TUGAS MAKALAH INDIVIDU EKONOMI POLITIK P

TUGAS MAKALAH INDIVIDU EKONOMI POLITIK PUSAT DAN
DAERAH
“Sumatera Sebagai Sumber Ekspor dan Hubungannya Dengan Kebijakan
Perdagangan Luar Negeri Indonesia”

Disusun Oleh:
Oktyra Indirasari

170210120090

Dosen Pengampu:
Yanuar

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................................

I. PENDAHULUAN..................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
II. ISI........................................................................................................................
2.1 Sumatera Sebagai Sumber Ekspor Nasional...................................................
2.2 Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Indonesia..............................................
2.3 Hubungan Antara Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dengan Provinsi
Sumatera...................................................................................................
III. PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan manusia, Indonesia
tampil sebagai salah satu negara eksportir terbesar. Melihat banyak sekali barang-barang baku

ataupun barang olahan yang tidak dapat diproduksi di negara lain melihat kurangnya

ketersediaan sumber daya, Indonesia menggunakan kesempatan tersebut untuk menjadi
negara yang memegang peranan penting dan dibutuhkan oleh negara-negara lainnya, untuk
dapat meningkatkan pendapatan dalam negeri.
Namun, melihat kondisi dunia yang saat ini bersifat universal dan global, agaknya
Indonesia menghadapi hambatan dan tantangan baru yang datang dari negara-negara
eksportir lainnya. Maraknya free trade dan peningkatan kualitas dan mutu produk asing
menjadi faktor timbulnya persaingan yang dihadapi oleh industri lokal Indonesia baik pada
barang migas ataupun no migas, di tingkat domestik juga internasional.
Sumatera, sebagai salah satu provinsi dengan penghasil ekspor terbesar di Indonesia,
dilihat sebagai provinsi yang eksistensi nya menjadi begitu penting ketika melihat
keuntungan yang dihasilkan dapat meningkatkan GNP Indonesia.
Untuk itulah, Indonesia mengambil sikap di saat melihat ‘ancaman’ yang dapat
membahayakan keberadaan industri lokal yang berujung pada kerugian negara. Pembentukan
kebijakan luar negeri khususnya dalam hal perdagangan menjadi salah satu tindakan
antisipatif untuk mengatur jalan perdagangan terlebih kepada barang-barang impor yang
memiliki daya saing tinggi. Makalah ini akan membahas bagaimana Sumatera memberikan
sumbangan pendapatan daerahnya untuk GNP Indonesia, dan bagaimana Kebijakan Luar
Negeri Indonesia di dalam mempertahankan Sumatera agar tetap menjadi produsen lokal
sehingga Indonesia dapat bersaing secara regional maupun internasional.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja yang menjadikan Sumatera sebagai sumber ekspor nasional?
1.2.2 Bagaimana kebijakan-kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia yang
sekiranya mampu untuk menjaga kondisi perdagangan lokal?

BAB II
ISI
2.1 Sumatera Sebagai Sumber Ekspor Nasional
Sumatera merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki produksi komoditas
ekspor baik migas ataupun non migas yang tinggi. Provinsi-provinsi di Sumatera seperti

Nangroe Aceh Darussalam, Riau, dan Sumatera Selatan adalah beberapa provinsi terkaya di
Indonesia. Hal tersebut memperlihatkan bahwa perekonomiaan daerah Sumatera cenderung
stabil, dan salah satu penyebab nya adalah tingginya presentase aktivitas ekspor yang
dilakukan oleh Sumatera.
Di dalam program lokakarya regional yang diselenggarakan oleh Maradeka Institute
dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pada tanggal 4 Mei 2011 di Batam,
dengan topik “Sumatera Sebagai Pusat Pengembangan Ekspor Indonesia”, yang dihadari oleh
Wakil Ketua Komisi XI Bidang Keuangan, Perbankan dan Perencanaan Pembangunan
Nasional DPR RI, yaitu Harry Azhari, menyebutkan bahwa nilai komoditas ekspor Sumatera
ternyata dapat dibilang tinggi, yakni sekitar 30% dari total seluruh ekspor Indonesia, yang

dimana komoditas tertinggi adalah sektor non-migas.1 Selain itu, dalam lima tahun terakhir,
share ekspor Sumatera terhadap ekspor nasional mencapai kurang lebih rata-rata 32,86
persen. Hal ini menunjukkan ekspor Sumatera mencapai sepertiga dari total ekspor nasional
sehingga wilayah ini patut dijadikan salah satu pusat pengembangan ekspor nasional.2
Secara mendetail, di dalam website pribadi Harry Azhari, dipaparkan kembali bahwa
merajuk pada data statistik, kinerja ekspor Sumatera terus meningkat. Pertumbuhan ekspor
dalam empat tahun terakhir mencapai 22 persen.3 Harry kemudian menambahkan, bahwa data
menunjukkan ekspor non-migas merupakan ekspor terbesar yakni mencapai rata-rata 76,47
persen dan ekspor migas mencapai rata-rata 23,53 persen selama lima tahun terakhir.4
Kita dapat pula melihat laporan yang ditampilkan oleh Berita Resmi Statistik atau
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan pada periode Januari-November 2012 lalu5:
1. Bulan November 2012 ekspor Sumatera Selatan mencapai nilai sebesar US$
332,72 juta. Nilai ekspor Sumatera Selatan November 2012 mengalami
1

Indonesia EximBank. 2011. “Sumatera Sumbang 30 Persen Ekspor RI”. Dapat dilihat di

http://www.indonesiaeximbank.go.id/sumatera-sumbang-30-persen-ekspor-ri, diakses
pada 31 Oktober 2013, pukul 18.52 WIB.
2


Ibid.

3

Harry Azhar Azis. “Sumatera Sebagai Pusat Ekspor Nasional”. Dapat dilihat di

http://hharryazharazis.com/detail/862/.cnet, diakses pada 31 Oktober 2013 pukul 19.01
WIB.
4

Ibid.

5

Berita Resmi Statistik: BPS Provinsi Sumatera Selatan. 2013. “Perdagangan Luar Negeri

Ekspor-Impor Sumatera Selatan November 2012”. Dapat dilihat di
http://sumsel.bps.go.id/images/brs/02/BRS%20Eksim%20Februari%202013-.pdf, diakses
pada 31 Oktober 2012 pukul 19.15.


peningkatan sebesar 2,55 persen dibandingkan bulan Oktober 2012. Akan
tetapi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 (November
2011) ekspor Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan sebesar 13,82
persen.
2. Nilai ekspor Provinsi Sumatera Selatan bulan November 2012 sebesar US
$ 332,72 juta terdiri dari ekspor migas sebesar US $ 44,50 juta dan US$
288,22 juta hasil ekspor komoditi non migas. Amerika Serikat, Malaysia dan
Cina masih menjadi negara tujuan utama Ekspor Sumatera Selatan, selama
bulan Januari - November 2012 masing-masing mencapai US $ 848,07 juta,
US $ 808,51 juta dan US $ 805,51 juta, dengan peranan ketiganya mencapai
60,75 persen dari total ekspor bulan Januari- November 2012.
3. Ekspor ke Uni Eropa pada Januari - November 2012 mencapai US $ 440,97
juta (10,88 persen dari total ekspor) . Ekspor ke Uni Eropa mengalami
penurunan dibanding periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 698,08
Juta. Sedangkan ekpor ASEAN mencapai US $ 901,79 Juta (22,25 persen dari
total ekspor) atau meningkat dibanding periode yang sama tahun 2011 dengan
nilai sebesar US $ 815,78 juta.
Dari data-data tersebut, dapat dikatakan bahwa Sumatera merupakan salah satu
sumber ekspor nasional Indonesia yang dapat memberikan peningkatan pendapatan nasional.

Sebenarnya, tidak hanya Sumatera saja yang memiliki potensi ekspor besar, pulau-pulau
lainnya seperti Jawa, Sulawesi dan Papua, juga memiliki komoditas ekspor yang besar
mengingat memang pada dasarnya Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Hal
tersebut menjadi sebuah keuntungan dan tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia,
dimana pemerintah harus memposisikan dirinya sebagai controller dan watcher agar
Indonesia tidak kalah saing dengan negara-negara lainnya di kondisi global seperti sekarang
ini.
2.2 Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Indonesia
Kebijakan

luar

negeri

pada

dasarnya

merupakan


segala

tindakan

suatu pemerintah terhadap negara lain dalam politik internasional, dengan didasarkan pada
serangkaian asumsi dan tujuan tertentu, serta dimaksudkan untuk menjamin keamanan
nasional. Kebijakan tersebut dapat dikatakan pula sebagai respon suatu negara terhadap
keadaan internasional, yang dimana kebijakan tersebut akan berpengaruh baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap negara-negara lain sebagai bagian dari entitas
internasional. Kebijakan luar negeri tersebut tidak harus selalu bersifat politik, tapi dapat juga
berupa aspek-aspek lainnya, yang salah satunya adalah kebijakan ekonomi.
Salah satu kebijakan ekonomi adalah kebijakan di dalam sektor perdagangan, yang
memiliki tujuan seperti melindungi kepentingan nasional dari pengaruh negatif yang berasal
dari luar seperti misalnya krisis global, melindungi industri nasional dari persaingan produk
asing,menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi agar tinggi dan tetap stabil, serta agar dapat
memperluas lapangan kerja.
Kebijakan tersebut terbagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah kebijakan
pengembangan atau promosi ekspor, dimana kebijakan tersebut bertujuan untuk mendukung
dan meningkatkan ekspor. Pengimplementasian kebijakan tersebut dapat berupa pembebasan

pajak ekspor, atau penyediaan fasilitas khusus kredit perbankan bagi eksportir, lalu yang
kedua adalah kebijakan proteksi, yang dimana kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi
industri lokal dari persaingan dengan produk-produk asing atau barang-barang impor.
Proteksi tersebut dapat berupa:
1. Kuota, dimana barang-barang yang masuk ke dalam negeri dibatasi
kuantitasnya. Indonesia memiliki Kebijakan mengenai kuota: Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 311/Mpp/Kep/10/2001
tentang Ketentuan Kuota Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil. Seperti
diketahui, beberapa negara importir menerapkan sistem kuota untuk impor
tekstil dan produk tekstil mereka. Untuk itu Pemerintah mengeluarkan
kebijakan mengenai kuota dan manajemen kuota yang transparan agar
pemanfaatan kuota lebih optimal, memberi kemudahan serta lebih memberi
kepastian bagi dunia usaha.
2. Diskriminasi harga, yaitu tindakan penjualan dimana harga barang yang
dijual di luar negeri lebih murah daripada di dalam negeri.
3. Tarif, yaitu kebijakan untuk mengenakan biaya atau pajak terhadap barangbarang impor atau produk asing yang masuk ke dalam negeri. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 60/KMK.01/2002 s/d No.
100/KMK.01/2002., Indonesia menetapkan tarif masuk untuk garment antara
15% s/d 20%.
4. Subsidi, yaitu kebijakan pemerintah untuk menurunkan biaya produksi

barang domestik agar harga jual produk pun menjadi murah dan dapat
bersaing dengan produk-produk asing.

5. Larangan impor, kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk melarang
masuknya produk-produk asing ke dalam pasar domestik. Dengan tujuan
untuk melindungi produksi dalam negeri.
6. Premi, yaitu bonus yang berbentuk sejumlah uang yang disediakan
pemerintah untuk para produsen yang dapat mencapai target produksi yang
ditetapkan pemerintah.
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Indonesia secara umum memang menerapkan
beberapa kebijakan mengenai pengembangan ekspor maupun proteksi. Seperti misalnya,
kebijakan mengenai barang yang diatur tata niaganya: Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 642/MPP/Kep/9/2002. Impor gombal baru dan bekas (Ex. 6310.90.000)
yang sebelumnya boleh diimpor oleh importir umum limbah (IU Limbah) menjadi dilarang
sama sekali. Lalu ada pula kebijakan mengenai ketentuan umum di bidang ekspor: Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 575/MPP/Kep/VIII/2002. Tekstil dan Produk
Tekstil (Ex HS 4202, 5001s/d 6310, Ex 6405), khusus untuk ekspor tujuan negara kuota
(Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Norwegia dan Turki) termasuk ke dalam barang yang
diatur ekspornya. Selain itu, Kementerian Perdagangan Indonesia baru-baru ini telah
menerapkan “Kebijakan Hilirisasi”, yaitu kebijakan dimana komoditi ata produk yang

dieskpor tidak lagi dalam bentuk raw material (dapat dikatakan sebagai hulu) tetapi paling
tidak telah mengalami proses sehingga telah menjadi abrang setengah jadi atau bahkan jadi. 6
Hilirisasi yang dicanangkan telah diterapkan untuk beberapa komoditi seperti rotan dan hasil
pertambangan, dimana komoditi tersebut tidak dapat lagi diekspor dalam bentuk raw
material. Kebijakan tersebut bertujuan untuk membangun industri dalam negeri dan
menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri dalam negeri.7
Dengan pemaparan beberapa kebijakan perdagangan luar negeri yang telah
dikeluarkan oleh Indonesia, terlihat bahwa Indonesia menggunakan kebijakan sebagai suatu
instrumen untuk dapat terus menjaga eksistensi para pengusaha atau industri lokal agar
produk-produk nya dapat bersaing baik di tingkat domestik maupun internasional. Kebijakankebijakan tersebut nyatanya pada pengimplementasiannya ada yang benar-benar diterapkan,
6

Hal tersebut dinyatakan oleh Bapak Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Sumatera Barat Bapak Ir. H. Afriadi Laudi, M.Si, di dalam acara “Sosialisasi
Kebijakan

Perdagangan

Luar

Negeri”

yang

diselenggarakan

oleh

Kementerian

Perdagangan Indonesia pada tanggal 17-18 September 2013 di Padang, Sumatera Barat.
7

Ibid.

ada juga yang hanya sebatas ‘kebijakan’. Kondisi perekonomian dunia yang berubah-ubah
menjadikan Indonesia harus selalu menyesuaikan diri. Nyatanya, Indonesia pada tahun 1994
memutuskan untuk bergabung bersama World Trade Organization (WTO), sebuah organisasi
yang mengatur perdagangan internasional setiap anggotanya, memiliki aturan-aturan
mengikat khususnya aturan free trade, yaitu perdagangan bebas dengan menerapkan
kebijakan tarif baru yaitu nol (gratis) untuk setiap barang impor. Setiap negara-negara
anggota yang membangun kerja sama dibawah WTO haruslah menerapkan free trade
tersebut, dengan harapan bahwa negara-negara tersebut akan dapat meningkatkan intensitas
dagang satu sama lain yang berujung pada peningkatan pemasukan. Kebijakan luar negeri
pada dasarnya bersifat fleksibel dan mutlak, tergantung pada negara sebagai satu-satu nya
aktor yang berhak untuk merumuskan dan mengeluarkan suatu kebijakan.
2.3 Hubungan Antara Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dengan Provinsi
Sumatera
Seperti yang telah dikatakan di dalam sub bab sebelumnya, bahwasanya kebijakan
luar negeri dianggap sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan
nasional sebuah negara demi menjaga keamanan nasional. Keamanan disini memiliki
pengertian sebagai situasi dan kondisi negara yang dalam segala aspek kehidupannya bisa
dikatakan stabil atau aman.
Keamanan tersebut harus ditata dan dijaga secara continue oleh negara, demi
tercapainya tujuan-tujuan nasional yang akan menyejahterakan rakyatnya. Untuk itulah,
kebijakan luar negeri terbentuk sebagai cara agar keamanan dalam negeri dapat tercipta
dengan baik.
Mengingat begitu besar potensi ekspor baik nasional ataupun internasional yang
dihasilkan oleh Sumatera, Indonesia dituntut harus memberikan ‘pengamanan’ nya terhadap
keberlangsungan para pengusaha atau industri lokal. Melindungi perdagangan nasional dari
‘ancaman-ancaman’ asing yang akan menciptakan persaingan ketat di dalam negeri sendiri
merupakan kewajiban bagi Indonesia, jika ingin negaranya tetap exist di tengah arus
globalisasi khususnya pada sektor perdagangan.
Kebijakan-kebijakan baik pada impor maupun ekspor memperlihatkan bahwa
Indonesia kerap memberikan peluang besar terhadap para pengusaha dan industri lokalnya –
khususnya Sumatera sebagai salah satu eksportir terbesar Indonesia- untuk terus menjaga
eksistensi nya dan bersaing dengan ramainya produk-produk asing dengan kualitas, mutu,
dan harga yang beragam baik di pasar domestik atau pasar dunia. Indonesia harus tetap

mempertahankan sumber pendapatannya di sektor perdagangan karena sektor tersebut telah
memberikan sumbangan yang besar untuk baik untuk GDP maupun GNP Indonesia setiap
tahunnya.
Maka dari itu, kebijakan perdagangan luar negeri diharapkan dapat menjadi tindakan
nyata negara di dalam melindungi kepentingan rakyatnya. Banyaknya jumlah perusahaan
lokal yang ada menandakan besarnya ketersediaan lapangan kerja yang dapat mengurangi
jumlah pengangguran. Perusahaan-perusahaan lokal pada akhirnya akan menjadi ‘penopang’
negara di tengah kondisi global yang disamping memberikan keuntungan- seperti semakin
mudahnya komunikasi dan majunya teknologi- juga memberikan dampak negatif- seperti
maraknya perusahaan-perusahaan asing yang seakan ‘menduduki’ suatu negara, atau ketatnya
daya persaingan karena globalisasi yang terjadi.