UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR), yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas.1

Munculnya istilah “classroom action research” sebenarnya berawal dari istilah
“action research” atau penelitian tindakan. Secara umum, “action research”
digunakan untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi seseorang
dalam tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya.2
Istilah “action research” sangat dikenal dalam penelitian pendidikan,
bahkan sudah merupakan penelitian tersendiri. Untuk membedakannya dengan
“action research” dalam bidang lain, para peneliti pendidikan sering
menggunakan istilah “classroom action research” atau “classroom research”.
Kegiatan lebih diarahkan pada pemecahan masalah pembelajaran melalui
penerapan langsung di mana saja guru melaksanakan tugas pembelajaran.3
Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan siklustis yang bersifat
menyeluruh yang terdiri dari analisis, penemuan fakta, konseptualisasi,


1

Trianto, Panduan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori &
Praktik. (Jakarta : Prestasi Pustakaraya, 2011), hal.13
2
Masnur Muslih, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu Mudah, (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2012), hal. 6
3
Ibid, hal. 7

59

60

perencanaan, pelaksanaan dan penemuan fakta tambahan serta evaluasi.4
Menurut Suharsimi Arikunto pada PTK terdiri dari tiga kata yaitu Penelitian,
Tindakan, dan Kelas. Ketiga kata tersebut memiliki makna sebagai berikut :5
1. Penelitian : menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek sama
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan

mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan : menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.
3. Kelas : dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam dunia
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama , menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.6
Dari ketiga pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan PTK adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan
belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersamaan. Penelitian jenis ini dirasa sangat cocok digunakan, karena
penelitian ini difokuskan pada permasalahan pembelajaran yang timbul dalam

4

Iskandar Agung, Panduan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru. (Jakarta : PT Bestari
Buana Murni, 2012), hal. 65
5

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012),
hal.2
6
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas; Buku Wajib Bagi Para Pendidik.
(Jogjakarta: Diva Press, 2011), hal. 18

61

kelas, selain itu penelitian ini juga berguna untuk memperbaiki pembelajaran
dan meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih efektif.
Dalam PTK ini memiliki beberapa ruang lingkup yang mencangkup
komponen komponen seperti berikut :7 siswa, guru, materi pelajaran, peralatan
pelajaran

dan/atau

sarana

prasarana


pendidikan,

hasil

pembelajaran,

pengelolaan (manajemen) dan lingkungan. Sementara itu Departemen
Pendidikan Nasional, mengklasifikasikan ruang lingkup bidang kajian
penelitian tindakan yaitu :
1. Masalah belajar siswa disekolah, termasuk didalam tema ini antara lain :
masalah belajar dikelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi.
2. Desain dan strategi pembelajaran dikelas.
3. Alat bantu, media dan sumber belajar.
4. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.8
Dalam setiap penelitian yang dilakukan pastilah memiliki tujuan, termasuk
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara umum tujuan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut :9
1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas
pembelajaran.
2. Meningkatkan


layanan

professional

dalam

konteks

pembelajaran,

khususnya layanan kepada peserta didik sehingga terjadi layanan prima.

7

Jasa Ungguh Muliawan, Penelitian Tindakan Kelas: Classroom Action Researc
(Yogyakarta: Gava Media, 2010), hal. 2
8
Trianto, Panduan Penelitian …, hal.17
9

Tukiran Taniredja, et. all., Penelitian Tindakan Kelas : Untuk Pengembangan Profesi
Guru Praktik, Praktis, dan Mudah, (Bandung : Alfabeta, 2012), hal. 20

62

3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan
tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan
sasarannya.
4. Memberikan kesempatan kepada guru melakukan pengkajian secara
bertahap terhadap kegiatan pebelajaran yang dilakukan sehingga tercipta
perbaikan yang berkesinambungan.
5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur
terhadap pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis penelitian yang
berupaya memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru yang berkaitan
dengan proses pembelajaran dikelasnya sendiri PTK memiliki karakteristik
sebagai berikut :10
1. Masalah dalam PTK muncul dari kesadaran diri guru sendiri bukan dari
orang lain. Guru berfikir bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam
pembelajatan yang dilakukan selama ini.

2. Mengumpulkan data dari praktek sendiri melalui refleksi diri.
3. Dilakukan dikelas dan fokusnya pada kegiatan pembelajaran yang berupa
interaksi perilaku guru dan siswa.
4. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus selama kegiatan
penelitian, sehingga terdapat siklus yang sistematis.

10

Tatang Yuli Eko Siswono, Mengajar dan Meneliti : Panduan Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru dan Calon Guru. (Surabaya : Unesa University Press, 2008), hal. 5

63

Sementara para ahli menyimpulkan terdapat 7 (tujuh) karakter yang
dimiliki oleh PTK, yaitu :11
1. Merupakan salah satu bagian dari strategi penelitian kualitatif
2. Bersifat siklus dan sikuensial
3. Bersifat longitudinal (berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara
kontinu untuk memperoleh data yang diperlukan)
4. Bersifat partikular-spesifik (tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi

penemuan dalam rangka merumuskan dalil, teori atau hipotesis yang
berlaku untuk semua situasi)
5. Bersifat partisipatoris (tidak hanya diarahkan pada upaya perubahan cara
belajar siswa, tetapi juga guru harus terjadi perubahan ke arah yang lebih
baik)
6. Bersifat kolaboratif dan kooperatif (selalu terjadi kerjasama antar guru
atau antar peneliti, atau antar peneliti dengan pihak lain)
7. Bertujuan merubah keadaan nyata sehari-hari dikelas.
Dilihat dari ruang lingkup, tujuan, metode dan praktiknya, “classroom
action research” dapat dianggap sebagai penelitian ilmiah mikro yang bersifat

partisipatif dan kolaboratif. Dikatakan bersifat partisipatif karena “classroom
action research” dilakukan sendiri oleh peneliti mulai dari penentuan topik,

perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporannya.
Dikatakan kolaboratif karena pelaksanaan “classroom action research”

11

Trianto, Panduan Penelitian…, hal. 21


64

(khususnya dalam pengamatannya) juga dapat melibatkan teman sejawat.12
Menurut Hamzah B. Uno, dkk sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat
partisipatif dan kolaboratif, penelitian tindakan kelas biasanya dilakukan
sendiri oleh yang berkepentingan, yaitu si peneliti, dan diamati bersama rekanrekannya.13
PTK yang digunakan pada penelitian ini adalah PTK partisipan, artinya
suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan jika peneliti terlibat lansung
di dalam penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa
laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian senantiasa terlibat,
selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu
menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.14
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana dalam
setiap siklusnya harus melalui empat tahapan PTK, yaitu (1) Perencanaan
(Planning), (2) Pelaksanaaan Tindakan (Acting), (3)Pengamatan (Observing),
(4) Refleksi (Reflecting). Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur
untuk membentuk sebuah siklus.15
Adapun rincian kegiatan pada setiap siklusnya diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah :

Masnur Muslih, Melaksanakan PTK …, hal. 7
Hamzah B. Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK Yang Profesional, (Jakarta : Bujmu Aksara,
2011), hal.62
14
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kela s, (Bandung : Yrama Media,2009), cet 5. hal. 20
15
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. (Bandung : PT.
Refika Aditama, 2010), hal. 271
12

13

65

a. Mengadakan pertemuan, peneliti tindakan dan pengamat berdiskusi
tentang persiapan penelitian.
b. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi
aktivitas siswa, angket respon siswa, soal tes, pedoman wawancara,

dan catatan lapangan.
c. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
d. Menyiapkan peralatan untuk pengambilan data.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti berperan sebagai guru
mata pelajaran Akidah Akhlak kelas III MI Darul Huda Pojok Ngantru
Tulungagung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
3. Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini dalakukan observasi aktivitas guru, observasi aktivitas
siswa.
4. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap refleksi, semua data yang telah diperoleh kemudian
dianalisis.

Hasil

analisis

kemudian

digunakan

untuk

merefleksi

pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut, hasil refleksi kemudian
digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Alur
siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat dilukiskan dalam skema
berikut :16

16

E. Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 73

66

Gambar 3.1 : Skema PTK Model Kemmis dan McTaggart

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pelaksanaan

Pengamatan
?

B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di MI Darul Huda Pojok
Ngantru Tulungagung. Penelitian ini dilaksanakan di MI Darul Huda Pojok
Ngantru Tulungagung pada siswa kelas III dengan jumlah siswa 23 (siswa lakilaki 8 dan siswa perempuan 15), tahun ajaran 2014/2015. Lokasi ini dipilih
sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan pembelajaran Akidah Akhak kelas III belum pernah
diterapkan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada
BAB X (Akhlak Tercela 2) yang dapat membuat siswa lebih semangat
belajar.

67

2. Pembelajaran Akidah Akhak yang dilakukan selama ini lebih kearah
teacher centered (guru lebih aktif) karena siswa kurang memperhatikan

dan kurang memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan oleh
guru.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhak kelas III, pendekatan
yang diterapkankan belum bisa berjalan dengan baik sehingga kemampuan
anak dalam memahami materi masih kurang dan akhirnya berakibat pada
nilai yang kurang memuaskan untuk mata pelajaran Akidah Akhak.
Dalam Penelitian ini yang menjadi Subjek Penelitian adalah peserta didik
kelas III MI Darul Huda Pojok Ngantru Tulungagung, semester II tahun ajaran
2014/2015, pemilihan siswa kelas III karena kelas III merupakan tahapan
perkembangan berfikir konkrit, rasa ingin tahu yang tinggi, dan anak juga
memiliki minat belajar yang tinggi. Dan dalam hal ini mereka membutuhkan
model pembelajaran yang mampu meningkatkan semangat belajar yang tinggi
pula, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat. Alasan lain
dipilihnya kelas III karena dalam proses pembelajaran di kelas III masih
berpusat pada guru, gurulah yang berperan aktif dalam proses pembelajaran
dan siswa hanya pasif, menerima apa yang diberikan oleh guru. Diharapkan
dengan adanya penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

68

C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah sebuah teknik yang sistematis dan
terstruktur untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :
1. Tes
Tes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengukur suatu kemampuan.17 Pendapat lain menyatakan bahwa tes adalah
suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang,
dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.18 Tes juga merupakan
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.19
Terdapat tiga hal yang penting dalam pengertian tes. Pertama, tes
adalah sebuah alat pengukuran. Kedua, tes (tesing) adalah bagian dari
kegiatan pengukuran (measurement). Ketiga tes adalah alat untuk mengukur
sampel pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki seseorang. 20 Tes
pengukuran keberhasilan adalah tes yang terdiri atas item-item yang secara
langsung mengukur tingkah laku yang harus dicapai oleh suatu proses

17

Anin, dkk, Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa Arab. (Malang: Misykat, 2006), hal. 6
Sulistyorini, Evaluasi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pendidika n. (Yogyakarta :
Teras, 2009), hal. 86
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010), hal. 193
20
Anin,dkk, Evaluasi dalam Pembelajaran..., hal. 6
18

69

pembelajaran.21 Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan
data dimana dalam memberikan respons atas pertanyaan dalam instrumen,
peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Peserta tes
diminta untuk mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya dalam
memberikan respons atas pertanyaan dalam tes.22
Tes dapat diklasifikasikan menurut tujuannya, yakni menurut aspekaspek yang ingin diukur terdapat tes prestasi dan tes bakat. Tes prestasi atau
pencapaian adalah berusaha mengukur apakah seorang individu sudah
belajar. Tes ini ingin mengukur tingkat performan individu pada suatu
waktu setelah selesai belajar.23 Dalam penelitian ini tes yang digunakan
untuk mengukur pencapaian atau pemahaman

seseorang setelah

mempelajari sesuatu. Tes tersebut diberikan kepada peserta didik guna
mendapatkan data kemampuan peserta didik untuk tentang hasil belajar
Akidah Akhak khususnya pada pokok bahasan akhlak tercela siswa kelas III
MI Darul Huda Pojok Ngantru Tulungagung.
Tes yang digunakan adalah soal uraian terbatas yang dilaksanakan pada
saat pra tindakan maupun pada akhir tindakan, yang nantinya hasil tes ini
akan diolah untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together .

21

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. (Jakarta : Kencana,
2009), hal. 235
22
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar. (Surakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hal. 63
23
Siswono, Mengajar Dan Meneliti…, hal. 72

70

Tes merupakan prosedur yang sistematik dimana individual yang di
tes direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat
menunjukkan ke dalam angka.24 Subyek dalam hal ini adalah siswa kelas
III harus mengisi item-item yang ada dalam tes yang telah direncanakan,
guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Khususnya dalam mata pelajaran Akidah Akhak pokok
bahasan akhlak tercela.
Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
a) Tes pada awal penelitian (pre test), dengan tujuan untuk mengetahui
pemahaman peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
b) Tes pada setiap akhir tindakan (post test), dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan pemahaman dan keterampilan peserta didik
terhadap materi yang diajarkan.
Kriteria penilaian dari hasil tes ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian25

24

Huruf

Angka 0-4

Angka 0-100

Angka 0-10

Predikat

A

4

85-100

8,5-10

Sangat baik

B

3

70-84

7,0-8,4

Baik

C

2

55-69

5,5-6,9

Cukup

D

1

40-54

4,0-5,4

Kurang

E

0

0-39

0,0-3,9

Kurang sekali

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan , (Yogyakarta : Bumi Aksara,2008), hal. 138
Oemar Hamalik, Teknik Pengukur dan Evaluasi Pendidikan . (Bandung : Mandar Maju,
1989), hal. 122
25

71

Untuk menghitung hasil tes, baik pre test maupun post test pada proses
pembelajaran dengan metode numbered heads together digunakan rumus
percentages correction sebagai berikut :

S=

X 100

Keterangan :
S

: Nilai yang dicari atau yang diharapkan

R

: Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N

: Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 : Bilangan tetap.26
Adapun instrumen tes sebagaimana terlampir.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau
menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu
belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa,
partisipasi siswa, dan tanggung siswa dalam kegiatan pembelajaran.27
Observasi adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan
yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa

26

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran . (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 112
27
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Rosdakarya,
2005), hal. 84

72

alat bantuan.28 Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan dikelas
selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk
menjaring data aktivitas siswa. Kriteria keberhasilan proses ditentukan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dilakukan oleh
pengamat.
Ada tiga jenis observasi, yakni observasi langsung, observasi dengan
alat (tidak langsung), dan observasi partisipasi. Observasi langsung adalah
pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. Sedangkan
Observasi tidak langsung dilaksanakan dengan, menggunakan alat seperti

mikroskop untuk mengamati bakteri. Observasi partisipasi berarti bahwa
pengamat harus melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok yang diamati.29
Jenis observasi dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi
langsung dan observasi partisipasi, yang diamati meliputi observasi aktivitas
siswa dan observasi aktivitas guru terhadap kegiatan pembelajaran selama
berlangsungnya penelitian tindakan. Data hasil observasi dicatat dalam
lembar observasi

yang selanjutnya digunakan sebagai data yang

menggambarkan berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Adapun untuk
instrumen observasi sebagaimana terlampir.

28
29

Siswono, Mengajar & Menulis…, hal. 25
Sudjana, Penilaian Hasil …, hal. 85

73

Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran dicari persentase nilai rataratanya, dengan menggunakan rumus:30
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

��


�ℎ �
� � �

x 100

Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut:
Tabel 3.2. Persentase Taraf Keberhasilan Tindakan
Taraf Keberhasilan
76% < NR ≤ 100%
51% < NR ≤ 75%
26% < NR ≤ 50%
0% < NR ≤ 25%

Kriteria
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang Baik

3. Wawancara
Menurut Denzin dalam Rochiati wawancara adalah pemberian
pertanyaan yang diajukan secara verbal yang diajukan kepada orang yang
dianggap mampu memberi informasi atau penjelasan, hal lain yang
dipandang perlu.31 Dalam pengertian lain wawancara dapat diartikan
sebagai proses memperoleh keterangan bertujuan untuk penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan
responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara.
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil
dan proses belajar. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur
dan wawancara bebas (tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur
kemungkinan
30

jawaban

telah

disiapkan

sehingga

siswa

tinggal

Purwanto, Prinsip-Prinsip....., hal.103
Rochiati Wiridiaatmaja, Metode penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2007), hal. 117
31

74

mengategorikannya kepada alternative jawaban yang telah disiapkan.
Keuntungannya ialah mudah diolah dan diambil kesimpulan. Sedangkan
wawancara bebas (tak terstruktur) jawaban tidak perlu disiapkan, siswa
bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih
padat dan lengkap.32
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar wawancara berlangsung
efektif adalah :33
a. Bersikap sebagai pewawancara yang simpatik, yang berperhatian dan
pendengar yang baik, tidak berperat terlalu aktif untuk menghargai
narasumber.
b. Bersikap netral dalam relevansinya dengan pelajaran
c. Bersikap tenang, tidak terburu-buru atau ragu-ragu.
d. Secara khusus perhatikan bahasa yang digunakan untuk melakukan
wawancara, ulangi pertanyaan jiga narasumber belum memahami
maksud dri yang kita tanyakan.
Wawancara dilakukan kepada subjek penelitian dan guru kelas untuk
mengetahui keadaan subjek sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran
berlangsung dan sebagai pemasukan untuk perbaikan tindakan selanjutnya
dan pendapat tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together . Jenis wawancara yang digunakan adalah

wawancara bebas (tak berstruktur), sehingga baik guru maupun siswa yang

32
33

Sudjana, Penilaian Hasil …, hal. 68
Wiridiaatmaja, Metode penelitian …, hal. 118

75

menjadi narasumber bebas mengemukakan pendapatnya. Adapun untuk
instrumen wawancara sebagaimana telah terlampir.
4. Angket
Angket (questionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
rangka penilaian hasil belajar. Pengumpulan data dengan angket sebagai
bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan
tenaga. Penyebaran angket dilakukan setelah proses pembelajaran.
Penyebaran angket bertujuan untuk mengetahui respon peserta didik
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. Angket dapat berupa
komentar (angket terbuka) ataupun pertanyaan–pertanyaan yang telah
dilengkapi dengan jawaban, sehingga peserta didik tinggal memilih yang
sesuai dengan pendapatnya (angket tertutup).
Penelitian ini menggunakan jenis angket tertutup dimana jawaban sudah
ditentukan oleh peneliti, responden hanya diminta untuk memilih salah satu
alternatif jawaban yang tersedia dengan karakteristik dirinya dengan cara
memberikan tanda silang atau checklist pada kolom. Adapun alternatif
jawaban yang digunakan yaitu: Setiap jawaban ”ya” diberi skor 2, jawaban
”tidak” diberi skor 1, dan apabila tidak menjawab diberi skor 0. Angket ini
diberikan setelah kegiatan pembelajaran selesai yaitu setelah siklus kedua
dengan tujuan memperoleh data-data responden yang berhubungan dengan
respon peserta didik.
Analisis data angket dilakukan dengan mengkaji setiap pernyataan. Dari
tiap pernyataan diperoleh skor total dari seluruh peserta didik. Skor rata-rata

76

setiap pernyataan diperoleh dari skor total dibagi dengan banyaknya peserta
didik. Untuk menentukan respon siswa, digunakan kriteria sebagai berikut:34
Tabel 3.3. Kriteria Respon Siswa
Tingkat
Keberhasilan
2,00 – 1,75
1,75 – 1,50
1,50 – 1,25
1,25 – 1

Kriteria
Sangat Positif
Positif
Negatif
Sangat Negatif

Keterangan:

1. 2,00  skor rata-rata > 1,75 :Sangat Positif

2. 1,75  skor rata-rata > 1,50 :Positif

3. 1,50  skor rata-rata > 1,25 :Negatif
4. 1,25  skor rata-rata > 1

:Sangat Negatif

Adapun instrumen angket yang akan diberikan kepada siswa di akhir
pembelajaran sebagaimana terlampir.
5. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya, yang artinya barang-barang tertulis.35
Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, rapor peserta didik, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan lain sebagainya.
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan, atau keberhasilan belajar
peserta didik juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen tersebut. Sebagai informasi
mengenai kegiatan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
34

Acep Yonny,Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. (Yogyakarta: Familia, 2010), hal. 176
Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal.201

35

77

bukan tidak mungkin saat-saat tertentu diperlukan sebagai bahan pelengkap
bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar.36
Dilingkungan sekolah, biasanya juga dijumpai dokumen-dokumen yang
tersusun secara rapi dan teratur. Hal ini akan sangat membantu peneliti
untuk berkomunitas dengan sekolah dalam rangka meningkatkan kelas dan
sekolah. Data mengenai identitas peserta didik dan latar belakang sosial
komunitas sekolah (pimpinan, guru, karayawa, peserta didik, dll.) dapat
menjadi acuan dalam menganalisis perilaku peserta didik dikelas. Demikian
halnya dengan data mengenai peserta didik akan sangat membantu peneliti
untuk melaksanakan PTK.
Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini peneliti menggunakan
dokumentasi berupa foto – foto pada saat peserta didik melakukan proses
pembelajaran Akidah Akhak. Adapun dokumentasi sebagaimana terlampir.
6. Catatan lapangan
Catatan lapangan dilakukan selama penelitian berlangsung meliputi
suasana kelas, aktivitas guru dan siswa yang tidak terekam dalam lembar
observasi. Catatan lapangan digunakan untuk melengkapi data penelitian.37
D. Analisis Data
Analisis data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini digunakan untuk
mengetahui apakah siswa mengetahui peningkatan pemahaman dan hasil
belajar sesuai dengan yang diharapakan setelah diberikan tindakan.

36

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2008), hal. 90
37
Purwanto, Prinsip-Prinsip…, hal. 209

78

Teknik Analisa Data secara bertahap yaitu reduksi data, paparan data, dan
penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.38
Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih jelas, sehingga
peneliti dapat menarik simpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Paparan Data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil
reduksi dengan cara menyusun secara narasi sekumpulan informasi yang
telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan kemungkinan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam melakukan
penyajian data selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik,
matrik, network dan chart.39

38

39

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 92
Ibid., hal. 95

79

3. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap penarikan ini kegiatan yang dilakukan adalah memberi
kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi kegiatan ini mencakup
pencarian makna data serta memberi penjelasan. Selanjutnya apabila
penarikan kesimpulan dirasakan tidak kuat, maka perlu adanya verifikasi
dan peneliti kembali mengumpulkan data

lapangan.40 Verifikasi adalah

kegiatan mencari validitas kesimpulan dan kecocokan makna-makna yang
muncul dari data.
E. Indikator Keberhasilan
Sebagaimana yang dikatakan E. Mulyasa bahwa kualitas pembelajaran
didapat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran
diketahui berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar 75% siswa

terlibat secara aktif baik secara fisik, mental

maupun sosial dalam proses pembelajaran. Di samping itu menunjukkan
kegairahan belajar yang tinggi, semangat yang besar, tanggung jawab dan
percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri siswa seluruhnya
atau sekurang-kurangnya 75%.41
Indikator belajar dari penelitian ini adalah 75% dari peserta didik yang
telah mencapai minimal 74. Penempatan nilai 74 didasarkan atas hasil diskusi
dengan guru kelas III dan kepala madrasah berdasarkan tingkat kecerdasan
peserta didik dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang digunakan MI
40

Ibid., hal. 99
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005),
hal. 101-102
41

80

Darul Huda Pojok Ngantru Tulungagung dan setiap siklus mengalami
peningkatan nilai.
Indikator proses pembelajaran yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
jika keterlibatan guru dan siswa pada proses pembelajaran mencapai 75%
(berkriteria cukup). Indikator proses pembelajaran dalam penelitian ini akan
dilihat dari prosentase keberhasilan tindakan yang didasarkan pada data skor
yang diperoleh dari hasil observasi guru/peneliti dan siswa.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan didasarkan pada tabel
berikut: 42
Tabel 3.4 Tingkat penguasaan (Taraf Keberhasilan Tindakan)
Tingkat Penguasaan
90 % ≤ NR ≤ 100 %
80 % ≤ NR < 90 %
70 % ≤ NR < 80 %
60 % ≤ NR < 70 %
0 % ≤ NR < 60 %

Nilai Huruf
A
B
C
D
E

Bobot
4
3
2
1
0

Predikat
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang

Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:43

�=

R
SM

X 100

Keterangan :

42
43

NP

= nilai persen yang dicari atau yang diharapkan

R

= skor mentah yang diperoleh

SM

= skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100

= bilangan tetap

Purwanto, Prinsip- Prinsip..., hal. 103
Ibid, hal.102

81

F. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitan yang dilakukan dalam penelitian ini
dapat dibedakan dalam dua tahap yaitu tahap pendahuluan (pra-tindakan) dan
tahap tindakan. Penelitian ini juga dilaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus
I dan siklus II, yang pada setiap siklusnya dilaksanakan sesuai dengan indikator
yang hendak dicapai oleh peneliti yaitu hasil belajar siswa meningkat setelah
dilakukannya tindakan. Rincian tahap-tahap pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Pendahuluan (pra- tindakan)
Penelitian ini dimulai dengan tindakan pendahuluan atau refleksi awal.
Pada refleksi awal kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
a. Meminta surat izin penelitian kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Tulungagung.
b. Meminta izin kepada Kepala MI Darul Huda Pojok Ngantru
Tulungagung untuk melaksanakan penelitian di madrasah tersebut.
c. Melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Akidah Akhak
tentang masalah apa yang dihadapi selama proses pembelajaran
berlangsung serta bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together pada pokok bahasan Akhlak tercela.
d. Menentukan subyek penelitian siswa kelas III MI Darul Huda Pojok
Ngantru Tulungagung.

82

e. Melakukan observasi di kelas III MI Darul Huda Pojok Ngantru
Tulungagung.
f. Membuat soal tes awal.
g. Melakukan tes awal di kelas yang menjadi subyek penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Adapun perencanaan tindakan ini berdasarkan pada observasi awal
yang menjadi perencanaan tindakan dengan mengidentifikasi permasalahan
yang ada kemudian diambil tindakan pemecahan masalah yang dipandang
tepat.44 Berdasarkan temuan pada tahap pra-tindakan, disusunlah rencana
tindakan perbaikan atas masalah-masalah yang dijumpai dalam proses
pembelajaran. Pada tahap ini peneliti menetapkan dan menyusun rancangan
perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran yang ditawarkan.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti
model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam satu siklus
terdiri dari 4 tahap meliputi: (1) tahap perencanan (plan), (2) tahap
pelaksanaan (act), (3) tahap observasi (observe), (4) tahap refleksi.45
Uraian masing-masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan diajarkan sesuai dengan model pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together .
Komalasari, Pembelajaran Kontekstual…, hal. 61-62
Ibid., hal.65

44
45

83

2) Menyiapkan materi yang akan disajikan (akhlak tercela)
3) Menyiapkan lembar kerja siswa yaitu lembar pre test dan post test.
4) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi aktivitas peneliti dan
lembar observasi aktivitas peserta didik.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan tindakan
pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads together . Sedangkan guru mata pelajaran
Akidah Akhak kelas III mengamati proses pembelajaran yang dilakukan
melalui lembar obsevasi guru dan siswa yang telah disediakan oleh
peneliti.
c. Tahap Pengamatan (Observation)
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan
dan mengadakan penilaian untuk mengetahui kemampuan berfikir siswa.
Kegiatan

ini

meliputi

pengamatan

terhadap

perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan tindakan, sikap siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran ini
diamati dengan menggunakan instrument yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Data hasil observasi yang diperoleh akan dijadikan sebagai
dasar untuk menyusun perencanaan tindakan berikutnya.

84

d. Tahap Refleksi (Reflection)
Tahap ini merupakan tahapan dimana peneliti melakukan introspeksi
diri terhadap tindakan pembelajaran dan penelitian yang dilakukan.
Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi
tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi inilah suatu perbaikan
tindakan selanjutnya di tentukan.
Kegiatan dalam tahap ini adalah:
1) Menganalisa hasil pekerjaan peserta didik.
2) Menganalisa hasil wawancara.
3) Menganalisa hasil angket peserta didik.
4) Menganalisa lembar observasi peserta didik.
5) Menganalisa lembar observasi penelitian.
6) Menganalisa catatan lapangan
Dari hasil analisa tersebut, peneliti melakukan refleksi yang akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah kriteria yang telah di
tetapkan tercapai atau belum. Jika sudah tercapai dan telah berhasil maka
siklus tindakan berhenti. Tetapi sebaliknya jika belum berhasil pada
siklus tindakan tersebut, maka peneliti mengulang siklus tindakan dengan
memperbaiki kinerja pembelajaran pada tindakan berikutnya sampai
berhasil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 4

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 2

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 2

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 4

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 4

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 54

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 43

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK POKOK BAHASAN AKHLAK TERCELA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS III MI DARUL HUDA POJOK NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulun

0 0 2