Neraca Pembayaran Internasional dan Pend

EKONOMI INTERNASIONAL II MAKALAH Neraca Pembayaran Internasional dan Pendapatan Nasional

  Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Ekonomi Internasional II

  Dosen Pengajar : Putu Mahardika Adi S., SE., M.Si., Ph. D Disusun oleh,

  Muhammad Rasyid Ridho

  Anik Fatul Rofiah

  Nur Azizah

KELAS AE SEMESTER 4 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga

  dapat menyelesaikan makalah mengenai “ PENDAPATAN NASIONAL DAN NERACA PEMBAYARAN ” dengan baik. Tidak lupa kami mengucapakan terima kasih kepada Dosen Ekonomi Internasional II Bpk. Putu Mahardika Adi S.,SE.,M.Si.,Ph.D yang telah membimbing proses pembuatan makalah ini sehingga dapat terselesaikan. Makalah ini menjelaskan mengenai “PENDAPATAN NASIONAL DAN NERACA PEMBAYARAN”.

  Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai konsep pendapatan nasional, struktur neraca pembayaran negara dan perbandingan antara neraca pembayaran negara maju dan berkembang. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

  Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Wassalammualaikum Wr. Wb

  Malang, 7 Mei 2015

  Penyusun

DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR

  ii

  DAFTAR ISI

  iii

BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang 1

BAB II LANDASAN TEORI

  2.1 Neraca Pendapatan Nasional 3

  2.2 Produk (Output) Nasional dan Pendapatan Nasional 4

  2.3 Penyusutan Modal, Transfer Internasional, dan

  Pajak usaha Tak Langsung

  2.3.1 PDB (Produk Domestik Bruto) atau

  GDP (Gross Domestic Product)

  2.4 Perhitungan Pendapatan Nasional dalam

  Perekonomian Tertutup dan Terbuka

  2.4.1 Perekonomian Tertutup dan Identitasnya

  2.4.2 Perekonomian Terbuka dan Identitasnya

  2.4.3 Neraca Transaksi Berjalan dan Utang Luar Negeri

  2.4.4 Tabungan dan Neraca Transaksi Berjalan

  2.4.5 Tabungan Swasta dan Pemerintah

  2.5 Perhitungan Neraca Pembayaran (Belance Of Payment)

  2.5.1 Transaksi Berjalan

  2.5.2 Neraca Modal

  2.5.3 Selisih Statistik ( Statistical Discrepancy)

  2.5.4 Transaksi Cadangan Resmi

  2.5.5 Masalah dalam Analisa Neraca Pembayaran

BAB III STUDI KASUS: PERBANDINGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA DAN NERACA PEMBAYARAN JEPANG

  3.1 Neraca Pembayaran Indonesia 23

  3.2 Neraca Pembayaran Jepang

  3.3 Hubungan Ekspor-Impor Indonesia dengan Jepang

  3.4 Utang Luar Negari Indonesia dan Dampaknya Bagi Pertumbuhan Indonesia

  3.4.1 Pembiayaan Defisit Anggaran dan Neraca Pembayaran 30

  3.4.2 Pengaruh Utang Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

BAB IV KESIMPULAN

  4.1 Kesimpulan

  DAFTAR PUSTAKA

  BAB I

PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang

  Neraca pembayaran, pendapatan nasional, produk domestik bruto atau GDP, dan produk nasional bruto atau GNP adalah elemen-elemen penting dalam suatu perekonomian negara. Ini dikarenakan dengan mengetahui dan mempelajari ke empat hal tersebut, kita dapat mengetahui, menganalisis, dan menetukan hasil dari kebijakan ekonomi yang akan diajalankan suatu negara. Pada dasarnya Hubungan ekonomi dengan luar negeri ini memberi pengaruh terhadap perekonomian dalam negeri. Ada pengaruh buruk, tapi juga ada pengaruh menguntungkan. Hubungan ekonomi internasional menyangkut transaksi barang, jasa modal, moneter, alat pembayaran dan semuanya berpengaruh terhadap ekonomi dalam negeri. Kajian tentang pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadap ekonomi dalam negeri akan tercatat dalam Neraca Pembayaran dengan cara pembukuan tertentu seperti yang ditetapkan oleh IMF (International Monetary Fund). Dalam berbagai tulisan, kajian ekonomi tentang hubungan ekonomi luar negeri banyak berdasarkan pada Neraca Pembayaran. Neraca transaksi berjalan merupakan ukuran yang menunjukkan kinerja makroekonomi suatu negara. Neraca transaksi berjalan juga menunjukkan sumber dan penggunaan pendapatan nasional ekspor barang dan jasa disamping juga pendapatandari investasi di luar negeri serta hibah merupakan sumber pendapatan nasional. Di sisi lain, penduduk dalam negeri dan pemerintah menggunakan pendapatannya untuk membeli barang–barang dari luar negeri, memberi bantuan serta membayar pendapatan investasi penduduk negara lain ke luar negeri. Surplus transaksi berjalan menunjukkan bahwa ekspor suatu negara lebih besar daripada impornya sehingga negara tersebut mengalami akumulasi kekayaan valuta asing dan mempunyai saldo positif dalam investasi luar negeri. Sebaliknya,defisi ttransaksi berjalan berarti impor lebih besar daripada ekspor sehingga terjadi pengurangan investasi dalam luar negeri, karena ekspor dan impor merupakan kompo nen pendapatan nasional maka neraca transaksi berjalan akan mempunyai hubungan yang erat dengan pendapatan nasional. Perubahan nilai ekspor akan berlangsung berpengaruh terhadap pendapatan nasional dan sebaliknya berubah nya Neraca pembayaran, pendapatan nasional, produk domestik bruto atau GDP, dan produk nasional bruto atau GNP adalah elemen-elemen penting dalam suatu perekonomian negara. Ini dikarenakan dengan mengetahui dan mempelajari ke empat hal tersebut, kita dapat mengetahui, menganalisis, dan menetukan hasil dari kebijakan ekonomi yang akan diajalankan suatu negara. Pada dasarnya Hubungan ekonomi dengan luar negeri ini memberi pengaruh terhadap perekonomian dalam negeri. Ada pengaruh buruk, tapi juga ada pengaruh menguntungkan. Hubungan ekonomi internasional menyangkut transaksi barang, jasa modal, moneter, alat pembayaran dan semuanya berpengaruh terhadap ekonomi dalam negeri. Kajian tentang pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadap ekonomi dalam negeri akan tercatat dalam Neraca Pembayaran dengan cara pembukuan tertentu seperti yang ditetapkan oleh IMF (International Monetary Fund). Dalam berbagai tulisan, kajian ekonomi tentang hubungan ekonomi luar negeri banyak berdasarkan pada Neraca Pembayaran. Neraca transaksi berjalan merupakan ukuran yang menunjukkan kinerja makroekonomi suatu negara. Neraca transaksi berjalan juga menunjukkan sumber dan penggunaan pendapatan nasional ekspor barang dan jasa disamping juga pendapatandari investasi di luar negeri serta hibah merupakan sumber pendapatan nasional. Di sisi lain, penduduk dalam negeri dan pemerintah menggunakan pendapatannya untuk membeli barang–barang dari luar negeri, memberi bantuan serta membayar pendapatan investasi penduduk negara lain ke luar negeri. Surplus transaksi berjalan menunjukkan bahwa ekspor suatu negara lebih besar daripada impornya sehingga negara tersebut mengalami akumulasi kekayaan valuta asing dan mempunyai saldo positif dalam investasi luar negeri. Sebaliknya,defisi ttransaksi berjalan berarti impor lebih besar daripada ekspor sehingga terjadi pengurangan investasi dalam luar negeri, karena ekspor dan impor merupakan kompo nen pendapatan nasional maka neraca transaksi berjalan akan mempunyai hubungan yang erat dengan pendapatan nasional. Perubahan nilai ekspor akan berlangsung berpengaruh terhadap pendapatan nasional dan sebaliknya berubah nya

  BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Neraca Pendapatan Nasional

  Menurut Paul R Krugman (2002), untuk menghitung Pendapatan Nasional pertama-tama harus memahami tentang GNP (Gross National Product) yaitu nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi negara itu dan dijual ke pasar pada kurun waktu tertentu. GNP merupakan ukuran dasar dalam menilai output suatu negara dihitung dengan menjumlahkan nilai pasar semua pengeluaran pada output terakhir. Karena output tidak bisa diproduksi tanpa faktor input maka GNP erat kaitannya dengan pendayagunaan tenaga kerja, modal, dan faktor lainnya. (Paul R Krugman, 2002)

  Ada empat(4) jenis pengeluaran yang membentuk GNP yaitu

  1. Konsumsi (Consumption) yaitu jumlah yang dikonsumsi penduduk

  domestik dan swasta (diluar pemerintah).

  2. Investasi (Invesment) yaitu jumlah dana dari laba yang disisihkan oleh

  perusahaan untuk membangun pabrik dan peralatan baru untuk masa mendatang.

  3. Belanja Pemerintah (Goverment Purchases) yaitu jumlah yang digunakan

  pemerintah untuk pembiayaan negara.

  4. Neraca Transaksi Berjalan (Current Account Balance) yaitu selisih antara

  jumlah ekspor dan impor barang dan jasa.

  Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan klasifikasi empat unsur diatas adalah perhitungan pendapatan nasional (national income accounts). (Paul R Krugman, 2002).

2.2 Produk (Output) Nasional dan Pendapatan Nasional

  Pendapatan nasional merupakan jumlah pendapatan yang dihasilkan selama periode tersebut oleh faktor-faktor produksi. (Paul R Krugman, 2002)

  Gambar 1-1 Produk Domestik Bruto (GNP) Amerika Serikat

  Dalam tabel di tersebut menunjukan bahwa GNP

  GNP

  sebesar 8,1 Triliun, GNP tersebut

  merupakan

  penjumlahan antara Konsumsi +5 triliun, Investasi +1 Triliun, Belanja Pemerintah + 1,5 Triliun dan Defisit Neraca Transaksi berjalan sekitar +0,1 Triliun

  Sumber: Paul R Krugman. 2002. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Pada prinsipnya output dan pendapatan sama-sama berlaku untuk barang, termasuk

  barang yang dihasilkan oleh banyak faktor produksi. GNP hanya lah perhitungan nilai barang dan jasa yang sudah jadi maka penjualan barang yang setengan jadi tidak dihitung. Para ahli menganalisis bahwa peningkatan GNP sama dengan peningkatan pendapatan nasional karena setiap dollar yang digunakan untuk membeli barang dan jasa dengan sendirinya akan berhenti pada seseorang. Contohnya seperti dokter dan pasien, pasien membayar hasil jasa ke dokter sebesar 100, 100 merupakan nilai pasar jasa sehingga akan meningkatkan GNP sebesar 100 dan 100 yang diterima dokter akan meningkatkan pendapatan nasional karena perhitungan pendapatn nasional salah satunya adalah dengan menambahkan pendapatan bersih personal.

2.3 Penyusutan Modal, Transfer Internasional, dan Pajak usaha Tak Langsung.

  Untuk mengupayakan penyamaan antara GNP dan pendapatan nasional agar identifikasi antar keduanya tepat maka harus melewati beberapa tahap yaitu :

  1. Penyusutan Modal (Depreciation): GNP tidak memperhitungkan kerugian-

  kerugian ekonomis seperti yang diakibatkan oleh kecenderungan pengikisan fungsi mesin dan bangunan selama proses penggunaannya. Oleh karena menghitung pendapatan nasional pada jangka waktu tertentu, GNP harus dikurangi dengan Penyusutan atau depresiasi pada jangka waktu tertentu, maka hasilnya biasa disebut dengan produk nasional bersihnet national product (NNP).

  2. Transfer Unilateral (Unilateral Transfer): Pendapatan suatu negara yang

  diperoleh dari pemberian negara lain. Transfer Uniteral merupakan bagian dari pendapatan nasional tapi bukan bagian dari produknya. Oleh karena itu transfer unilateral harus ditambahkan dalam NNP.

  3. Pajak Tak Langsung (Indirect business taxes): Pajak yang harus dikurangkan

  dari GNP sebelum mendapatkan Pendapatan Nasional yang sebenarnya. Perlu diketahui bahwa Pendapatan Nasional tergantung pada harga-harga yang diterima perusahaan atas barang yang diproduksi, sedangkan GNP tergantung pada harga-harga yang dibayarlan oleh konsumen. Sehingga dengan adanya pajak penjualan membuat pembeli membayar lebih tinggi dari jumlah yang harus diterima perusahaan sehingga nilai GNP cenderung lebih besar dari pada pendapatan nasional. (Paul R Krugman, 2002)

  Dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional sama dengan GNP dikurangi depresiasi, ditambah transfer unilateral bersih ( selisih antara transfer dana

  keluar negeri dengan transfer dana yang diterima dalam neg e r i ), dikurangi

  pemungutan pajak tidak langsung. (Paul R Krugman, 2002)

  2.3.1 PDB (Produk Domestik Bruto) atau GDP (Gross Domestic

  Product)

  Menurut Paul R Krugman (2002), GDP (Gross Domestic Product) digunakan untuk mengukur seluruh volume produksi dalam suatu wilayah atau negara secara geografis. Sedangkan menurut Muana Nanga (2005) Produk domestik bruto (gross domestic product atau GDP) adalah total nilai atau harga pasar (market prices) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya 1 tahun). Produk domestik bruto Menurut Paul R Krugman (2002), GDP (Gross Domestic Product) digunakan untuk mengukur seluruh volume produksi dalam suatu wilayah atau negara secara geografis. Sedangkan menurut Muana Nanga (2005) Produk domestik bruto (gross domestic product atau GDP) adalah total nilai atau harga pasar (market prices) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya 1 tahun). Produk domestik bruto

  “Dari pengertian produk domestik bruto (GDP) diatas, ada tiga hal penting yang perlu dijelaskan lebih lanjut, yaitu:

  1. Produksi domestik bruto hanya mencakup barang akhir (final

  goods) danatau nilai tambah (value added) saja. Sedangkan barang antara atau barang setengah jadi (intermediate or semifinished goods) tidak dimasukkan sebagai komponen dari GDP. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda (double counting) terhadap suatu produk. Sedangkan untuk barang akhir (final goods) adalah barang yang tidak mengalami proses produksi lebih lanjut dan tidak untuk dijual lagi (not intended for resale) atau dengan kata lain barang jadi adalah barang yang dibeli dan atau siap untuk dikonsumsi oleh konsumen akhir (ultimate consumers). Sedangkan barang anatara atau barang setengah jadi adalah barang yang masih harus mengalami proses produksi lebih lanjut.

  2. Produk domestik bruto hanya menghitung atau memasukkan

  nilai dari barang yang merupakan hasil produksi pada tahun berjalan (current year) yaitu tahun pada saat dilakukan perhitungan (current output). Misalnya penjualan rumah yang sudah ada dari satu investor ke investor lain berdasarkan prinsip perhitungan pendapatan nasional seharusnya tidak dimasukkan dalam perhitungan GDP pada tahun yang bersangkutan karena hal tersbut dianggap tidak memberi kontribusi terhadap GDP. Kegiatan seperti ini hanya suatu perpindahan asset (transfer of asset) dan bukan merupakan bagian dari output atau produksi sekarang (current production).

  3. Barang dan jasa atau GDP yang dihasilkan itu dinilai

  berdasarkan harga pasar yang berlaku (at current market prices). Dengan kata lain barang dan jasa yang dihitung didalam GDP hanyalah terbatas pada barang dan jasa yang diperjual belikan di pasar (market transaction). Jadi output yang tidak masuk atau tidak melalui pasar tidak akan dihitung, misalnya produksi yang dihasilkan oleh seorang petani dan digunakan untuk konsumsi sendiri.” (Muana Nanga, 2005)

  Jadi GNP suatu negara sama dengan GDP ditambah pembayaran bersih atas faktor-faktor produksi. Persamaan pada perhitungan GDP adalah:

  GDP = GNP – NFP

  NFP (net factor payment to abroad) menunjukkan pembayaran

  bersih atau netto atas faktor produksi luar negeri yaitu sama dengan pendapatan (pembayaran) bersih faktor produksi yang diterima dari luar negeri (sama dengan pendapatan penduduk dalam negeri atas laba, pinjaman luar negeri, dan remitansi tenga kerja dikurangi pendapatan orang asing yang ada di dalam negeri). (Muana Nanga, 2005)

  Apabila faktor produksi suatu negara yang bekerja di luar negeri menghasilkan lebih banyak dari pada faktor produksi milik luar negeri yang bekerja di dalam negeri (NFP > 0), maka GNP akan lebih tinggi daripada GDP. Contohnya adalah Spanyol dan Inggris, Inggris mempunyai pabrik di Spanyol, pendapatan pabrik tersebut masuk dalam GDP Spanyol dan masuk dalam GNP Inggris, kenapa masuk dalam GDP Spanyol karena pendapatan dari pabrik tersebut membuahkan hasil di wilayah Spanyol. Untuk menghitung pendapatan nasional Spanyol maka hasil modal atau impor jasa dari Inggris itu harus dikeluarkan dari perhitungan GDP Spanyol.

2.4 Perhitungan Pendapatan Nasional dalam Perekonomian Tertutup dan Terbuka

2.4.1 Perekonomian Tertutup dan Identitasnya

  Menurut Paul R Krugman (2002) dalam perekonomian tertutup tidak mengenal adanya perdagangan internasional tapi hanya mengenal konsumsi

  (C), investasi(I), dan belanjan pemerintah (G) sehingga persamaannya adalah

  Y=C+I+G

  Di asumsikan Y sama dengan GNP yang meliputi konsumsi, investasi danbelanja pemerintan. Penyusunan persamaan pendapatan Nasional untuk perekonomian tertutup didasarkan pada asumsi bahwa seluruh output dikonsumsi atau diinvestasikan oleh penduduk negara tersebut atau dibelanjakan oleh pemerintah. (Paul Krugman, 2002)

  Setiap barang atau jasa akhir yang tidak dibayar oleh pemerintah atau rumah tangga, pasti digunakan oleh pihak perusahaan untuk menghasilkan pabrik-pabrik baru, peralatan baru, atau persediaan(inventori).

2.4.2 Perekonomian Terbuka dan Identitasnya

  Ketika suatu negara melakukan perdagangan internasional, sebagian output akan dibeli oleh pihak luar negeri(ekspor) dan sebagian pendapatan nasional digunakan untuk membeli barang dan jasa dari luar negeri(impor). Persamaan GNP untuk perekonomian terbuka adalah penjualan barang dan jasa menjadi sumber pendapatan nasional suatu negara dibagi penjualan barang dan jasa penduduk negara kepada penduduk negara lain. ( Paul Krugman, 2015) Persamaanya adalah

  Y = C+ I + G + (X - M)

  Persamaan GNP Perekonomian Terbuka menunjukkan bahwa penjualan barang dan jasa menjadi sumber pendapatan nasional bagi Negara tersebut.

  Tabel 1-2 adalah sebuah negara Agraria yang melakukan perekonomian terbuka

  Sumber : Paul R Krugman. 2002. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan

2.4.3 Neraca Transaksi Berjalan dan Utang Luar Negeri

  Menurut Paul R Krugman (2002), selisih antara ekspor barang dan impor barang dicatat dalam neraca khusus yaitu Neraca Transaksi Berjalan (Curent Account) sehingga persamaanya adalah

  CA = EX - IM

  Transaksi berjalan sangatlah penting karena perubahan pada transaksi berjalan dapat digabungkan dengan perubahan output dan akhirnya berpengaruh pada jumlah lapangan pekerjaan. Ketika negara tersebut mengalami defisit transaksi berjalan (current account deficit), negara tersebut harus mengadakan hutang luar negeri untuk menutupi selisih impor yang dilakukan. Alternatif lain, negara yang mengalami defisit ini dapat membayar defisit neraca transaksi berjalannya dengan menggunakan kekayaan luar negeri yang dimiliki. Dengan demikian nilai kekayaan luar negerinya akan berkurang sebesar nilai utang luar negerinya. Negara yang surplus trasaksi berjalan (current account surplus) dapat memberikan pinjaman ke negara yang defisit, pemberian pinjaman disertai surat hutang berjangka yang ketika ditarik akan menambah kekayaan negara yang meminjamkan karena adanya tambahan dari bunga. Dari pembahasan tersebut dapat dikatakan bahwa saldo neraca transaksi berjalan sama dengan nilai perubahan kekayaan bersih luar negeri (net foreign wealth). (Paul Krugman, 2002) Neraca transaksi berjalan sebagai selisih ekspor dan impor atau neraca transaksi berjalan sama dengan selisih antara pendapatan nasional Y dengan pengeluaran negara yang ditransformasikan menjadi persamaan :

  Y- (C + I + G) = CA

  Neraca Transaksi Berjalan Amerika Serikat Dan Posisi Kekayaan Negeri

  Defisit neraca transaksi berjalan yang berlarut-larut selama dekade 1980-an telah mengurangi kekayaan aset luar negeri Amerika Serikat sehingga menjelang berahirnya dekade tersebut, Amerika Serikat menjadi negara pengutang bersih dalam jumlah yang luar biasa besarnya

  Sumber: Paul R Krugman. 2002. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan

2.4.4 Tabungan dan Neraca Transaksi Berjalan

  Bagi perekonomian tertutup tabungan nasional (national saving) sama dengan investasi. Persamaan tabaungan nasional

S=Y–C-G

  Persamaan GNP untuk perekonomian tertutup adalah Y = C + I + G kemudian ditulis menjadi I = Y – C – G

S=I

  Persamaan untuk perekonomian tertutup S = Y – C - G ditambah dengan Neraca Transaksi Berjalan (CA = X - M) karena selisihnya berpengaruh terhadap seberapa besar tabungan nasional. Jadi persamaannya

  S = I + CA

2.4.5 Tabungan Swasta dan Pemerintah

  Menurut Paul R Krugman (2002), untuk menghitung berapa besar tabungan nasional maka sebelumnya kita harus menghitung dulu berapa besar tabungan swasta dan tabungan pemerintah.

  1. Tabungan Swasta atau Private Saving adalah bagian pendapatan

  disposible yang tidak dikonsumsi, tetapi ditabung. Pendapatan disposible adalah pendapatan nasional dikurangi pajak bersih. Persamaannya adalah

  S p = Y–T-C

  2. Tabungan Pemerintah atau Governement Saving Mirip dengan

  tabungan swasta Cuma Penerimaan pemerintah dari pajak dikurangi oleh belanja pemerintah. Persamaannya adalah

  S g = T-G

  Maka Tabungan Nasional adalah penjumlahan dari tabungan pemerintah dan

  tabungan swasta

  S = Y – C – G = (Y – T – C) + ( T – G ) = S p +S g

  Memasukan pendapatan nasional pada perekonomian terbuka pada persamaan tabungan swatsa dam tabungan pemerintah. Persamaan S = S p

  +S g = I + CA, kemudian di transformasikan :

  S p = I + CA - S g = I + CA – (T – G) = I + CA + (G – T)

2.5 Perhitungan Neraca Pembayaran (Belance Of Payment)

  Menurut Paul R Krugman (2002), perhitungan neraca pembayaran yaitu suatu catatan terinci atas komposisi neraca transaksi berjalan berbagai transaksi yang membiayainya. Neraca pembayaran suatu negara mencatat seluruh pembayaran negara kepada pihak luar negeri serta penerimaannya dari pihak luar negeri. Menurut R. Hendra Halwani (2005), pada dasarnya neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen antara lain neraca transaksi berjalan ( neraca perdagangan + neraca jasa-jasa), neraca modal, selisih yang belum dapat diperhitungkan dan lalu lintas moneter. Setiap transaksi yang menghasilkan suatu pembayaran kepada pihak luar negeri masuk ke dalam Menurut Paul R Krugman (2002), perhitungan neraca pembayaran yaitu suatu catatan terinci atas komposisi neraca transaksi berjalan berbagai transaksi yang membiayainya. Neraca pembayaran suatu negara mencatat seluruh pembayaran negara kepada pihak luar negeri serta penerimaannya dari pihak luar negeri. Menurut R. Hendra Halwani (2005), pada dasarnya neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen antara lain neraca transaksi berjalan ( neraca perdagangan + neraca jasa-jasa), neraca modal, selisih yang belum dapat diperhitungkan dan lalu lintas moneter. Setiap transaksi yang menghasilkan suatu pembayaran kepada pihak luar negeri masuk ke dalam

  Dua (2) jenis transaksi internasional yang dicatat dalam neraca pembayaran, yaitu:

  1. Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan ekspor atau impor barang

  atau jasa, yang langsung masuk kedalam neraca transaksi berjalan. Sebagai contoh, bila Perancis mengimpor blue jean Amerikaa, transaksi ini masuk ke dalam neraca pembayaran Amerika sebagai kredit pada transaksi berjalan.

  2. Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan pembelian atau penjualan

  aset-aset dimasukkan dalam neraca modal. Aset adalah suatu benda penyimpan kekayaan, seperti uang, saham, pabrik, surat hutang pemerintah, tanah, atau perangko langka. Neraca modal (capital account) dari neraca pembayaran mencatat semua jual-beli internasional atas berbagai asset. Sebagai contoh bila Amerika membeli sebuah puri di Perancis, transaksi masuk kedalam neraca pembayaran Amerika sebagai debit pada neraca modal. Selisih antara ekspor dan impor asset dari suatu negara disebut sebagai saldo neraca modal (capital account balance), atau sering disingkat dengan neraca modal (capital account). (Paul R Krugman, 2002)

  Setiap transaksi internasional secara langsung masuk ke dalam neraca pembayaran dua kali, pada kredit dan pada debit. Prinsip akuntansi neraca pembayaran ini selalu berlaku karena setiap transaksi pasti memiliki dua sisi, sebagai contoh: Amerika membeli mesin tik Olivetti dari sebuah perusahaan di Italia, dan ia membayarnya dengan selembar cek senilai 1000. Karena pembeliaan itu merupakan pembayaran orang Amerika kepada orang asing, maka pembayaran tersebut masuk kedalam transaksi berjalan Amerika sebagai debit sebesar 1000. Disisi lain dari pembayaran itu, Olivetti kini membeli cek itu dan harus menggunakannya. Jika Olivetti mendepositokannya pada sebuah bank Amerika, maka itu artinya Olivetti membeli aset Amerika, yakni berupa sebuah deposito bank senilai 1000, dan transaksi ini akan muncul pada neraca pembayaran Amerika sebagai kredit senilai 1000. Pencatatan di Neraca Pembayaran Amerika sebagai berikut :

  Kredit

  Debit

  Pembelian Mesin Tik (Neraca Transaksi Berjalan,

  Impor Barang AS) Penjualan Sertifikat Deposito (Neraca Modal,

  Ekspor Aset AS)

  Oleh karena itu setiap transaksi internasional secara otomatis akan menghasilkan dua kali pencatatan yang senilai (dengan tanda yang berlawanan) pada neraca pembayaran, maka penjumlahan neraca transaksi berjalan dan neraca modal sama dengan nol

  Transaksi berjalan + neraca modal = 0

  Persamaan ini dapat dipahami dengan melihat hubungan antara transaksi berjalan terhadap utang-utang internasional. Transaksi berjalan mencerminkan perubahan posisi bersih kekayaan luar negeri suatu negara. Itulah sebabnya transaksi berjalan harus sama dengan selisih antara pembelian asset dari orang asing dan penjual asset negara yang bersangkutan kepada negara lain.(Paul R Krugman, 2002),

2.5.1 Transaksi Berjalan

  Menurut R Hendra Halwani (2005), neraca transaksi berjalan ini merupakan gabungan dari nrcara perdagangan (ekspor-impor barang) dan neraca jasa-jasa (ekspor-impor jasa). Seperti yang diketahui tansaksi berjalan menghitung ekspor netto (selisih ekspor dan impor) barang dan jasa suatu negara. Menurut R Hendra Halwani (2005) teori neraca pembayaran diasumsikan dengan dua hal sederhana antara lain tidak ada pergerakan modal dan nilai tukar dianggap tetap.

  Neraca pembayaran membagi ekspor dan impor menjadi tiga kategori, yaitu:

  o Kategori pertama adalah perdagangan barang

  (mercahandise trade) yakni ekspor dan impor barang. o Kategori kedua adalah pendapatan investasi ( investment

  income) yakni pembayaran suku bunga dan deviden antar income) yakni pembayaran suku bunga dan deviden antar

  o Kategori ketiga adalah jasa-jasa lain yang meliputi

  berbagai jenis pembayaran lainnya seperti pembayaran untuk jasa hukum, belanja para turis, dan ongkos pengapalan. Sebagai contoh: bila sebuah perusahaan Amerika membangun sebuah pabrik di Kanada, misalnya jasa-jaas produktif pabrik itu dianggap sebagai jasa yang yang di ekspor oleh Amerika ke Kanada dengan nilai yang sama besarnya dengan keuntungan pabrik tersebut yang menjadi hak orang Amerika sebagai pemilik. Jadi keuntungan ini akan masuk dan terhitung ke dalam GNP Amerika, dan bukan GDP Kanada. Karena GNP mengacu pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor milik suatu negara dimanapun faktor-faktor itu berada (di dalam maupun luar negara pemilik). (Paul R Krugman, 2002)

  Pendapatan yang dihasilkan dari investasi luar negeri dimasukkan ke dalam transaksi berjalan karena pembayaran bunga dan deviden merupakan imbalan bagi jasa-jasa yang terkandung di dalam investasi luar negeri. Dalam hubungan antara GNP dan pendapatan nasional, dapat diartikan transfer unilateral antar negara sebagai pemberian-pemberian internasional, yakni pembayaran yang tidak berkaitan dengan pembelian barang, jasa ataupun aset. Saldo transfer unilateral merupakan bagian transaksi berjalan, sekaligus salah satu unsur pendapatan nasional. Bahkan persamaan Y = C +

  I + G + CA baru berlaku secara penuh bila Y ditafsirkan sebagai GNP ditambah saldo transfer.

2.5.2 Neraca Modal

  Menurut Paul R Krugman (2002), neraca modal menghitung selisih antara penjualan aset dalam negari ke pihak luar negeri serta pembelian atas aset-aset yang berada di luar negeri. Sedangkan menurut R Hendra Halwani (2005), neraca modal merupakan selisih aliran modal masuk dan aliran modal keluar. Neraca modal dikatakan selalu surplus yang artinya lebih banya aliran modal masuk dariiapad aliran modal keluar. Menurut R Hendra Halwani (2005) aliran modal masuk terdiri darp pemasukan modal pemerintah berupa bantuan luar negeri atau pinjaman luar negeri serta pemasukan modal swasta baik dalam penanaman modal swasta maupun pinjaman swasta. Sedangkan aliran modal keluar terdiri dari pembayaran utang pokok ini merupakan bagian penting dari neraca pembayaran. Jika Amerika Serikat menarik pinjaman 1 dari pihak luar negeri, Amerika akan memberi orang asing (pihak luar negeri) itu selembar surat hutang berisi janji pengembalian pinjaman beserta bunga. Ini berarti Amerika menjual salah satu asetnya ke pihak luar negeri. Transaksi ini masuk dalam neraca modal Amerika dengan tanda positif karena pinjaman itu sendiri merupakan pembayaran yang diterima Amerika. Bagi Amerika ini merupakan arus masuk modal (capital inflow), dan sebaliknya bila Amerika memberikan pinjaman ke luar negeri, maka pihak luar negeri lah yang menerima pembayaran sehingga transaksi ini pun masuk ke dalam neraca modal Amerika sebagai debit. Transaksi yang menghasilkan pembelian asset dari luar negeri ini disebut sebagai arus keluar modal (capital outflow).

2.5.3 Selisih Statistik ( Statistical Discrepancy)

  Menurut Paul R Krugman (2002), perbedaan angka antara transaksi berjalan dan neraca modal sangat mungkin terjadi dikarenakan informasi penyeimbang debit kredit dari suatu transaksi bisa saja tergabung dari berbagai transaksi yang berlainan. Karena data-data yang diperolehdari berbagai sumber bisa berlainan pada soal cakupan, akurasi dan waktu penyampaian maka neraca pembayaran sangat jarang benar-benar seimbang sesuai dengan teorinya. Inilah kegunaan selisih statistik yakni Menurut Paul R Krugman (2002), perbedaan angka antara transaksi berjalan dan neraca modal sangat mungkin terjadi dikarenakan informasi penyeimbang debit kredit dari suatu transaksi bisa saja tergabung dari berbagai transaksi yang berlainan. Karena data-data yang diperolehdari berbagai sumber bisa berlainan pada soal cakupan, akurasi dan waktu penyampaian maka neraca pembayaran sangat jarang benar-benar seimbang sesuai dengan teorinya. Inilah kegunaan selisih statistik yakni

  Menurut Paul R Krugman (2002), neraca modal lebih berpeluang menjadi sumber selisih atau mengalami defisit karena sulitnya melacak perdagangan financial antarnegara yang sangat rumit. Namun bukan berarti neraca transaksi berjalan tidak selalu berjalan dengan baik. Terdapat pula kerancuan dalam perhitungan transaksi berjalan ini.

  Banyak pendapat yang menganggap bahwa neraca pembayaran dengan transaksi barang relatif lebih bisa dipercaya dari pada transaksi perdagangan jasa. Transaksi dalam perdagangan jasa, seperti penjualan jasa konsultasi keuangan dll sangat mungkin tidak tercatat dari neraca pembayaran. Apalagi pencatatan seraca akurat atas penerimaan bunga dan dividen internasioanal bahkan lebih sulit.

2.5.4 Transaksi Cadangan Resmi

  Transaksi dalam neraca modal memiliki banyak jenis dan yang cukup penting untuk dibahas adalah jenis transaksi yang meliputi pembelian dan penjualan aset-aset cadangan resmi oleh bank sentral. Bank sentral pada perekonomian merupakan sebuah lembaga yang bertanggung jawab dalam mengelola supply uang. Bank sentral untuk Amerika adalah Sistem Cadangan Federal (Federal Reserve System) dan untuk Indonesia adalah Bank Indonesia.

  Cadangan internasional resmi (official internasional resmi) adalah aset- aset luar negeri yang dikuasai oleh bank sentral sebagai aset untuk menangani kesulitan ekonomi nasional.(Paul R Krugman, 2002) Bentuk dari cadangan ini dulu adalah emas namun sekarang ini banyak juga bank sentral yang menyimpan bentuk aset financial luar negerinya dalam bentuk US yang menghasilkan bunga dan dinilai relatif lebih aman, contoh asetnya Cadangan internasional resmi (official internasional resmi) adalah aset- aset luar negeri yang dikuasai oleh bank sentral sebagai aset untuk menangani kesulitan ekonomi nasional.(Paul R Krugman, 2002) Bentuk dari cadangan ini dulu adalah emas namun sekarang ini banyak juga bank sentral yang menyimpan bentuk aset financial luar negerinya dalam bentuk US yang menghasilkan bunga dan dinilai relatif lebih aman, contoh asetnya

  Banyak bank sentral yang sering membeli atau menjual cadangan internasional di pasar-pasar aset swasta untuk mempengaruhi kondisi ekonominya. Jenis transaksi resmi ini disebut intervensi devisa resmi (official foreign exchange intervention). Intervensi ini dapat mempengaruhi ekonomi karena bank sentral dapat menambah maupun mengurangi peredaran uang dalam negeri. Instansi-instansi pemerintah selain bank sentral juga dapat memilki devisa dan secara resmi melakukan intervensi terhadap pasar valuta asing misalnya Departemen Keuangan Amerika Serikat (US Treasury) terkadang memainkan peranan aktif di pasar perdagangan. Namun peran dari instansi ini dianggap tidak mempengaruhi supply uang.

  Menurut R Hendra Halwani (2005) di Indonesia memiliki dua terminologi cadangan devisa yaitu Official Foreign Exchange Reserve dan country foreign exchange reserve yang memeilki cakupan yang berbeda. Pertama, merupakan cadangan devisa milik negara yang dikelola, diurus dan ditatausahakan oleh Bank Sentral sesuai dengan UU No. 13 tahun 1968. Selanjutnya, mencakup keseluruhan devisa yang dimiliki badan, perorangan, lembaga keuangan negara yang secara moneter merupakan kekayaaan nasional.

  Bank sentral dalam mengelola devisa perlu memperhatikan jumlah devisa yang ada dalam yang diperhitungkan dari keseluruhan potensi aset yang akan diperoleh dan kewajiban utang yang akan datang sehingga dapat diperkiraan netto besarnya cadangan devisa. Namun tak dapat dipungkiri untuk memperhitungkan semua kekayaan maupun kewajiban dari pihak swasta diluar perbankan dapat mempengaruhi posisi cadangan devisa. Ini dipengaruhi karen asistem cadangan devisa bebas yang dianut Indonesia sehingga memeberi kebebasan untuk pihak diluar bank mengelola dan melakukan transaksi devisa tanpa ada pencatatan oleh bank sentral.

  Padahal dapat diketahui bahwa pada jangka waktu atau pada saat jatuh tempo pinjaman swasta merupakan beban cadangan devisa nasional.

  Perangkat akuntansi yang menyeimbangkan nerasa transaksi cadangan resmi disebut saldo akhir resmi (official settlements belance) atau biasa disebut neraca pembayaran (belance of payments). Neraca ini merupakan gabungan dari neraca transaksi berjalan, neraca modal dan selisih statistik.

  Perlu adanya penyusunan kembali neraca pembayaran terhadap kategori pokok-pokok lainnya untuk menekan kesenjangan defisit dan surplus pada transaksi berjalan dan neraca non-cadangan resmi. Suatu negara yang mengalami defisit neraca pembayaran harus menarik sebagian cadanagn internasionalnya atau meminjam dari luar negeri untuk menutup defisitnya. Sedangkan untuk negara yang mengalami surplus dapat melakukan hal sebaliknya yakni memberi pinjaman untuk negara lain.

  “pentingnya menekan peranan transaksi-transaksi cadangan resmi dalam menjembatani kesenjangan antara defisit transaksi berjalan dengan surplus neraca modal non-cadangan. Neraca pembayaran memainkan peranan historis yang penting dalam menunjukkan ketidakseimbangan pembayaran internasional. Di banyak negara, nera ini masih memainkan peran penting tersebut. Neraca pembayaran yang negatif(defisit) menandakan suatu krisis dan negara tersebut harus mencairkan aset cadangan devisanya atau mencari pinjaman dari otoritas negara-negara lain.”(Paul R Krugman, 2002)

2.5.5 Masalah dalam Analisa Neraca Pembayaran

   Seringkali mengabaikan hubungan antara transaksi

  internasional yang satu dengan yang lain sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran sering kali dilihat dari satu transaksi saja tanpa memperhatikan hubungannya dengan transaksi lain. Contohnya : investasi luar negeri akan menambah defisit neraca pembayaran karena transaksi ini internasional yang satu dengan yang lain sehingga ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran sering kali dilihat dari satu transaksi saja tanpa memperhatikan hubungannya dengan transaksi lain. Contohnya : investasi luar negeri akan menambah defisit neraca pembayaran karena transaksi ini

   Surplus transaksi berjalan selalu dianggap baik untuk

  perekonomian sedangkan defisit buruk bagi perekonomian. Namun anggapan ini tidak selalu benar sebagai contoh Amerika mendapat investasi dari luar negeri lebih besar dari pengeluaran investasinya. Untuk mengimbangi surplus pada neraca modalnya maka transaksi berjalan Amerika harus defisit. Defisit maupun surplus pada salah satu komponen neraca pembayaran tidak perlu dikhawatirkan selama nilai defisit dan surplusnya diimbangi dengan defisit maupun surplus pada komponen neraca pembayaran yang lain.

   Keputusan untuk memberi bantuan(aid) pada negara lain tidak

  harus didasarkan pada pertimbangan neraca pembayaran melainkan harus lebih ditinjau dari kekuatan ekonomi negara secara keseluruhan. Contohnya Indonesia mengalami surplus neraca pembayaran dan inggris mengalami defisit neraca pembayaran. Jadi bukan berarti Indonesia dapat memberi bantuan atau pinjaman pada negara Inggris.(Nopirin, 1995).

  Menurut R Hendra Halwani (2005), dalam mekanisme penyesuaian otomatis yang meliputi mekanisme harga, mekanisme pendapatan, mekanisme moneter terdapat hal yang mendasar tentang mekanisme harga yaitu penggunaan standar emas. Mekanisme ini dianggap penting untuk mengetahui dasar perhitungan nilai transfer emas untuk mengetahui standar nilai mata uang dalam menetapkan surplus dan defisit neraca pembayaran. Ide dasar dari penyesuaian standar emas adalah defisit neraca pembayaran yang disebabkan oleh kekurangan cadangan devisa dan suplay uang sehingga menurunkan harga dalam negeri. Turunnya harga dalam negeri dapat mendorong kenaikan ekspor dan penurunan jumlah impor yang pada akhirnya diharapkan dapat memperbaiki neraca pembayaran. Sebaliknya Menurut R Hendra Halwani (2005), dalam mekanisme penyesuaian otomatis yang meliputi mekanisme harga, mekanisme pendapatan, mekanisme moneter terdapat hal yang mendasar tentang mekanisme harga yaitu penggunaan standar emas. Mekanisme ini dianggap penting untuk mengetahui dasar perhitungan nilai transfer emas untuk mengetahui standar nilai mata uang dalam menetapkan surplus dan defisit neraca pembayaran. Ide dasar dari penyesuaian standar emas adalah defisit neraca pembayaran yang disebabkan oleh kekurangan cadangan devisa dan suplay uang sehingga menurunkan harga dalam negeri. Turunnya harga dalam negeri dapat mendorong kenaikan ekspor dan penurunan jumlah impor yang pada akhirnya diharapkan dapat memperbaiki neraca pembayaran. Sebaliknya

  Menurut R Hendra Halwani (2005) dari kejadian defisit neraca pembayaran dapat disimpulkan asumsi mengenai hal-hal penting yang mendasar antara lain adalah :

  Defisit Neraca

  Arus keluar

  Suplai uang

  Pembayaran

  negari (emas)

  dalam negeri menurun

  Ekspor

  Tingkat

  Harga dalam

  meningkat ,

  kompetisi

  negeri turun

  Impor menurun

  barang dan jasa

  meningkat Defisit neraca

  pembayaran menurun

  Penjelasan :

  1. Defisit neraca pembayaran dapat diatasi dengan melakukan pengurangan

  cadangan devisa apabila suatu negara memiliki nilai tukar yang fleksible( nilai tukar tetap). Otoritas moneter dapat menjaga agar tidak kelebihan suplai uang sehingga cadangan devisa dapat digunakan untuk menyerap kelebihan suplai mata uang karena kosekuensi dari kelebihan suplai adalah menurunnya nilai mata uang yang berdampak pada penyusutan cadangan devisa.

  2. Menurunnya cadangan devisa akan berdampak pada menurunnya suplai

  uang yang akan diikuti dengan menurunnya tingkat harga yang didasarkan pada quantity theory of money, dengan rumus MV = PT. Dimana V = velocity of money atau perputaran uang dan T = volume transaksi barang (dianggap konstan) yang pada awalnya ditentukan oeh perubahan teknologi dan kondisi full employment, sedang M = money atau uangg yang merupakan variabel bebas dan P = price atau harga yang merupakan variabel dependent.

  3. Penurunan tingkat harga domestik akan meningkatkan persaingan di tingkat

  international. Jika negara berkembang mengalami defisit neraca pembayaran maka negara tersebut mengharapkan harga-harga dipasar luar negeri konstan. Apabilia yang mengalami defisit adalah negara maju maka terjadi penurunan cadangan emas karena digunakan untuk meningkatkan suplai uang dan harga.

  4. Penurunan tingkat harga ini akan menjadikan harga barang domestik

  bersaing secara kompetitif dengan barang impor. Diharakan dapat mendorong barang ekspor negara tersebut akan laku dipasar dunia dan tingkat impor barang atau jasanya dapat berkurang. Sehingga ini akan memperbaiki defisit neraca pembayaran negara tersebut.

  Menurut R Hendra Halwani (2005) dari kejadian suplus neraca pembayaran dapat disimpulkan asumsi mengenai hal-hal penting yang mendasar antara lain adalah :

  Surplus neraca

  Arus kedalam

  Suplay uang

  pembayaran

  negeri (emas)

  dalam negeri meningkat

  Ekspor

  Tingkat

  Harga dalam

  Surplus neraca pembayaran memburuk

  Penjelasan :

  1. Surplus neraca pembayaran dapat meningkatkan jumlah emas yang dimiliki

  dalam negeri. peningkatakn jumlah emas ini akan berakibat pada peningkatan suplai uang yang berdampak pada merosotnya nilai mata uang tersebut.

  2. Peningkatan cadangan devisa menjadikan peningkatan jumlah uang yang

  berdar di masyarakan. Peningkatan JUB menunjukkan adanya peningkatan pendapatan perkapita. Peningkatan pendapatan ini akan berakibat pada peningkatan daya beli masyarakat.

  3. Suplai uang yang meningkat juga mengakibatkan harga domestik menjadi

  naik kemudian berdampak pada tingkat kompetitif barang domestik dan barang impor menurun. Masyarakat akan lebih banyak mengkonsumsi barang impor sebagai akibat dari peningkatan pendapatan. Ini akan berdampak pada penurunan ekspor suatu negara karena harga yang terlalu tinggi sehingga kalah bersaing dengan barang lain dan meningkatnya permintaan akan barang impor di negara tersebut.

  4. Kondisi dimana impor lebih tinggi dari ekspor akan menjadikan neraca

  pembayaran negara tersebut yang awalnya surplus menjadi lebih buruk bahkan dapat berubah menjadi defisit.

BAB III STUDI KASUS PERBANDINGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA DAN NERACA PEMBAYARAN JEPANG

3.1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA 2010-2014

Grafik 1.1 Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 2010- 2013 ( milyar)

  Sumber: Bank Indonesia ( http:www.bi.go.id )

  Penurunan defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2013 terutama didukung oleh naiknya surplus neraca perdagangan barang, yang bersumber dari bertambahnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan menyempitnya defisit neraca perdagangan migas. Neraca perdagangan barang pada triwulan IV-2013 mencatat surplus sebesar 4,9 milyar, jauh lebih besar dari surplus pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar

  149 juta. Perbaikan neraca perdagangan barang pada triwulan IV bersumber dari kenaikkan surplus neraca perdagangan non migas dan berkurangnya defisit neraca perdagangan migas dari triwulan sebelumnya. Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat karena ekspor nonmigas yang tumbuh positif (3,8 yoy) seiring dengan pemulihan ekonomi global dan koreksi harga komoditas yang semakin terbatas. Sementara itu dari sisi impor nonmigas terkontraksi (6,6 yoy) dimana sejalan dengan moderasi perekonomian domestik dan depresiasi rupiah. Disisi neraca perdagangan migas menurun akibat turunnya impor migas disaat ekspor migas masih tumbuh positif. Sementara itu neraca jasa dan neraca pendapatan mencatat defisit.

  Defisit neraca perdagangan jasa pada triwulan IV-20113 mencapai 2,9 milyar, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yaitu 2,7 milyar. Kenaikkan defisit tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya pembayaran jasa usaha transportasi seiring masih besarnya impor dan turunnya net penerimaan jasa perjalanan mengikuti kenaikkan jumlah pengeluaran penduduk Indonesia selama berkunjung ke luar negeri.

  Defisit neraca pendapatan pada triwulan IV-2013 naik menjadi 7,1 milyar dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,9 milyar. Sesuai pola musimannya, meningkatnya defisit neraca pendapatan tersebut bersumber dari kenaikkan pembayaran bunga pinjaman atau utang luar negeri Pemerintah maupun sektor swasta.

  Neraca transfer berjalan pada triwulan IV-2013 mencatat surplus sebesar 1,1 milyar naik dibandingkan dengan surplus pda triwulan sebelumnya yaitu sebesar 0,9 milyar. Kenaikkan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan net penerimaan tenaga kerja. Pada triwulan IV pembayaran Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia tercatat lebih rendah, sedangkan penerimaan dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan perkembangan sampai triwulan IV-2013 tersebut, surplus neraca transfer berjalan pada tahun 2013 tercatat mencapai 4,1 milyar.

  Dari keseluruhan komponen neraca transaksi berjalan sampai dengan triwulan

  IV, defisit transaksi berjalan Indonesia pada tahun 2013 mencapai (-29,115 ) milyar, lebih tinggi dari defisit tahun sebelumnya yakni sebesar (-24,418) milyar.

Grafik 1.2 Transaksi Modal dan Finansial Indonesia Tahun 2010-2013 ( milyar)

  Sumber: Bank Indonesia ( http:www.bi.go.id ) Terjadinya surplus pada transaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2013