Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Persaingan dalam dunia bisnis semakin meningkat disebabkan oleh
banyaknya perusahaan-perusahaan yang berkembang dan memiliki kemampuan
manajerial yang berbeda-beda.Untuk bisa terus bertahan dalam persaingan dunia
bisnis suatu perusahaan harus memiliki strategi dan keunggulan bersaing dalam
menjalankan kegiatan usahanya, sehingga dapat bersaing dengan perusahaanperusahaan berkembang lainnya dan tetap bertahan dalam jangka waktu yang
panjang. Seorang manajer didalam suatu perusahaan merupakan kunci utama
dalam menentukan keberhasilan suatu perusahaan dan memenangkan persaingan
dalam dunia bisnis, oleh karena itu seorang manajer harus mengetahui strategi dan
cara yang tepat untuk membuat keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi keputusan tersebut.
Terdapat beberapa keputusan yang dihadapi oleh seorang manajer seperti
keputusan pendanaan, keputusan investasi dan keputusan deviden.Salah satu
keputusan penting yang perlu diperhatikan adalah keputusan pendanaan atau
keputusan struktur modal. Keputusan pendanaan oleh manajemen akan
berpengaruh pada penilaian perusahaan yang terefleksi di harga saham (Harmono,
2011). Keputusan pendanaan merupakan keputusan keuangan yang berkaitan erat
dengan pemilihan dan kombinasi sumber dana yang berasal dari dalam (internal)

yaitu ekuitas maupun dari luar (eksternal) yaitu utang jangka panjang
(Brealey,et.al, 2007:6).

1
Universitas Sumatera Utara

Menurut Gitman (2009:546), struktur modal merupakan bauran dari
hutang jangka panjang dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.Struktur modal
yang optimal akan tercapai apabila manajer perusahaan mengoptimalkan
penggunaan dana yang berasal dari internal berupa laba ditahan dan dana
eksternal berupa pinjaman hutang jangka panjang. Struktur modal pada penelitian
ini diukur dengan Debt to Equity ratio(DER) yaitu perimbangan antara total
hutang dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan tingkat resiko yang dihadapi
perusahaan yang disebabkan karena menggunakan dana eksternal berupa hutang.
Semakin tinggi tingkat DER maka semakin tinggi pula tingkat resiko perusahaan.
Jika DER sebuah perusahaan lebih dari satu maka tingkat resiko yang dihadapi
perusahaan akan lebih besar, hal ini menunjukkan bahwa jumlag ekuitas yang
dimiliki perusahaan lebih sedikit dibandingkan tingkat hutang perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2010) dalam Aji (2015) investor akan lebih

memilih menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki tingkat DER
lebih kecil dari satu yang menunjukkan tingkat resiko yang dihadapi lebih kecil
karena tingkat penggunaan hutang lebih sedikit dibandingkan penggunaan ekuitas
perusahaan. Besar kecilnya resiko yang dihadapi perusahaan akan mempengaruhi
kesejahteraan pemegang saham.
Proporsi penggunaan dari kedua alternatif dana yaitu sumber internal dan
eksternal ditentukan oleh teori struktur modal apa yang digunakan perusahaan,
apakah lebih berdasar pada pendanaan dari laba, hutang, dan saham yang dimulai
dari harga terendah sesuai Pecking Order Theory, atau didasarkan pada cost dan

2
Universitas Sumatera Utara

benefitnya antara biaya modal dan keuntungan penggunaan hutang sesuai TradeOff Theory (Fadli, 2010).Teori struktur modal Pecking Order Theorydan TradeOff Theorymemiliki pandangan berbeda mengenai penggunaan utang dalam
pendanaan. Menurut Pecking Order Theory, dalam memilih alternatif pendanaan,
manajer perusahaan lebih menyukai memenuhi kebutuhan dana dari internal yaitu
laba ditahan, kemudian peminjaman utang, dan yang terakhir ekuitas.
Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki laba
ditahan dalam jumlah yang tinggi akan sedikit menggunakan utang. Di dalam
Pecking Order Theory manajer memiliki informasi yang lebih baik daripada

investor luar mengenai prospek perusahaan yang disebut dengan asymmetric
information. Dalam hal ini, manajer perusahaan lebih mudah dalam membuat
keputusan dibandingkan dengan investor luar, apakah akan menerbitkan saham
yang baru atau menjual saham dengan harga yang tinggi. Pecking Order Theory
menyatakan bahwa pemegang saham akan lebih diuntungkan jika perusahaan
mendanai pembiayaan dana menggunakan pinjaman utang daripada menerbitkan
saham yang baru (Gitman, 2009:571-572).
Berbeda dengan Trade-Off Theory yang menyatakan bahwa manajer
perusahaan menyeimbangkan penggunaan hutang yang optimal dan biaya
financial distress yang dapat memberikan manfaat pajak yaitu dengan
meningkatkan nilai perusahaan. Penggunaan utang yang tinggi akan menyebabkan
pembayaran suku bunga yang tinggi. Tetapi jika manfaat yang diberikan lebih
tinggi karena penggunaan utang maka perusahaan akan lebih banyak
menggunakan utang, tetapi jika risiko yang lebih besar perusahaan akan

3
Universitas Sumatera Utara

mengurungkan niatnya dalam menggunakan utang.


Menurut Brigham et al.,

(1999) dalam Fadli (2010) implikasi Trade Off Theory adalah perusahaan dengan
resiko bisnis yang lebih tinggi baik menggunakan hutang dalam jumlah yang
sedikit dan perusahaan yang terkena pajak lebih tinggi memperoleh penghematan
pajak lebih tinggi bila menggunakan hutang.
Semakin besar perusahaan menggunakan hutang sampai batas maksimal
peminjaman akan semakin besar manfaat yang diberikan berupa penghematan
pajak perusahaan. Penggunaan hutang juga memiliki dampak negatif terhadap
kondisi keuangan perusahaan. Jika perusahaan menggunakan hutang dalam
jumlah besar, risiko yang dihadapi akan semakin tinggi. Untuk menutupi hutang
dalam jumlah besar, perusahaan harus mampu membayar secara penuh agar tetap
bisa mempertahankan kelangsungan hidup, jika tidak perusahaan akan mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) yang pada akhirnya akan mengalami
kebangkrutan jika hutangnya tidak tertutupi. Hal ini menyebabkan perkembangan
perusahaan terhambat dan investor sangat berhati-hati dalam menanamkan
sahamnya.
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsiyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per September tahun 2012 hingga
per September tahun 2015 sebagai sampel penelitian, dikarenakan perusahaanperusahaan tersebut melaporkan keuangannya secara terbuka sehingga peneliti

dapat mengetahui struktur modal perusahaan serta variabel-variabel yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan. Selain itu, menurut Indonesia Finance
Today Indeks

perusahaan

manufaktur

yang sebagian

besar komponen

4
Universitas Sumatera Utara

pembentuknya terdiri dari perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi,
industri dasar, dan aneka industri mengalami kenaikan 9,37% sejak awal tahun
hingga 2 Agustus 2013. Perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi
sebanyak 40 emiten memiliki bobot 44% dari pembentukan indeks manufaktur,
sementara aneka industri (43 emiten) dan industri dasar (44 emiten) masingmasing 27%.

Daya tahan sektor manufaktur terutama ditopang sektor konsumer yang
tumbuh 28%.Kenaikan ini merupakan kenaikan tertinggi kedua dari sepuluh
sektor yang ada.Kinerja sektor konsumer juga lebih tinggi dari dua sektor lainnya
yakni sektor aneka industri dan industri dasar yang juga menjadi bagian indeks
manufaktur. Jika ditelaah lebih lanjut, sebanyak lima dari enam emiten terbesar
yang mencatat kenaikan merupakan emiten indeks konsumer sehingga dapat
disebutkan bahwa sektor konsumer merupakan kontributor terbesar secara
sektoral. Saham-saham dari emiten ini akan menjadi pilihan karena masih
menawarkan potensi kenaikan. Mereka adalah produsen kebutuhan mendasar
konsumen seperti makanan, minuman, obat, daging, dan produk toiletries.Hal ini
membuat para investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaanperusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi.
Komposisi struktur modal sangat mempengaruhi berhasil tidaknya suatu
perusahaan dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan berkembang
lainnya. Untuk itu, komposisi total hutang dengan total modal yang dimiliki
perusahaan harus dikelola dengan benar sehingga tercipta struktur modal yang
optimal.

5
Universitas Sumatera Utara


BerikutTabel 1.1 yang menyajikan komposisi total ekuitas dan total hutang
lima perusahaan manufaktur sektorindustri barang konsumsiterbesar yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari per September tahun 2012 hingga per
September tahun 2015 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Komposisi Total Ekuitas dan Total Hutang Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsiper September Tahun 2012 – 2015
(dalam jutaan rupiah)
N
o
1

2

3
4

5

Nama

Perusahaan
PT.Akasha
wira
International
Tbk
PT.Indofood
Sukses
Makmur
Tbk
PT.Kalbe
Farma Tbk
PT.Bentoel
Internasional
Investama
Tbk
PT.Mandom
Indonesia
Tbk

2012


Total Ekuitas
2013
2014

2015

2012

Total Hutang
2013
2014

2015

190.230

259.147

290.192


312.813

187.757

168.515

300.709

385.790

407.667

411.991

237.745

349.337

687.030


792.073

922.210

1.048.855

187.494

253.100

279.565

277.078

209.473

124.789

21.629

267.626

494.961

704.437

1.018.483

808.754

1.078.951

1.185.541

1.260.660

1.635.871

188.938

272.552

486.725

337.469

333.405

204.085

454.282

496.697

Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kelima perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi memiliki struktur modal yang
berbeda-beda setiap tahunnya. Struktur modal pada perusahaan PT.Indofood
Sukses Makmur Tbk menunjukkan perusahaan menganut Pecking Order Theory
yang lebih banyak menggunakan dana internal dibandingkan dana eksternal pada
tahun 2012 dan 2013. Tetapi pada tahun 2014 dan 2015 perusahaan PT.Indofood
Sukses Makmur Tbk menganut Trade-Off Theory yang menggunakan modal
eksternal dari hutang cukup besar. Pada perusahaan PT.Bentoel Internasional
Investama Tbk dapat dilihat bahwa perusahaan tersebut menganut Trade

6
Universitas Sumatera Utara

OffTheory yang menggunakan dana eksternal lebih besar dibandingkan dana
internal.

Sedangkan

struktur modal

pada perusahaan

PT.Akasha

Wira

Internasional Tbk, PT.Kalbe Farma Tbk, dan PT.Mandom Indonesia Tbk
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut menganut Pecking Order
Theory yang menggunakan modal internal lebih besar dibandingkan modal
eksternal.
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa
perusahaan-perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi tidak
menganut teori yang sama setiap tahunnya, seperti yang terdapat pada perusahaan
PT.Indofood Sukses Makmur Tbk. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti dan
menganalisis kembali teori struktur modal yang dianut perusahaan-perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi.
Terdapat beberapa variabel yang menentukan manajer perusahaan dalam
menentukan keputusan pendanaan untuk mencapai struktur modal optimal.Choi
(2014) menggunakan variabel profitabilitas, aset berwujud, ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan pajak perusahaan pada struktur modal perusahaan
yang ada di Korea.Sedangkan Ramadan (2015) menggunakan variabel
profitabilitas dan ukuran perusahaan pada struktur modal perusahaan manufaktur
di Jordan.Penelitian yang dilakukan Alzomaia (2014) menggunakan variabel
ukuran perusahaan, pertumbuhan, aset berwujud, dan profitabilitas pada struktur
modal perusahaan yang terdaftar di Saudi Arabia.Pada penelitian ini variabel yang
digunakan diantaranya profitabilitas, aset berwujud, ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan pajak.

7
Universitas Sumatera Utara

Profitabilitas merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi
struktur modal. Profitabilitas pada penelitian ini menggunakan ROA (Return On
Assets) yang dihitung dengan membandingkan rasio laba bersih sebelum pajak
(net income before tax) dengan total aset perusahaan (total assets). Menurut Bauer
(2004) dalam Acaravci (2015) perusahaan yang profitableakan sedikit
menggunakan dana eksternal (hutang dan ekuitas) karena cenderung memenuhi
kebutuhan pendanaannya menggunakan dana dari internal berupa laba yang
ditahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pahuja dan Sahi (2012) menunjukkan
bahwa profitabilitas tidak memiliki hubungan yang negatif signifikan terhadap
leverage. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinthayani dan Sedana
(2015) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap struktur modal manufacture MNc. Hal ini bertentangan
dengan Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
negatif signifikan antara profitabilitas dengan struktur modal perusahaan.
Aset berwujud dalam jumlah memadai dapat dijadikan perusahaan sebagai
jaminan untuk mendapatkan pinjaman utang.Perusahaan yang memiliki struktur
aktiva tetap lebih mudah mendapatkan pinjaman utang karena struktur aktiva yang
jelas dapat dijadikan jaminan sehingga perusahaan tersebut mendapat kepercayaan
dalam meminjam utang. Aset berwujud dalam Choi (2014) menunjukkan
pengaruh nilai jaminan aset terhadap leverage perusahaan. Trade off theory
menunjukkan hubungan yang positif antara financial leverage dan aset
berwujud.Risiko akibat meminjamkan utang kepada perusahaan yang aset

8
Universitas Sumatera Utara

berwujudnya rendah dan peminjam akan meminta pembayaran yang rendah risiko
(low-risk).
Penelitian yang dilakukan oleh Choi (2014) menunjukkan bahwa aset
berwujud memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap leverage
perusahaan.Sedangkan penelitian yang dilakukan Acaravci (2015) menunjukkan
hasil yang berbeda.Titman dan Wessels (1988) dalam Acaravci (2015)
menyatakan aset berwujud merupakan perbandingan rasio aset tak berwujud
terhadap total aset.Trade off theory menyatakan terdapat hubungan yang positif
antara aset berwujud dengan leverage.Dalam penelitian ini, aset berwujud
memiliki hubungan yang negatif terhadap leverage.Hal ini sejalan dengan Pecking
Order Theory. Perusahaan yang memiliki aset berwujud yang lebih besar akan
memiliki jaminan yang pasti untuk melakukan peminjaman utang sehingga
struktur modal akan meningkat. Disamping itu, peningkatan struktur aktiva akan
menyebabkan peningkatan pada pengguanaan utang karena perusahaan akan
membutuhkan dana yang lebih banyak dalam mengembangkan usahanya.
Berikut Tabel 1.2 yang menyajikan komposisi laba bersih sebelum pajak,
aset tetap,

dan total asetlima perusahaan manufaktur sektorindustri barang

konsumsi terbesar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per September tahun
2012 hingga per September tahun 2015 sebagai berikut:

9
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Laba Bersih Sebelum Pajak, Aset Tetap, Total Aset Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Per September 2012 - 2015
(dalam Jutaan Rupiah)
No.
1.

2.

Nama Perusahaan
PT.Akasha wira
International Tbk

PT.Indofood Sukses
Makmur Tbk

3.

PT.Kalbe Farma Tbk

4.

PT.Bentoel
Internasional Investama
Tbk

5.

PT.Mandom Indonesia
Tbk

Tahun

Aset Tetap

Total Aset

2012

Laba Bersih
Sebelum Pajak
63.494

104.730

377.987

2013
2014
2015
2012

48.985
33.776
22.630
501.091

103.651
168.618
240.627
1.500.245

427.662
494.277
613.522
5.711.513

2013
2014
2015
2012
2013
2014
2015
2012

331.170
539.196
262.277
165.709
181.360
198.782
201.583
179.209

2.129.057
2.453.962
2.416.976
2.170.297
2.734.624
3.253.620
3.802.024
2.025.164

7.351.279
8.619.499
9.086.884
8.745.245
10.451.743
12.017.762
13.259.344
7.044.347

2013
2014
2015
2012

840.910
1.441.774
1.523.656
1.781.963

2.676.563
3.697.462
4.224.441
4.342.273

8.292.263
10.401.128
10.763.808
12.678.895

2013
2014
2015

2.200.467
2.078.861
4.624.919

5.527.858
8.250.828
9.001.188

14.581.001
17.473.863
19.733.406

Sumber : www.idx.co.id
Dari Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pada perusahaan PT.Bentoel
Internasional Investama Tbk dan PT.Mandom Indonesia Tbk mengalami
peningkatan laba bersih, aset tetap, dan total aset setiap tahunnya. Sedangkan pada
perusahaan PT.Akasha Wira Internasional Tbk, PT.Indofood Sukses Makmur
Tbk, dan PT.Kalbe Farma Tbk mengalami peningkatan yang fluktuatif pada aset
tetap seiring meningkatnya total aset setiap tahunnya. Laba bersih sebelum pajak
pada perusahaan PT.Akasha Wira Internasional Tbk mengalami penurunan seiring
meningkatnya total aset dari tahun ke tahun. Tetapi pada perusahaan PT.Kalbe
10
Universitas Sumatera Utara

Farma laba bersih sebelum pajak dan total aset mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Pada perusahaan PT.Indofood Sukses Makmur Tbk, laba bersih sebelum
pajak mengalami peningkatan yang fluktuatif, yaitu pada tahun 2013 dan 2015
mengalami penurunan, dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan.
Selain profitabilitas dan aset berwujud terdapat beberapa variabel yang
ikut mempengaruhi struktur modal perusahaan, yaitu ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan pajak perusahaan.Perusahaan besar umumnya
memiliki aliran kas yang lebih stabil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih
kecil.Ukuran perusahaan sangat berhubungan dengan risiko kebangkrutan dan
perusahaan yang lebih besar memiliki kapasitas utang yang lebih tinggi karena
dapat meminjam utang lebih mudah daripada perusahaan yang lebih kecil.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadan (2015) menunjukkan terdapat
hubungan positif yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan leverage.Hal
ini sejalan dengan Trade-Off Theory yang menyatakan perusahaan besar
cenderung memenuhi kebutuhan pendanaannya menggunakan utang daripada
menggunakan ekuitas.Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pahuja dan
Sahi (2012) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi
struktur modal suatu perusahaan.
Pertumbuhan penjualan suatu perusahaan juga mempengaruhi struktur
modal perusahaan.Suatu perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang stabil
dapat dengan mudah meminjam utang dalam jumlah yang besar dan
mengeluarkan biaya tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
tingkat penjualannya tidak stabil.Pertumbuhan penjualan dinyatakan dalam

11
Universitas Sumatera Utara

perbandingan jumlah penjualan bersih pada tahun tertentu berdasarkan jumlah
penjualan bersih pada tahun dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadan (2015) menunjukkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang terbalik antara tingkat pertumbuhan dan leverage,
berdasarkan fakta bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi cenderung
memiliki saham overvalued yang mendorong manajer untuk menerbitkan saham
untuk

mendanai

kebutuhan

dana.

Hal

ini

sejalan

dengan

Trade-Off

Theory.Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alzomaia (2014) yang
memberikan hasil bahwa tingkat pertumbuhan penjualan memiliki hubungan yang
signifikan dan positif terhadap leverage.Hal ini sejalan dengan Pecking Order
Theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami pertumbuhan
mengakumulasi utang sepanjang waktu.
Variabel lain yang ikut mempengaruhi struktur modal adalah pajak
perusahaan. Menurut Trade-Off Theory, penggunaan hutang dalam memenuhi
kebutuhan pendanaan memanfaatkan biaya kebangkrutan (bankruptcy cost)
dengan manfaat pajak untuk mendapatkan perlindungan pajak perusahaan. Myers
(1984) dalam Choi (2014) berpendapat bahwa perusahaan dengan tingkat pajak
perusahaan yang lebih tinggi seharusnya meminjam hutang lebih dari perusahaan
dengan tingkat pajak perusahaan yang lebih rendah, jika pemanfaatan pajak
berdasarkan Trade-Off Theory adalah benar.Pada penelitian yang dilakukan oleh
Choi (2014) menunjukkan bahwa keuntungan pajak dari penggunaan utang untuk
pendanaan mempunyai hubungan yang negatif tidak signifikan terhadap leverage.

12
Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali teori struktur modal yang
digunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi serta meneliti
kembali variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal perusahaan
manufaktur sektor industri konsumsi. Penelitian terdahulu mengenai struktur
modal dilakukan masih menunjukkan perbedaan penelitian (research gap), dan
berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 menunjukkan terdapatnya fenomena empiris
(fenomena gap) yang berkenaan dengan keputusan struktur modal perusahaan.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Struktur Modal Optimal
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek
Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian mengenai variabelvariabel yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Apakah profitabilitas, aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan
penjualan, dan pajak perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap struktur
modal optimal perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi?
2. Apakah profitabilitas, aset berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan
penjualan, dan pajak perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap
struktur modal optimal perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi?

13
Universitas Sumatera Utara

3. Bagaimana teori struktur modal yang digunakan oleh perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsiPecking Order Theory atau Trade Off Theory
dalam menentukan keputusan struktur modal?

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel profitabilitas, aset
berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan pajak perusahaan
secara parsial terhadap struktur modal perusahaan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel profitabilitas, aset
berwujud, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan pajak perusahaan
secara simultan terhadap struktur modal perusahaan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis teori struktur modal yang digunakan
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dalam menentukan
keputusan struktur modal, apakah Pecking Order Theory atau Trade-Off
Theory.

1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk:
1. Perusahaan
Sebagai referensi terutama pada para manajer keuangan perusahaan berkaitan
dengan pertimbangan dalam menentukan keputusan pendanaan atau keputusan

14
Universitas Sumatera Utara

struktur modal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.
2. Investor
Memberikan pandangan dan gambaran kepada investor untuk membantu
investor dalam membuat keputusan investasi kepada perusahaan yang akan
ditanamkan dananya dengan mempertimbangkan dan menaganalisis struktur
modal perusahaan yang bersangkutan sehingga mendapatkan keuntungan yang
maksimum dan dapat mensejahterakan kehidupan pemegang sahamnya.
3. Peneliti
Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai Pecking Order Theory
atau Trade-Off Theory melalui variabel-variabel yang mempengaruhi struktur
modal yang dikaitkan dengan perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI.
4. Akademik
Sebagai referensi dan pengetahuan dalam mengelola laporan keuangan yang
baik dan terarah terutama mengenai Pecking Order Theory atau Trade-Off
Theory dalam keputusan struktur modal perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi.

15
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 83 97

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 78 83

Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

18 231 103

Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Analisis Struktur Modal Optimal Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN MODAL KERJA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR MELIPUTI SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 4 11

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ARTIKEL ILMIAH

0 0 17