Sudut pandang dan narasi kewirausahaan

Sudut pandang kewirausahaan
Kewirausahaan dilihat dari berbagai sudut pandang
Terlepas dari berbagai definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh para
ahli,
wirausaha dapat dipandang dari berbagai sudut dan konteks, yaitu ahli
ekonomi,
manajemen, pelaku bisnis, psikolog dan pemodal.
Pandangan
Ahli
Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan
factorfaktor
produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan
lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Wirausaha
juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan,
inovasi
dan
perbaikan produksi lainnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang
atau
sekelompok orang yang mengorganisasikan factor-faktor produksi, sumber

daya
alam, tenaga, modal dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan
jasa.
Pandangan
Ahli
Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan
dan
mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja,
keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis dan
orgasisasi
usaha baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang
memiliki
kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi,
optimism, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang
usaha.
Pandangan
Pelaku
Bisnis

Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993 : 35), wirausaha adalah orang
yang
menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan
ketidakpastian
dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan
cara
mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber daya yang

diperlukan
untuk
memanfaatkan
peluang
tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha adalah
orang
yang mengorganisasikan, mengelola dan berani menanggung resiko sebuah
usaha
atau perusahaan. Sedang wirausaha adalah orang yang menanggung resiko
keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara menciptakan konsep
usaha

yang baru atau peluang dalam perusahaan yang sudah ada.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha
adalah
pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha
adalah
pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke
depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Pandangan
Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya
untuk
memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan
kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
Pandangan
Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain,
menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi
pemborosan dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat.
Diposkan oleh wiarsih febriani di 06.21


Kewirausahaan dilihat dari Berbagai Sudut
Pandang dan Konteks

Pandangan Ahli Ekonomi

Menurut ahli Ekonomi, wrausaha adalah orang yang
mengombinasikan factor-faktor produksi sepertii sumber daya
alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk
meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari nilai sebelumnya.
Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan
perubahan-perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi lainnya.
Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mengorganisasikan factor-faktor produski , sumber
daya alam, tenaga, modal dan keahlian untuk tujuan
memproduksi barang dan jasa.

Pandangan ahli manajemen

Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam
menggunakan dan mengombinasikan sumber daya seperti

keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk
menghasilkan produk, proses produksi, bisnis, dan organisasi
usaha baru (Marzui Usman, 1997 :3). Wirausaha adalah
seseorang yang memiliki kombinas unsure-unsur internal yang
meliputi inovasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat
dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.

Pandangan Psikolog

Wirausaha adalah orang yang memiliki dorongan kekuatan dari
dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka
bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar
kekuasaan orang lain.

Sumber : Drs Suryana, M.Si “Kewirausahaan, Pedoman Praktis :
Kiat dan Proses Meuju Sukses” , Penerbit Salemba Empat.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/2000474kewirausahaan-dilihat-dari-berbagai-sudut

Apa inti dan karakteristik wirausaha?

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut Drucker (1959) adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui
pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Proses
kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan
pemikiran-pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai

tambahan di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan caracara yang baru dan berbeda, seperti :


Pengembangan teknologi



Penemuan pengetahuan ilmiah




Perbaikan produk barang dan jasa yang ada



Menemukan cara-cara baru untuk mendapatkan produk yang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.

Karakteristik wirausaha
Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh
seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan
positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang
wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Gooffrey G.
Meredith (1996; 5-6) mengemungkakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan
seperti berikut :

No
1

2


3
4
5
6

Ciri-Ciri

Watak
Keyakinan, kemandirian, individualitas, dan
Percaya diri
optimisme.
Kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba,
Berorientasikan memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad
tugas dan hasil yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki
inisiatif.
Memiliki kemampuan mengambil resiko dan suka
Pengambil resiko
pada tantangan.
Bertingkah laku sebagai pemimpin, bergaul dengan
Kepemimpinan

orang lain, suka terhadap kritik dan saran yang
membangun.
Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel,
Keorisinilan
serta bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
Berorientasi ke Persepsi dan memiliki cara pandang/ cara pikir yang
masa depan
berorientasi pada masa depan.

7

(1)

(2)

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

(8)

Jujur dan tekun

Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan
kerja.

Menurut pendapat M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 67 ) mengemukakan 8 karakteristik yang meliputi :
Desire for responsibility, yaitu rasa memiliki tanggung jawab atas usahausaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab
akan selalu mawas diri.
Preferene for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya
ia selalu menghindari resiko yang rendah dan menghindari risiko yang lebih
tinggi.
Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya
untuk berhasil.
Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang
segera.
High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk
mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan

berwawasan jauh ke depan.
Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
Value of achievement over money, yaitu selalu menilai prestasi dengan uang.
2. Bagaimana mengidentifikasikan potensi kewirausahaan?
Wirausahawan yang berhasil mempunyai standar prestasi (n Ach) tinggi.
Potensi kewirausahaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (Masykur,
Winardi)
1. Kemampuan inovatif
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
3. Keinginan untuk berprestasi
4. Kemampuan perencanaan realistis
5. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
6. Obyektivitas
7. Tanggung jawab pribadi
8. Kemampuan beradaptasi (flexibility)
9. Kemampuan sebagai pengorganisator dan administrator
10. Tingkat komitmen tinggi (survival)
3. Mengapa disiplin ilmu kewirausahaan dapat diajarkan sebagai
suatu disiplin yang independen?

Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan, dan perilaku seseorang dalam memghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin
dihadapinya.
Menurut Soeharto Prawirokusumo, pendidikan kewirausahaan telah diajarkan
sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena :
1. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata, yaitu
terdapat teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki 2 konsep, yaitu posisi permulaan dan
perkembangan usaha, yang jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan
manajemen umum yang memisahkan antara meejemen dan kepemilikan
usaha
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri,
yaitu kemmpuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha dn
pendapatan, atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di bidang
industry, kemudian berkembang dan diterapkan diberbagai bidang lainnya,
maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami
evolusi yang pesat. Pada awalnya kewirausahaan berkembang dalam bidang
perdagangan, namun kemudian diterapkan di berbagai bidang lain seperti
industry, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan institusi lain seperti
lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya.
Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi
inti dalam menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan.
Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka
pendek, tetapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum dalam jangka
panjang untuk menciptakan peluang.
4. Jelaskan hal - hal yang menjadi objek kewirausahaan?
Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku
seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Menurut Soeparman
Soemahdimidjaja ( 1997 ), objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan
kemampuan ( ability ) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku,
meliputi:
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan
hidup/usaha diperlukan adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian

dibaca dan diamati berulang - ulang sampai dipahami apa yang menjadi
kemauannya.
2. Kemampuan memotivasi diri, yaitu untuk melahirkan suatu tekad
kemauan yang besar.
3. Kemampuan berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa
menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga
menjadi terbiasa berinisiatif.
4. Kemampuan berinovasi, yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) dan
setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.
5. Kemampuan membentuk modal material, sosial dan intelektual.
6. Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri, yaitu untuk selalu
tepat waktu dalam segala tindakan melalui kebiasaan dan tidak menunda
pekerjaan.
7. Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8. Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari
pengalaman yang baik maupun menyakitkan.
5. Apa yang dimaksud dengan hakikat dari kewirausahaan?
Yang dimaksud dengan hakikat kewirausahaan adalah sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia nyata secara kreatif.
Dengan demikian, ada enam hakekat pentingnya Kewirausahaan, yaitu:


Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku
yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat,
proses dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)



Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai
sebuah usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)



Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang
baru (kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam
memberikan nilai lebih.



Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda (Drucker, 1959)



Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan
keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)



·

·

·

·

·

Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan
berbeda untuk memenangkan persaingan.

6.
Jelaskan
pandangan
berbagai
ahli
mengenai
definisi
kewirausahaan!
Terlepas dari berbagai definisi kewiraushaan yang dikemukakan oleh
beberapa ekonom, wirausaha dapat dipandang dari berbagai sudut dan
konteks, yaitu ahli ekonom, ahli manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan
pemodal.
Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan
faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan
peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai lebih tinggi dari sebelumnya.
Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan[erubahan, inovasi, perbaikan produksi lainnya.
Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha
adalah
seseorang
yang
memiliki
kemampuan
dalam
menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan,
material, tenaga kerja, ketrampilan untuk menghasilkan produk, proses
produksi, bisnis, dan organisasi usaha baru.
Pandangan Pelaku Bisnis
Wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam
menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud memperoleh
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan
mengkombinasikan
sumber-sumber
daya
yang
diperlukan
untuk
memanfaatkan peluang tersebut. Wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak
semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam
bisnis, innovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan dan
memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam
dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk
menampilkan kebebasan dirinya diluar kekuasan orang lain.
Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain,
menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi
pemborosan, dan membuka lapangan pekerjaan yang disenangi masyarakat.
Menurut Schumpeter, wirausaha merupakan pengusaha yang melaksanakan
kombinasi-kombinasi baru dalam bidang tehnik dan komersial ke dalam
bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan
pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian.

Ruang Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan
1. Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya
Dalam teori ekonomi, studi mengenai kewirausahaan
ditekankan pada identifikasi peluang yang terdapat pada
peranserta membahas fungsi inovasi dari wirausaha
dalam menciptakan kombinasi sumber daya ekonomis

sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
Studi kewirausahaan kemudian berkembang dalam
disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang
wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya
studi kewirausahaan meneliti karakteristik kepribadian
wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi penelitian
ditekankan pada pengaruh dari lingkungan sosial dan
kebudayaan dalam pembentukan masyarakat
wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan,
walau terdapat perbedaan sudut pandang, penelitian
yang dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan
sosiologi harus tetap bepijak pada kegiatan
kewirausahaan serta sebab akibatnya pada tingkat mikro
dan makro. Dengan demikian adalah wajar jika studi
kewirausahaan dengan penekanan keilmuan yang
berbeda itu pada akhirnya akan saling berhubungan dan
memengaruhi.
Sementara itu fenomena kewirausahaan ini masih terus
diteliti dan belum terdapat satu pengertian baku yang
dianut oleh semua ahli (Shapero, 1982). Ini menunjukkan
perkembangan teori ini masih dalam perjalanan panjang
serta dari adanya perubahan-perubahan ekonomi dunia
diharapkan memberi banyak masukan bagi peneliti.
Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, telah
menarik perhatian para pakar untuk meneliti bagaimana
mereka terbantuk. Bagian ini menjelaskan teori-teori
mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori
tersebut antara lain: life path change, goal directed
behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, terdapat
acuan komprehensif mengenai teori pembetukan
wirausaha yang dipadukan oleh teori-teori sebelumnya.
Begitu banyak teori yang telah mengupas persoalan ini,
intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.

Kewirausahaan dilihat dari berbagai sudut pandang
Terlepas dari berbagai definisi kewirausahaan yang
dikemukakan oleh para ahli, wirausaha dapat dipandang dari
berbagai sudut dan konteks, yaitu ahli ekonomi, manajemen,
pelaku bisnis, psikolog dan pemodal.
Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang
mengkombinasikan factor-faktor produksi seperti sumber
daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya
untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan
perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi
lainnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau
sekelompok orang yang mengorganisasikan factor-faktor
produksi, sumber daya alam, tenaga, modal dan keahlian
untuk tujuan memproduksi barang dan jasa.
Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan
dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya
seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk
menghasilkan produk, proses produksi, bisnis dan orgasisasi
usaha baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha adalah
seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang
meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan,
semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.
Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993 : 35), wirausaha
adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam
menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber

daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 : 35),
pengusaha adalah orang yang mengorganisasikan,
mengelola dan berani menanggung resiko sebuah usaha atau
perusahaan. Sedang wirausaha adalah orang yang
menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya
manusia, cara menciptakan konsep usaha yang baru atau
peluang dalam perusahaan yang sudah ada.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38),
wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha
adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis,
innovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan
dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan dari
dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka
bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar
kekuasaan orang lain.
Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan
untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk
menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan dan
membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat.

3. Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990),
tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur
yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi
wirausaha justru tidak memaluli proses yang direncanakan.
Antara lain disebabkan oleh:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat
dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami
kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari
daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia
pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk
memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi
pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di
sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya,
menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan

terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung
pada birokrasi yang diskriminatif.
b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau
penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru
yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini
membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua
dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuanfa
menjaga kealngsungan hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan
menjadi wirausahaa muncul karena dengan menjadi
wirausahan mereka bekerja dengan mengandalkan diri
sendiri.
c. Having positive pull
Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan
membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau
mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam
mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan
rasa aman dari risiko usaha. Seorang mantan manajer di
sebuah perusahan otomotif, misalnya, yang memutuskan
untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya
dengan bahan baku ban bekas, seperti stopper back door,
engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif
tersebut memberi dukungan dengan menampung produk
mantan manajernya tersebut.
4. Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi
wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan
tertentu. Teori ini disebut dengan Goal Directed Behavior.
Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang
tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat
langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed
behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian
goal directed behavior, hingga tercapainya tujuan.
Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena

adanya deficit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri
individu yang bersangkutan (wirausaha).
Seseorang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan
adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong kegiatankegiatan tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan.
Dari kacaata teori need dan motivasi tingkah laku, seperti
menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan dan
melembagakan usahanya merupakan goal directed behavior.
Sedangkan goal tujuannya adalah mempertahankan dan
memperbaiki kelangsungan hidu wirausaha.
5. Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy
bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi
yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan
tertentu.
…judgement about likely consequences of specific behaviors
in particular situations.
(Bandura, 1986:82)
Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan
sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yan akan
diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu,
yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan. Seseorang
memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan
tugas tertentu akan mendatangkan imbalan dengan nilai
tertentu juga. Imbalan ini berupa juga insentif kerja yang
dapat diperoleh dnegan segera atau dalam jangka panjang.
Karenanya jika seseorang menganggap profesi wirausaha
akan memberikan insentif yang sesuai dengan keinginannya
maka dia akan berusaha untuk memenuhi keinginannya
dengan menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa
teknik komputer di AS, mempunyai keyakinan yang kuat
bahwa bila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang
diminati teman-temannya ia akan dapat mengalahkan IBM
kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus mengembangkan
usaha dengan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Del
dan IBM terus bersaing di industri komputer.

Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) ada berbagai jenis insentif sebagai
imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis
memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:
a. Insentif primer
Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan
dengan kebutuhan fisiologis kita seperti makan, minum,
kontak fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika
seseorang dalam keadaan sangat kekurangan, seperti kurang
makan/minum.
b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan untk memperoleh
umpan balik sensoris yang terdapat di lingkungannya.
Misalnya anak kecil melakukan berbagai kegiatan untuk
mendapatkan insemtif sensoris berupa bunyi-bunyi baru atau
berupa stimulus baru untuk dilihat atau orang dewasa yang
bermain musik untuk memperoleh umpan balik sensoris
berupa bunyi musik yang dimainkan.

c. Insentif sosial
Manusia akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan
penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya.
Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial
akan lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau
hukuman daripada reaksi yang berasal dari satu individu.
d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan
pangkat, penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir
seluruh masyarakat menggunakan uang sebagai insentif. Hal
ini disebabkan dengan uang, individu dapat memperoleh
hampir semua hal yang diinginkannya, mulai dari pelayanan

jasa hingga pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, dan lainlain.
e. Insentif yang berupa aktivitas
Teori-teori mengenai reinforcement yang sangat terikat pada
dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan
memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau
mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata dari penelitian
terbaru diketahui bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan
fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri pada
individu.
f. Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian besar masyarakat, kedudukan individu
seringkali dikaitkan dengan status kekuasaan. Kekuasaan
yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial memberikan
kesempatan kepadnya untuk mengontrol perilaku orang lain,
baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan
kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat, mereka dapat
menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan,
dan lain-lain. Keuntungan yang khas ini membawa individu
berusaha keras untuk mencapai posisi yang memberikan
kekuasaan.
g. Insentif berupa terpenuhinya standar internal
Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh
individu dari pekerjaanya. Insentif bukan berasal dari hal di
luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang. Reaksidiri
yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu
bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari
pekerjaannya. Seorang yang merasakan bahwa
kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja
sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa
dengan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.
Jadi ada insentif-insentif tertentu yang umumnya diharapkan
seseorang dengan menjadi wirausaha. Antara lain insentif

primer, insentif sosial, insentif status dan pengaruh, dan
insentif terpenuhinya standar iinternal.
6. Tujuan Pembentukan Wirausaha
Teori-teori diatas sudah menjelaskan mengenai bagaimana
proses seseorang dapat menjadi wirausaha. Walau teori
tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat
teori tersebut saling mengisi. Dengan memadukan ke empat
teori tersebut dapat menjadi model tahapan pembentukan
yang sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut adalah:
a. Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan
berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak
harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa
ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar
internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi
karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang
mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari
penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero
& Sokol, 1982).
b. Pengambilan keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari
pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi alternatif
pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan
perseptual, kapasitas informasi yang diterima, keberanian
mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu
alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat besar
(Reitman, 1976) dalam usahanya mengambil keputusan
untuk menjadi wirausaha.
c. Goal Directed Behavior
Keputusan menjadi wirausaha diambil dengan tujuan
memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Di sini
masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan
sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa
insentif yang akan dia dapat jika melakukan tindakan

tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan
sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai
seorang wirausaha (Wolman, 1973).
d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat penting untuk
pengambilan keputusan menjadi wirausaha. Tujuan ini berupa
insentif yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melaukan
kegiatan tertentu.
7. Peran Pendidikan dalam Pembentukan Wirausaha
Bagaimana peran pendidikan dalam proses pembetukan
kewirausahaan? Masih ada perdebatan mengenai pertanyan
ini. Meskipun seorang wirausaha belajar dari lingkungannya
dalam memahami dunia wirausaha, namn ada pendapat
yang mengatakan bahwa seorang wirausaha lebih memiliki
streetsmart daripada booksmart, maksudnya adalah seorang
wirausaha lebih mengutamakan untuk belajar dari
pengalaman (streetsmart) dibandingkan dengan belajar dari
buku dan pendidikan formal (booksmart). Pandangan ini
masih perlu dibuktikan kebenarannya. Jika pendapat tersebut
benar maka secara tidak langsung usaha-usaha yang
dilakukan untuk mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan leat
jalur pendidikan formal pada akhirnya sukar untuk berhasil.
Terhadap pendangan di atas, Chruchill (1987) memberi
sanggahan terhadap pendapat ini, menurutnya masalah
pendidikan sangatlah penting bagi keberhasilan wirausaha.
Bahkan dia mengatakan bahwa kegagalan pertama dari
seorang wirausaha adalah karena dia lebih mengandalkan
pengalaman daripada pendidikan. Namun dia juga tidak
menganggap remeh arti pengalaman bagi seoranga
wirausaha, baginya sumber kegagalan kedua adalah jika
seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi
miskin pengalamam lapangan. Oleh karena itu perpaduan
antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utaman
yang menentukan keberhasilan wirausaha.
Menurut Eels (1984) dam Mas’oed (1994), dibandingkan

dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi lebih
besar untuk berhasil menjadi seorang wirausaha karena
memiliki kemampuan penalaran yang telah berkembang dan
wawasan berpikir yang lebih luas. Seorang sarjana juga
memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan
kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa
tindakan untuk menyelesaikan masalah, sehingga
pegnetahuan manajemen dan keteknikan yang memadai
mutalk diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya
kemampuan merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini
bekal yang diperlukan berupa pengetahuan keilmuan yang
lengkap.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang
wirausaha yang memiliki potensi sukses adalah mereka yang
mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan
seta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan.
Lingkungan pendidikan dimanfaatkan oleh wirausaha sebagai
sarana untuk mencapai tujuan, pendidikan disini berarti
pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut keilmuan
atau teori sebagai landasan berpikir.

8. Faktor-faktor pemicu kewirausahaan
David C. McClelland (1961 : 207) mengemukakan bahwa
kewirausahaan ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme,
sikap nilai dan status keswirausahaan. Perilaku
kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan
(property right), kemampuan/kompetensi
(ability/competency) dan insentif, sedangkan faktor eksternal
meliputi lingkungan (environment).
9. Ciri penting tahap permulaan pertumbuhan kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan pada
usaha kecil tersebut memiliki tiga ciri penting, yaitu :

Tahap imitasi dan duplikasi
Tahap duplikasi dan penembangan
Tahap mencitakan sendiri barang dan jasa baru yang
berbeda
10. Langkah menuju keberhasilan berwirausaha
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus
memiliki ide atau visi bisnis yang jelas serta kemauan dan
keberanian untuk menghadapi resiko, baik waktu maupun
uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi resiko,
langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha,
mengorganisasikan dan menjalankannya.
11. Faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan
berwirausaha
Penyebab keberhasilah berwirausaha
Keberhasilan seorang wirausaha ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu ;
Kemapuan dan kemauan
Tekad yang kuat dan kerja keras
Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika
ada kesempatan.
Penyebab kegagalan berwirausaha
Zimmerer (1996 : 14-15) mengemukakan beberapa faktor
yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan
usaha barunya, yaitu :
Tidak kompeten dalam hal manajerial
Kurang berpengalaman
Kurang dapat mengendalikan keuangan
Gagal dalam perencanan
Lokasi yang kurang memadai
Kurangnya pengawan peralatan
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha

Kemampuan dalam melakukan peralihan/transisi
kewirausahaan

Share this:



Twitter



Facebook


SEPTEMBER 1, 2013BY SAMSUDIN1712

POST NAVIGATION
← PREVIOUS POST
TAWURAN & MATI BERGANTI LATIHAN & PRESTASI DI KAPAL @SMKN29 JAKARTA,
HAPPY DEH @FUTSALSMKN29JKT