Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
OLEH
NADILA FALENSIA.R. 110503255
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar karya tulis saya sendiri yang disususn sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian dari data yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah sesuai dengan prinsip penulisan etika ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiatrisme dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Februari 2015 Yang membuat pernyataan,
Nadila Falensia NIM : 110503255
(3)
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Struktur modal merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan berpengaruh langsung terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji pengaruh sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang meliputi sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun penelitian 2011-2013.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 19 perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi, dimana metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Teknik analisis data menggunakan analisis dan statistik (regresi linear berganda).
Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa sales growth, profitabilitas, dan struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi, sedangkan secara parsial likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi. Secara simultan sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi.
Kata kunci : Sales Growth, Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Aktiva, Struktur Modal.
(4)
ABSTRACT
EFFECT SALES GROWTH, PROFITABILITY, LIQUIDITY, AND ASSET STRUCTURE IN COMPANY SECTOR VARIOUS INDUSTRIAL AND
INDUSTRIAL SECTOR CONSUMER GOODS LISTED IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE
Capital structure is important thing for the company because good and bad of company will directly for company’s goal. Capital structure related to the amount of debt and own equity used to finance the company’s assets. This study is to know and test the effect of sales growth, profitability, liquidity, and asset structure either partially or simultaneously in manufacturing companies covering various sectors of industrial and consumer goods industry sectors listed on the Indonesian Stock Exchange during the period of study 2011-2013.
Nineteen manufacture company are used as the sample of this research in various sectors of industrial and consumer goods industry sector. The method of the research is purposive sampling which devine as a sample of taking method which take an object by certain criteria. Analysis using descriptive and statistical analysis (linear regression)
Partially, the results showed that the sales growth, profitability, and asset structure are not influential significantly to capital structure of the company various industry sectors and consumer goods industry while the liquidity is influential significantly to capital structure of the company various industry sectors and consumer goods industry . simultaneously, the results showed that the variables of sales growth, profitability, liquidity, and asset structure influential significantly to capital structure of the company various industry sectors and consumer goods industry.
Keyword: Sales Growth, Profitability, Liquidity, Asset Structure, Capital Structure.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, disusun dalam rangka memenuhi slaah satu syarta untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, peneliti banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasihat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M,Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakuktas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(6)
4. Bapak Drs. Rustam, Msi, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Ibu Yeti Meliany Lubis SE, Msi, Ak selaku dosen pembaca yang telah membantu dan membimbing saya dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Orang tua penulis dan teman-teman penulis yang telah memberikan doa dan dukungan yang tulus baik secara moril maupun materiil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, februari 2015 Penulis
Nadila Falensia.R. 110503255
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ………..ii
ABSTRACT ……….iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ……….vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
4.1 Latar Belakang Masalah ... 1
4.2 Perumusan Masalah ... 6
4.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
4.3.1 Tujuan Penelitian ... 7
4.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Tinjauan Teoritis ... 9
2.1.1 Pengertian Struktur Modal ... 9
2.1.2 Teori Struktur Modal... 11
2.1.2.1 Teori Pendekatan Modigliani dan Miller ... 11
2.1.2.2 Agency Theory ... 12
2.1.2.3 Signaling Theory ... 15
2.1.2.4 Pecking Order Theory ... 16
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ... 17
2.1.3.1 Sales Growth ... 17
2.1.3.2 Profitabilitas ... 18
2.1.3.3 Likuiditas ... 19
(8)
2.2 Penelitian Terdahulu ... 21
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Jenis Data dan Sumber Data ... 28
3.2.1 Jenis Data ... 28
3.2.2 Sumber Data ... 28
3.3 Batasan Operasional ... 29
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
3.4.1 Populasi Penelitian ... 29
3.4.2 Sampel Penelitian ... 30
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
3.5.1 Variabel Dependen ... 34
3.5.2 Variabel Independen ... 35
3.5.2.1 Sales Growth ... 35
3.5.2.2 Profitabilitas ... 35
3.5.2.3 Likuiditas ... 36
3.5.2.4 Struktur Aktiva ... 37
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.7 Metode Analisis Data ... 39
3.8 Teknik Analisis Data ... 40
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 40
3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 41
3.8.2.1 Uji Normalitas ... 41
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 43
3.8.2.3 Uji Autokorelasi ... 43
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 45
3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 45
3.8.3.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 45
3.8.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 46
(9)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Deskripsi Data ... 48
4.2 Hasil Penelitian ... 48
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 48
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 50
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 51
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 54
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 55
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 56
4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 57
4.2.3.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ... 57
4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ... 59
4.2.3.3 Uji Koefisien Determinasi ... 60
4.2.4 Analisis Regresi ... 61
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Keterbatasan ... 68
5.3 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN 72
(10)
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
1.1 Debt to Equity Ratio (DER) Sampel Penelitian………. 4
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……….………... 21
3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ……… 31
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………....……. 38
3.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin Watson…….…….… 44
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ……….… 49
4.2 Hasil Uji Normalitas ………..………... 52
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ………..………. 54
4.4 Hasil Uji Autokorelasi …………..………. 55
4.5 Hasil Uji Parsial (Uji-t)………...……….. 58
4.6 Hasil Uji Simultan (Uji-F)………. 59
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………..……….. 60
(11)
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ………. 23
4.1 Uji Normalitas Histogram .………... 53
4.2 Uji Normalitas Grafik P-Plot ………... 53
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman 1 Debt to Equity Ratio (DER) sampel penelitian……… 72 2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian……….……… 73 3 Tabulasi Hasil Perhitungan Sales growth …………... 76 4 Tabulasi Hasil PerhitunganProfitabilitas ……… 76 5 Tabulasi Hasil PerhitunganLikuiditas ………...……. 77 6 Tabulasi Hasil PerhitunganStruktur Aktiva ………… 78
(13)
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
Struktur modal merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan berpengaruh langsung terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji pengaruh sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang meliputi sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun penelitian 2011-2013.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 19 perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi, dimana metode yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Teknik analisis data menggunakan analisis dan statistik (regresi linear berganda).
Secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa sales growth, profitabilitas, dan struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi, sedangkan secara parsial likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi. Secara simultan sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor aneka industri dan industri barang konsumsi.
Kata kunci : Sales Growth, Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Aktiva, Struktur Modal.
(14)
ABSTRACT
EFFECT SALES GROWTH, PROFITABILITY, LIQUIDITY, AND ASSET STRUCTURE IN COMPANY SECTOR VARIOUS INDUSTRIAL AND
INDUSTRIAL SECTOR CONSUMER GOODS LISTED IN INDONESIA STOCK
EXCHANGE
Capital structure is important thing for the company because good and bad of company will directly for company’s goal. Capital structure related to the amount of debt and own equity used to finance the company’s assets. This study is to know and test the effect of sales growth, profitability, liquidity, and asset structure either partially or simultaneously in manufacturing companies covering various sectors of industrial and consumer goods industry sectors listed on the Indonesian Stock Exchange during the period of study 2011-2013.
Nineteen manufacture company are used as the sample of this research in various sectors of industrial and consumer goods industry sector. The method of the research is purposive sampling which devine as a sample of taking method which take an object by certain criteria. Analysis using descriptive and statistical analysis (linear regression)
Partially, the results showed that the sales growth, profitability, and asset structure are not influential significantly to capital structure of the company various industry sectors and consumer goods industry while the liquidity is influential significantly to capital structure of the company various industry sectors and consumer goods industry . simultaneously, the results showed that the variables of sales growth, profitability, liquidity, and asset structure influential significantly to capital structure of the company various industry sectors and consumer goods industry.
Keyword: Sales Growth, Profitability, Liquidity, Asset Structure, Capital Structure.
(15)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Ditengah laju pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat, maka dunia usaha pun dihadapkan pada kondisi persaingan yang semakin ketat. Semakin ketatnya persaingan menyebabkan para pelaku usaha berupaya meningkatkan aktivitas perusahaannya. Upaya peningkatan aktivitas perusahaan ini tidak terlepas dari fungsi keuangan. Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaannya. Dalam mengelola fungsi keuangan, salah satu unsur yang penting untuk diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk kegiatan operasinya dan untuk mengembangkan usahanya. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari dalam (internal) maupun dari luar (external) perusahaan. Dana yang diperoleh dari sumber internal adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri oleh perusahaan, yaitu laba ditahan
(retained earnings) dan penyusutan (depreciations), sedangkan dana yang diperoleh dari pihak eksternal adalah dana yang berasal dari kreditur, pemilik, dan peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Namun, perlu diperhatikan penggunaan dana eksternal (hutang) menimbulkan risiko apabila perusahaan tidak mampu membayar hutang-hutangnya maka perusahaan terancam likuiditasnya.
Salah satu aspek yang menjadikan perusahaan akan berjalan baik dan lancar adalah jika modal yang tersedia mencukupi kebutuhan, selain itu komposisi atau
(16)
struktur modal yang ada juga menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, jika struktur modal suatu perusahaan belum optimal maka perusahaan belum bisa mencukupi kebutuhan tersebut. Oleh sebab itu, penentuan struktur modal merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan berpengaruh langsung terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan (Martono dan Harjito, 2001:240). Struktur modal yang optimal terjadi pada leverage keuangan sebesar x, dimana ko (tingkat kapitalisasi perusahaan atau biaya modal keseluruhan) minimal yang akan memberikan harga saham tertinggi. Leverage keuangan ini merupakan perimbangan penggunaan hutang dengan modal sendiri dalam perusahaan. Namun, jika struktur modal tidak optimal maka akan menimbulkan biaya modal yang terlalu besar. Apabila hutang yang digunakan terlalu besar maka akan menimbulkan biaya hutang yang besar. Di lain hal, jika perusahaan menerbitkan terlalu banyak saham maka biaya modal yang ditanggung terlalu besar. Dalam penentuan struktur modal, diperlukan pertimbangan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pengertian struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen
(17)
dan saham biasa (Van Horne dan Wachowicz, 2007:124). Sedangkan struktur modal perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.
Struktur modal diukur dengan rasio perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal di proxy dengan
debt to equity ratio (DER), yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Proxy digunakan untuk mempermudah pengukuran karena faktor tersebut tidak dapat diukur secara langsung. Debt to Equity Ratio
(DER) dapat menunjukkan tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio Debt to Equity Ratio (DER), maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity) mengingat dalam perhitungan hutang dibagi dengan modal sendirinya, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER diatas 1, sehingga penggunaan dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak menggunakan dari unsur hutang.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur pada sektor aneka industri dan sektor indutri barang konsumsi. Banyaknya pendirian perusahaan pada kedua sektor ini menyebabkan persaingan yang terjadi semakin ketat dan tajam. Kedua sektor ini dipilih karena saham pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi merupakan saham-saham yang tahan terhadap krisis ekonomi dibandingkan sektor lain. Selain itu, perusahaan pada sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi juga mempunyai potensi dalam mengembangkan produknya secara lebih cepat yaitu dengan
(18)
melakukan berbagai inovasi dan cenderung mempunyai ekspansi pasar yang lebih luas dibandingkan perusahaan sektor lainnya.
Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio (DER) Sampel Penelitian
No Kode
Perusahaan
Nama Perusahaan DER RATA
-RATA 2011 2012 2013
1. AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
0,96 0,90 1,13 0,99 2. DLTA PT. Delta Djakarta Tbk 0,22 1,25 0,28 0,58 3. MYOR PT. Mayora Indah Tbk 1,72 1,71 1,47 1,63 4. ROTI PT. Nippon Indosari
Corpindo Tbk
0,39 0,81 1,32 0,84
5. SKLT PT. Sekar Laut Tbk 0,74 0,93 1,16 0,94
6. STTP PT. Siantar top Tbk 0,91 1,16 1,12 1,06 7. KICI PT. Kedaung Indah Can
Tbk
0,36 0,43 0,33 0,38 8. HMSP PT. HM Sampoerna Tbk 0,90 0,97 0,94 0,93 9. TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 0,11 0,15 0,24 0,16 10. UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk 1,85 2,02 2,14 2,03 11. KAEF PT. Kimia Farma Tbk 0,43 0,44 0,52 0,46 12. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 0,27 0,28 0,33 0,29 13. PYFA PT. Pyridam Farma Tbk 0,43 0,55 0,86 0,61 14. TSPC PT. Tempo Scan Pacific
Tbk
0,40 0,38 0,40 0,39 15. MASA PT. Multistrada Arah Sarana
Tbk
1,68 0,68 0,68 1,01
16. NIPS PT. Nipress Tbk 1,69 1,45 2,38 1,84
17. PRAS PT. Prima Alloy Steel Tbk 2,45 1,06 0,96 1,49 18. SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 0,70 0,76 0,69 0,71 19. PBRX PT. Pan Brother Tex Tbk 1,21 1,43 1,36 1,33
RATA-RATA DER PER TAHUN 0,89 0,91 0,96
Sumber :
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata debt to equity (DER) pertahun dari tahun 2011-2013 perusahaan manufaktur pada sektor aneka industri dan indutri barang konsumsi yang terdaftar di BEI berada dibawah
(19)
satu yaitu sebesar 0,89, 0,91, dan 0,96 hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan dana untuk aktivitas investasinya dari modal sendiri.
Dengan nilai rata-rata debt to equity ratio dibawah satu berarti perusahaan memiliki jumlah utang yang lebih kecil daripada jumlah modal sendiri dan hal ini sesuai dengan teori struktur modal yang optimal dimana seharusnya jumlah utang tidak lebih besar daripada modal sendiri. Namun ada beberapa perusahaan yang memiliki DER diatas satu. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata DER lebih besar dari satu menunjukkan bahwa utang yang digunakan perusahaan lebih besar dari modal sendiri. Hal ini mengakibatkan perusahaan akan menanggung biaya modal yang lebih besar sebanding dengan risiko yang akan dihadapi perusahaan.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, antara lain: Rachmawardani (2007) meneliti mengenai analisis pengaruh aspek likuiditas, risiko bisnis, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal (studi empiris pada sektor keuangan dan perbankan di BEJ tahun 2000-2005). Abimanyu (2009) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2007. Hafitz (2011) meneliti mengenai pengaruh firm size, growth opportunity, liquidity, dan
profitability terhadap struktur modal perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Winahyuningsih, et al (2011) meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go public di bursa efek indonesia. Marpaung (2013) meneliti tentang pengaruh profitabilitas,
(20)
likuiditas, ukuran perusahaan dan struktur aset terhadap struktur modal pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2011.
Berdasarkan latar belakang di atas dan adanya perbedaan hasil penelitian serta perbedaan pengukuran, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah sales growth berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
2. Apakah profitabilitasberpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
4. Apakah struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
(21)
5. Apakah sales growth, profitabilitas, likuiditas dan struktur aktiva berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh sales growth terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. Untuk mengetahui pengaruh sales growth, profitabilitas, likuiditas dan struktur aktiva secara simultan terhadap struktur modal pada perusahaan sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
(22)
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan dan diharapkan dapat diaplikasikan secara langsung di dunia kerja.
2. Akademisi
Penelitian ini dapat memberikan gagasan, ide dan pemikiran dalam upaya penerapan ilmu serta dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya.
3. Investor
Sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang akan ditanamkan dananya dengan melihat struktur modal perusahaaan tersebut dan untuk menentukan alternatif pendanaan.
4. Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan struktur modal yang optimal.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Dalam dunia keuangan, pengertian dari struktur modal biasanya mengacu pada bagaimana sebuah perusahaan mengelola pendanaan untuk aset-asetnya melalui kombinasi dari pendanaan modal sendiri (equity financing) dan pembiayaan hutang (debt financing).
Struktur modal mempunyai definisi yang berbeda dengan struktur keuangan. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Menurut Warsono (2003:235) “Struktur keuangan merupakan kombinasi bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi pasiva)”. Menurut Weston dan Copeland (1996:165) “struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham”. Sedangkan Menurut Brigham dan Houston (2001:58) “struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen dan saham biasa”. Menurut Weston & Copeland (1996:163) “struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham”.
(24)
Menurut Martono dan Agus (2001:239) “struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditujukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.”
Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing). Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga memaksimalkan nilai perusahaan (Martono dan Agus, 2001:239).
Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang (hutang jangka panjang maupun jangka pendek) terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui debt to equity ratio (DER). DER dapat menunjukkan tingkat resiko suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio DER, maka perusahaan semakin tinggi resikonya karena pendanaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity) mengingat dalam perhitungan hutang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti rasio DER diatas 1, sehingga penggunaan dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak menggunakan dari unsur hutang. Dalam kondisi DER diatas 1 perusahaan harus menanggung biaya modal yang besar, resiko yang ditanggung perusahaan juga meningkat apabila investasi yang
(25)
dijalankan perusahaan tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal. Oleh karena itu, investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari 1 karena jika lebih besar dari 1 menunjukkan resiko perusahaan semakin meningkat.
2.1.2 Teori Struktur Modal
2.1.2.1 Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori mengenai struktur modal dikenalkan Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller (yang selanjutnya disebut MM). Mereka mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis yaitu “The Cost of capital, Corporation Finance, and The Theory of Invesment”. Teori MM membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya.
Menurut Brigham dan Houston (2001 : 31), studi Modigliani dan Miller didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain :
1. Tidak ada biaya broker 2. Tidak ada pajak
3. Tidak ada biaya kebangkrutan
4. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan.
5. Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan pada masa mendatang
(26)
Pada tahun 1963, Modigliani dan Merton Miller mengeluarkan artikel lanjutan berjudul “Corporate Income Taxes and The Cost of Capital: A Correction” yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Dengan demikian teori ini menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan, artinya penggunaan hutang maupun modal sendiri akan memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan.
Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya. Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan.
2.1.2.2 Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976. Teori keagenan adalah hubungan
(27)
antara agen (manajemen suatu usaha) dan principal
Menurut pendekatan ini, manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham ini, akan bertindak demi kepentingan pemegang saham dan mendelegasikan wewenang pengambilan ke agen. Untuk dapat melakukan fungsinya, manajemen wajib diberikan intensif dan pengawasan. Cara-cara pengawasan yang dapat dilakukan antara lain, pengikatan agen, pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen dan pemeriksaan laporan keuangan. Pengawasan manajemen ini tentunya membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi (agency cost). Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemem bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak–pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalkan cost sebagai dampak adanya informasi yang asimetris dan kondisi ketidakpastian.
(28)
kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham (Van Horne dan Wachowicz, 2007:55).
Biaya keagenan terdiri dari 3 jenis yang meliputi monitoring cost, bonding cost, dan residual loses”. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Sedangkan residual loses
timbul dari kenyataan bahwa agen melakukan tindakan yang tidak memaksimumkan kepentingan prinsipal.
Menurut Wahidahwati (2002:45), ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu :
1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
2. Meningkatkan dividend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. 3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang
(29)
perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.
4. Institutional investor sebagai monitoring agents. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
2.1.2.3 Signaling Theory
Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaaan. Teori ini disusun berdasarkan asumsi adanya asymmetric information antara manajer dan pemegang saham. Karena adanya asymmetric information maka manajer berusaha memberi signal (sinyal) kepada investor.
Menurut Brigham dan Houston (2001:39) “perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal”. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan
(30)
saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah (Brigham dan Houston, 2001:40). Hanya perusahaan yang benar-benar kuat yang berani menanggung resiko mengalami kesulitan keuangan ketika porsi hutang perusahaan relatif tinggi. Maka porsi hutang yang tinggi dipakai manajer sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kinerja yang handal.
2.1.2.4 Pecking Order Theory
Myers dan Majluf pada tahun 1984 merumuskan teori struktur modal yang dinamakan pecking order theory. Dinamakan
pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan lebih menyukai pendanaan melalui modal internal, seperti dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan external financing yang sedikit.
Ada teori alternatif yang dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang menguntungkan meminjam jumlah uang yang lebih sedikit. Teori ini berdasarkan asumsi asimetris, manajer tahu lebih banyak dari pada investor luar tentang profitabilitas dan prospek perusahaan. Observasi ini mencetuskan teori pecking order struktur modal.
(31)
Teori ini berbunyi sebagai berikut (Brealey, dkk, 2008:25):
a) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham.
b) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan uang tidak terlalu diterjemahkan sebagai petanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal 2.1.3.1 Sales Growth
Menurut Kesuma (2009:41), pertumbuhan penjualan (sales growth) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu.
Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Menurut Brigham dan Houston (2011:145), “perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar. Pertumbuhan penjualan menggambarkan ukuran mengenai besarnya pendapatan per
(32)
saham perusahaan yang diperbesar oleh hutang. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan usahanya daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat.
2.1.3.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Profitabilitas mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas biasanya digunakan sebagai informasi bagi pemegang saham untuk melihat keuntungan yang benar-benar diterima dalam bentuk dividen. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laba-rugi perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan berdasarkan perhitungan-perhitungan rasio atas dasar analisis kuantitatif, yang menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan rugi-laba dan neraca.
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Dengan
(33)
laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan
pecking order theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari laba ditahan, kemudian hutang, dan yang terakhir penjualan saham baru.
2.1.3.3 Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid. Namun sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan tidak likuid. Pada saat jatuh tempo, perusahaan harus membayar kewajibannya kepada pihak luar perusahaan dan untuk dapat memenuhi kewajibannya tersebut, perusahaan harus memiliki jumlah kas, investasi, atau aktiva lancar lainnya yang dapat segera dikonversi (diubah) menjadi kas untuk memenuhi kewajibannya seperti, membayar tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo. Semakin tinggi nilai likuiditasnya maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
(34)
2.1.3.4 Struktur aktiva
Aset atau aktiva adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar (meliputi: kas, investasi jangka pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang penghasilan) dan aktiva tetap (meliputi : investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud). Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Brigham dan Houston (2001:184) menyatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan.
Struktur aktiva perusahaan memainkan peranan penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil, besarnya aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan.
(35)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai struktur modal telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti terdahulu yang menghasilkan temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama
peneliti Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 1 Yulinda
Rachma wardani (2007) Analisis Pengaruh Aspek Likuiditas, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Sektor Keuangan dan Perbankan di BEJ Tahun 2000-2005 Variabel Dependen : Struktur Modal Variabel Independen: Likuiditas, risiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan penjualan.
Hasil dari penelitian ini adalah likuiditas, risiko bisnis, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap struktur modal
2 Sony Abimany u (2009) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2007 Variabel Dependen : Struktur Modal Variabel Independen : Struktur Aktiva, Profitabilitas, Operating Leverage, Likuiditas.
Return On Investment, operating leverage, current ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan struktur aktiva tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.
(36)
No Nama peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 3 Azlan
Hafitz (2011) Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, dan Profitability terhadap Struktur Modal Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI Variabel Dependen : Struktur Modal Variable Independen : Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, dan
Profitability
Secara parsial
Variabel firm size dan
Growth Opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan Variabel
Liquidity dan Profitability
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara Simultan
firm size, growth
opportunity, liquidity dan
profitability berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
4 Panca Winahyu ningsih, Kertati Sumekar , dan Hanar Prasetyo (2011) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaru hi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Variabel Dependen : Struktur Modal Variabel Independen : pertumbuhan penjualan , profitabilitas struktur aktiva dan operating leverage.
Ada pengaruh yang signifikan antara variabel pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan operating leverage terhadap struktur modal sedangkan struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
5. Heldinar W Marpaun g (2013) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset terhadap Struktur Modal pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 Variable Dependen : Struktur Modal Variable Independen : Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Aset
Secara Parsial Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Likuiditas, ukuran
perusahaan (firm size) dan Strukutr Aset berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal. Sedangkan secara simultan
profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan struktur aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
(37)
Struktur modal
(Y) 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterikatan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, penulis dapat membuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal ada bermacam-macam. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel independen yang berupa struktur modal yang di-proxy kan dengan debt to equity ratio (DER).
Sales growth (X1)
Profitabilitas (X2) Likuiditas
(X3)
Struktur Aktiva (X4)
H1
H2
H3
H4
(38)
Sedangkan variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sales growth, profitabilitas, likuiditas dan struktur aktiva.
Sales growth merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan pendapatan. Pertumbuhan penjualan menggambarkan ukuran mengenai besarnya pendapatan per saham perusahaan yang diperbesar oleh hutang. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan usahanya daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Menurut Brigham dan Houston (2011:145), “perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Hal ini disebabkan karena kebutuhan dana yang digunakan untuk pembiayaan pertumbuhan penjualan semakin besar. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang. Begitu pula sebaliknya, pada tingkat pertumbuhan yang rendah suatu perusahaan tidak membutuhkan pembiayaan eksternal, tetapi jika suatu perusahaan tumbuh lebih pesat maka modal dari sumber eksternal harus diusahakan. Selanjutnya semakin cepat tingkat
(39)
pertumbuhan semakin besar kebutuhan modal. Dengan demikian diharapkan adanya hubungan yang positif antara penjualan dengan struktur modal.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rachmawardani (2007) dan winahyuningsih, et al (2011) yang menunjukkan bahwa sales growth
berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan teori tersebut dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya , maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : sales growth berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan aneka industri dan industri barang konsumsi.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Brigham dan Houston (2011:176) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan mendanai kegiatan usahanya melalui dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini sesuai dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan pendanaan internal sebanyak mungkin sebelum memutuskan untuk menggunakan pendanaan eksternal. Dengan demikian, semakin tinggi profit yang diperoleh perusahaan, maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan dalam menggunakan hutang.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rachmawardani (2007), Hafitz (2011), dan winahyuningsih, et al (2011) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal.
(40)
Berdasarkan teori tersebut dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya , maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan aneka industri dan industri barang konsumsi.
Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah yang besar, dengan peningkatan proporsi utang yang lebih besar dari pada modal sendiri menunjukkan DER semakin besar atau sebaliknya. Oleh karena itu, Semakin tinggi nilai likuiditasnya maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rachmawardani (2007), Abimanyu (2009), Hafitz (2011), dan Marpaung (2013) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan teori tersebut dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya , maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan aneka industri dan industri barang konsumsi.
Struktur Aktiva merupakan gambaran struktur aktiva dalam suatu perusahaan yang merupakan komposisi perbandingan antara jenis-jenis aktiva perusahaan. Struktur aktiva perusahaan memainkan peranan penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam
(41)
jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil, besarnya aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Marpaung (2013) yang menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal.
Berdasarkan teori tersebut dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya , maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Struktur aktiva berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan aneka industri dan industri barang konsumsi.
Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan sebelumnya tentang hubungan pengaruh sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva terhadap struktur modal maka peneliti mengasumsi bahwa secara simultan
sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal.
H5 : sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan aneka industri dan industri barang konsumsi.
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah pengujian asosiatif kausal yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghubungkan dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara empat variabel independen, terhadap satu variabel dependen.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk mengetahui apakah variabel independen berupa sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva memiliki pengaruh terhadap variabel dependen berupa struktur modal perusahaan. 3.2 Jenis Data dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dipublikasikan melalui internet pada website
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh meliputi sales growth,
(43)
profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva serta struktur modal tahun 2011 – 2013.
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor aneka
industri dan industri barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Periode penelitian yang dilakukan dibatasi pada tahun 2011-2013.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu sales growth, profitabilitas meliputi Return On assets (ROA), likuiditas meliputi Current Ratio dan struktur aktiva pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri dan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiono (2007:72) ”populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor aneka industri dan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dipublikasikan di website berjumlah 80 perusahaan.
(44)
3.4.2 Sampel Penelitian
Menurut Erlina (2000:86) “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi”. Pengambilan sampel dengan teknik non random sampling yaitu cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Salah satu teknik pengambilan sampling yang termasuk dalam non random sampling adalah purposive sampling. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan pendekatan melalui metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun Kriteria dalam penentuan sampel penelitian yang dipertimbangkan oleh peneliti adalah sebagai berikut
1. Perusahaan manufaktur sektor aneka industri dan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2013.
2. Perusahaan tidak delisting dari BEI pada tahun 2011-2013.
3. Perusahaan yang mempunyai laporan keuangan lengkap dan audited
selama periode pengamatan (2011-2013).
4. Perusahaan yang tidak mengalami rugi dan mengalami peningkatan laba secara berturut-turut pada tahun 2011-2013.
(45)
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Nama Perusahaan Kode Perusahaan KRITERIA Sampel 1 2 3 4
1. PT. Akasha Wira
International Tbk
ADES √ √ √ X -
2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
AISA √ √ √ √ Sampel 1
3. PT. Tri Banyan Tirta Tbk ALTO X √ X X -
4. PT. Davomas Abadi Tbk DAVO √ √ X X -
5. PT. Cahaya Kalbar Tbk CEKA √ √ √ X -
6. PT. Delta Djakarta Tbk DLTA √ √ √ √ Sampel 2
7. PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk
ICBP √ √ √ X -
8. PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk
INDF √ √ √ X -
9. PT. Multi Bintang Indonesia
MLBI √ √ √ X -
10. PT. Mayora Indah Tbk MYOR √ √ √ √ Sampel 3
11. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk
PSDN √ √ X X -
12. PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk
ROTI √ √ √ √ Sampel 4
13. PT. Sekar Bumi Tbk SKBM √ √ X X -
14. PT. Sekar Laut Tbk SKLT √ √ √ √ Sampel 5
15. PT. Siantar top Tbk STTP √ √ √ √ Sampel 6
16. PT. Ultra Jaya Milk Tbk ULTJ √ √ √ X -
17. PT. Astra International Tbk ASII √ √ √ X -
18. PT. Astra Otoparts Tbk AUTO √ √ √ X -
19. PT. Indo Kordsa Tbk BRAM √ √ √ X -
20. PT. Goodyear Indonesia Tbk
GDYR √ √ √ X -
21. PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL √ √ √ X -
22. PT. Indomobil Sukses International Tbk
IMAS √ √ √ X -
23. PT. Indospring Tbk INDS √ √ √ X -
24. PT. Multi prima Sejahtera Tbk
LPIN √ √ √ X -
25. PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
MASA √ √ √ √ Sampel 7
26. PT. Nipress Tbk NIPS √ √ √ √ Sampel 8
(46)
No Nama Perusahaan Kode Perusahaan
KRITERIA Sampel 1 2 3 4
28. PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM √ √ √ √ Sampel
10
29. PT. Grand Kartech Tbk KRAH X √ X X -
30. PT. Polychem Indonesia Tbk
ADMG √ √ √ X -
31. PT. Argo Pantes Tbk ARGO √ √ √ X -
32. PT. Centex (Preferred Stock) Tbk
CNTX √ √ √ X -
33. PT. Eratex Djaja Tbk ERTX √ √ √ X -
34. PT. Ever Shine Textile Industri Tbk
ESTI √ √ √ X -
35. PT. Panasia Indosyntec Tbk HDTX √ √ √ X -
36. PT. Indorama Synthetics Tbk
INDR √ √ √ X -
37. PT. Apac Citra Centertex Tbk
MYTX √ √ √ X -
38. PT. Pan Brother Tex Tbk PBRX √ √ √ √ Sampel
11 39. PT. Panasia Filament Inti
Tbk
PAFI X X X X -
40. PT. Asia Pacific Fibers Tbk
POLY √ √ √ X -
41. PT. Sri Rezeki Isman Tbk
SRIL X √ X X -
42. PT. Sunson Textile Manufacture Tbk
SSTM √ √ √ X -
43 PT. Star Petrochem Tbk STAR √ √ X X -
44. PT. Tifico Fiber Indonesia Tbk
TFCO √ √ √ X -
45. PT. Karwell Indonesia Tbk KARW √ √ √ X -
46. PT. Trisula International Tbk
TRIS X √ X X -
47. PT. Nusantara Inti Corpora Tbk
UNIT √ √ √ X -
48. PT. Unitex Tbk UNTX √ √ √ X -
49. PT. Sepatu Bata Tbk BATA X X X X -
50. PT. Primarindo Asia Infrastructur Tbk
BIMA √ √ √ X -
51. PT. Sumi Indo Kabel Tbk IKBI √ √ √ X -
52. PT. Jemblo Cable Company Tbk
JECC √ √ √ X -
53. PT. KMI Wiran Cable Tbk KBLI √ √ √ X -
54. PT. Kabelindo Murni Tbk KBLM √ √ √ X -
(47)
No Nama Perusahaan Kode perusahaan
KRITERIA Sampel 1 2 3 4
56. PT. Voksel Elektric Tbk VOKS √ √ √ X -
57. PT. Sat Nusapersada Tbk PTSN √ √ √ X -
58. PT. Gudang Garam Tbk GGRM √ √ √ X -
59. PT. HM Sampoerna Tbk HMSP √ √ √ √ Sampel
12 60. PT. Bentoel International
Investama Tbk
RMBA √ √ √ X -
61. PT. Wismilak Inti Makmur Tbk
WIIM X √ X X -
62. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk
DVLA √ √ X X -
63. PT. Indofarma (persero) Tbk
INAF √ √ √ X -
64. PT. Kimia Farma Tbk KAEF √ √ √ √ Sampel
13
65. PT. Kalbe Farma Tbk KLBF √ √ √ √ Sampel
14
66. PT. Merck Tbk MERK √ √ √ X -
67. PT. Pyridam Farma Tbk PYFA √ √ √ √ Sampel
15 68. PT. Schering Plough
Indonesia Tbk
SCPI √ √ √ X -
69. PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk
SIDO X √ X X -
70. PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk
SQBB √ X X X -
71. PT. Tempo Scan Pacific Tbk
TSPC √ √ √ √ Sampel
16
72. PT. Martina Berto Tbk MBTO √ √ √ X -
73. PT. Mustika Ratu Tbk MRAT √ √ √ X -
74. PT. Mandom Indonesia Tbk
TCID √ √ √ √ Sampel
17
75. PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR √ √ √ √ Sampel
18 76. PT. Kedawung Setia
Industrial Tbk
KDSI √ √ √ X -
77. PT. Kedaung Indah Can Tbk
KICI √ √ √ √ Sampel
19
78. PT. Langgeng Makmur
Industri Tbk
LMPI √ √ √ X -
79. PT. Surya Intrindo Makmur Tbk
SIMM X X X X -
80. PT. Aqua Golden Mississippi Tbk
(48)
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Erlina (2008 : 57), pengoperasian konsep (operationalizing the concept) atau biasa juga disebut dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Penelitian ini melibatkan 5 variabel yang terdiri dari 4 variabel independen dan 1 variabel dependen. Variabel dependen yakni struktur modal dan 4 variabel independen berupa sales growth, profitabilitas, likuiditas, dan struktur aktiva.
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain (variabel independen) dengan struktur modal sebagai variabel indikatornya. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tersebut tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana jangka panjang.
Dalam penelitian ini akan diproksikan dengan debt to equity ratio
(DER). Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan.
Total Debt
DER = X 100%
(49)
Semakin tinggi rasio utang ekuitas mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung oleh para pemegang saham biasa semakin tinggi. Rasio utang ekuitas inilah yang lebih sering digunakan sebagai indikator struktur modal.
3.5.2 Variabel Independen
Variabel Independen, yaitu variabel yang bebas dan tidak terpengaruh oleh variabel lain. Variabel indepenen dalam penelitian ini adalah :
3.5.2.1 Sales Growth
Pertumbuhan penjualan (Van Horne dan Wachowichz, 2007:111) merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku. Pertumbuhan penjualan dalam peneltian ini dihitung dengan menggunakan persentase kenaikan atau penurunan penjualan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Salest – Salest-1
Sales Growth = X 100% Salest-1
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar.
3.5.2.2 Profitabilitas
Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang
(50)
menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan efektivitas dengan investasinya. Kedua rasio ini secara bersama-sama menunjukkan efektivitas rasio profitabilitas dalam hubungannya antara penjualan dengan laba. Pada penelitian ini rasio yang digunakan adalah Return On Assets (ROA).
Salah satu cara untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas, yaitu : Return on assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya.
Earning After Taxes
Return on Assets (ROA) = x 100% Total Assets
3.5.2.3 Likuiditas
“Rasio likuditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek” (Sudana, 2011:21). Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan yang likuid. Namun sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya maka perusahaan dinilai sebagai perusahaan tidak likuid.
(51)
Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
current ratio. Current ratio (CR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek dengan aktiva lancar. Current Ratio merupakan ukuran fundamental likuiditas perusahaan dan sering juga disebut sebagai rasio modal kerja (working capital). Current Ratio dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Current Assets
Current Ratio = X 100%
Current Liabilities
3.5.2.4 Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi dana masing-masing komponen aset lancar maupun aset tetap. Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan antara fixed assets
dengan total assets. Dengan hasil perbandingan antara aktiva tetap dan total aset akan menghasilkan struktur aktiva artinya semakin banyak jaminan yang dikeluarkan maka perusahaan akan semakin mudah untuk mendapatkan hutang (Brigham dan Houston,2001:153).
Struktur aktiva dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan hasil bagi antara aktiva tetap dengan total aktiva.
Aset Tetap
Struktur Aktiva = X 100 % Total Aset
(52)
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Independen 1 :
Sales growth sales growth adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu
Salest –Salest-1
Sales = X100%
Growth Salest-1
Rasio
Independen 2 : Profitabilitas Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau menghasilkan keuntungan.
Earning After Taxes
ROA = X100%
Total Assets
Rasio
Independen 3 : Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current Assets
CR = X100% Current Liabilities
Rasio
Independen 4 : Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar jumlah alokasi dana masing-masing komponen aset lancar maupun aset tetap. Aset Tetap
SA = X 100% Total Aset
(53)
Variabel Definisi Indikator Skala
Dependen : Struktur Modal
Struktur modal adalah
perbandingan antara hutang perusahaan (total Debt)
dengan total aset (total assets).
Total Debt
DER = X 100% Total Equity
Rasio
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data, mencatat dan mengkaji data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan dalam periode pengamatan. Data penelitian diperoleh dari media internet dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor aneka industri dan industri barang konsumsi melalui situs Bursa Efek Indonesia yaitu
3.7 Metode Analisis Data
www.idx.co.id
Metode analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena metode analisis regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing–masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun simultan. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen, yaitu sales growth, profitabilitas, likuiditas dan struktur aktiva terhadap struktur modal (DER) pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri dan industri barang konsumsi yang Listed di BEI. Berikut adalah model analisis regresi berganda dalam penelitian ini :
(54)
Y = a + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e Keterangan :
Y = Struktur Modal
X1 = sales growth
X2 = Profitabilitas X3 = Likuiditas X4 = Struktur Aktiva
a = konstanta
b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi yang menunjukkan perubahan variabel dependen berdasarkan pada variabel independen.
e = Tingkat kesalahan (standard error) 3.8 Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk memproses hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran umum sampel data. Statistik deskriptif bertujuan untuk menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus,
(55)
3.8.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan alat statistik yang dilakukan, sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut Erlina (2008:154), uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data normal. Cara yang digunakan untuk melihat apakah data normal atau tidak adalah dengan melakukan analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan probability plot dan dengan melakukan analisis statistik. Analisis grafik ini dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dan probability plot. Sedangkan analisis statistik dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Menurut Ghozali (2006:111) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu:
(56)
A. Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan ,khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Dasar pengambilan keputusannya adalah :
- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
B. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pedoman dalam pengambilan keputusan normal atau tidaknya data yang akan diolah adalah sebagai berikut:
- Apabila hasil signifikansi lebih besar (>) dari 0,05 maka data terdistribusi normal.
(57)
- Apabila hasil signifikansi lebih kecil (<) dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.
3.8.2.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel – variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, kita sebut variabel – variabel bebas ini tidak ortogonal (Erlina, 2008:156). Variabel – variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dilihat dari VIF (Variance Inflation Factor), jika VIF 10 maka tingkat multikolinearitas dapat ditoleransi. Multikolinearitas dilihat juga melalui TOL (Tolerance). Nilai TOL berkebalikan dengan nilai VIF. Tolerance (TOL) mengukur variabilitas dari variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel inpenden lainnya. Jadi multikolinearitas terjadi jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10.
3.8.2.3 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
(58)
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini terjadi karena kesalahan pengganggu tidak bebas dari observasi lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama (first order autokorelasi) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi.
Tabel 3.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Durbin-Watson
Kriteria Pengujian Keputusan Kesimpulan 0 < d < dl
Terjadi autokorelasi positif
Tolak
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak Ada Keputusan
4-dl < d < 4
Terjadi autokorelasi negatif
Tolak
4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak Ada Keputusan
du < d < 4-du
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak Ditolak
Sumber :Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariance dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, hal 96.
(59)
3.8.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai variabel dependen (ZPRED) dengan nilai residual (SRESID). Dasar analisis ini adalah :
1. Titik-titik tersebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja 3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali 3.8.3 Pengujian Hipotesis
3.8.3.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Tahap pengujian adalah sebagai berikut : 1. Ho: β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Ha: β = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari
(60)
2. Menentukan tingkat signifikan (α) yaitu sebesar 5%
3. Jika probabilitas (signifikasi) lebih besar dari 0,05 (α) maka variabel bebas secara individu tidak berpengaruh terhadap struktur modal, jika lebih kecil dari 0,05 maka variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap struktur modal.
3.8.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Tahap pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Ha : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
2. Menentukan besarnya nilai F hitung dan signifikan F (Sig F). 3. Menentukan tingkat signifikan (α) yaitu sebesar 5%.
4. Menganalisis data penelitian yang telah diolah dengan kriteria pengujian yaitu :
• Jika nilai sig F > 0.05, maka Ho diterima, artinya variabel bebas secara simultan tidak mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.
(61)
• Jika nilai sig F ≤ 0.05, maka Ho ditolak, artinya variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel terikat secara signifikan.
3.8.2.3 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) adalah sebuah koefisien yang menunjukkan persentase pengaruh semua variable independen terhadap variabel dependen. Persentase tersebut menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Semakin besar koefisien determinasinya maka semakin baik variabel independent dalam menjelaskan variabel dependen.
Nilai R2 besarnya antara 0-1 (0 < R2 < 1) koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas. Nilai R-Square dikatakan baik bila nilainya di atas 0,5 karena nilai dari R-Square berkisar antara 0 sampai 1. Bila nilai R-Square mendekati 1 maka sebagian besar variabel independen menjelaskan variabel dependen sedangkan jika koefisien determinasi adalah 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
(1)
Lampiran 6 Tabulasi Hasil Perhitungan Struktur Aktiva
No Kode
Perusahaan
Nama Perusahaan Struktur Aktiva 2011 2012 2013 1. AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk
0,52 0,60 0,51 2. DLTA PT. Delta Djakarta Tbk 0,17 0,15 0,14 3. MYOR PT. Mayora Indah Tbk 0,38 0,36 0,34 4. ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo
Tbk
0,75 0,82 0,80 5. SKLT PT. Sekar Laut Tbk 0,51 0,50 0,49 6. STTP PT. Siantar top Tbk 0,66 0,54 0,53 7. KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk 0,36 0,35 0,32 8. HMSP PT. HM Sampoerna Tbk 0,23 0,20 0,22 9. TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 0,41 0,39 0,50 10. UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk 0,58 0,58 0,56 11. KAEF PT. Kimia Farma Tbk 0,30 0,27 0,27 12. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 0,28 0,32 0,34 13. PYFA PT. Pyridam Farma Tbk 0,48 0,50 0,57 14. TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk 0,27 0,27 0,26 15. MASA PT. Multistrada Arah Sarana
Tbk
0,73 0,73 0,00
16. NIPS PT. Nipress Tbk 0,40 0,41 0,33
17. PRAS PT. Prima Alloy Steel Tbk 0,49 0,66 0,58 18. SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 0,37 0,38 0,36 19. PBRX PT. Pan Brother Tex Tbk 0,26 0,26 0,27
(2)
Lampiran 7 Output SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sales Growth 57 .01 .89 .4019 .18205
Profitabilitas 57 .10 .89 .4312 .18984
Likuiditas 57 .01 .80 .4023 .17792
Struktur Aktiva 57 .10 .81 .4253 .17310
Struktur Modal 57 -.22 .82 .2800 .25715
Valid N (listwise) 57
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Mean
N 57
Normal Parametersa Mean
.2800
Std. Deviation .25715
Most Extreme Differences
Absolute
.074
Positive .055
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .556
Asymp. Sig. (2-tailed)
(3)
(4)
Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .469a .220 .160 .23574 1.846
a. Predictors: (Constant), Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Sales Growth
b. Dependent Variable: Struktur Modal
Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .040 .094 .422 .675
Sales Growth -.349 .271 -.247 -1.289 .203 .409 2.446 Profitabilitas .340 .245 .251 1.389 .171 .459 2.179 Likuiditas .640 .255 .443 2.509 .015 .482 2.074 Struktur
Aktiva -.055 .250 -.037 -.220 .827 .528 1.893 a. Dependent Variable: Struktur Modal
(5)
Hasil Uji Parsial (Uji-t)
Hasil Uji Simultan (Uji-F) ANOVAb
Model Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .813 4 .203 3.658 .011a
Residual 2.890 52 .056
Total 3.703 56
a. Predictors: (Constant), Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Sales Growth
b. Dependent Variable: Struktur Modal
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .469a .220 .160 .23574 1.846
a. Predictors: (Constant), Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Sales Growth
b. Dependent Variable: Struktur Modal Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .040 .094 .422 .675
Sales Growth -.349 .271 -.247 -1.289 .203 .409 2.446
Profitabilitas .340 .245 .251 1.389 .171 .459 2.179 Likuiditas .640 .255 .443 2.509 .015 .482 2.074 Struktur Aktiva -.055 .250 -.037 -.220 .827 .528 1.893 a. Dependent Variable: Struktur Modal
(6)
Hasil Analisis Regresi Berganda Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .040 .094 .422 .675
Sales Growth -.349 .271 -.247 -1.289 .203 .409 2.446
Profitabilitas .340 .245 .251 1.389 .171 .459 2.179 Likuiditas .640 .255 .443 2.509 .015 .482 2.074 Struktur Aktiva -.055 .250 -.037 -.220 .827 .528 1.893 a. Dependent Variable: Struktur Modal