PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA FUNGSI KOMPOSISI DI KELAS XI IPA I SMAN 7 PALU | Kastarina | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8635 28328 1 PB

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA FUNGSI KOMPOSISI DI KELAS XI
IPA I SMAN 7 PALU
Yuni Kastarina
E-mail: yunikastarina@gmail.com
Teguh S. Karniman
E-mail: teguhkarniman@gmail.com
Anggraini
E-mail: anggiplw@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi fungsi komposisi di kelas XI IPA 1 SMAN 7 Palu. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yakni perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini
sebanyak 25 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada fungsi komposisi di kelas XI IPA I SMAN 7 Palu, dengan delapan
komponen yaitu: 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study,
6) whole class unit, 7) fact test, dan 8) team scores and team recognition.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe TAI, hasil belajar, fungsi komposisi.

Abstract: This research aimed to describe about the aplication of cooperative learning model Team
Assisted Individualization (TAI) can improved the learning outcomes on function composition at
grade XI IPA I SMAN 7 Palu. This research was a classroom action research which referred to
Kemmis and Mc. Taggart research design that were planning, acting, observing, and reflecting.
This research was conducted in two cycles. Subject of research were 25 students and three students
were selected as informants. The result of the research showed that Cooperative Learning Model
TAI can improved learning outcomes on function composition at grade XI IPA I SMAN 7 Palu eight
componens: 1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study, 6)
whole class unit, 7) fact test, and 8) team scores and team recognition.
Keyword: cooperative learning model TAI, learning outcomes, function composition

Tujuan pembelajaran matematika ialah membentuk kemampuan bernalar pada diri
siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, dan memiliki
sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan dalam bidang matematika
maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Hal ini yang mendasari perlunya
pembelajaran matematika mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Satu diantara materi yang dipelajari siswa tingkat SMA berdasarkan KTSP tahun 2006
ialah fungsi komposisi. Agustiani (2013) mengatakan bahwa pada umumnya siswa tidak
memahami hasil dari komposisi dua fungsi yaitu sebuah fungsi dan juga siswa hanya mampu
menentukan fungsi komposisi dua fungsi tanpa memperhatikan syarat kedua fungsi dapat

ditentukan. Selain itu juga ditemukan bahwa siswa masih mengalami kesulitan menentukan
fungsi pembentuk dari fungsi komposisi. Prabowo (2012) mengatakan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam mempelajari materi fungsi komposisi dan kesulitan dalam mendefinisikan
fungsi komposisi. Selain itu sebagian besar siswa kurang termotivasi untuk mempelajari materi
fungsi komposisi karena kurangnya pengetahuan tentang kegunaan fungsi komposisi dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, peneliti menduga bahwa siswa di SMAN 7 Palu juga
mengalami kesulitan pada materi fungsi komposisi. Kemudian peneliti melakukan observasi

270 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

dan dialog dengan guru matapelajaran matematika di sekolah tersebut untuk memperoleh
jawaban atas dugaan peneliti.
Hasil dialog dengan guru matapelajaran matematika pada SMAN 7 Palu diperoleh
informasi bahwa satu diantara faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar pada
materi fungsi komposisi yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang konsep fungsi
komposisi. Selain itu, siswa berkemampuan tinggi lebih mendominasi di dalam kelas dan
siswa berkemampuan rendah cenderung pasif.
Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru tersebut peneliti memberikan tes identifikasi
masalah pada siswa kelas XII sebanyak 23 siswa yang telah mempelajari materi fungsi

komposisi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas tentang kesulitan
siswa pada materi fungsi komposisi. Dua diantara soal yang diberikan yaitu: 1) Misalkan fungsi
dan fungsi
dengan
dan
– .
dan
dan 2) Fungsi-fungsi f, g dan h adalah pemetaan dari
Tentukan
ke
masing-masing ditentukan dengan rumus
,
, dan
. Tunjukkan bahwa
, jawaban siswa
terhadap soal tersebut ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
AS101

AS102


AS103
AS104

AS105

AS106
Gambar 1 Tes identifikasi AS nomor 1

EL205

EL207
EL208

EL201

EL209

EL202

EL210


EL203

EL211

EL204

EL212

EL206

EL213
EL214

Gambar 2 Tes identifikasi EL
nomor 2
Gambar 1 menunjukkan bahwa siswa AS melakukan kesalahan yaitu mengalikan fungsi
dan fungsi yang seharusnya dikomposisikan (AS101 dan AS104) sehingga menyebabkan
jawaban akhir siswa AS salah (AS103 dan AS106). Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa EL
dapat menuliskan apa yang diketahui dari soal (EL201) dan dapat mengkomposisikan dua

fungsi (EL203, EL209, dan EL210). Namun, siswa EL salah dalam mensubtitusi (EL204) yang
menyebabkan jawaban setiap hasil komposisi dua fungsi salah (EL205, EL208, dan EL213).
Berdasarkan hasil dialog dan hasil tes identifikasi, diperoleh informasi bahwa siswa
tidak dapat mengkomposisikan dua buah fungsi dan masih kesulitan menentukan fungsi
pembentuk apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui. Selain itu, siswa yang

Yuni Kastarina, Teguh S. Karniman, dan Anggraini, Penerapan Model … 271
berkemampuan tinggi lebih mendominasi pada proses pembelajaran di dalam kelas dan siswa
yang berkemampuan rendah cenderung pasif. Peneliti menganggap bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TAI dapat menjadi alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada fungsi komposisi. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam menyelesaikan soal yang
diberikan. Siswa bekerja sama dalam kelompok, sehingga siswa yang berkemampuan tinggi
dapat membantu temannya yang berkemampuan rendah. Kurniawati (2012) mengatakan bahwa
TAI yaitu suatu model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran individual yang memenuhi student creative, team, placement test, teaching group,
team scores and team recognition, team study, fact test, dan whole class unit. Setiap anggota
kelompok bekerjasama dalam usaha menyelesaikan soal, sehingga dapat membantu siswa yang
berkemampuan rendah untuk meningkatkan kemampuannya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
fungsi komposisi di kelas XI IPA I SMAN 7 Palu?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu pada alur desain
penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri dari empat
komponen yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahap pelaksanaan
tindakan dan pengamatan dilakukan pada satu waktu yang sama. Subjek penelitian ini yakni
siswa kelas XI IPA I SMAN 7 Palu sebanyak 25 siswa yang terdiri atas 8 siswa laki-laki
dan 17 siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Kemudian dari subjek
penelitian dipilih tiga siswa sebagai informan yaitu: satu siswa berkemampuan tinggi
berinisial WS, satu siswa berkemampuan sedang berinisial EF, dan satu siswa
berkemampuan rendah berinisial NN.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: tes, observasi, wawancara, dan
catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model
Miles dan Huberman (1992) meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran
di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI minimal berkategori baik untuk setiap aspek pada lembar
observasi dan meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat
apabila telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus I yaitu siswa dapat

menentukan komposisi dari dua fungsi. Adapun indikator keberhasilan pada siklus II yaitu
siswa dapat menentukan fungsi pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi komposisi dan
komponen lainnya diketahui.
HASIL PENELITIAN
Peneliti memberikan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman untuk membagi siswa dalam kelompok belajar yang
heterogen. Materi tes awal yang diberikan yaitu operasi fungsi aljabar. Pemberian tes awal
merupakan komponen placement test dari model TAI. Hasil analisis tes awal menunjukkan
bahwa siswa belum mampu menyelesaikan soal dengan benar, untuk soal nomor 1 terdapat
lima siswa menjawab salah dalam perkalian dan pengurangan bentuk aljabar sedangkan untuk
soal nomor 2 terdapat enam siswa menjawab salah dalam perkalian dan pengurangan bentuk
aljabar. Oleh karena itu, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal pada tes awal

272 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

sebelum masuk ke tahap pelaksanaan tindakan.
Peneliti melakukan diskusi dengan guru matematika kelas XI IPA untuk menentukan
informan yang diharapkan dapat mewakili setiap tingkat kemampuan siswa. Berdasarkan
diskusi tersebut dipilih siswa dengan inisial WS sebagai informan berkemampuan tinggi, EF

sebagai informan berkemampuan sedang, dan NN sebagai informan berkemampuan rendah.
Selain itu, hasil tes awal juga dijadikan peneliti sebagai pedoman dalam pembentukan
kelompok belajar yang heterogen dibantu guru matematika kelas XI IPA. Jumlah siswa di kelas
XI IPA I yaitu 25 siswa sehingga siswa dibentuk ke dalam lima kelompok belajar yang
beranggotakan lima siswa untuk setiap kelompok.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama di siklus I membahas tentang fungsi komposisi
dan siklus II membahas tentang komponen pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi
komposisi dan komponen lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi. Pertemuan kedua
pada siklus I dan siklus II peneliti memberikan tes akhir tindakan. Pelaksanaan pembelajaran
dilakukan dalam tiga tahap yang memuat fase-fase model pembelajaran kooperatif yang
dikombinasikan dengan komponen-komponen model pembelajaran kooperatif tipe TAI, yaitu
1) placement test, 2) team, 3) teaching group, 4) student creative, 5) team study, 6) whole class
unit, 7) fact test, dan 8) team scores and team recognition.
Kegiatan awal pembelajaran pada setiap siklus dimulai dengan mengucapkan salam,
berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Sebanyak 24
siswa yang hadir pada pertemuan pertama siklus I dan sebanyak 25 siswa yang hadir pada
pertemuan pertama siklus II. Selanjutnya peneliti menyiapkan siswa untuk belajar dengan
mempersilahkan siswa menyiapkan buku dan alat tulis yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran dan meminta siswa untuk menyimpan benda maupun hal-hal yang tidak ada

kaitannya dengan pembelajaran yang berlangsung. Kemudian peneliti menyampaikan materi
yang dipelajari pada siklus I yaitu fungsi komposisi, sedangkan pada siklus II yaitu komponen
pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui serta
sifat-sifat fungsi komposisi. Kegiatan tersebut dapat menarik perhatian siswa di awal
pembelajaran.
Fase pertama yakni penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa. Aktivitas yang
dilakukan yaitu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan
pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan komposisi dari dua buah fungsi.
Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu siswa dapat menentukan komponen
pembentuk fungsi komposisi apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui dan
siswa dapat membuktikan sifat-sifat fungsi komposisi. Setelah penyampaian tujuan
pembelajaran siswa terarah dan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya
peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan penerapan fungsi komposisi dalam
kehidupan sehari-hari. Peneliti menyampaikan bahwa fungsi komposisi diterapkan pada proses
pembuatan buku, mendaur ulang logam dan pembuatan warna pada mesin cetak. Siswa telah
mengetahui manfaat fungsi komposisi sehingga siswa termotivasi untuk mempelajarinya.
Kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali kepada siswa mengenai
materi prasyarat. Materi prasyarat pada siklus I ialah operasi fungsi aljabar sedangkan materi
prasyarat pada siklus II ialah fungsi komposisi. Siswa dapat mengingat materi prasyarat
sehingga siswa tidak kesulitan untuk pembelajaran selanjutnya.

Kegiatan inti diawali dengan fase penyajian informasi. Peneliti membagikan materi dan
soal latihan. Kemudian peneliti menyampaikan materi secara singkat dan menyampaikan
bahwa soal latihan dikerjakan secara individu sebelum bergabung dalam kelompok masing-

Yuni Kastarina, Teguh S. Karniman, dan Anggraini, Penerapan Model … 273
masing. Hal ini sesuai dengan komponen teaching group dari model TAI. Selanjutnya
komponen student creative dari model TAI yaitu guru mempersilahkan siswa untuk
mengerjakan soal latihan secara individu yang telah dibagikan sebelumnya. Siswa telah
mengetahui materi yang dipelajari dan siswa aktif dalam mengerjakan latihan yang akan
dikoreksi oleh teman kelompoknya.
Aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar yakni peneliti
mengarahkan siswa bergabung ke dalam 5 kelompok belajar dengan tingkat kemampuan
matematika yang berbeda. Peneliti menyampaikan bahwa setiap siswa bertanggungjawab
terhadap kelompoknya. Oleh karena itu, semua anggota kelompok belajar dan bekerja
secara kolaboratif dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan komponen team dari model TAI.
Siswa membentuk kelompok dengan tertib, sehingga kondisi kelas dalam keadaan tenang.
Fase selanjutnya yaitu pemberian bantuan kerja tim dan belajar. Pada fase ini, peneliti
menyampaikan bahwa hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok, setiap anggota
kelompok bersama-sama memeriksa, mengoreksi dan memberikan masukan untuk teman
satu kelompok. Anggota kelompok secara bersama-sama membandingkan jawaban dan
memecahkan masalah-masalah yang ditemui anggota kelompok saat menyelesaikan latihan
secara individu. Peneliti memberikan bantuan saat terdapat hal-hal yang sulit dipahami
dengan menggunakan teknik scaffolding. Kemudian setiap kelompok menyimpulkan hasil
diskusi berupa jawaban yang benar dari soal yang terdapat pada LKS. Hal ini sesuai dengan
komponen team study dari model TAI.
Peneliti memilih perwakilan kelompok dengan cara undian untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompok. Pada siklus I, terpilih kelompok 1 yang diwakili oleh siswa RA untuk
sedangkan
mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yakni mencari rumus fungsi
kelompok 3 yang diwakili oleh siswa EF mempresentasikan jawaban soal nomor 2 yakni mencari
rumus fungsi
. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain
untuk memberikan tanggapan, kelompok 2 memberikan tanggapan bahwa jawaban yang
diperoleh sama dengan jawaban kelompok 1. Pada siklus II, kelompok yang terpilih yakni
kelompok 4 yang diwakili oleh siswa DK mempresentasikan jawaban soal nomor 1 yakni
apabila
dan
diketahui, kelompok 2 yang diwakili oleh
menentukan
siswa NV mempresentasikan jawaban soal nomor 2 yakni menentukan
apabila
diketahui sedangkan kelompok 5 yang diwakili oleh siswa CA mempresentasikan
dan
jawaban soal nomor 3 yakni membuktikan fungsi komposisi bersifat asosiatif. Selanjutnya
peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan,
setiap kelompok memberikan tanggapan bahwa jawaban yang diperoleh sama dengan
jawaban kelompok yang presentasi. Saat diskusi berlangsung, peneliti mengawasi dan
membimbing siswa dengan memberikan bantuan seperlunya. Hasil yang diperoleh yaitu
siswa dapat memberikan tanggapan terhadap jawaban kelompok yang presentasi sehingga
yang dipelajari siswa lebih bermakna.
Aktivitas pada fase evaluasi yakni peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara
individu. Hal ini sesuai dengan komponen fact test dari model TAI. Setiap siklus peneliti
memberikan satu nomor soal kepada siswa. Setelah pengerjaan soal selesai, peneliti
meminta kepada seluruh kelompok untuk membuat kesimpulan. Pada siklus I peneliti
mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi fungsi komposisi, sedangkan pada siklus
II peneliti mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi menentukan fungsi pembentuk
fungsi komposisi dan sifat-sifat fungsi komposisi. Hal ini sesuai dengan komponen whole
class unit dari model TAI. Siswa dapat menyimpulkan materi yang dipelajari.
Kegiatan penutup yaitu fase pemberian penghargaan, pada siklus I peneliti
memberikan penghargaan berupa pujian dan tepuk tangan sedangkan pada siklus II selain

274 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

pujian dan tepuk tangan peneliti juga memberikan hadiah berupa buku dan pulpen yang
dibungkus dalam kertas kado yang diurut menurut kelompok terbaik. Penentuan kelompok
terbaik sesuai dengan komponen team scores and team recognition dari model TAI. Hasil
yang diperoleh yakni siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Pertemuan kedua setiap siklus yaitu pelaksanaan tes akhir tindakan. Tes akhir
tindakan siklus I terdiri atas dua butir soal. Satu diantara soal yang diberikan: fungsi dan
berikut ini masing-masing adalah pemetaan dari R ke R f
dan
.
dan
.
Tentukan fungsi komposisi
Berdasarkan hasil analisis tes akhir tindakan siklus I, diperoleh kesimpulan bahwa
dari 25 siswa yang mengikuti tes akhir tindakan hanya 15 siswa yang menjawab dengan
benar dan 10 siswa melakukan kesalahan. Satu diantara kesalahan yang dilakukan yakni
melakukan kesalahan dalam operasi pangkat. Sebagaimana ditunjukkan oleh jawaban siswa
NN pada Gambar 3.
NNaS102
NNaS104

NNaS101
NNaS103

NNaS106
NNaS107

NNaS105
Gambar 3. Jawaban siswa NN terhadap tes akhir tindakan siklus I

Gambar 3 menunjukkan bahwa siswa NN dapat mengkomposisikan dua buah fungsi
siswa NN menjawab benar (NNaS104) dengan
(NNaS102 dan NNaS105), untuk
menuliskan rumus
(NNaS102) kemudian mensubtitusi fungsi
(NNaS102 dan NNaS103). Namun, NN melakukan kesalahan pada
dalam operasi
pangkat (NNaS106) sehingga jawaban akhir salah (NNaS107). Seharusnya, siswa NN
. Peneliti melakukan wawancara dengan
menjawab
siswa NN untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan NN, sebagaimana
transkip wawancara berikut.
NN S1 33 P : Lain kali harus lebih teliti dalam menyelesaikan soal agar skornya NN tidak
berkurang. Sekarang NN perhatikan apa ada yang salah dari penyelesaian
yang kamu kerjakan?
NN S1 34 S : (melihat pekerjaan) ya kak, ada yang salah.
NN S1 35 P : apanya yang salah? Coba kamu kerja kembali!
NN S1 36 S : hasil pangkatnya kak. Harusnya begini 5x pangkat 2 itu hasilnya 25x pangkat
2 (menulis jawaban). Jadi, 2 dikalikan 25x pangkat 2 dikurangi 1. Hasilnya
50x pangkat 2 dikurangi 1. Saya pikir hanya 5 yang dipangkatkan 2, ternyata x
nya juga harus dipangkatkan 2.
Hasil wawancara pada siklus I memberikan informasi bahwa siswa salah dalam operasi
pangkat (NNaS106), sehingga jawaban akhir salah. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
teliti. NN menganggap bahwa hanya 5 saja yang dipangkatkan 2. Namun setelah dituntun oleh
peneliti untuk mengerjakan kembali, siswa dapat menyelesaikan dengan benar (NN S1 36 S).
Tes akhir tindakan pada siklus II terdiri atas dua butir soal dengan 24 siswa yang
dan
mengikuti tes akhir tindakan. Satu diantara soal yang diberikan yaitu: fungsi-fungsi
adalah pemetaan dari
masing-masing ditentukan dengan rumus f
,

Yuni Kastarina, Teguh S. Karniman, dan Anggraini, Penerapan Model … 275
, dan
. Tunjukkan bahwa
.
Hasil tes akhir tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa dari 24 siswa yang
mengikuti tes 21 siswa telah mampu menyelesaikan soal dengan benar dan 3 siswa lainnya
masih kurang teliti. Satu diantara 3 siswa tersebut ialah siswa NN, sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 4.
NN3S201

NN3S207

NN3S202
NN3S208

NN3S203
NN3S205
NN3S206

NN3S204

NN3S209
NN3S210

Gambar 4 Jawaban siswa NN terhadap tes akhir tindakan siklus II
Gambar 4 menunjukkan bahwa siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dari soal
dengan mengkomposisikan
terlebih dahulu
(NN3S201) untuk
(NN3S203) lalu mengkomposisikan hasilnya dengan fungsi (NN3S05) dan siswa NN dapat
menyelesaikan
dengan benar. Sedangkan untuk
dengan
mengkomposisikan
terlebih dahulu kemudian mengkomposisikan fungsi dengan
dengan
hasil yang diperoleh (NN3S209) dan siswa NN dapat menyelesaikan
benar. Namun NN tidak menyimpulkan hasil pembuktian sesuai dengan permintaan soal.
Peneliti melakukan wawancara dengan siswa NN untuk memperoleh informasi lebih lanjut
tentang kesalahan NN, sebagaimana transkip wawancara berikut.
NN S2 23 P : kita bahas dulu pekerjaannya NN. Coba perhatikan, sebenarnya langkahlangkah kamu dalam mengerjakan sudah benar hanya saja ada yang kurang
(memperlihatkan jawaban)
NN S2 24 S : apanya yang kurang kak? (melihat jawaban)
NN S2 25 P : silahkan kamu perhatikan dulu!
NN S2 26 S : ya kak, kesimpulannya tidak ada.
NN S2 27 P : seharusnya NN menuliskan kesimpulan yang diperoleh, karena perintah soal
untuk membuktikan bahwa
NN S2 28 S : ya kak, soalnya waktu itu buru-buru. Jadi tidak sempat ditulis kesimpulannya.
Hasil wawancara pada siklus II memberikan informasi bahwa siswa NN telah mampu
mengkomposisikan fungsi. Namun, siswa NN tidak menuliskan kesimpulannya disebabkan
siswa terburu-buru dalam mengerjakan soal (NN S2 26 S).
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa
siswa dapat menentukan fungsi komposisi dan siswa dapat menentukan fungsi pembentuk
apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi.
Namun, masih ada siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.

276 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Segala aktivitas peneliti dan aktivitas siswa diamati melalui lembar observasi aktivitas
peneliti dan lembar observasi aktivitas siswa. Adapun aspek yang diamati melalui lembar
observasi aktivitas peneliti yaitu: 1) guru membuka pembelajaran dengan salam, mengajak
siswa untuk berdoa bersama sebelum belajar, 2) mengecek kehadiran siswa dan
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran, 3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, 4) menginformasikan mengenai model pembelajaran TAI yang digunakan
dan apa saja yang akan dilakukan selama pembelajaran, 5) memberikan motivasi kepada
siswa, 6) melakukan apersepsi dengan mengecek prasyarat siswa, 7) membagikan LKS kepada
siswa sebelum bergabung dengan kelompok masing-masing kemudian menjelaskan materi
secara singkat dengan memanfaatkan materi pelajaran dalam LKS, 8) mempersilahkan siswa
untuk mengerjakan soal yang tersedia pada LKS, 9) mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok belajar yang telah ditentukan, 10) menyampaikan bahwa hasil kerja individu
didiskusikan dalam kelompok, setiap anggota kelompok memeriksa, mengoreksi, dan
memberikan masukan untuk jawaban teman satu kelompok serta memonitor jalannya kerja
kelompok dan memberikan bantuan seperlunya jika siswa mengalami kesulitan, 11)
mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan
kelompok lainnya memiliki kesempatan untuk menanggapi, 12) memberikan post-test, 13) guru
memberikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 14) menetapkan
kelompok terbaik, 15) guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam, 16) efektivitas
pengelolaan waktu, dan 17) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Aspek yang
termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran TAI yakni 3 sampai 15.
Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas peneliti pada siklus I yaitu aspek 2, 3, 5, dan
16 berkategori cukup. Aspek 1, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 dan 17 berkategori baik serta
aspek 7 berkategori sangat baik. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas peneliti dijadikan
bahan refleksi oleh peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Sedangkan pada siklus
II, aspek 5 berkategori cukup. Aspek 2, 4, 9, 12 dan 14 berkategori baik serta aspek 1, 3, 6, 7, 8,
10, 11, 13, 15, 16 dan 17 berkategori sangat baik.
Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran yaitu: 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) siswa menyiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran, 3) mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru,
4) siswa menyimak penjelasan guru, 5) menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
mengenai pengetahuan prasyarat, 6) menyimak penjelasan guru mengenai materi pembelajaran,
7) mengerjakan soal yang tersedia pada LKS secara individual, 8) membentuk kelompok
dengan tertib, 9) membawa hasil kerja individu ke kelompok yang telah ditentukan serta
menanyakan atau meminta bantuan kepada guru jika mengalami kesulitan, 10) untuk
kelompok yang maju mempresentasikan hasil kerja kelompok agar segera maju dan
kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok penyaji, 11) siswa mengerjakan posttest secara individu, 12) menyampaikan informasi tentang materi yang telah dipahaminya,
13) mendengarkan dan menerima ketetapan guru tentang kelompok terbaik dengan tertib,
dan 14) berdoa dan menjawab salam. Adapun aspek aktivitas siswa yang termasuk dalam
pelaksanaan pembelajaran TAI adalah 6 sampai 14.
Hasil yang diperoleh pada siklus I yakni aspek 2, 4, 5, 8, 10 dan 12 berkategori
cukup. Aspek 1, 3, 6, 7, 9, 11, dan 13 berkategori baik serta aspek 14 berkategori sangat
baik. Kemudian hasil observasi terhadap aktivitas siswa dijadikan bahan refleksi oleh
peneliti untuk ditingkatkan pada siklus selanjutnya. Sedangkan pada siklus II, aspek 2, 4, 7
dan 10 berkategori baik. Aspek 1, 3, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13 dan 14 berkategori sangat baik.

Yuni Kastarina, Teguh S. Karniman, dan Anggraini, Penerapan Model … 277
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepada
siswa kelas XI IPA I dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa mengenai materi
prasyarat dan sebagai pedoman membentuk kelompok. Pemberian tes awal merupakan
komponen placement test dari model TAI. Tes awal bertujuan untuk mengetahui pemahaman
awal siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, berdoa bersama yang
dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Kegiatan ini bertujuan agar dapat
menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah
(2014) yang menyatakan bahwa kegiatan guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, dan mengecek kehadiran siswa dapat menarik
perhatian siswa.
Aktivitas yang dilakukan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa yaitu
peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas dan tegas agar siswa terarah dan
berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian
(2013) yang menyatakan bahwa penyampaian tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui
dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Peneliti memotivasi siswa
dengan menyampaikan manfaat fungsi komposisi. Setelah siswa mengetahui manfaat
fungsi komposisi maka siswa termotivasi untuk mempelajarinya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Aritonang (2007) bahwa dengan memberikan informasi tentang manfaat dari apa
yang dipelajari, siswa akan termotivasi dalam belajar. Langkah selanjutnya yakni
memberikan apersepsi, hal ini bertujuan agar siswa dapat mengingat materi prasyarat yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari sehingga siswa tidak kesulitan dalam
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Abdurrahman (2011) bahwa perlu adanya apersepsi
agar siswa mengingat materi prasyarat yang berhubungan dengan materi yang akan
diajarkan sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan inti diawali dengan fase penyajian informasi. Peneliti menyajikan materi secara
singkat. Hal ini sesuai dengan komponen teaching group dari model TAI. Selanjutnya
komponen student creative dari model TAI peneliti menyajikan soal latihan kepada siswa yang
dikerjakan secara individu. Pemberian soal latihan secara individu bertujuan agar siswa aktif
dan berpikir untuk mengerjakan soal latihan sesuai kemampuannya. Hal ini sesuai dengan
Kurniawati (2012) yang menyatakan masing-masing siswa aktif mengerjakan latihan, berpikir
sesuai kemampuannya, karena hasil pekerjaan individu akan dikoreksi oleh teman lain dalam
satu kelompok.
Aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar yakni peneliti
mengarahkan siswa untuk bergabung dengan anggota kelompok belajar yang telah
ditentukan. Setiap kelompok terdiri atas 5 siswa dengan tingkat kemampuan matematika
yang berbeda-beda. Pembentukan kelompok merupakan komponen team dari model TAI.
Hal ini didukung oleh Winayawati, dkk (2012) yang menyatakan bahwa saat pembentukan
kelompok guru mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda ke dalam
kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang.
Fase selanjutnya yakni pemberian bantuan kerja tim dan belajar. Pada fase ini hasil
kerja individu didiskusikan dalam kelompok. Setiap anggota kelompok memeriksa jawaban
teman lain dalam satu kelompok. Hal ini merupakan komponen team study dari model TAI.
Peneliti memberi bantuan saat terdapat hal-hal yang sulit dipahami dengan menggunakan
teknik scaffolding. Hal ini sesuai dengan pendapat Nusantara dan Syafi’i (2013) yang
menyatakan bahwa seorang guru memiliki kewajiban dalam mengatasi kesulitan yang

278 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

dialami siswa pada proses belajarnya dengan melakukan upaya pemberian bantuan
seminimal mungkin dikenal dengan istilah scaffolding. Selanjutnya peneliti meminta
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan jawabannya dan kelompok lain memberi
tanggapan agar materi yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna. Hal ini sejalan
dengan Rahmawati (2013) yang menyatakan siswa perlu memberikan tanggapan terhadap
jawaban yang diberikan orang lain dalam pembelajaran matematika agar materi yang
dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.
Aktivitas pada fase evaluasi yakni peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara
individu yang sesuai dengan komponen fact test dari model TAI. Pemberian latihan
dilakukan agar siswa lebih termotivasi dan semangat untuk memahami materi agar pada saat
tes akhir tindakan memperoleh nilai yang baik. Setelah jawaban siswa diperiksa dan
dinyatakan benar oleh guru, maka siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari pembelajaran
yang dilakukan. Selanjutnya peneliti memberikan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan sesuai dengan komponen whole class unit dari model TAI. Peneliti dan
siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Siklus I peneliti
menanyakan cara-cara menentukan fungsi komposisi. Sedangkan pada siklus II, peneliti
menanyakan cara menentukan fungsi pembentuk apabila fungsi komposisi dan komponen
lainnya diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian
(2013) bahwa peneliti bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan pelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan penutup yaitu fase pemberian penghargaan. Peneliti memberi penghargaan
(reward) berupa pujian, tepuk tangan dan kado atas usaha siswa dalam menyelesaikan tugas
dan partisipasi siswa selama belajar, penentuan kelompok terbaik ini sesuai dengan
komponen team scores and team recognition dari model TAI. Reward yang diberikan
mempengaruhi keinginan belajar siswa sehingga siswa termotivasi untuk pembelajaran
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Natalia (2014) bahwa penghargaan menjadi hal
yang mempengaruhi keinginan belajar siswa sehingga siswa termotivasi untuk
pembelajaran selanjutnya.
Hasil tes akhir tindakan siklus I terlihat bahwa siswa dapat menentukan fungsi
komposisi. Namun masih ada siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut antara
lain siswa keliru dalam operasi hitung aljabar dan mensubtitusi fungsi. Walau demikian,
ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut saat wawancara siswa
dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Secara umum, siswa dapat menyelesaikan
soal fungsi komposisi dengan benar yang berarti indikator keberhasilan tindakan untuk
siklus I telah tercapai. Selanjutnya, tes akhir tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa
dapat menentukan fungsi pembentuk apabila fungsi komposisi dan komponen lainnya
diketahui serta sifat-sifat fungsi komposisi dengan benar. Hal ini berarti bahwa kriteria
keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, maka terlihat bahwa indikator
keberhasilan tindakan telah tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada fungsi
komposisi di kelas XI IPA I SMAN 7 Palu. Hal ini sejalan dengan Lestari (2013)
mengatakan bahwa dengan menerapkan model Team Assisted Individualization (TAI) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Selain itu, penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawan (2013) yang mengatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

Yuni Kastarina, Teguh S. Karniman, dan Anggraini, Penerapan Model … 279
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada fungsi komposisi di kelas XI IPA I SMAN 7 Palu
dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan
dengankomponen-komponen model TAI, yaitu 1) placement test, 2) team, 3) teaching
group, 4) student creative, 5) team study, 6) whole class unit, 7) fact test, dan 8) team
scores and team recognition.
Kegiatan pada fase penyampaian tujuan dan pemotivasian siswa yaitu peneliti
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memberikan motivasi kepada
seluruh siswa mengenai manfaat fungsi komposisi. Pada fase penyajian materi peneliti
menyajikan materi dengan memanfaatkan materi yang disajikan dalam LKS. Hal ini sesuai
dengan komponen teaching group. Selanjutnya komponen student creative siswa mengerjakan
soal latihan secara individu. Aktivitas pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok
belajar yakni peneliti mengarahkan siswa bergabung dengan kelompok belajar yang telah
ditentukan tiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang memiliki tingkat kemampuan matematika
yang berbeda. Hal ini sesuai dengan komponen team. Kemudian aktivitas pada fase pemberian
bantuan kerja tim dan belajar yakni setiap anggota bersama-sama memeriksa, mengoreksi dan
memecahkan masalah yang ditemui anggota kelompok saat menyelesaikan latihan secara
individu. Hal ini sesuai dengan komponen team study. Selanjutnya perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya. Peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan kembali
materi yang telah dipelajari. Peneliti dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Hal ini sesuai dengan komponen whole class unit. Aktivitas pada fase evaluasi yakni
peneliti memberikan soal yang dikerjakan secara individu sesuai dengan komponen fact test
dan aktivitas pada fase pemberian penghargaan yakni peneliti memberikan reward berupa
pujian dan kado atas partisipasi dan usaha siswa dalam belajar yang ditentukan sesuai dengan
komponen team scores and team recognition.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat peneliti
berikan yaitu: 1) model pembelajaran kooperatif tipe TAI layak dipertimbangkan sebagai
alternatif dalam pembelajaran pada materi fungsi komposisi dan 2) agar pelaksanaan
pembelajaran berjalan dengan maksimal, maka perlu ada persiapan yang matang baik dari
peneliti, guru maupun siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. (2011). Studi Deskriptif tentang Kemampuan Guru Membuat Apersepsi
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs NU Khoiriyah Bae Kudus.
Skripsi Sarjana pada Institut Agama Islam Negeri Wali Songo. [Online]. Tersedia:
http://librarywalisongo.ac.id/digilib/download.php? id=20478 [16 September 2016]
Agustiani, N. (2013). Desain Didaktis Konsep Fungsi Komposisi pada Pembelajaran
Matematika SMA. Skripsi Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. [Online].
Tersedia: http://repository.upi.edu/335/6/S-MTK-0905579 [15 Oktober 2015]

280 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Amrullah, A. L. (2014). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Soal Cerita tentang Himpunan di
Kelas VII MTSn Palu Barat. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako.
Vol.,2,,No.,1,,11,halaman.,[Online]..Tersedia:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.
php/JEPMT/article/download/3226/2281. [26 September 2016].
Aritonang, K. T. (2007). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 1, No. 10, 11 halaman. [Online]. Tersedia:
http://www.p07jkt.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%20112%20Minat%20dan%20motivasi
%20 belajar.pdf [12 Juli 2016].
Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?. Jurnal
Forum,Sosial.,Vol.,6,,No.,1,,6,halaman.,[Online].,Tersedia:,http://eprints.unsri.ac.id/2268
/2/isi.pdf [17 September 2015].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran
Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kemmis, S., McTaggart, R dan Nixon, R. (2013). The Action Research Planner: Doing
Cristical Participatory Action research. Singapore: Springer Sience. [Online].
Tersedia: http://books.google.co.id/book?id=GB31BAAAQBAJ&printsec=frontcover
&dg=kemmis+andmctaggart&sa=X&redir_esc=y#=onepage&q=kemmis%20and%20mct
aggart&f=false [15 September 2016].
Kurniawan, A., Triyono dan Ngatman. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TAI dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN
Pagubugan Kulon 04 Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Matematika.
[Online].,Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ic.id/2472-5608-1SP.rtf. [20 November
2015].
Kurniawati, M. (2012). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted
Individualization) untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V MI Yappi Mulusan Paliyan Gunung Kidul. Jurnal Pendidikan
Matematika. [Online].,Tersedia:,http://digilib.uinsuka.ac.id/ id/print/ 9914. [19 Oktober
2015].
Lestari, A. (2013). Penerapan Model Coopertive Learning Tipe Team Assisted
Individualization dengan Media Grafis. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online].
Tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/1698-3447-2-PB.pdf [20 November 2015].
Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang
Metode-metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press.
Natalia. (2014). Pengaruh Pemberian Penghargaan oleh Guru Ekonomi Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas X MAN 2 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran.
Vol.,3,,No.,6,,11,halaman. [Online].,Tersedia:,http://jurnal.untan.ac. id/index.php/jpdpb/
article/view/5823. [25 September 2016].
Nusantara, T dan Safi’i, I. (2013). Diagnosis Kesalahan Siswa pada Materi Faktorisasi
Bentuk Aljabar dan Scaffoldingnya. Journal of Mathematic’s Teacher Education.

Yuni Kastarina, Teguh S. Karniman, dan Anggraini, Penerapan Model … 281
Vol.,2,,No.,3,,11,halaman.,[Online].,Tersedia:,http://jurnalonline.um.ac.id/data/Arti
kel/artikel29887756D901C2029476EE329D179594.pdf [26 September 2016].
Prabowo, F. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbantuan
Komputer pada Materi Fungsi Komposisi untuk Siswa SMA Kelas XI Program IPS.
Jurnal,Online,UM.,Vol.1,,No.1. [Online]. Tersedia: http://jurnalonline.um.ac.id.ac.
id/ 3070-6012-2-PB.pdf [20 November 2015].
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Journal
FMIPA,Unila.,Vol.,1,,No.,1,,14,halaman. [Online].,Tersedia:,http://journ al.fmipa.Unila.
ac.id.index.php/semirata/article/view/882/701 [ 26 April 2016].
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Bandung: Mulia Mandiri Press
Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika.,Vol.,1, No. 4, 16
halaman. [Online]. Tersedia: http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/II/JPMUVol1
No4/016-Sutrisno.pdf [17 Juni 2016].
Winayawati, L., Waluya, S.B. dan Junaedi, I. (2012). Implementasi Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Strategi Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Menulis
Rangkuman dan Pemahaman Matematis Materi Integral. Unnes Jurnal of Research
Mathematics,Education.,Vol.,1,,No.,1,,7,halaman.,[Online].,Tersedia: http://journal.Unn
es. ac. id/rju/indexbphp/ujrme [ 18 September 2016]

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Peningkatan Kreativitas Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa K

0 1 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dengan Teka-Teki Silang Angka pada Siswa Kelas I

0 4 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA DIKLAT DKKTM.

0 0 64

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP ADVENT PALU PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR | Marsana | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8624 28282 1 PB

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TURUNAN FUNGSI ALJABAR KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 9 PALU

0 0 12

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI DI KELAS X MIA 1 MAN 1 PALU

0 0 13

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 1 14