
2.




B.
Rumusan Masalah
Bagaimana mengajak masyarakat untuk lebih memahami nilai-nilai pancasila?
Bagaimana menerapkan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi terbuka kepada kehidupan

masyarakat?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ideologi
Untuk mengetahui dan memahami pancasila sebagai ideologi terbuka bagi bangsa kita.

BAB II
PEMBAHASAN / ISI
A.

a)
b)
c)
d)

a)
b)

a)


b)
c)

Ideologi
a.
Pengertian Ideologi
Kata ideologi berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagai hasil kesadaran
manusia dan logos; ilmu). Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan
gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertianpengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya
dengan cita-cita.
b.
Peran Ideologi
Cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat
dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya suatu ideologi memiliki peranan sebagai
berikut.
Sebagai jawaban atas kebutuhan akan citra atau jati diri suatu kelompok sosial,
komunitas, organisasi atau bahasa
Untuk menjembatani founding fathers dan para generasi penerus
Menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan kelompok yang berpegang pada
ideology

Sebagai keyakinan para pendiri yang menguasai, mempengaruhi seluruh kegiatan sosial.
c.
Fungsi Ideologi
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti (1999) ada
dua, yaitu:
Sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu
masyarakat
Sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik
yang terjadi dalam masyarakat.
d. Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan
dimensi fleksibilitas.
Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betulbetul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka
bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.
Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan
saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.
Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan
memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis.


1.
2.

3.

1.
2.
3.
4.
5.

Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya
dari masa ke masa.
B.
Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku, tetapi bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa Ideologi pancasila besifat
aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dinamika perkembangan aspirasi

masyarakat. Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara structural
Pancasila memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
Dimensi idealis. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila
: Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Dimensi normatif. Merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 yang memilki kedudukan tinggi yang di dalamnya memuat Pancasila dalam
alinea IV.
Dimensi realitas. Merupakan suatu Ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu, selain memiliki dimensi nilainilai ideal dan normative, pancasila juga harus mampu dijabarkan dalam kehidupan
bermasyarakat secara nyata, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
penyelenggaraan Negara.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi terbuka, maka
sifat Ideologi pancasila tidak bersifat “utopis”, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide
belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Pancasila juga bukan
merupakan Ideologi “pragmatis” yang hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa
adanya aspek idealisme.Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai
dasar yang bersifat unviversal dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa
dieksplisitkan secara dinamis-reformatif yang senantiasa mampu melakukan perubahan

sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat.
C.
Sejarah Ideologi Pancasila
Pancasila adalah falsafah Negara Kesatuan Republik Inonesia. Pancasila
merupakan ideologi Bangsa Indonesia yang berisikan LIMA SILA:
KETOEHANAN JANG MAHA ESA
KEMANOESIAAN JANG ADIL DAN BERADAB
PERSATOEAN INDONESIA
KERAKJATAN
JANG
DIPIMPIN
OLEH
HIKMAT
KEBIDJAKSANAAN, DALAM
PERMUSJAWARATAN PERWAKILAN
KEADILAN SOSIAL BAGI SELOEROEH RAKJAT INDONESIA
Sejarah Pancasila dibagi menjadi beberapa tahap dimana pada setiap tahapnya
terdapat beberapa faktor dan peristiwa penting yang tentu saja tercatat dalam sejarah
Pancasila itu sendiri. Berikut ini akan dijelaskan sejarah Pancasila dalam 6 tahap yang
pernah dilalui.

1.
Masa Pra Kemerdekaan
Ini berkaitan dengan beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum
kemerdekaan. Presiden RI pertama, Soekarno berkali kali menegaskan bahwa beliau
bukanlah pencipta Pancasila namun beliu berperan sebagai penggali Pancasila dari
khasanah sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa Piagam Jakarta lah yang pada akhirnya
berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian ditetapkan oleh Sidang Pleno BPUPK
pada 10 Juli 1945. Sore hari setelah peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945, Bung Hatta
mendapatkan laporan bahwa masyarakat Indonesia di bagian timur keberatan dengan isi
pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yang mengandung kata Syari'at Islam. Demi
menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, akhirnya pada keesokan harinya
diputuskan untuk menghilangkan kalimat tersebut demi menyatukan seluruh warga
negara Indonesia. Sehingga Pancasila yang dirumuskan pada 18 Agustus 1945 adalah
rumusan Pancasila yang definitive.
2.

Masa Revolusi

Ø
Ø

Ø
Ø

Pancasila yang dirumuskan pada 18 Agustus 1945 adalah rumusan Pancasila yang
definitif
3.
Masa Mempertahankan Pancasila
Pancasila mendapatkan perlawanan secara fisik atau kekerasan yang dimulai dari
peristiwa Muso di Madiun tahun 1948 dan Islam radikal Kartosuwiryo tahun 1949 - 1963
kemudian disusul oleh pemberontakan - pemberontakan yang lain. Selain mendapatkan
perlawanan secara fisik, Pancasila juga mendapatkan perlawanan secara ideologis
dimana pada saat itu Belanda pada tahun 1949 mengakui kedaulatan Indonesia yang
berbentuk RIS.
4.
Masa Demokrasi Terpimpin
Ini terjadi pada kurun waktu 1959 hingga 1966. Penyelewengan pelaksanaan UUD
1945 membuat Pancasila dan UUD 1945 tidak lagi bercorak normatif.
5.
Masa Orde Baru
Masa ini dimulai pada tahun 1966 dimana secara bertahap fungsi dan peran UUD
1945 dan Pancasila diterapkan dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Namun
secara pelan dan pasti pada kenyataannya banyak penyelewengan dari pelaksanaan
UUD 1945 dan Pancasila yang terbukti dari meningkkatnya jumlah koruptor sehingga
pada akhirnya malah menjadikan Pancasila sebagai slogan omong kosong belaka.
6.
Masa Reformasi
Masa reformasi dimulai sejak tahun 1998. Pada masa ini, Pancasila yang telah
kehilangan daya pikatnya karena banyak diselewengkan pada masa order, mulai
dikembalikan lagi seperti fungsi awalnya sehingga Pancasila mampu menjadi menjadi
ideologi negara dan sebagai sumber dari segala sumber hukum yang ada di
Indonesia.yang secara teori mampu menjadi ideologi
D.
Kedudukan Pancasila sebagai Ideologi
1.
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Secara formal pancasila dapat dikatakan sebagai sebagai dasar negara. Dasar
negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan
kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga
berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam
fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur
negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni
pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang
merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara
Republik Indonesia.
Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang
kuat dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai
tanpa Pandangan Hidup. Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan
terombang ambing dalam menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari
luar. Pancasila Sebagai Dasar Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat
penting. Fungsi Pancasila Adalahsebagai berikut:
Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental
maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.
Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara
tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).
Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak
bertentangan dengan Pancasila.
Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila.
2.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara
Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup
adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan
rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur
hubungan manusia dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya.
Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, dengan
kata lain Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas

hidup di segala bidang. Tingkah laku dan tindakan perbuatan setiap warga negara
Indonesia harus dilandasi dari semua sila Pancasila, karena Pancasila adalah satu
kesatuan dan tidak dapat dilepas-pisahkan dari yang satu dengan yang lain.
Pancasila yang harus dihayati dan dijadikan pandangan hidup bangsa dan negara
adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, dengan
demikian jiwa beragama (sila pertama), jiwa berperikemanusiaan (sila kedua), jiwa
berkebangsaan (sila ketiga), jiwa berkerakyatan (sila keempat), dan jiwa yang
menjunjung tinggi keadaan sosial (sila kelima).
3.
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara adalah kesatuan gagasan-gagasan
dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya baik
individual maupun sosial dalam kehidupan kenegaraan. Ideologi negara menyatakan
suatu cita-cita yang ingin dicapai sebagai titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai yang
menjadi dasar serta pedoman negara dan kehidupannya.
Pancasila sebagai ideologi negara dengan tujuan segala sesuatu dalam bidang
pemerintahan ataupun semua yang behubungan dengan hidup kenegaraan harus
dilandasi dalam hal titik tolak pelaksanaannya, dan diarahkan dalam mencapai tujuannya
dengan pancasila. Dengan menyatukan cita-cita yang ingin dicapai ini maka dasarnya
adalah sila kelima, ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang
dijiwai oleh sila-sila yang lainnya sebagai kesatuan.
Di dalam Pancasila telah tertuang cita-cita, ide-ide, gagasan-gagasan yang ingin
dicapai bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dijadikan Ideologi Bangsa.
4.
Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka sedangkan ideologi
tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup.
Ciri khas Ideologi tertutup :
a.
ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita
satu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui
masyarakat. Hal ini berarti demi ideologi masyarakat harus berkorban untuk menilai
kepercayaan ideologi dan kesetiaannya sebagai warga masyarakat.
b.
Isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri dari
tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras.
Ciri khas ideologi terbuka :
a.
Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari
suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
b.
Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah.
c.
Tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dan ditemukan masyarakat itu sendiri.
d.
Isinya tidak operasional. Menjadi operasional ketika sudah dijabarkan ke dalam
perangkat peraturan perundangan.
Jadi ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat dalam
menemukan dirinya, kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.
E.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka maksudnya adalah Pancasila bersifat aktual,
dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Sebagai suatu ideologi terbuka, Pancasila memiliki dimensi :
1.
Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila.
2.
Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam
suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
3.
Dimensi realistis, harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan seharihari sehingga bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam kehidupan nyata dalam
berbagai bidang.
Keterbukaan Pancasila dibuktikan dengan keterbukaan dalam menerima budaya
asing masuk ke Indonesia selama budaya asing itu tidak melanggar nilai-nilai yang
terkandung dalam lima sila Pancasila. Misalnya masuknya budaya India, Islam, barat dan
sebagainya.
F.
Pancasila sebagai Pemersatuan Bangsa

Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam adat dan budaya, pada
dasarnya setiap adat budaya telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila sehingga
dapat dinyatakan berpancasila dalam adat budaya. Di samping itu, di dalam kehidupan
beragamapun telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila dalam kehidupan seharihari. Setiap agama di Indonesia pada dasarnya mengajarkan berketuhanan, mengajarkan
juga tentang kemanusiaan dan menumbuhkan rasa persatuan dan keadilan. Jadi semua
bentuk agama apapun di Indonesia telah mengamalkan Pancasila sehingga dalam
kehidupan beragama ada rasa persatuan dan saling menghormati antar umat beragama.
Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam-macam suku pun bukan
menjadi suatu pembeda bagi warga negara Indonesia, justru ini dijadikan nilai positif
bagi Indonesia sebagai negara yang beragam suku dan budaya. Semboyan Bhineka
Tunggal Ika yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua adalah prinsip
kuat bangsa Indonesia walaupun Indonesia adalah bangsa majemuk yang multi agama,
multi bahasa, multi budaya dan multi ras.
G.
Pancasila sebagai Sumber Nilai
Bagi bangsa Indonesia, sumber nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa bernegara adalah Pancasila. Semua tolok ukur tentang baik buruk dan benar
salahnya sikap perbuatan serta tingkah laku bangsa Indonesia adalah nilai-nilai
Pancasila. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai intrinsik yang kebenarannya dapat
dibuktikan secara objektif. Pancasilamengandung nilai-nilai universal, serta nilai subjektif
yang menjadi dasar pedoman hidup dengan dimensi waktu dan ruang.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermanfaat, berguna bagi manusia. Selain itu
nilai juga berarti standar ukurantentang sesuatu berkualitas atau tidak berkualitas,
bermanfaat atau tidak bermanfaat. Nilai dapat dikelompokkan menjadi nilai materiil yaitu
berguna atau tidaknya bagi unsur jasmani maupun Nilai vital yaitu sesuatu yang berguna
untuk aktivitas. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Berdasarkan uraian di atas, maka esensi pembahasan pada Pancasila sebagai
sumber bukan mengarah pada nilai material atau vital, melainkan berkaitan dengan nilai
kerohanian & tetap mengakui adanya keseimbangan antara nilai kerohanian, material,
dan nilai vital. Secara yuridis konstitusional Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, yang menjadidasar Negara Republik Indonesia adalah digali dari realitas nilai
tata nilai budaya masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut telah hidup dan
berkembang sejak awal peradaban terutama meliputi berikut ini :
1.
Nilai religius, yang terdapat dalam sila ke-l Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.
2.
Dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung nilai pengakuan dan
martabat manusia perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
3.
Dalam sila Persatuan Indonesia, memuat nila mengakui keberagaman masyarakat
Indonesia tidak mendeskriditkan perbudaan suku, agama, ras, maupun golengan,
4.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan memuat nilal kedaulatan rakyat, semua warga negara Indonesia memiliki
kedudukan, hak kewajiban yang sama.
5.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, nilai yang terkandung
dalam
nilai ini meliputi keseimbangan antara hak dan kewajiban, keadilan bagi
masyarakat dan rakyat Indonesia.
H.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif
menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional
yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai pula dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara
Indonesia, sedangkan negara adalah organisasi atau persekutuan hidup manusia, maka
tidak berlebihan apabila Pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan
bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Paradigma memiliki arti sebagaimana diungkapkan Prof. Dr. H. A. R Tilaar, M.Sc.Ed
bahwa paradigma adalah suatu model penelitian, atau model berpikir oleh sekelompok
manusia apakah pemimpin, kelompok ilmuwan di dalam melihat perkembangan.
Pengertian pembangunan secara sederhana adalah serangkaian kegiatan yang
mengarah pada perubahan yang tata nilai yang lebih baik atau lebih maju. Pada
dasarnya perubahan-perubahan yang diinginkan bagi bangsa Indonesia adalah

2.
J.

a)
b)
c)
d)
e)
f)
a)
b)
c)
d)
e)

perubahan yang mengarah pada keselarasan. keserasian, dan keseimbangan antara
kemajuan lahir dan batin, jasmani, dan rohani atau dunia dan akhirat. Dengan demikian,
bangsa Indonesia menghendaki keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan sesama, manusia
dengan lingkunganya, serta cita-cita kehidupan dunia dan akhirat. Untuk mencapai ini
semua perlu menghayati dan mengamalkan Pancasila.
I.
Sikap Positif Terhadap Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Sikap pos'tif warga negara terhadap Pancasila didasari oleh fungsi Pancasila.
Dalam bentuknya yang sekarang, Pancasila berfungsi sebagai dasar negara yang statis
karena merupakan landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, tuntutan
yang dinamis karena Pancasila bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan
perubahan zaman (inilah mengapa Pancasila dimaknai sebagai ideologi terbuka), serta
alat pemersatu bangsa.
Sikap positifterhadap Pancasila pada dasarnya adalah sejauh mana kita memaknai
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, untuk selanjutnya diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kita sering mendengar bahwa Pancasila perlu diamalkan dalarn
kehidupan bermasyarakat. berbangsa. dan bernegara. Pengamalan Pancasila dalam
kehidupan bernegara dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1.
Pengalaman secara Objektif
Pengamalan secara Subjektif
Perilaku Konstitusional dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara yang Sesuai
dengan Nilai-nilai Pancasila.
Konstitusi merniliki arti sama dengan UUD, maka perilaku konstitusional dapat
diartikan perilaku yang sesuai akan berlandaskan UUD. Khusus di Indonesia UUD yang
sah dan dipakai adalah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agutustus 1945,
serta yang telah di amandemen. Sehingga perilaku konstitusional dalam hidup
berbangsa dan bernegara memuat suatu makna perilaku yang sesuai dan berlandaskan
UUD 1945 yang berlaku sekarang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mengingat UUD 1945 merupakan salah satu sumber hukum di negara Republik
Indonesia maka UUD 1945 perlu adanya penyempurnaan-penyempurnaan terhadap
kelemahan-kelemahan yang ada yaitu melalui proses amandemen. Selanjutnya kita
harus memahami bahwa sebaik apapun sesuatu UUD tanpa dimanfaatkan atau
dipergunakan sebagaimana mestinya pasti tidak mempunyai arti apa-apa. UndangUndang Dasar Negara Indonesia merupakan Undang-Undang Dasar yang sesuai dengan
dasar negara Indonesia. Dewasa ini undang-undang tersebut telah mengalami empat kali
perubahan dan memerlukan biaya yang cukup besar, tetapi yang penting perubahan
dewasa ini sudah merupakansemangat reformasi dan sesuai dengan aspirasi masyarakat
Indonesia.
K.
Sikap Selektif terhadap Pancasila
1.
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Sikap positif
Menjalankan ibadah secara taat sesuai kepercayaan yang dianut, karena Indonesia
mengakui adanya lima agama dan menjunjung tinggi kepercayaan Ketuhanan bukan lagi
dinamisme
Selalu menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah
Memberikan kebebasan orang lain memeluk agama dan keyakinan
Tidak menghina pemeluk agama dan keyakinan orang lain
Tidak melakukan penistaan agama (melecehkan, merendahkan, dsb)
Toleransi dalam kehidupan beragama
Sikap negatif
Menganggap agam lain rendah, sehingga cenderung melecehkan, bahkan dalam skala
ekstream menganggap agama lain kotor hanya agamanya sendiri yang suci dan agama
lain layak untuk di singkirkan
Hanya mau bergaul dengan orang yang seagama
Memisahkan atau meminoritaskan orang yang berbeda kepercayaan
Menganggap sesat orang yang bereda keyakinan
Tidak mau menerima pemberian bentuk apapun dari orang yang berbeda agama
2.
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Sikap positif

a)
b)
c)
d)
a)
b)

a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
c)
4.
a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)
c)
d)
5.
a)
b)
c)
d)
e)
a)
b)

Mengakui dan menghargai keberadaan orang lain, bermasyarakat secara adil tanpa
membedakan golongan
Menghargai harkat dan martabat manusia yang sederajat
Keluhuran budi, sopan santun dan susila
Tata pergaulan dunia yang universal, ini sesuai dengan nilai kesetaraan artinya setiap
manusia memiliki kesejahteraan, tanpa membedakan suku, ras dan agama
Sikap negatif
Acuh terhadap tetangga yang kesusahan, menutup telinga dan tidak mau tahu urusan
mereka yang kesusahan dan sentiasa bersombong diri
Memilih-milih dalam bergaul, hanya mau bergau dan bermasyarakan dengan orangorang yang dianggap sederajat sepangkat
3.
PERSATUAN INDONESIA
Sikap positif
Saling ketergantungan satu sama lain, tolong menolong, bekerja sama dengan orang
demi kesejahteraan bersama
Menunjukkan kehidupan kebangsaan yang bebas, tidak memaksakan kehendak
Cinta tanah air dan bangsa, menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan, tidak
melakukan pemborosan, tidak merusak lingkungan, tidak mengambil hak orang lain
(mencuri), ikut usaha pembelaan negara sesuai profesi masing-masing
Pengakuan dan kebersamaan dalam keberagaman, tidak memaksakan agama lain,
merasa senasib sepenanggungan
Keseimbangan antara kepentingan pribadi dan golongan, kerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi juga orang lain
Sikap negatif
Hanya mementingkan suatu suku atau golongannya sendiri
Tidak memiliki rasa prihatin terhadap perpecahan bahkan menganggap acuh terhadap
masalah atau konlfik yang sedang terjadi di Indonesia
Meremehkan suku atau golongan lain dan menganggap dirinya yang paling benar serta
pantas di sanjung
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN
PERWAKILAN
Sikap positif
Kedaulatan rakyat, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
Hikmah kebijaksanaan melalui pikiran yang sehat, memusyawarahkan kepentingan
bersama dan tidak memihak
Tanggung jawab berdasarkan hati nurani, ikhlas, dan amanah menjadi pejabat, pelayan
publik
Mufakat atas kehendak rakyat bersama
Asas kekeluargaan dalam musyawarah, selalu musyawarah dalam menyelesaikan
masalah, mengutamakan kepentingan bersama
Sikap negatif
Otoriter dalam memimpin, selalu memandang buluh dan memihak terhadap suatu
golongan
Mementingkan kepentingan golongan atau pribadi
Pengambilan keputusan sepihak, tanpa membahas secara musyawarah
Menganggap yang mayoritas yang memenangkan segalanya tanpa memandang
pendapat golongan lain dan bersikap acuh
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Sikap positif
Perlakuan yang adil dalam berbagai kehidupan atau tidak diskriminasi
Menghilangkan politik dinasti (kekuasaan turun menurun; dari orang tua ke anaknya)
Kamakmuran masyarakat yang berkeadilan, meratakan keadilan tanpa memandang
status dan kepentingan
Keseimbangan yang adil dalam antara kehidpan pribadi dan masyarakat
Keseimbangan yang adil antara kebutuhan jasmani dan rohani, materi dan spiritual
Sikap negatif
Membedakan fasilitas umum antara pejabat dan rakyat biasa
Keadilan hanya untuk golongan tertentu, dalam artian menindak suatu permasalahan
selalu tebang pilih dan menguntungkan pihak yang seharusnya salah

c)

Membeda-bedakan perhatian antar suku

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Kata ideology berasal dari bahasa latin yaitu idea yang berati daya cipta sebagagai
hasil keseadaran manusia dan logos yang berarti ilmu. Bahwa suatu ideology pada
umumnya menunjukan pandangan khas tentang pentingnya kerja sama antar manusia
dalam kerja, hubungan manusian dengan kekuasaan dan tingkat kesederajatan antar
manusia.
Suatu ideology pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas
kemampuanya mengadakan distansi ( menjaga jarak ) dengan dunia kehidupannya. Dan
pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan juga merupakan ideologi bangsa
indonesia.
Sebagai ideologi nasional, pancasila telah tumbuh dan berkembang dari sosial –
budaya masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, pancasila senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai – nilai pancasila tidak boleh diubah , namun pelaksanaannya kita
sesuaikan dengan tantngan nyata yang kita hadapi.
Pancasila dalam dimensi ideologinya telah memenuhi syarat sebagai ideologi
terbukayang didalamnya mengandung dimensi realita, dimensi idealisme, dimensi
fleksibelitas. Sedangkan dalam perujudannya sebagai ideologi terbuka, pancasila
mengandung nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis.

DAFTAR PUSTAKA
Budianto. “ pendidikan Kewarga Negaraan Untuk SMA Kelas XII” Jakarta, Penerbit
Erlannga”, 2006.
Anonimous. “Pancasila Sebagai Ideologi Negara.”
http://ahmadrocklee.blogspot.com/2007/08/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
(diakses tanggal 11 Desember 2012)
Anonimous. “Pancasila Sebagai Ideologi.”
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab4pancasila_sebagai_ideologi.pdf (diakses tanggal 11 desember 2012)
http://sabynuzbunyw.blogspot.com/2012/10/fungsi-dan-kedudukan-pancasila.html
http://fb-tgs.blogspot.com/2013/06/makalah-pancasila-sebagai-sumber-nilai.html
http://aldilah-bagas-d.blog.ugm.ac.id/2012/06/17/pancasila-sebagai-sumber-nilai/