PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA DIKLAT DKKTM.

(1)

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAKSI ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR NOTASI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Batasan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Istilah ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Teori Konstruktivisme... 12

B. Model Pembelajaran Kooperatif... 16

C. Cara Penerapan Team Assisted Individualization (TAI) ... 18

D. Aktivitas Belajar ... 23

E. Hasil Belajar ... 25

F. Karakteristik Mata Diklat DKKTM ... 27

G. Hubungan DKKTM dengan Team Assisted Individualization ... 29

H. Asumsi Dasar ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Lokasi dan Subjek penelitian ... 31

B. Metode Penelitian ... 31

1. Pengertian Penelitian Tindakan kelas ... 33

2. Karakteristik Penelitian Tindakan kelas... 36

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan kelas ... 37

C. Prosedur Penelitian ... 41

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)... 41

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) ... 42

3. Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observe) ... 45

4. Tahap Refleksi (Reflection) ... 46


(2)

2. Wawancara ... 48

3. Lembar Observasi ... 49

E. Teknik Analisis Data ... . 49

1. Data Hasil Tes ... 49

2. Data Hasil Observasi ... 50

F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... . 52

1. Pengembangan Rencana Pembelajaran ... 54

2. Pengembangan Instrumen ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Deskripsi Data ... 74

1. Aktivitas Siswa ... 74

2. Aktivitas Guru ... 81

3. Hasil Belajar ... 86

C. Pembahasan hasil penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 99 RIWAYAT HIDUP


(3)

Hal.

Tabel 1.1 Daftar Hasil Belajar Siswa Kelas X 2011/2012... .... 2

Tabel 2.1 Indikator Hasil Belajar dan Pengukurannya ... 26

Tabel 3.1 Klasifikasi Aktivitas ... 50

Tabel 3.2 Hasil Post Test Siswa XI TGM pada Mata Pelajaran DKKTM ... 51

Tabel 4.1 Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I ... 74

Tabel 4.2 Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II ... 74

Tabel 4.3 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ke Siklus II ... 76

Tabel 4.4 Prosentase Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus III ... 77

Tabel 4.5 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ke Siklus III ... 77

Tabel 4.6 Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I ... 81

Tabel 4.7 Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus II... 82

Tabel 4.8 Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus III ... 83

Tabel 4.9 Prosentase Hasil Tes Siswa Pada Siklus I ... 86

Tabel 4.10 Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus I ... 87

Tabel 4.11 Prosentase Hasil Tes Siswa Pada Siklus II ... 87

Tabel 4.12 Prosentase Normalisasi Gain pada Siklus II ... 88

Tabel 4.13 Prosentase Hasil Tes Siswa Pada Siklus III ... 88


(4)

Hal.

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 36

Gambar 3.2 Alur dalam PTK ... 37

Gambar 4.1 Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I ... 74

Gambar 4.2 Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ... 75

Gambar 4.3 Grafik Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III ... 77

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Aktivitas Siswa pada Tiap Siklus... 78

Gambar 4.5 Grafik Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Tiap Siklus ... 79

Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Aktivitas Guru ... 84

Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa Selama 3 Siklus ... 90


(5)

A = Prosentase aktivitas siswa (%)

B = Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelompok C = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas siswa di dalam kelompok

c = faktor bahan (N/mm2)

Dtp = diameter tusuk roda gigi penggerak (mm)

Dtw = diameter tusuk roda gigi yang digerakkan (mm)

Dk = diameter kepala (mm)

Dt = diameter tusuk (mm)

Dv = diameter kaki (mm)

Dtp = diameter tusuk roda gigi penggerak (mm)

Dtw = diameter tusuk roda gigi yang digerakkan (mm)

Dkp = Diameter kepala gigi roda gigi penggerak (mm)

Dvp = Diameter kaki gigi roda gigi penggerak (mm)

Hk = tinggi kepala gigi (mm)

Hv = tinggi kepala gigi (mm)

Hkp = tinggi kepala roda gigi penggerak (mm)

Hvp = tinggi kaki gigi roda gigi penggerak (mm)

i = angka transmisi m = modul

M = Modul

Mp = momen puntir (N.m)


(6)

p

nw = putaran poros yang digerakkan (put/s)

t = jarak antar gigi (mm)

X = Prosentase aktivitas guru (%)

Y = Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan guru Z = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru

z = jumlah gigi

zp = jumlah gigi pada roda gigi penggerak

β = sudut gigi (heliks) λ = faktor lebar gigi


(7)

LAMPIRAN A Halaman

A.1. SILABUS ... 99

A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 100

A.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 109

A.4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 117

A.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru ... 130

A.6 Kisi-Kisi Soal Pre Test Dan Post Test ... 132

A.7 Soal Tes Per Siklus ... 133

A.8 Lembar Judgmen Instrument Penelitian Persiklus ... 139

LAMPIRAN B B.1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 142

B.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 143

B.3 Perkembangan Aktivitas Siswa Selama 3 Siklus ... 147

LAMPIRAN C C.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 151

C.2 Perkembangan Aktivitas Guru Selama 3 Siklus ... 152

LAMPIRAN D D.1 N-Gain ... 156

D.2 Nilai ... 159

LAMPIRAN E E.1 Pedoman Wawancara Responden Guru ... 167

LAMPIRAN F F.1 Dokumentasi ... 171

LAMPIRAN G G.1 Surat - Surat ... 172


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan IPTEK dari waktu ke waktu makin pesat sehingga mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya adalah bidang pendidikan. Fungsi/tujuan pendidikan dalam masyarakat pada dasarnya adalah sama, yaitu mengajarkan suatu ketrampilan kepada anggota masyarakat dalam melangsungkan kehidupannya. Oleh karena itu diperlukan manusia-manusia yang mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk mencetak SDM yang berkualitas, diperlukan adanya mutu pendidikan yang bagus. Peningkatan mutu pendidikan salah satunya dapat dilihat dari proses pendidikan yang berlangsung di sekolah tersebut, baik metode maupun pendekatan yang digunakan.

Mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM) adalah salah satu mata pelajaran produktif di SMK Negeri 2 yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi sesuai SKKNI dan berisi dasar-dasar pengetahuan yang materinya berisi teori dan perhitungan mengenai suatu hal yang berkaitan dengan keteknikan. Dalam mata pelajaran DKKTM salah satu harapan dari sekolah bahwa siswa dapat memiliki pemahaman tentang kompetensi dasar mengenal komponen roda gigi yang dimana siswa dapat memahami fungsi, prinsip kerja, dan macam-macam roda gigi serta perhitungan yang berkaitan dengan roda gigi sehingga pada saat terjun langsung didunia industri sudah


(9)

dibekali tentang dasar-dasar komponen roda gigi, selain itu harapan yang diinginkan yaitu siswa mendapatkan nilai yang baik atau memperoleh nilai kelulusan yang memuaskan.

Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan proses pembelajaran. Karena dengan adanya hasil belajar yang baik dapat menunjukkan apakah materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru dapat dipahami siswa dengan baik. Dalam pembelajaran yang sebelumnya diterapkan oleh guru, hasil belajar siswa sudah cukup baik. Namun diperlukan suatu alternatif pembelajaran untuk lebih meningkatkan lagi hasil belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar.

Tabel 1.1. Daftar Hasil Belajar Siswa Kelas X 2010/2011

Pada tabel di atas ini dapat dilihat rendahnya hasil belajar peserta siswa pada beberapa kelas satu pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM) Jurusan Teknik Mesin di SMK Negeri 2 Bandung Tahun ajaran 2010/2011, dimana melalui hasil prestasi belajar menunjukkan masih ada siswa kelas satu yang mendapatkan nilai kurang dari 70.

INTERVAL NILAI KELAS PERSENTASI TOTAL X TP1 X TP2 X TP3 X TP4 X TP5 X TP6 X TP7 X TP8 X TGM X TFL X TKJ

A 5 0 4 2 5 3 4 0 0 1 5 29

B 17 2 5 17 11 10 11 14 3 10 15 115

C 13 12 5 15 19 12 20 16 6 10 15 143

D 0 20 21 0 0 11 0 6 23 13 0 94

JUMLAH PESERTA

DIKLAT


(10)

Pengkategorian nilai siswa berdasarkan ketentuan Depdiknas (2006:5) adalah sebagai berikut:

A : 90 – 100 (Lulus Amat Baik) C : 70 – 79 (Lulus Cukup) B : 80 – 89 (Lulus Baik) D : 0 – 69 (Belum Lulus)

Kenyataan ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa untuk memperoleh nilai A dengan tingkat penguasaan baik sekali adalah rendah, sedangkan siswa dinyatakan berhasil jika dalam pembelajaran ditentukan oleh ketuntasan (mastery ≥ 70 %) menguasai kompetensi yang dipelajarinya, sesuai dengan standar atau kriteria kompetensi yang telah ditetapkan. Depdiknas (2003:20) menyatakan bahwa “Peserta diklat yang telah memenuhi semua persyaratan minimal untuk dinyatakan kompeten dikonversi dengan lambang angka 70 (dalam skala 0 sampai dengan 100) sebagai batas lulus”.

Berbagai alasan dapat dikemukakan sebagai penyebab rendahnya hasil yang dicapai oleh siswa. Salah satu indikasi penyebab timbulnya kesulitan siswa dalam memahami materi adalah kurang tepatnya penerapan metode pembelajaran. Metode yang sering digunakan di lapangan pada mata pelajaran DKKTM ini cenderung bersifat teacher center, yang menyebabkan siswa menjadi kurang aktif. Padahal, dalam implementasi KTSP, siswa dituntut harus lebih aktif dalam proses pembelajaran supaya dapat memahami materi yang dipelajari.

Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran merupakan hal yang utama, akan tetapi keadaan di lapangan menunjukan hal yang berbeda. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh penulis di kelas X SMK Negeri 2 Bandung, metode yang paling dominan dalam proses belajar mengajar adalah metode ceramah yang bersifat teacher center, dengan guru sebagai pengendali dan


(11)

aktif menyampaikan informasi. Pada kebanyakan proses pembelajaran, posisi siswa adalah pasif dan hanya menerima informasi sehingga siswa tidak memiliki kebebasan berfikir dan siswa kurang menggali informasi yang diterimanya. Sebagai akibat dari keadaan tersebut, pada akhirnya kemampuan siswa untuk memahami materi sangat rendah.

Selama masa belajar, siswa diharuskan mampu menyelesaikan berbagai mata pelajaran dengan baik. Setiap mata pelajaran harus diselasaikan sampai mencapai batas ketuntasan belajar. Semua mata pelajaran akan dapat diselesaikan secara tuntas, jika siswa telah memiliki penguasaan pemahaman terhadap dasar-dasar keilmuan yang akan dipelajari berikutnya. Salah satu mata pelajaran yang diperlukan dalam mencapai ketuntasan belajar siswa dan dapat menunjang jenis pengetahuan lainnya adalah mata pelajaran DKKTM. Oleh karena itu, mata pelajaran DKKTM diberikan mulai dari tingkat pertama, guna memberikan dasar-dasar pemahaman keilmuan untuk mempelajari keilmuan selanjutnya.

Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan suatu model pembelajaran kelompok atau pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok umtuk menyelesaikan dan memecahkan masalah secara bersama.

Ada lima model pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan dan diteliti secara luas, yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw I, Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan Team Assisted Individualization (TAI). Dari


(12)

berbagai jenis model pembelajaran tersebut dipilih model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pembelajaran yang mempunyai strategi pembelajaran bimbingan antar teman (Suyitno, 2002: 36). Dalam pembelajaran ini siswa diberi tugas-tugas akademik untuk dikerjakan secara kelompok, sehingga dapat menghantarkan siswa memahami konsep yang abstrak menjadi konsep nyata. Melalui penerapan pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar memahami materi secara mandiri, tidak hanya menerima mendengar dan mengingat saja tapi dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi ilmiah, dilatih menjelaskan hasil temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah. Selain itu diharapkan minat siswa dalam mempelajari konsep-konsep akan meningkat yang pada akhirnya pemahaman siswa juga meningkat, sehingga hasil belajar pun tercapai lebih optimal.

Dengan didasari hal-hal yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba untuk mengetahui “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil belajar siswa smk?” Adapun judul yang penelitian yang penulis lakukan yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization untuk meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Diklat DKKTM.”


(13)

B. Identifikasi Masalah

Untuk memperjelas permasalahan dalam hubungannya dengan situasi tertentu, maka perlu dilakukannya identifikasi masalah. Untuk mempermudah penelitian dalam pengenalan masalah, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam beberapa aspek berikut ini:

1. Hasil belajar siswa kelas X TGM SMK Negeri 2 Kota Bandung yang masih di bawah nilai kriteria kelulusan minimum ≥ 70.

2. Guru hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah dan tanya jawab. 3. Penerapan dan pemanfaatan metode pembelajaran lain jarang dilakukan. 4. Kurangnya aktivitas pembelajaran siswa seperti bertanya, menjawab,

menulis, mengerjakan contoh soal dan tugas yang hal ini akan berdampak pada kompetensi siswa dan hasil akhir yang akan diperoleh oleh siswa.

C. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;

1. Bagaimana peningkatan aktivitas Siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization?

2. Bagaimana peningkatan aktivitas Guru dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization?

3. Bagaimana peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization?


(14)

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah sangat penting dalam setiap penelitian, yaitu agar permasalahan yang ditinjau tidak terlalu luas dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Batasan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang akan dipakai adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

2. Materi pelajaran yang akan disampaikan adalah materi pelajaran DKKTM dengan kompetensi dasar mengenal komponen roda gigi.

3. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil akhir dari proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dengan tiga bentuk aspek yaitu kognitif (pada level pemahaman) yang diukur dari nilai atau skor yang diperoleh pada saat pre test dan post test, afektif (pada level merespon) yang diperoleh melalui observasi, psikomotor (pada level respon terbimbing) yang diperoleh melalui observasi.

4. Penelitian dilakukan di kelas XI TGM semester ganjil program keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012. Mengingat observasi awal dilakukan ketika siswa kelas XI tersebut masih di kelas X semester genap.


(15)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran umum mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) pada mata diklat DKKTM di SMK Negeri 2 Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui peningkatan Aktivitas siswa pada mata pelajaran DKKTM dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

2. Mengetahui peningkatan Aktivitas Guru pada mata pelajaran DKKTM dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran DKKTM dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan, serta keterampilan dalam menerapkan media pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar selanjutnya.

2. Bagi peserta didik, selain diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, juga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk lebih aktif


(16)

dan menambah keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat, ide, dan gagasan.

3. Bagi guru, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pembelajaran mata diklat DKKTM di SMK Negeri 2 Bandung ini diharapkan sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran, sehingga dapat memberikan pengajaran yang lebih baik kepada siswa serta dapat mengembangkan model Team Assisted Individualization (TAI) ini pada konsep yang lain.

4. Bagi sekolah, memberikan sumbangan dalam perbaikan proses pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya, dan perbaikan kualitas sekolah pada umumnya.

5. Bagi LPTK (UPI), penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi bagi pengembangan keilmuan khususnya pada jurusan pendidikan teknik mesin.

G. Definisi Istilah

1. Penerapan adalah suatu proses untuk menumbuhkan atau menerapkan sesuatu ke sesuatu.

2. Model Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang atau dikembangkan dengan menggunakan pola pembelajaran tertentu.

3. Metode Pembelajaran kooperatif adalah strategi/metode siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri atas empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen. (Lie (2004:28)).


(17)

4. Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam kelompok kecil yang heterogen, antara lain dalam hal nilai akademiknya dan diikuti dengan pemberian bantuan secara individu. Masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang siswa. Salah satu dari anggota kelompok sebagai seorang ketua yang bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization merupakan strategi pembelajaran kelompok yang berpusat pada siswa. Kunci model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization adalah penerapan bimbingan antar teman (Suyitno (2002: 36))

5. Hasil Belajar adalah nilai yang diperoleh setelah melalui tes evaluasi setelah proses belajar mengajar selesai dan dinyatakan dengan simbol angka.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.hasil yang telah dicapai anak didik yang menunjukkan kualitas keberhasilan belajarnya dalam proses pendidikan (Anni (2004: 4)).

6. Mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM) merupakan mata pelajaran produktif yang berfungsi untuk membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja yang sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). DKKTM merupakan mata pelajaran dasar yang mendukung program mata pelajaran lainnya yang berhubungan erat dengan pengetahuan dasar teknik mengenai pengetahuan komponen, fungsi, cara kerja dan perhitungan komponen. Adapun kompetensi dasar yang dipilih adalah mengenal komponen roda gigi yang mempresentasikan definisi, fungsi, prinsip kerja, jenis dan istilah pada bagian roda gigi.


(18)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan hasil penelitian. Sistematika penulisan penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut :

Bab I berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan tentang pembelajaran, teori model pembelajaran, teori, teori hasil belajar, karakteristik mata pelajaran DKKTM, hubungan DKKTM dengan Team Assisted Individualization, asumsi dasar, dan pertanyaan penelitian.

Bab III berisi mengenai langkah-langkah serta teknik yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dan beberapa teknik pengumpul data yang digunakan seperti wawancara, observasi, dan tes.

Bab IV berisi mengenai deskripsi data, analisis data, pembahasan, dan hasil penelitian.

Bab V berisi kesimpulan dan saran yang merupakan akhir dari keseluruhan laporan penelitian.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas XI program keahlian Teknik Gambar Manufaktur SMK Negeri 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012 dengan populasi 32 orang siswa, yang beralamat di Jalan Ciliwung No.4 Bandung. Fokus utama penelitian ini terletak pada aspek peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM) dengan kompetensi dasar mengenal komponen roda gigi melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berusaha mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pengajaran di kelas melalui perbaikan dan perubahan. Menurut Hopkins Rochiati (2005:12) mengemukakan bahwa, “PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan, dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan.”

Rapoport dalam Kunandar (2010:6) mengemukakan bahwa :

Penelitian tindakan kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.


(20)

PTK memiliki tahap-tahap penelitian yang terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga dianggap berdampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa, serta implementasi suatu program sekolah. Langkah menemukan masalah kemudian dilanjutkan dengan menganalisis masalah, merumuskan masalah, dan menentukan perencanaan PTK yang akan dilakukan.

Kunandar (2010:71) mengungkapkan bahwa, “Rencana PTK hendaknya

disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang reflektif”. Sejalan dengan itu, Sanjaya (2009:81) mengungkapkan bahwa, “…tahapan yang harus

dilakukan dalam proses perencanaan yakni refleksi awal, melaksanakan studi

pendahuluan, merenung pelaksanaan PTK”. Berdasarkan pendapat di atas, penulis

menyimpulkan bahwa pelaksanaan PTK harus diawali dengan mengumpulkan informasi baik itu melalui observasi awal, wawancara, maupun studi literatur untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan dan selanjutnya dibuat sebuah refleksi awal. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan pembelajaran tindakan, pengamatan, dan melakukan refleksi. Terdapat tiga prinsip mengapa melakukan PTK, yakni:

1. Adanya partisipasi dari peneliti maupun guru sendiri dalam suatu program atau kegiatan.

2. Adanya tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penelitian tindakan tersebut.

3. Adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(21)

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Secara sederhana, PTK dapat didefinisikan sebagai sebuah investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sebuah situasi pembelajaran. Kunandar (2010:45) mengungkapkan definisi Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut :

Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Selain itu PTK juga dapat diartikan sebagai salah satu strategi penyelesaian masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah. Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Kunandar (2010: 42) bahwa :

Penelitian Tindakan adalah suatu self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan didalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan.

Hopkins dalam Rochiati (2005:12) mengemukakan bahwa, „PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan, dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan‟. Dengan demikian berdasarkan definisi diatas

dapat dikemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah studi sistematis terhadap praktik pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau


(22)

meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu. Langkah pelaksanaan tindakan mencakup serangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection). Rangkaian pelaksanaan tersebut dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur (cyclical) yang digambarkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Depdikbud, 1999 : 6)

Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan proses serta hasil pengamatan tadi, biasanya muncul permasalahan baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang dan refleksi ulang. Demikian tahap-tahap kegiatan ini terus berulang sampai suatu permasalahan dianggap teratasi.

Revised Plan Plan

Action & Observe Reflect

Action & Observe Reflect

Revised Plan

Action & Observe Reflect


(23)

Keempat tahap dari suatu siklus dalam PTK dapat digambarkan dengan alur penelitian tindakan kelas, seperti ditunjukan dalam gambar 3.2.

Gambar 3.2 Alur dalam PTK

Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu atau dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga dianggap berdampak kurang baik terhadap proses dan hasil belajar siswa, serta implementasi suatu program sekolah. Kemudian setelah didapatkan permasalahan kemudian dilakukan analisi dan refleksi terhadap permasalahan yang ada untuk selanjutnya dilakukan suatu penelitian tindakan kelas. Adapun langkah utamanya yaitu terdiri dari Siklus II

Permasalahan Perencanaan I Pelaksanaan

Tindakan I

Refleksi I Analisis Data I Observasi I

Siklus I

Analisis Data II

Perencanaan II Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II Observasi II

Permasalahan Belum Terselesaikan

Permasalahan Belum Terselesaikan

Siklus Selanjutnya Siklus II


(24)

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi terhadap hasil pengamatan untuk selanjutnya dilakukan langkah-langkah perbaikan.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan kelas memiliki karakteristik (Depdikbud, 1999:9) yang diantaranya :

a. Penelitian Tindakan Kelas itu situasional, yaitu berkaitan dengan mendiagnosa masalah dalam konteks tertentu, misalnya di kelas dalam sekolah dan berupaya menyelesaikannya dalam konteks itu. Masalahnya diangkat dari praktek pembelajaran keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru dan atau siswanya. Kemudian diupayakan penyelesaiannya demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru, dan mutu sekolahnya, dengan jalan merefleksi diri, yaitu sebagai praktisi dalam pelaksanaan penuh keseharian tugas-tugasnya, sekaligus secara sistematik meneliti praksisnya sendiri.

b. Penelitian Tindakan Kelas itu merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa-siswanya, yaitu suatu satuan kerja sama dengan perspektif berbeda. Misalnya, bagi guru demi peningkatan mutu profesionalnya dan bagi siswa peningkatan prestasi belajarnya. Bisa juga antara guru dan kepala sekolah, kerja sama kolaboratif ini dengan sendirinya juga partisipatori, yaitu setiap anggota tim itu secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan PTK dari tahap awal sampai tahap akhir.

c. Penelitian Tindakan Kelas itu bersifat self-evaluatif, yaitu suatu kegiatan modifikasi praksis yang dilakukan secara kontinu, dievalusi dalam situasi yang terus berjalan, yang tujuan akhirnya ialah untuk peningkatan perbaikan dalam praktek nyatanya.

d. Penelitian Tindakan Kelas bersifat luwes dan menyesuaikan. Adanya penyesuaian itu menjadikannya suatu prosedur yang cocok untuk bekerja di kelas, yang memiliki banyak kendala-kendala yang melatar belakangi masalah di sekolah.

e. Penelitian Tindakan Kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik. Penelitian Tindakan Kelas menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara Penelitian Tindakan Kelas dan proses pembelajaran terus berjalan, informasi-informasi dikumpulkan, diolah, didiskusikan, dinilai dan guru bersama siswanya berbuat melakukan suatu tindakan. Perubahan kemajuan dicermati dari peristiwa-peristiwa, dari waktu ke waktu, bukan sekedar impresionistik-subjektif, melainkan dengan melakukan evaluasi formatif

f. Keketatan ilmiah Penelitian Tindakan Kelas memang agak longgar. Penelitian Tindakan Kelas merupakan antitesis dari desain penelitian eksperimental yang sebenarnya. Sifat sasarannya situasional-spesifik, tujuannya pemecahan masalah praktis. Oleh karena itu, temuan-temuannya


(25)

tidak dapat digeneralisasi secara umum. Kendali ubahan pada ubahan bebas, tidak ada. Namun dalam pengkajian permasalahannya, prosedur pengumpulan data dan pengolahannya, dilakukan secermat mungkin dengan keteguhan ilmiah.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus untuk mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Lebih rinci menurut Kunandar (2010: 63), tujuan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut :

a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa baik itu yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester maupun yang bersifat non akademis seperti motivasi, perhatian, aktivitas. b. Peningkatan kualitas praktek pembelajaran di kelas secara terus menerus

mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

c. Peningkatan relevansi pendidika, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran

d. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode yang baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yaang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.

f. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktek pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.

g. Meningkatkan sikap profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan. h. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah.


(26)

PTK dilaksanakan demi perbaikan dan/atau peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesional pendidikan yang diemban guru. Oleh karena itu, PTK merupakan salah satu cara strategis dalam memperbaiki dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks, dan/atau dalam peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan, dalam masyarakat yang sangat cepat berubah. Lebih jauh lagi menurut Kunandar (2010:68), manfaat dilaksanakannya PTK adalah sebagai berikut :

a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.

b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain (1) merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan pendekatan, metode, maupun model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik kelas; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan guru melakukan PTK maka guru telah melakukan implementasi kurikulum dalam tatana praktis yaitu bagaimana kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi, sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, serta menyenangkan.


(27)

C. Prosedur Penelitian

PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif, dengan beberapa kali tindakan perbaikan sehingga masalah dapat terselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dalam tiga siklus pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh pada tahap observasi awal, pada tahap ini peneliti merumuskan suatu tindakan yang akan dilakukan terutama mengenai apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang matang.

Adapun perencanaan yang dilakukan, yaitu:

a. Melakukan diskusi dengan guru DKKTM dan dosen pembimbing mengenai perencanaan penelitian yang akan dilakukan.

b. Menetapkan jumlah siklus, yaitu tiga siklus. Materi pada setiap siklus adalah sub pokok bahasan dari kompetensi dasar mengenal komponen roda gigi yang akan dilakukan satu kali pertemuan untuk setiap siklusnya. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat

kompetensi dasar mengenal komponen roda gigi. Materi yang akan dibahas oleh peneliti meliputi definisi, fungsi, prinsip kerja, jenis-jenis, dan istilah pada roda gigi.


(28)

d. Membuat lembar observasi, berupa:

1) Lembar observasi aktivitas guru, digunakan untuk melihat aktivitas guru selama proses belajar mengajar.

2) Lembar observasi aktivitas siswa, digunakan sebagai alat observasi untuk melihat perubahan tingkah laku setiap siswa pada proses belajar mengajar.

3) Lembar observasi catatan lapangan digunakan untuk mencatat kegiatan siswa dan guru pada proses belajar mengajar.

e. Mempersiapkan alat evaluasi berupa soal pre test maupun soal post-test. Post-test individu digunakan untuk melihat keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini terhadap hasil belajar siswa.

f. Mempersiapkan lembar judgement untuk instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Kegiatan yang menjadi pusat perhatian dalam PTK adalah tindakan yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Kunandar (2010:45) mengungkapkan bahwa “Tindakan adalah aktivitas yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses belajar mengajar”.


(29)

Adapun tahap pelaksanaan tindakan di kelas adalah sebagai berikut: a. Tindakan Pembelajaran Siklus I

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus pertama meliputi:

1) Menjelaskan teknik pembelajaran yang akan digunakan supaya siswa memperoleh gambaran pengalaman belajar yang akan dilakukannya selama proses pembelajaran.

2) Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan empat orang siswa dengan komposisi tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen).

3) Guru membahas materi pada pertemuan sebelumnya secara sekilas kemudian dilanjutkan dengan memberikan soal pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan.

4) Guru memberikan penjelasan materi yang bersifat umum. Pendalaman materi dilakukan siswa ketika belajar secara bersama dalam kelompok. 5) Melakukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan strategi

pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan modul yang berisi uraian mengenai definisi, fungsi, dan prinsip kerja roda gigi yang harus dibahas oleh setiap anggota kelompok. Selanjutnya setiap anggota kelompok membahas dan berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman yang paling tepat. Setiap anggota kelompok dituntut untuk


(30)

menguasai bahasan hasil diskusi. Posisi guru dalam kegiatan kelompok hanya sebagai fasilitator dan motivator.

6) Setelah selesai diskusi kelompok, guru memanggil secara random anggota kelompok secara bergantian untuk melaksanakan evaluasi kelompok. Guru memberikan pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap perwakilan kelompok. Selama evaluasi kelompok, anggota kelompok yang tidak terpanggil tidak boleh membantu menjawab. Guru memberikan poin untuk setiap jawaban yang benar sebagai penilaian untuk kelompok. Posisi guru dalam kegiatan evaluasi kelompok ini adalah sebagai fasilitator.

7) Setelah evaluasi kelompok selesai, guru menyampaikan penghargaan atas partisipasi siswa selama pembelajaran dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling berprestasi.

8) Guru mengevaluasi hasil belajar individu dengan memberikan soal post-test menyangkut materi roda gigi yang telah disampaikan. Post-post-test diberikan untuk melihat seberapa besar kemampuan siswa dalam menguasai materi setelah proses belajar mengajar.

b. Tindakan Pembelajaran Siklus II

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama dan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun untuk siklus kedua. Tahapan proses pembelajaran pada siklus II sama seperti siklus pertama, hanya materi saja yang diganti yaitu mengenai jenis dan klasifikasi roda gigi.


(31)

c. Tindakan Pembelajaran Siklus III

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus III ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II dan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun untuk siklus III. Tahapan proses pembelajaran pada siklus III sama seperti siklus II, hanya materi saja yang diganti yaitu mengenai istilah pada roda gigi

3. Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observe)

Langkah ketiga dalam prosedur pelaksanaan tindakan dalam PTK adalah melakukan pengamatan. Pengamatan, observasi atau monitoring ini dilakukan oleh observer. Depdikbud (1999:28) menyatakan bahwa,

…pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

Hal-hal yang diamati adalah pelaksanaan tindakan dan hasil tindakan tersebut. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Dengan demikian pengamatan tidak lain dari upaya untuk memantau pelaksanaan tindakan.

Kunandar (2010:98) mengungkapkan bahwa, “Dalam pengamatan atau observasi harus mengacu pada instrumen yang telah dibuat dan dimungkinkan

melibatkan pengamat dari luar”. Hasil pengamatan yang dilakukan observer menjadi masukan yang paling berharga ketika pelaksanaan tindakan berlangsung. Peneliti memperoleh data dari hasil pengamatan tersebut yang akan membantu untuk menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya dan juga data untuk penulisan laporan penelitian.


(32)

4. Tahap Refleksi (Reflection)

Tahap ini pada dasarnya merupakan kegiatan evaluasi, analisis, sintesis dan penjelasan terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan. Kegiatan ini sebagai proses mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi, sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan diantaranya dialog awal, perencanaan tindakan, observasi, refleksi semuanya merupakan proses yang terkait dan berkesinambungan. Refleksi ditujukan untuk penemuan bukti peningkatan hasil belajar mata pelajaran DKKTM siswa kelas XI SMKN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Siklus penelitian tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga dicapai hasil yang optimal. Data yang diperoleh hasil observasi selanjutnya didiskusikan antara guru dan peneliti untuk mengetahui:

a. Apakah tindakan yang dilakukan sesuai rencana.

b. Kemajuan yang dicapai siswa, terutama dalam hal hasil belajar siswa meliputi nilai ulangan harian.

Refleksi diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan hasil belajar siswa yang meliputi aspek afektif, kognitif dan Aktivitas. Dimana aspek afektif dapat dilihat dan ditinjau dari hal yang berkaitan dengan perasaaan emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek, sedangkan aspek kognitif dapat dilihat dan ditinjau dari hal yang berkaitan dengan kemampuan berfikir, dan aktivitas yang berkaitan dengan kemauan bertanya, menjawab, mengerjakan tugas/latihan.


(33)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes

Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan atau dengan kata lain untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan tes sebagaimana diungkapkan oleh Kunandar (2010: 186) sebagai berikut:

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keberadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau aspek psikologis di dalam dirinya. Aspek psikologis itu dapat berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi motorik, dan berbagai aspek kepribadian lainnya.

Tes terbagi menjadi 2 jenis yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang berbentuk uraian yang menuntut siswa untuk untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Secara teknis, tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran DKKTM dengan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Kunandar (2010:189) mengungkapkan keunggulan dari tes uraian yaitu: Keunggulan dari tes uraian adalah: (1) dapat mengukur aspek kognitif yang lebih tinggi; (2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa; (3) dapat melatih kemampuan berpikir yang teratur; (4) dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).


(34)

2. Wawancara

Hopkins dalam Kunandar (2010:157) mengungkapkan bahwa, „Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari

sudut pandang yang lain‟. Wawancara merupakan suatu bentuk interaksi tatap muka atau situasi peran antar pribadi mengenai masalah atau pengalaman tertentu responden. Dalam proses ini peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk mendapatkan jawaban yang berhubungan dengan masalah atau pertanyaan penelitian yang diajukan. Karena tidak semua informasi yang dicari atau yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui observasi maka sebagian dapat digali melalui wawancara. Dengan wawancara responden diharapkan dapat mengungkapkan perilaku yang terselubung yang tidak mungkin dipahami melalui observasi.

Wawancara dilakukan terhadap guru DKKTM yang berkenaan dengan pembelajaran kooperatif . Ketika menanyakan suatu pertanyaan, pewawancara menggunakan berbagai tehnik komunikasi dan cara bertanya. Seperti yang diungkapkan Patton dalam Holloway & Wheeler (1996) dengan membuat daftar jenis pertanyaan, seperti pertanyaan pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. Melalui wawancara ini diharapkan dapat memperoleh masukan untuk melengkapi dan memperkuat analisis data yang diperoleh melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Wawancara yang dilakukan terhadap guru meliputi: a Metode pembelajaran yang dipakai.

b Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.

c Pendapat tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).


(35)

d Kelebihan/keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

e Kekurangan/kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

f Upaya perbaikan atau penyempurnaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang telah dilaksanakan.

3. Lembar Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam mengamati perilaku interaktif seseorang dalam kelompok. Teknik ini banyak berguna untuk memahami fenomena, pola perilaku atau tindakan seseorang dalam melakukan aktivitasnya, mengamati perilaku atau interaksi kelompok secara alamiah. Kunandar (2010: 143) mengungkapkan bahwa

“Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data)

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”. E. Teknik Analisis Data

1. Data Hasil Tes

Tes dapat digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Data hasil tes berupa data kuantitatif yang berbentuk angka-angka diinterpretasikan dan dilihat peningkatannya. Untuk menginterpretasikan peningkatan hasil belajar dapat menggunakan Gain Ternormalisasi (N-Gain). Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor tes awal dan tes akhir) kurang dapat menjelaskan mana yang digolongkan gain tinggi dan mana yang digolongkan gain rendah. Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama. Hake (2002)


(36)

Awal Skor Maksimal Skor Awal Tes Skor Akhir Tes Skor Gain N    

mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain). Gain ternormalisasi (N-Gain) diformulasikan dalam bentuk persamaan seperti di bawah ini :

(Fynewever, 2008:917) Klasifikasi gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:

g ≥ 0,70 = Tinggi

0,30 ≤ g < 0,70 = Sedang g < 0,30 = Rendah

2. Data Hasil Observasi

a. Aktivitas siswa

Lembar observasi siswa digunakan sebagai alat observasi untuk melihat aktivitas siswa pada proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Data lembar observasi ini berupa data kualitatif, di mana data tersebut akan dipersentasekan dan diinterpretasikan. Rata-rata aktivitas siswa di dalam kelompok dapat dihitung dengan rumus: % 100   C B A Keterangan:

A = Prosentase aktivitas siswa (%)

B = Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelompok C = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas siswa di dalam kelompok

b. Aktivitas guru

Lembar observasi guru digunakan untuk melihat aktivitas guru pada proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team


(37)

Assisted Individualization (TAI). Prosentase aktivitas guru dapat dihitung dengan

rumus:  100% Z

Y X

Keterangan:

X = Prosentase aktivitas guru (%)

Y = Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan guru Z = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru

Persentase rata-rata aktivitas pada setiap jenis aktivitas yang dilakukan kemudian dianalisis sesuai dengan kategori yang ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Klasifikasi Aktivitas Persentase Kategori

≥ 80% 60% - 79% 40% - 59% 20% - 39% 0% - 19%

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(38)

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi awal dan wawancara yang dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 20 Februari 2011 pada proses pembelajaran DKKTM sebagai langkah pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terdapat di kelas XI TGM SMK Negeri 2 Bandung sebelum diadakan penelitian. Observasi dilakukan untuk melihat proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru mata pelajaran DKKTM. Pada proses pembelajaran DKKTM, guru menggunakan metode ceramah dan penugasan. Guru lebih banyak menjelaskan materi dan siswa mendengarkan informasi yang diperoleh dari guru, sehingga kegiatan pembelajaran cenderung masih didominasi oleh guru. Suasana kelas yang kurang adanya partisipasi siswa seperti ini menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari menjadi kurang optimal. Hal ini tergambar dari hasil post test siswa pada mata pelajaran DKKTM sebagai berikut :

Tabel 3.2

Hasil Post Test Siswa XI TGM pada Mata Pelajaran DKKTM

Rentang Nilai Post-test Kategori

90 - 100 0 A (Lulus Amat Baik)

80 - 89 0 B (Lulus Baik)

70 - 79 5 (15,6%) C (Lulus Cukup) < 70 27 (84,4%) D (Belum Lulus)

Jumlah 32 (100%)

Dari data tabel 3.2, dapat digambarkan bahwa siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 70 sebagai batas kelulusan yaitu 5 orang atau 15,6% dari jumlah keseluruhan siswa, sementara sisanya sebanyak 27 orang atau 84,4% belum lulus. Penulis selanjutnya melakukan wawancara dengan Bapak


(39)

Iwan Solihin selaku guru mata pelajaran DKKTM untuk memperoleh gambaran kegiatan pembelajaran di kelas. Wawancara dilakukan secara informal layaknya berbincang-bincang. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar metode pembelajaran yang biasanya dipakai, juga mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi awal dan wawancara dapat diperoleh gambaran sebagai berikut :

1. Dalam kegiatan pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah, penugasan, dan membuat rangkuman sehingga pembelajaran menjadi monoton dan didominasi oleh guru.

2. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran karena siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru.

3. Penyelesaian tugas-tugas yang diberikan oleh guru didominasi oleh siswa-siswa yang pandai.

4. Guru kurang berperan dalam membimbing dan memfasilitasi siswa selama proses pembelajaran.

5. Siswa jarang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide/gagasan selama pembelajaran berlangsung, yang mengakibatkan siswa kurang mempunyai keberanian dalam mengungkapkan pengetahuannya.

Berdasarkan gambaran dari hasil observasi awal di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang membuat siswa aktif. Maka dengan demikian peneliti merasakan perlu adanya suatu solusi untuk memperbaiki metode belajar mengajar yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.


(40)

Perbaikan yang disarankan oleh penulis antara lain :

1. Mencoba model pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih aktif.

2. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Model pembelajaran ini dipilih karena model pembelajaran ini dapat mengoptimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran dimana siswa dituntut aktif dan komunikatif serta bertanggung jawab secara individual terhadap tugas yang diberikan oleh guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran DKKTM.

Setelah dilakukan refleksi awal, maka dilaksanakan perencanaan penelitian tindakan kelas dengan tiga kali siklus pembelajaran. Adapun pokok bahasan yang disampaikan yaitu pokok bahasan roda gigi, yang terbagi kedalam tiga siklus, antara lain : (1) siklus I mengenai definisi, fungsi, dan prinsip kerja roda gigi; (2) siklus II mengenai jenis dan klasifikasi roda gigi; (3) siklus III mengenai istilah pada roda gigi.

1. Pengembangan Rencana Pembelajaran a. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus I 1) Perencanaan

Pada tahap ini, penulis membuat perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus pertama. Adapun rencana yang dibuat adalah keseluruhan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan meningkatkan


(41)

aktivitas dan hasil belajar siswa. Tahapan perencanaan tindakan pada siklus ini meliputi :

1) Rencana tindakan untuk siklus I ini berupa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai pengganti model pembelajaran model konvensional yang biasa diterapkan oleh guru.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus I pada kompetensi dasar Mengenal Komponen Roda Gigi dengan pokok bahasan definisi, fungsi, dan prinsip kerja roda gigi.

3) Mempersiapkan media untuk mendukung pembelajaran siklus I.

4) Membuat lembar observasi untuk siklus I yang terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar evaluasi yang terdiri dari lembar soal pre-test dan lembar soal post-test.

6) Membuat lembar judgement untuk instrumen tes penelitian.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25 Oktober 2011 pukul 13.00 – 14.30 dengan jumlah siswa yang hadir 32 orang siswa (hadir semua). Pembelajaran pada siklus I ini membahas materi tentang definisi, fungsi, dan prinsip kerja roda gigi. Pada kegiatan pembelajaran siklus I ini guru diamati oleh lima orang observer.


(42)

Kegiatan diawali dengan Guru dan Peneliti serta Observer memasuki ruang kelas dengan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian guru duduk. Setelah berdoa, guru mengabsen siswa dengan memanggil satu persatu nama siswa dari daftar hadir. Dan membuka kelas dengan pengenalan dan pengulangan sekilas mengenai materi yang telah diajarkan sebelumnya yaitu mengenai kopling gesek Setelah mengulas materi pembelajaran sebelumnya, guru mencoba memotivasi siswa agar dapat belajar dengan sungguh-sungguh pada hari itu. Setelah itu guru mempercayakan kepada Peneliti untuk mengabil alih kelas, kemudian peneliti sebagai guru menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang merupakan model pembelajaran baru bagi mereka. Melalui penjelasan tersebut diharapkan siswa menjadi paham mengenai teknis dan tujuan penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) ini.

Setelah para siswa dirasakan paham mengenai model pembelajaran yang digunakan, kemudian guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa yang berbeda dalam kemampuan akademisnya, dalam hal ini pembagian siswa dilakukan berdasarkan post test yang telah diberikan Bapak Iwan Solihin sebelum peneliti melakukan penelitian. Ketika pembagian kelompok berlangsung, suasana menjadi tidak kondusif. Siswa sibuk mengomentari rekan-rekan dalam kelompoknya. Beberapa siswa mengusulkan agar pembagian kelompok dilakukan oleh siswa sendiri, namun guru


(43)

menginformasikan bahwa jika pembagian kelompok dilakukan oleh siswa sendiri maka kelompok yang terbentuk cenderung tidak merata dalam kemampuan akademisnya. Suasana bertambah gaduh ketika guru menginformasikan akan dilaksanakan test. Setelah suasana kembali kondusif, guru memberikan pre-test yang harus diselesaikan oleh setiap siswa. Pada saat pelaksanaan pre-pre-test banyak siswa yang berusaha mencontek karena kebingungan menjawab soal. Guru mengingatkan siswa untuk bekerja sendiri sesuai kemampuan. Setelah waktu pelaksanaan pre-test habis, siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Guru kemudian mengkondisikan siswa kembali karena pada saat pengumpulan lembar pre-test siswa kembali gaduh.

Pada tahapan selanjutnya, guru menjelaskan secara garis besar materi yang akan diajarkan yaitu tentang definisi, fungsi, dan prinsip kerja roda gigi. Pada saat guru menjelaskan, terlihat hanya beberapa siswa yang mencatat. Meskipun tidak mencatat penjelasan secara umum yang diberikan oleh guru, namun siswa terlihat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi kelompok.

Guru membagikan modul yang berisi bahasan dan soal latihan serta memberikan penugasan kepada setiap siswa untuk mempelajari bahasan yang terdapat pada modul, sehingga setiap kelompok terdapat 4 modul dan 1 lembar soal latihan dengan maksud supaya siswa bisa konsentrasi belajar dengan modulnya masing-masing dan ikut bekerjasama saling memberi masukan dalam mengerjakan soal. Meskipun pada awal pembelajaran guru telah mendorong siswa untuk aktif belajar dan bertanya sehingga tercipta suasana diskusi yang baik,


(44)

namun masih ada siswa yang belum paham sehingga guru harus menjelaskan kembali teknis pelaksanaan diskusi kelompok. Setelah siswa paham, diskusi kelompok pun berlangsung. Selama diskusi berlangsung, guru berkeliling untuk membimbing pelaksanaan diskusi.

Setelah diskusi kelompok selesai, Guru kemudian memberitahukan bahwa selanjutnya akan diadakan tes kelompok dimana guru akan memanggil satu siswa secara acak dari setiap kelompok untuk tahap tes kelompok. Guru menginformasikan untuk setiap jawaban yang tepat akan diberikan poin untuk kelompoknya, dan kelompok yang terbaik akan mendapat penghargaan.

Kegiatan tes kelompok berakhir pukul 13.50 WIB. Guru kemudian mengumumkan tiga kelompok terbaik hari itu. Kelompok super team jatuh kepada kelompok E, kelompok great team jatuh kepada kelompok D, dan kelompok good team jatuh kepada kelompok C. Kepada semua kelompok terbaik hari itu guru memberikan penghargaan berupa piagam dan kenang-kenangan. Melalui pemberian penghargaan ini diharapkan dapat membuat siswa menjadi semakin termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Kemudian guru menjelaskan materi yang diberikan dengan maksud untuk memperkuat pengetahuan yang diperoleh siswa dan guru menginstruksikan kepada semua kelompok untuk menghentikan diskusi kelompok.

Tahap selanjutnya guru memberikan post-test/tes fakta untuk setiap siswa. Meskipun sudah terlihat lelah namun siswa tetap serius mengerjakan post-test. Seperti halnya pre-test, masih ada siswa yang mencoba bekerjasama bahkan ada


(45)

yag mencoba melihat modul. Guru kemudian menegur siswa tersebut dan memotivasi untuk berlaku jujur.

Sebelum mengakhiri kegiatan, guru mengulas kembali pelajaran yang telah diberikan serta memberikan informasi bahwa materi selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai jenis dan klasifikasi roda gigi. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan dan mempelajari bahan materi untuk pertemuan selanjutnya. Guru juga berpesan agar siswa membaca kembali materi yang baru saja dipelajari untuk lebih memahaminya. Setelah menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya, guru mengakhiri kegiatan pembelajaran pada siklus I. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama. Guru meninggalkan kelas bersama observer.

3) Refleksi

Hasil penelitian pada pembelajaran siklus I di atas menunjukkan bahwa tahap-tahap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam pokok bahasan definisi roda gigi ini belum berjalan secara maksimal, masih terdapat kekurangan yang menuntut adanya perbaikan pada pembelajaran tindakan berikutnya. Kekurangan-kekurangan yang dimaksud diantaranya :

1) Guru masih belum bisa mengkondisikan siswa pada awal pembelajaran. 2) Guru kurang memperhatikan kelompok yang pasif.

3) Adanya sebagian siswa maupun kelompok yang belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).


(46)

4) Kerjasama antar anggota kelompok masih belum maksimal.

5) Siswa belum menunjukkan tanggung jawab pribadinya untuk mengerjakan tugasnya.

6) Pelaksanaan pembelajaran melebihi alokasi waktu yang direncanakan. 7) Masih banyaknya siswa yang menyontek pada saat pelaksanaan tes.

Berdasarkan data di atas untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada siklus kedua dibuat perencanaan perbaikan sebagai berikut :

1) Guru harus lebih berusaha lagi untuk bisa menarik perhatian siswa pada awal pembelajaran, sehingga setelah siswa tertarik kegiatan dapat berjalan lebih tenang dan lebih kondusif.

2) Guru harus lebih intensif untuk membimbing kelompok-kelompok yang terlihat pasif.

3) Guru harus menjelaskan kembali aturan dan teknis pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ini sampai siswa benar-benar paham.

4) Guru harus lebih banyak memotivasi siswa pada saat pelaksanaan diskusi kelompok agar siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan diskusi. 5) Guru harus memberi sanksi pada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang

diberikan sesuai dengan nomor kepala.

6) Guru lebih memperhatikan alokasi waktu tiap-tiap tahapan pembelajaran. 7) Guru harus lebih ketat dan tegas pada saat pelaksanaan tes.


(47)

b. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II 1) Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini dilakukan berdasarkan refleksi pada siklus I. Adapun perencanaan untuk siklus ini adalah sebagai berikut :

1) Rencana tindakan untuk siklus II ini berupa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai pengganti model pembelajaran model konvensional yang biasa diterapkan oleh guru.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II pada kompetensi dasar Mengenal Komponen Roda Gigi dengan pokok bahasan jenis dan klasifikasi roda gigi.

3) Mempersiapkan media untuk mendukung pembelajaran siklus II.

4) Membuat lembar observasi untuk siklus II yang terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar evaluasi yang terdiri dari lembar soal pre-test dan lembar soal post-test.

6) Membuat lembar judgement untuk instrumen tes penelitian siklus II.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 1 Nopember pukul 13.00 – 14.30 WIB dengan jumlah siswa yang hadir 32 orang siswa. Pembelajaran pada siklus II membahas materi mengenai jenis dan klasifikasi


(48)

roda gigi. Pada saat pelaksanaan pembelajaran siklus II ini guru diamati oleh lima orang observer.

Guru memasuki ruang kelas dengan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian guru duduk. Setelah berdoa, guru mengabsen siswa dengan memanggil satu persatu nama siswa dari daftar hadir. Guru kemudian meminta siswa untuk mengkondisikan posisi duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Suasana sedikit gaduh karena siswa sibuk mencari teman sekelompoknya. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif namun tertib. Guru kemudian mencoba mengulas sedikit tentang materi sebelumnya yaitu mengenai definisi, fungsi, dan prinsip kerja roda gigi. Guru mencoba memberikan pertanyaan seputar materi roda gigi pada pertemuan sebelumnya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Awalnya siswa malu dan takut untuk menjawab, namun setelah mendapat iming-iming tambahan nilai siswa menjadi saling berebut untuk menjawab meskipun ada beberapa siswa yang menjawab dengan tidak tepat. Guru kemudian memberikan pujian dan penghargaan untuk siswa yang aktif dalam menjawab.

Tahapan selanjutnya guru memberikan soal pre-test kepada siswa. Soal pre- test berjumlah 5 butir soal dengan bentuk uraian. Sebelum siswa mulai mengerjakan soal pre-test, guru mengingatkan jika ada siswa yang menyontek atau bekerjasama maka akan dikurangi nilainya, dan strategi ini cukup berhasil. Siswa dengan tertib menyelesaikan soal pre-test meskipun banyak siswa yang terlihat kebingungan dalam menjawab soal test. Setelah selesai kegiatan


(49)

pre-test, guru langsung masuk dengan materi selanjutnya yaitu mengenai roda gigi miring. Guru kemudian menjelaskan secara garis besar mengenai jenis-jenis roda gigi. Secara keseluruhan penjelasan materi berjalan dengan baik. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan diskusi secara kelompok.

Sebelum dimulai kegiatan diskusi, guru menjelaskan kembali aturan dalam diskusi untuk mengantisipasi jika ada siswa yang lupa ataupun belum paham. Guru juga memotivasi siswa untuk selalu aktif dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Setelah siswa paham, kemudian guru membagikan modul yang berisi bahasan dan soal latihan serta memberikan penugasan kepada setiap siswa untuk mempelajari bahasan yang terdapat pada modul, sehingga setiap kelompok terdapat 4 modul dan 1 lembar soal latihan dengan maksud supaya siswa bisa konsentrasi belajar dengan modulnya masing-masing dan ikut bekerjasama saling memberi masukan dalam mengerjakan soal. Meskipun pada awal pembelajaran guru telah mendorong siswa untuk aktif belajar dan bertanya sehingga tercipta suasana diskusi yang baik, namun masih ada siswa yang belum paham sehingga guru harus menjelaskan kembali teknis pelaksanaan diskusi kelompok. Setelah siswa paham, diskusi kelompok pun berlangsung. Selama diskusi berlangsung, guru berkeliling untuk membimbing pelaksanaan diskusi.

Setelah diskusi kelompok selesai, Guru kemudian memberitahukan bahwa selanjutnya akan diadakan tes kelompok dimana guru akan memanggil satu siswa secara acak dari setiap kelompok untuk tahap tes kelompok. Guru menginformasikan untuk setiap jawaban yang tepat akan diberikan poin untuk kelompoknya, dan kelompok yang terbaik akan mendapat penghargaan.


(50)

Kegiatan tes kelompok berakhir pukul 13.50 WIB. Guru kemudian mengumumkan tiga kelompok terbaik hari itu. Kelompok super team jatuh kepada kelompok C, kelompok great team jatuh kepada kelompok A, dan kelompok good team jatuh kepada kelompok E. Kepada semua kelompok terbaik hari itu guru memberikan penghargaan berupa piagam dan kenang-kenangan. Melalui pemberian penghargaan ini diharapkan dapat membuat siswa menjadi semakin termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Kemudian guru menjelaskan materi yang diberikan dengan maksud untuk memperkuat pengetahuan yang diperoleh siswa dan guru menginstruksikan kepada semua kelompok untuk menghentikan diskusi kelompok.

Tahap selanjutnya guru memberikan post-test/tes fakta untuk setiap siswa. Meskipun sudah terlihat lelah namun siswa tetap serius mengerjakan post-test. Seperti halnya pre-test, masih ada siswa yang mencoba bekerjasama bahkan ada yag mencoba melihat modul. Guru kemudian menegur siswa tersebut dan memotivasi untuk berlaku jujur.

Sebelum mengakhiri kegiatan, guru mengulas kembali pelajaran yang telah diberikan serta memberikan informasi bahwa materi selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai jenis dan klasifikasi roda gigi. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan dan mempelajari bahan materi untuk pertemuan selanjutnya. Guru juga berpesan agar siswa membaca kembali materi yang baru saja dipelajari untuk lebih memahaminya. Setelah menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya, guru mengakhiri kegiatan pembelajaran pada siklus I. Guru


(51)

meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama. Guru meninggalkan kelas bersama observer.

3) Refleksi

Setelah melakukan pembelajaran tindakan dan diobservasi, penulis melakukan refleksi untuk menilai seberapa jauh keberhasilan dari pembelajaran pada siklus II ini. Hal-hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut :

1) Suasana pembelajaran sudah mengarah pada pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 2) Dalam diskusi kelompok, siswa sudah menunjukkan kerja sama dalam

pembahasan materi meskipun belum maksimal.

3) Masing-masing anggota kelompok sudah menunjukkan tanggung jawabnya dengan menjelaskan bahasan yang diberikan sesuai dengan nomor kepalanya.

4) Sebagian besar siswa mulai termotivasi untuk bertanya maupun menanggapi penjelasan baik itu dari guru maupun teman sekelompoknya. 5) Aktivitas siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan

pada pembelajaran siklus I.

6) Hasil belajar siklus II mengalami peningkatan dibanding siklus I.

7) Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.


(52)

Pada umumnya proses pembelajaran sudah menunjukkan adanya perbaikan dan berhasil menciptakan suatu kondisi sedemikian rupa sehingga terjadi peningkatan aktivitas maupun hasil belajarnya. Namun begitu, ada beberapa hal dalam pembelajaran yang harus diperhatikan agar aktivitas dan hasil belajar siswa semakin meningkat, diantaranya :

1) Suasana pembelajaran yang telah terbentuk harus dipertahankan.

2) Guru harus dapat mengulang kembali materi sebelumnya agar ada penguatan pemahaman terhadap materi yang baru diterima, sehingga pemahaman dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat lebih meningkat lagi.

3) Guru harus terus memberi bimbingan kepada tiap kelompok agar setiap siswa di dalam kelompok merasa diperhatikan dan memunculkan semangat dalam belajar sehingga diskusi kelompok menjadi lebih hidup. 4) Guru harus memberikan lebih banyak motivasi kepada siswa untuk lebih

aktif tidak hanya aktif dalam bertanya dan menanggapi namun dalam hal mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan yang diutarakan guru ataupun rekan sekelompoknya.

5) Guru harus terus memberikan apresiasi/pujian kepada siswa atau kelompok yang telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, sebagai salah satu bukti nyata memotivasi siswa. Hal ini dilakukan agar kelompok lain dapat terpicu motivasinya sehingga pada petemuan berikutnya mereka dapat lebih aktif dan antusias lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.


(53)

c. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III 1) Perencanaan

Perencanaan pada siklus III ini dilakukan berdasarkan refleksi yang dilakukan pada pembelajaran siklus II. Adapun perencanaan untuk siklus III ini adalah sebagai berikut :

1) Rencana tindakan untuk siklus III ini berupa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai pengganti model pembelajaran model konvensional yang biasa diterapkan oleh guru.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus III pada kompetensi dasar Mengenal Komponen Roda Gigi dengan pokok bahasan istilah pada roda gigi.

3) Mempersiapkan media untuk mendukung pembelajaran siklus III.

4) Membuat lembar observasi untuk siklus III yang terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung.

5) Membuat lembar evaluasi yang terdiri dari lembar soal pre-test dan lembar soal post-test.

6) Membuat lembar judgement untuk instrumen tes penelitian siklus III.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran siklus III dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 Nopember 2011 pukul 13.00-14.30 WIB dengan jumlah siswa yang hadir 32 orang siswa.


(54)

Pembelajaran pada siklus III membahas materi mengenai istilah pada roda gigi. Pada saat pelaksanaan siklus III ini guru diamati oleh lima orang observer.

Tepat pukul 13.00 WIB guru memasuki ruang kelas sambil mengucapkan salam. Tanpa diminta ternyata siswa sudah mengkodisikan posisi duduk seperti dua pertemuan sebelumnya, meskipun ada siswa yang kebingungan mencari teman sekelompoknya. Setelah semua siswa menempati posisi duduk berkelompok, guru menanyakan kabar siswa dan kesiapan untuk mengikuti proses pembelajaran pada hari itu. Semua siswa terlihat bersemangat dan siap untuk memulai pembelajaran. Untuk pengabsenan guru tidak lagi memanggil satu persatu nama siswa namun dengan menanyakan apakah ada anggota kelompok yang tidak datang.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan pemberian motivasi oleh guru agar siswa bisa aktif baik itu dalam mencatat, bertanya, menjawab, mendengar, ataupun dalam melakukan presentasi. Setelah pemberian motivasi selesai kemudian guru mengulas sedikit materi pada pertemuan selanjutnya yaitu mengenai jenis dan klasifikasi roda gigi. Guru kemudian menanyakan apakah ada yang belum mengerti mengenai materi pembelajaran sebelumnya, namun tidak ada siswa yang menjawab. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran sebelumnya. Ternyata responnya cukup baik, beberapa siswa bergantian memberikan jawaban dari pertanyaan yang guru ajukan. Guru mengapresiasi keberanian siswa dalam menjawab dengan memberikan pujian. Sebelum guru melanjutkan dengan materi yang baru, seperti halnya pada dua pertemuan sebelumnya guru memberikan pre-test untuk


(1)

Wawancara yang dilakukan terhadap guru meliputi: 1. Metode pembelajaran yang dipakai.

2. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.

3. Pendapat tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

4. Kelebihan/keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

5. Kekurangan/kelemahan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6. Upaya perbaikan atau penyempurnaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) yang telah dilaksanakan.

c. Lembar Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring data berupa aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar (KBM), interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, metode pembelajaran, partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan keberhasilan pembelajaran. Sebelum digunakan, pedoman observasi ini telah dikonsultasikan pada pembimbing dan mendapat persetujuan untuk digunakan dalam penelitian.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe TAI (Team Assisted Indvidualization) di kelas XI TGM program studi Teknik Gambar Manufaktur SMKN 2 Bandung tahun ajaran 2011/2012, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe TAI (Team Assisted Indvidualization) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe TAI (Team Assisted Indvidualization) dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru. 3. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe TAI (Team

Assisted Indvidualization) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran

Beberapa saran hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Agar hasil belajar yang diperoleh terus meningkat dan baik, maka dalam pelaksanaan pembelajaran siswa tidak harus selalu dibawa dalam suasana belajar yang kaku dan terlalu formal, tetapi pembelajaran akan lebih efektif jika siswa dibawa ke dalam suasana belajar yang menyenangkan seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe TAI (Team Assisted Indvidualization).

2. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe TAI (Team Assisted Indvidualization) dapat dijadikan


(3)

alternatif pembelajaran yang perlu dipertimbangkan oleh guru untuk dipergunakan, karena model ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa maupun hasil belajarnya.

3. Bagi pendidik yang hendak menerapkan model pembelajaran ini, hendaknya menganalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya terutama dalam hal alokasi waktu, materi, maupun karakteristik siswanya. 4. Sekolah sebagai lembaga pendidikan agar dapat menunjang penerapan

model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe TAI (Team Assisted Indvidualization), serta dapat menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh guru maupun siswa sehingga dapat memaksimalkan proses pembelajaran.

5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meninjau permasalahan ini dari faktor-faktor lain yang belum tersentuh oleh penulis, diantaranya faktor fisik, faktor sosial, maupun faktor situasional.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Chatarina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang : UPT MKK UNNES. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : P.T.

Rineka Cipta.

Fynewever, Herb. 2008. A comparison of Effectiveness of Web-based and

paper-based Homework for General Chemistry. [Online] Tersedia:

herb.fynewever@wmich.edu.[20 Februari 2011]

Hake, R. Richard. 2002. Relationship of individual Student Normalized Learning Gains in Mathematics with Gender, High School, Physics, and Pre Test Scores in Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. Tersedia: http:/www.physics.indiana.edu/~hake>. [5 Januari 2011].

Hamalik, Omar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2002. Mengajar Azas Metode dan Teknik. Bandung: Pustaka

Karya.

Holloway, I & Wheeler, S. 1996. Qualitative research for nurses. London: Blackwell Science.

Ibrahim, Muslimin. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA University Press.

Karli, H dan Yuliariatiningsih, M.S. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Jilid 2. Jakarta: Bina Media Informasi.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo.

Mulyani. 2006. Komparasi Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diberi Tugas Individu Dengan Tugas Kelompok Dalam Pembelajaran Kooperatif TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Kelas X Pokok Bahasan Hidrokarbon. Skripsi.

Natsir, M. 1997. Strategi Penggunaan Model Pembelajaran Novick untuk Meningkatkan Keaktifan dan Pemahaman Siswa tentang Listrik pada Pembelajaran IPA di SD. Tesis Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

Priambodo, Miko. 2006. Penerapan Model Cooperative Learning Strategies (CLS) STAD Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika di SMA PGRI 2 Sindang Indramayu. Skripsi pada

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Rochiati, W. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: P.T Remaja

Rosdakarya.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada Media.

Sardiman, 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.

Slameto. 1995. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning. Massachusets : Allyn and Bacon. Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek.

Bandung: Nusa Media.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suyitno, Amin. 2002. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang : Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Suyitno, Amin. 2006. Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penyusunan Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Suyitno, Amin. 2006. Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. Jakarta: Pustaka Publisher.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Wiraatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.


(6)

. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah - Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Departemen Pendidikan Nasional.

. 2006. Petunjuk Pengisian Buku Laporan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

0 6 88

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK STRIP PADA MATA DIKLAT STENOGRAFI KELAS XI JURUSAN

1 12 135

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

0 2 16

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Peningkatan Kreativitas Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa K

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Assisted Individualization) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN DI SMK PU NEGERI BANDUNG.

0 1 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KEBEBASAN BERORGANISASI.

0 0 4

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 1 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA BELAJAR BAHASA INGGRIS - Repository Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

0 1 7