Etika dan Profesionalitas Guru Agama
Etika dan Profesionalitas Guru Agama
Disusun Guna Memenuhi Tugas Tersruktur Mata Kuliah Pengembangan
Profesi Guru yang Diampu oleh Nurfuadi M.Pd.I.
Disusun oleh:
Ana Septiani
Dewi Riyani Puspitasari
Nindy Elisa
Re Tali Imani
(1617404002)
(1617404009)
(1617404033)
(1617404039)
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2018
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika dan Profesionalitas Guru Agama.
Etika atau ethics berasal dari bahasa yunani, yaitu ethikos yang berarti
adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Etika, secara istilah, memiliki definisi
sebagai suatu aturan mengenai sikap atau perilaku di lingkungan kita sesuai
dengan kebiasaan ditempat itu, termasuk sopan santun dalam berperilaku
ataupun berbicara. Tidak hanya itu, etika bisa kita lihat ketika seseorang yang
mengimplementasikan baik buruknya sutau perilaku dan sikap dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), etika adalah ilmu yang
mempelajari baik dan buruk, hak dan kewajiban moral. Etika juga bisa disebut
suatu kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etika juga diartikan
sebagai nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh masyarakat. Menurut
Sumaryono, etika adalah studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia
dalam bertindak. Menurut Prof. Robert Salemon, etika adalah karakter
individu dan hukum yang sosisal (mengatur, mengendalikan dan membahas
perilaku manusia).
Sedang, etika menurut Webster berarti suatu ilmu yang mempelajari
tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Menurut Adi Nugroho dalam
bukunya Ensiklopedia Umum, berpendapat bahwa etika berasal dari kata
eticha yang berarti ilmu kesopanan, ilmu kesusilaan. Menurut Hendiyat
Soetopo, etika adalah tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan
kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. William Lillie mengartikan
etika sebagai the normative science of cinduct of human being livig in
societies – a science which judges this conduct to be right or wrong, to be
1
good or bad, or in some similar way, yang berarti etika adalah ilmu
pengetahuan tentang norma aturan ilmu pengetahuan, tentang tingkah laku
kehidupan manusia dalam masyarakat, yang di mana ilmu pengetahuan
tersebut menentukan tingkah laku itu benar atau salah, abik atau buruk atau
sesuatu yang sama dengan itu.
Dari beberapa pandangan di atas, bisa kita simpulkan bahwa etika adalah
ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana manusia seharusnya
hidup dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau beberapa prinsip
dalam menentukan langkah-langkah dalam bersikap maupun berperilaku yang
benar. Kata “susila” atau “kesusilaan” merupakan betuk dari kesopanan, sopan
santun dan keadaban. Etika juga berhubungan dengan filsafat dikarenakan
etika merupakan bagian dari filsafat moral, yaitu ilmu yang membahas
tindakan manusia. Dengan begitu hubungan antara etika dan filsafat ilmu bisa
dikatakan suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan buruk manusia
berdasarkan kehendak dalam mengambil keputusan yang mendasari hubungan
antar sesama manusia.
Etika memiliki beberapa persamaan dengan moral. Moral berasal dari mos,
bahasa Latin, yang memilki arti adat kebiasaan. Moral secara istilah berarti
perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku
dan nilai-nilai yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota
masyarakat. Menurut Lawrence Kohlberg, etika dan moral memiliki suatu
hubungan yang terletak pada dasar pendidikan moral yang terdiri dari ilmu
sosiologi, budaya, antropologi, psikologi, filsafat, pendidikan dan ilmu politik
adalah dasar dari pembangunan etika. Menurut Sonny Keraf, moral berisi
nasihat, wejangan, petuah, peraturan dan perintah turun-temurun melalui suatu
budaya tertentu. Sedang, etika, menurutnya, adalah refleksi kritis dan rasional
tentang nilai dan norma manusia yang menentukan dan terwujud dalam sikap
dan perilaku hidup manusia.
2
Profesionalitas memiliki dasar dari kata profesi, sehingga perlu kita
ketahui terlebih dahulu pengertian dari kata profesi itu sendiri. Menurut KBBI,
profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu. Menurut Siti Nafsiah,
profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari
nafkah hidup sekaligus sebagai saran untuk mengabdi kepada kepentingan
orang lain yang harus diiringi pula dengan keahlian, keterampilan,
profesionalisme dan tanggung jawab. Definisi-definisi di atas dapat kita tarik
kesimpulannya bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian dari tiap-tiap insan. Dengan begitu, profesi tidak bisa
dipegang sembarang orang dan memerlukan suatu persiapan lewat pendidikan
dan latihan-latihan khusus untuk itu.
Orang awam menganggap bahwa profesi berarti sama halnya dengan
pekerjaan. Namun, sebuah pekerjaan belum tentu termasuk dalam bagian
sebuah profesi. Profesi memiliki beberapa mekanisme juga aturan-aturan yang
telah disepakati dan harus dipatuhi sebagai ketentuan dalam profesi tersebut.
Guru profesional paling tidak memiliki sejumlah kualitas dan kemampuan,
yang berkaitan dengan 1) kualitas kepribadian yang baik, 2) perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang baik serta pemahaman terhadap
karakteristik anak didik, 3) menguasai substansi bahan ajar secara baik, dan
4)dapat melakukan komunikasi secara efektif dan efisiensi dalam berbagai
situasi.1
The National Project on the Quality of Teaching and Learning (NPQTL)
Australia, mengemukakan lima hal tentang kompetensi profesioanl guru: a.)
mampu mempergunakan dan mengembangkan nilai dan pengetahuan
profesional, b.) mampu berkomunikasi, berinteraksi dan bekerja dengan siswa
dan yang lain, c.) mampu merencanakan dan mengelola proses pembelajaran,
d.) mampu memantau kinerja dan hasil belajar siswa, dan e.) mampu
1 Egar, Ngasbun, Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan Kompetensi secara
Komprehensif, (SEMARANG:___,2012), hlm. 26.
3
merefleksi, mengevaluasi serta merencanakan program untuk melakukan
peningkatan secara berkelanjutan.2
Sedang, profesionalisme menurut Doni Koesoema berarti suatu cara untuk
merealisasikan diakuinya keberadaan seorang guru sebagai pendidik karakter.
Menurut Ahmad Bahar, profesionalisme adalah usaha dari suatu kelompok
masyarakat untuk memperoleh pengawasan sumber daya yang berhubungan
dengan suatu bidang pekerjaan. Beberapa definisi di atas mampu kita
simpulkan bahwa profesionalisme tidak sama dengan profesionalitas. Sedang,
profesionalitas sendiri memiliki arti sikap para anggota profesi benar-benar
menguasai,
sungguh-sungguh
kepada
profesinya.
Dengan
kata
lain,
profesionalitas berarti sebutan terhadap kualitas sikap para anggota yang
berprofesi dan derajat pengetahuan juga keahlian yang dimiliki agar mampu
melakukan tugas masing-masing dengan baik.
Ketika kita menyatukan dua kata yang berbeda makna, seperti halnya etika
dan profesionalitas, maka akan kita dapatkan suatu definisi. Etika dan
profesionalitas guru agama merupakan ilmu yang menentukan mengenai benar
dan salah, baik buruknya suatu nilai yang dianut oleh masyarakat dan kualitas
sikap, tingginya pengetahuan yang didapat juga keahlian yang dimiliki oleh
guru agama dalam menjalankan kewajibannya.
B. PROFESIONALIME GURU
Guru merupakan salah satu faktor strategis dalam menentukan
keberhasilan pendidikan karena gurulah yang meletakkan dan mempersiapkan
dasar perkembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Untuk
melaksanakan itu, tentu diperlukan guru yang memiliki profesionalisme tinggi.
Apa yang dimaksud dengan profesionalisme? Selama ini, istilah
profesionalisme identik dengan sifat dan perilaku seseorang yang berkompeten,
2 Egar, Ngasbun, Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan Kompetensi secara
Komprehensif, (SEMARANG:___,2012), hlm. 24.
4
berpendidikan,
berdedikasi,
bertanggung
jawab,
jujur,
dan
loyal
pada
pekerjaannya. Akan tetapi, apakah cukup dengan itukah profesionalisme?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesionalisme adalah
‘mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang
yang profesional’. Dengan demikian, profesionalisme guru adalah mutu, kualitas,
dan tindak tanduk dari seorang guru yang profesional.
Pertanyaan berikutnya, apa yang dimaksud dengan profesional? Dalam
KBBI disebutkan bahwa profesional berarti (1) ‘bersangkutan dengan profesi’; (2)
‘memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya’; (3) ‘mengharuskan
adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir)’. Berdasarkan makna
tadi, dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki
keahlian khusus dalam mengajar dan memiliki pendapatan yang layak sesuai
dengan kebutuhan hidupnya.
Profesionalisme memang menjadi hal yang kerap dituntut dan diharapkan
dalam berbagai profesi, tak terkecuali guru. Di kalangan guru, istilah
profesionalisme sering dihubungkan dengan program sertifikasi guru. Program
pemerintah yang dilahirkan melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen ini bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru
dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, serta (4)
meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu.
Guru yang telah diakui kecakapan dankeahliannya serta dinyatakan lulus
dalam program sertifikasi ini akan diberikan tunjangan gaji tambahan dalam
pendapatannya. Pemberian tunjangan yang cukup menggiurkan tadi tentu
memberikan tambahan pendapatan bagi guru. Berdasarkan hal tersebut, guru yang
telah lulus sertifikasi dapat dikatakan sebagai guru yang profesional karena telah
5
terbukti memiliki kecakapan yang layak dan memperoleh pendapatan yang layak
pula.
Program sertifikasi guru untuk menciptakan profesionalisme tentu dapat
dikatakan tidak berhasil apabila dalam pelaksanaannya guru tidak enganggap
tujuan utama program ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
nasional, tetapi hanya menganggap sebagai suatu tujuan untuk memiliki sertifikat
demi mendapatkan tunjangan profesi.
Jika guru memiliki pemikiran seperti itu, tentu seorang guru tidak akan
memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas dan keahliannya. Bahkan, idak
menutup kemungkinan seorang guru akan mengejar sertifikasi melalui perbuatan
yang tidak terpuji dengan cara yang tidak jujur dan menghalalkan segala cara.
Harapan kita, peningkatan kecakapan dan keahlian guru demi kemajuan
pendidikan nasional tetap menjadi prioritas utama dalam program sertifikasi.
Peningkatkan kecakapan dan keahlian seorang guru dapat diupayakan dengan
berbagai cara: melanjutkan pendidikan, membiasakan gemar membaca, mengikuti
seminar, melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, atau mengaktifkan diri dalam
kegiatan Kelompok Kerja Guru. Satu hal yang sangat penting, seorang guru harus
memiliki visi, misi, dan kemauan yang kuat untuk menjadikan profesi guru
sebagai profesi yang dihargai dan disejajarkan dengan profesi mulia lainnya.
Guru harus mampu membuktikan bahwa profesinya layak untuk dihargai
dan dihormati karena guru merupakan tulang punggung dalam mencerdaskan
bangsa. Profesionalisme guru harus dibangun oleh dua pihak secara bersamasama, yaitu guru sebagai pihak yang dituntut memiliki kecakapan dan keahlian
serta pemerintah sebagai pihak yang dituntut untuk memberikan penghasilan yang
layak kepada guru. Intinya, guru dan pemerintah harus memberikan kontribusi
positif ke arah perbaikan mutu pendidikan.
Hal yang dibutuhkan sekarang adalah kemauan dan kemampuan guru
dalam memacu potensi dirinya agar sesuai dengan standar kecakapan yang telah
6
ditetapkan. Kemudian adanya kemauan, kemampuan, serta keseriusan pemerintah
dengan segala kebijakannya dalam upaya meningkatkan mutu dan mewujudkan
standar penghasilan yang layak bagi guru. Satu hal yang tidak boleh dilupakan
juga bahwa keprofesionalismean seorang guru tentu akan terwujud jika dilandasi
sikap yang bertanggung jawab dan jujur.
Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah
tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi
aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional
(dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang
ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak
semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya
persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam
perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu
kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan
skil atau keahliannya.
Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur,
pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Minimal menjadi
guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian.
Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya
tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Namun pada kenyataanya, banyak
ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau
sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan
kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan.
Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar.
Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak
pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar
peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu
masyarakat atau bangsa.
7
1. GuruProfesional
Jika mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu
kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun
demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humanis
bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium,
seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak
manusia dan juga suatu bangsa. Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru
profesional.
2. Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang
memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan
dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti
yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
C. Hubungan antara Etika dan Profesionalisme Guru.
Etika keprofesian pada hakikatnya merupakan suatu sistem peraruran atau
perangkat prinsip-prinsip keprilakuan yang telah diterima oleh kelompok orangorang yang tergabung dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu.
8
Adanya penerimaan atas suatu kode etik itu mengandung makna selain
adanya pengakuan dan pemahaman atas ketentuan dan prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya, juga adanya suatu ikatan komitmen dan pernyataan
kesadaran untuk mematuhinya
dalam menjalankan tugas
dan perilaku
keprofesiannya serta kesiapan dan kerelaan atas kemungkinan adanya jonsejuensi
sanksi seandainya terjadi kelalaian terhadapnya. Adapun maksud dan tujuan
pokok diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas-pkerjaan
keprofesian itu terwujud sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak
terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian
diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan imbalannya, baik
yang bersifat finansial, maupun secara sosial, moral, kultural dan lainnya.
Pengembangan tugas pelayanan keprofesian juga diharapkan terjamin martabat,
wibawa dan kredibilitas pribadi dan keprofesiannya serta hak atas imabalan yang
layak sesuai dengan kewajiban jasa pelayanannya.
Dengan demikian, maka kode etik keprofesian memiliki kedudukan, peran
dan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam menopang keberadaan dan
kelangsungan hidup suatu profesi dimasyarakat. Bagi para pengemban tugas
profesi akan menjadi pegangan dalam bertindak serta acuan dasar dalam seluk
beluk keprilakuannya dalam rangka memelihara dan menjunjung tinggi martabat
dan wibawa serta kredibilitas visi, misi, fungsi bidang profesinya. Dengan
demikian pula, maka kode etik itudapat merupakan acuan normative dan juga
operasional. Perangkat kode etik merupakan landasan bertindak sesuai dengan
keperluannya, termasuk pemberlakuan sanksi keprofesian bagi pihak-pihak yang
terkait.
Maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik ialah untyk
menjaminagar tugas-pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya
dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana mestinya.
9
Dengan demikian kode etik adalah suatu istilah dan hubungannya denga
profesioanalisme karena kode etik memiliki nilai, baik atau buruk, pantas atau
tidak pantas, sopan atau tidak sopan, dan harus dimiliki oleh stiap pekerjaan
profesional, termasuk guru. Etika pada dasarnya adalah sebagai pengendali kinerja
dari sebuah profesi yang dengan itu dapat terbentuk sebuah profesionalisme.
Faktor pengendali apa yang yang dibutuhkan dibutuhkan agar guru tidak salah
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena guru juga membawa amanat profesi
seberapa jauh guru dapat dikontrol perilaku penyimpangannya dari profesi guru.
Guru juga dituntut trampil melaksanakan tugas pembelajaran, maka seberapa jauh
guru juga tidak menyalahgunakan hak dan kewajibannya sebagai guru pada saat
berinteraksi dan transaksi dengan para peserta didik.
Setiap program pendidikan guru bertujuan agar lulusannya mampu
melaksanakan pendidikan terhadap anak didik sesuai dengan norma-norma etika
yang berlaku. Calon guru dilatih dalam hal etika agar mereka mampu mendidik
anak sehingga menjadi manusia yang baik sesuuai dengan harkatnya. Isu
pendidikan guru mengandung norma-norma etika kerja sama, untuk itu
dikembangkan program kegiatan, unit kelas, dan masalah-masalah kehidupan.
Program pendidikan guru memuat latihan pekerjaan yang demokratis dan
aktualisasi diri individu. Pendidikan guru berorientasi pada nilai pembentukan
calon pendidik yang mampu berpribadi selaku manusia seutuhnya.
Agar guru dapat dipersiapkan secara profesional, maka penyelenggaraan
pendidikan profesi guru dibutuhkan penanganan dengan mekanisme yang lebih
cermat, terutama terhadap perilaku mereka sebagai guru. Makin kuatnya tuntutan
akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di
negara-negara maju, karena memang betapa pentingnya profesionalisme dalam
sebuah profesi, salah satunya profesi guru.
Seyogyanya para calon guru dapat mencapai ide yang mulia, tentunya
membuat persiapan mengajar yang baik, dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan
siap mental dan bahan yang akan diajarkan, semuanya ini akan banyak membantu
10
dalam menyukseskan pengajaran yang akan dilaksanakan. Guru yang baik
memiliki cara pandang yang tidak terfokus pada sesuatu yang
menarik
perhatiannya saja, namun harus meliputi seluruh kelas, tidak parsial, bersikap
tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan
didengar oleh peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan
situasi belajar yang sehat, suara yang terang, dan adakan variasi sehingga suara
yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak.
D. Implementasi Terhadap Etika Dan Profesionalitas Guru Agama
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,
baik berupa perubahan , pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dari sikap.
Implementasi juga berarti pelaksanaan atau penerapan dalam kegiatan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan evaluasi.
Implementasi-implementasi tersebut yaitu meliputi:3
1. Mempunyai watak kebapakan atau keibuan sebelum menjadi seorang
pendidik, sehingga ia menyayangi peserta didik seperti menyayangi
anaknya sendiri
2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik
3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik
4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta
didik
5. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan
6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya
7. Memberi bekal kepada peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada
masa depan peserta didik
8. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat,
bertanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta
mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
3 Drs. Bukhari Umar, M.Ag. , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH), 2010, hlm. 100-102
11
Dalam literature kependidikan islam, seorang guru biasa disebut sebagai
ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid,mudarris, dan mu’addib. Dalam hal ini,
seorang guru sebaiknya:4
1. Seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme
dalam mengemban tugasnya
2. Selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau
cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman
3. Seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu
pengetahuan yang diajarkannya
4. Seorang guru dituntut untuk mampu mengajarkan kandungan ilmu
pengetahuan
dan
al-hikmah
atau
kebijakan
dan
kemahiran
melaksanakan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya yang bisa
mendatangkan manfaat
5. Seorang guru dituntut untuk melakukan transfer ilmu/ pengetahuan,
internalisasi, serta amaliah (implementasi)
6. Tugas guru adalah mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya
agar tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan
alam sekitarnya
7. Berusaha menularkan penghayatan akhlak dan kepribadiannya kepada
peserta didiknya
8. Berusaha
mencerdaskan
peserta
didiknya,
menghilangkan
ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih
keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
4 Dr. Muhaimin, M.A., Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PSAPM), 2004,
Hlm. 209-213
12
A. KESIMPULAN
Etika pada dasarnya adalah sebagai pengendali kinerja dari sebuah
profesi yang dengan itu dapat terbentuk sebuah profesionalisme. Menjadi
profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru
pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat
lekat dengan peran yang psikologis, humanis bahkan identik dengan citra
kemanusiaan.
B. SARAN
Penyusun mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadi suatu
pengajaran dalam penyusunan makalah-makalah berikutnya
13
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Hasyim. 2007. Etika Pendidikan Islam. Jogjakarta:Titian Wacana.
Egar, Ngasbun. 2012. Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan
Kompetensi secara Komprehensif. Semarang:______.
Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya:Pusat
Studi Agama Politik dan Masyarakat (PSAPM).
Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta:PSAPM.
Robinson, Philip. 1986. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:CV.RAJAWALI.
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Jogjakarta:Pustaka Pelajar.
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH.
14
Disusun Guna Memenuhi Tugas Tersruktur Mata Kuliah Pengembangan
Profesi Guru yang Diampu oleh Nurfuadi M.Pd.I.
Disusun oleh:
Ana Septiani
Dewi Riyani Puspitasari
Nindy Elisa
Re Tali Imani
(1617404002)
(1617404009)
(1617404033)
(1617404039)
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2018
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika dan Profesionalitas Guru Agama.
Etika atau ethics berasal dari bahasa yunani, yaitu ethikos yang berarti
adat, kebiasaan, perilaku atau karakter. Etika, secara istilah, memiliki definisi
sebagai suatu aturan mengenai sikap atau perilaku di lingkungan kita sesuai
dengan kebiasaan ditempat itu, termasuk sopan santun dalam berperilaku
ataupun berbicara. Tidak hanya itu, etika bisa kita lihat ketika seseorang yang
mengimplementasikan baik buruknya sutau perilaku dan sikap dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), etika adalah ilmu yang
mempelajari baik dan buruk, hak dan kewajiban moral. Etika juga bisa disebut
suatu kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak. Etika juga diartikan
sebagai nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh masyarakat. Menurut
Sumaryono, etika adalah studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia
dalam bertindak. Menurut Prof. Robert Salemon, etika adalah karakter
individu dan hukum yang sosisal (mengatur, mengendalikan dan membahas
perilaku manusia).
Sedang, etika menurut Webster berarti suatu ilmu yang mempelajari
tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Menurut Adi Nugroho dalam
bukunya Ensiklopedia Umum, berpendapat bahwa etika berasal dari kata
eticha yang berarti ilmu kesopanan, ilmu kesusilaan. Menurut Hendiyat
Soetopo, etika adalah tata susila atau hal-hal yang berhubungan dengan
kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. William Lillie mengartikan
etika sebagai the normative science of cinduct of human being livig in
societies – a science which judges this conduct to be right or wrong, to be
1
good or bad, or in some similar way, yang berarti etika adalah ilmu
pengetahuan tentang norma aturan ilmu pengetahuan, tentang tingkah laku
kehidupan manusia dalam masyarakat, yang di mana ilmu pengetahuan
tersebut menentukan tingkah laku itu benar atau salah, abik atau buruk atau
sesuatu yang sama dengan itu.
Dari beberapa pandangan di atas, bisa kita simpulkan bahwa etika adalah
ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana manusia seharusnya
hidup dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau beberapa prinsip
dalam menentukan langkah-langkah dalam bersikap maupun berperilaku yang
benar. Kata “susila” atau “kesusilaan” merupakan betuk dari kesopanan, sopan
santun dan keadaban. Etika juga berhubungan dengan filsafat dikarenakan
etika merupakan bagian dari filsafat moral, yaitu ilmu yang membahas
tindakan manusia. Dengan begitu hubungan antara etika dan filsafat ilmu bisa
dikatakan suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan buruk manusia
berdasarkan kehendak dalam mengambil keputusan yang mendasari hubungan
antar sesama manusia.
Etika memiliki beberapa persamaan dengan moral. Moral berasal dari mos,
bahasa Latin, yang memilki arti adat kebiasaan. Moral secara istilah berarti
perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku
dan nilai-nilai yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota
masyarakat. Menurut Lawrence Kohlberg, etika dan moral memiliki suatu
hubungan yang terletak pada dasar pendidikan moral yang terdiri dari ilmu
sosiologi, budaya, antropologi, psikologi, filsafat, pendidikan dan ilmu politik
adalah dasar dari pembangunan etika. Menurut Sonny Keraf, moral berisi
nasihat, wejangan, petuah, peraturan dan perintah turun-temurun melalui suatu
budaya tertentu. Sedang, etika, menurutnya, adalah refleksi kritis dan rasional
tentang nilai dan norma manusia yang menentukan dan terwujud dalam sikap
dan perilaku hidup manusia.
2
Profesionalitas memiliki dasar dari kata profesi, sehingga perlu kita
ketahui terlebih dahulu pengertian dari kata profesi itu sendiri. Menurut KBBI,
profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu. Menurut Siti Nafsiah,
profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari
nafkah hidup sekaligus sebagai saran untuk mengabdi kepada kepentingan
orang lain yang harus diiringi pula dengan keahlian, keterampilan,
profesionalisme dan tanggung jawab. Definisi-definisi di atas dapat kita tarik
kesimpulannya bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keahlian dari tiap-tiap insan. Dengan begitu, profesi tidak bisa
dipegang sembarang orang dan memerlukan suatu persiapan lewat pendidikan
dan latihan-latihan khusus untuk itu.
Orang awam menganggap bahwa profesi berarti sama halnya dengan
pekerjaan. Namun, sebuah pekerjaan belum tentu termasuk dalam bagian
sebuah profesi. Profesi memiliki beberapa mekanisme juga aturan-aturan yang
telah disepakati dan harus dipatuhi sebagai ketentuan dalam profesi tersebut.
Guru profesional paling tidak memiliki sejumlah kualitas dan kemampuan,
yang berkaitan dengan 1) kualitas kepribadian yang baik, 2) perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang baik serta pemahaman terhadap
karakteristik anak didik, 3) menguasai substansi bahan ajar secara baik, dan
4)dapat melakukan komunikasi secara efektif dan efisiensi dalam berbagai
situasi.1
The National Project on the Quality of Teaching and Learning (NPQTL)
Australia, mengemukakan lima hal tentang kompetensi profesioanl guru: a.)
mampu mempergunakan dan mengembangkan nilai dan pengetahuan
profesional, b.) mampu berkomunikasi, berinteraksi dan bekerja dengan siswa
dan yang lain, c.) mampu merencanakan dan mengelola proses pembelajaran,
d.) mampu memantau kinerja dan hasil belajar siswa, dan e.) mampu
1 Egar, Ngasbun, Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan Kompetensi secara
Komprehensif, (SEMARANG:___,2012), hlm. 26.
3
merefleksi, mengevaluasi serta merencanakan program untuk melakukan
peningkatan secara berkelanjutan.2
Sedang, profesionalisme menurut Doni Koesoema berarti suatu cara untuk
merealisasikan diakuinya keberadaan seorang guru sebagai pendidik karakter.
Menurut Ahmad Bahar, profesionalisme adalah usaha dari suatu kelompok
masyarakat untuk memperoleh pengawasan sumber daya yang berhubungan
dengan suatu bidang pekerjaan. Beberapa definisi di atas mampu kita
simpulkan bahwa profesionalisme tidak sama dengan profesionalitas. Sedang,
profesionalitas sendiri memiliki arti sikap para anggota profesi benar-benar
menguasai,
sungguh-sungguh
kepada
profesinya.
Dengan
kata
lain,
profesionalitas berarti sebutan terhadap kualitas sikap para anggota yang
berprofesi dan derajat pengetahuan juga keahlian yang dimiliki agar mampu
melakukan tugas masing-masing dengan baik.
Ketika kita menyatukan dua kata yang berbeda makna, seperti halnya etika
dan profesionalitas, maka akan kita dapatkan suatu definisi. Etika dan
profesionalitas guru agama merupakan ilmu yang menentukan mengenai benar
dan salah, baik buruknya suatu nilai yang dianut oleh masyarakat dan kualitas
sikap, tingginya pengetahuan yang didapat juga keahlian yang dimiliki oleh
guru agama dalam menjalankan kewajibannya.
B. PROFESIONALIME GURU
Guru merupakan salah satu faktor strategis dalam menentukan
keberhasilan pendidikan karena gurulah yang meletakkan dan mempersiapkan
dasar perkembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Untuk
melaksanakan itu, tentu diperlukan guru yang memiliki profesionalisme tinggi.
Apa yang dimaksud dengan profesionalisme? Selama ini, istilah
profesionalisme identik dengan sifat dan perilaku seseorang yang berkompeten,
2 Egar, Ngasbun, Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan Kompetensi secara
Komprehensif, (SEMARANG:___,2012), hlm. 24.
4
berpendidikan,
berdedikasi,
bertanggung
jawab,
jujur,
dan
loyal
pada
pekerjaannya. Akan tetapi, apakah cukup dengan itukah profesionalisme?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesionalisme adalah
‘mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang
yang profesional’. Dengan demikian, profesionalisme guru adalah mutu, kualitas,
dan tindak tanduk dari seorang guru yang profesional.
Pertanyaan berikutnya, apa yang dimaksud dengan profesional? Dalam
KBBI disebutkan bahwa profesional berarti (1) ‘bersangkutan dengan profesi’; (2)
‘memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya’; (3) ‘mengharuskan
adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir)’. Berdasarkan makna
tadi, dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki
keahlian khusus dalam mengajar dan memiliki pendapatan yang layak sesuai
dengan kebutuhan hidupnya.
Profesionalisme memang menjadi hal yang kerap dituntut dan diharapkan
dalam berbagai profesi, tak terkecuali guru. Di kalangan guru, istilah
profesionalisme sering dihubungkan dengan program sertifikasi guru. Program
pemerintah yang dilahirkan melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen ini bertujuan untuk (1) menentukan kelayakan guru
dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, serta (4)
meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu.
Guru yang telah diakui kecakapan dankeahliannya serta dinyatakan lulus
dalam program sertifikasi ini akan diberikan tunjangan gaji tambahan dalam
pendapatannya. Pemberian tunjangan yang cukup menggiurkan tadi tentu
memberikan tambahan pendapatan bagi guru. Berdasarkan hal tersebut, guru yang
telah lulus sertifikasi dapat dikatakan sebagai guru yang profesional karena telah
5
terbukti memiliki kecakapan yang layak dan memperoleh pendapatan yang layak
pula.
Program sertifikasi guru untuk menciptakan profesionalisme tentu dapat
dikatakan tidak berhasil apabila dalam pelaksanaannya guru tidak enganggap
tujuan utama program ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
nasional, tetapi hanya menganggap sebagai suatu tujuan untuk memiliki sertifikat
demi mendapatkan tunjangan profesi.
Jika guru memiliki pemikiran seperti itu, tentu seorang guru tidak akan
memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas dan keahliannya. Bahkan, idak
menutup kemungkinan seorang guru akan mengejar sertifikasi melalui perbuatan
yang tidak terpuji dengan cara yang tidak jujur dan menghalalkan segala cara.
Harapan kita, peningkatan kecakapan dan keahlian guru demi kemajuan
pendidikan nasional tetap menjadi prioritas utama dalam program sertifikasi.
Peningkatkan kecakapan dan keahlian seorang guru dapat diupayakan dengan
berbagai cara: melanjutkan pendidikan, membiasakan gemar membaca, mengikuti
seminar, melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, atau mengaktifkan diri dalam
kegiatan Kelompok Kerja Guru. Satu hal yang sangat penting, seorang guru harus
memiliki visi, misi, dan kemauan yang kuat untuk menjadikan profesi guru
sebagai profesi yang dihargai dan disejajarkan dengan profesi mulia lainnya.
Guru harus mampu membuktikan bahwa profesinya layak untuk dihargai
dan dihormati karena guru merupakan tulang punggung dalam mencerdaskan
bangsa. Profesionalisme guru harus dibangun oleh dua pihak secara bersamasama, yaitu guru sebagai pihak yang dituntut memiliki kecakapan dan keahlian
serta pemerintah sebagai pihak yang dituntut untuk memberikan penghasilan yang
layak kepada guru. Intinya, guru dan pemerintah harus memberikan kontribusi
positif ke arah perbaikan mutu pendidikan.
Hal yang dibutuhkan sekarang adalah kemauan dan kemampuan guru
dalam memacu potensi dirinya agar sesuai dengan standar kecakapan yang telah
6
ditetapkan. Kemudian adanya kemauan, kemampuan, serta keseriusan pemerintah
dengan segala kebijakannya dalam upaya meningkatkan mutu dan mewujudkan
standar penghasilan yang layak bagi guru. Satu hal yang tidak boleh dilupakan
juga bahwa keprofesionalismean seorang guru tentu akan terwujud jika dilandasi
sikap yang bertanggung jawab dan jujur.
Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah
tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi
aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional
(dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang
ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak
semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya
persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam
perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu
kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan
skil atau keahliannya.
Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur,
pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Minimal menjadi
guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian.
Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya
tidak sembarangan orang bisa menjadi guru. Namun pada kenyataanya, banyak
ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau
sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan
kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan.
Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar.
Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak
pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar
peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu
masyarakat atau bangsa.
7
1. GuruProfesional
Jika mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu
kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun
demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humanis
bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium,
seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak
manusia dan juga suatu bangsa. Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru
profesional.
2. Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang
memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan
dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti
yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
C. Hubungan antara Etika dan Profesionalisme Guru.
Etika keprofesian pada hakikatnya merupakan suatu sistem peraruran atau
perangkat prinsip-prinsip keprilakuan yang telah diterima oleh kelompok orangorang yang tergabung dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu.
8
Adanya penerimaan atas suatu kode etik itu mengandung makna selain
adanya pengakuan dan pemahaman atas ketentuan dan prinsip-prinsip yang
terkandung di dalamnya, juga adanya suatu ikatan komitmen dan pernyataan
kesadaran untuk mematuhinya
dalam menjalankan tugas
dan perilaku
keprofesiannya serta kesiapan dan kerelaan atas kemungkinan adanya jonsejuensi
sanksi seandainya terjadi kelalaian terhadapnya. Adapun maksud dan tujuan
pokok diadakannya kode etik ialah untuk menjamin agar tugas-pkerjaan
keprofesian itu terwujud sebagai mana mestinya dan kepentingan semua pihak
terlindungi sebagaimana layaknya. Pihak penerima layanan keprofesian
diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan kewajibannya untuk memberikan imbalannya, baik
yang bersifat finansial, maupun secara sosial, moral, kultural dan lainnya.
Pengembangan tugas pelayanan keprofesian juga diharapkan terjamin martabat,
wibawa dan kredibilitas pribadi dan keprofesiannya serta hak atas imabalan yang
layak sesuai dengan kewajiban jasa pelayanannya.
Dengan demikian, maka kode etik keprofesian memiliki kedudukan, peran
dan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam menopang keberadaan dan
kelangsungan hidup suatu profesi dimasyarakat. Bagi para pengemban tugas
profesi akan menjadi pegangan dalam bertindak serta acuan dasar dalam seluk
beluk keprilakuannya dalam rangka memelihara dan menjunjung tinggi martabat
dan wibawa serta kredibilitas visi, misi, fungsi bidang profesinya. Dengan
demikian pula, maka kode etik itudapat merupakan acuan normative dan juga
operasional. Perangkat kode etik merupakan landasan bertindak sesuai dengan
keperluannya, termasuk pemberlakuan sanksi keprofesian bagi pihak-pihak yang
terkait.
Maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik ialah untyk
menjaminagar tugas-pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya
dan kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana mestinya.
9
Dengan demikian kode etik adalah suatu istilah dan hubungannya denga
profesioanalisme karena kode etik memiliki nilai, baik atau buruk, pantas atau
tidak pantas, sopan atau tidak sopan, dan harus dimiliki oleh stiap pekerjaan
profesional, termasuk guru. Etika pada dasarnya adalah sebagai pengendali kinerja
dari sebuah profesi yang dengan itu dapat terbentuk sebuah profesionalisme.
Faktor pengendali apa yang yang dibutuhkan dibutuhkan agar guru tidak salah
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena guru juga membawa amanat profesi
seberapa jauh guru dapat dikontrol perilaku penyimpangannya dari profesi guru.
Guru juga dituntut trampil melaksanakan tugas pembelajaran, maka seberapa jauh
guru juga tidak menyalahgunakan hak dan kewajibannya sebagai guru pada saat
berinteraksi dan transaksi dengan para peserta didik.
Setiap program pendidikan guru bertujuan agar lulusannya mampu
melaksanakan pendidikan terhadap anak didik sesuai dengan norma-norma etika
yang berlaku. Calon guru dilatih dalam hal etika agar mereka mampu mendidik
anak sehingga menjadi manusia yang baik sesuuai dengan harkatnya. Isu
pendidikan guru mengandung norma-norma etika kerja sama, untuk itu
dikembangkan program kegiatan, unit kelas, dan masalah-masalah kehidupan.
Program pendidikan guru memuat latihan pekerjaan yang demokratis dan
aktualisasi diri individu. Pendidikan guru berorientasi pada nilai pembentukan
calon pendidik yang mampu berpribadi selaku manusia seutuhnya.
Agar guru dapat dipersiapkan secara profesional, maka penyelenggaraan
pendidikan profesi guru dibutuhkan penanganan dengan mekanisme yang lebih
cermat, terutama terhadap perilaku mereka sebagai guru. Makin kuatnya tuntutan
akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di
negara-negara maju, karena memang betapa pentingnya profesionalisme dalam
sebuah profesi, salah satunya profesi guru.
Seyogyanya para calon guru dapat mencapai ide yang mulia, tentunya
membuat persiapan mengajar yang baik, dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan
siap mental dan bahan yang akan diajarkan, semuanya ini akan banyak membantu
10
dalam menyukseskan pengajaran yang akan dilaksanakan. Guru yang baik
memiliki cara pandang yang tidak terfokus pada sesuatu yang
menarik
perhatiannya saja, namun harus meliputi seluruh kelas, tidak parsial, bersikap
tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik sehingga dapat dilihat dan
didengar oleh peserta didik. Senyuman dapat mengusahakan dan menciptakan
situasi belajar yang sehat, suara yang terang, dan adakan variasi sehingga suara
yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak.
D. Implementasi Terhadap Etika Dan Profesionalitas Guru Agama
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,
baik berupa perubahan , pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dari sikap.
Implementasi juga berarti pelaksanaan atau penerapan dalam kegiatan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan evaluasi.
Implementasi-implementasi tersebut yaitu meliputi:3
1. Mempunyai watak kebapakan atau keibuan sebelum menjadi seorang
pendidik, sehingga ia menyayangi peserta didik seperti menyayangi
anaknya sendiri
2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik
3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik
4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta
didik
5. Mempunyai sifat-sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan
6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya
7. Memberi bekal kepada peserta didik dengan ilmu yang mengacu pada
masa depan peserta didik
8. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat,
bertanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta
mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh.
3 Drs. Bukhari Umar, M.Ag. , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH), 2010, hlm. 100-102
11
Dalam literature kependidikan islam, seorang guru biasa disebut sebagai
ustadz, mu’allim, murabbiy, mursyid,mudarris, dan mu’addib. Dalam hal ini,
seorang guru sebaiknya:4
1. Seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme
dalam mengemban tugasnya
2. Selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau
cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman
3. Seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu
pengetahuan yang diajarkannya
4. Seorang guru dituntut untuk mampu mengajarkan kandungan ilmu
pengetahuan
dan
al-hikmah
atau
kebijakan
dan
kemahiran
melaksanakan ilmu pengetahuan dalam kehidupannya yang bisa
mendatangkan manfaat
5. Seorang guru dituntut untuk melakukan transfer ilmu/ pengetahuan,
internalisasi, serta amaliah (implementasi)
6. Tugas guru adalah mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya
agar tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan
alam sekitarnya
7. Berusaha menularkan penghayatan akhlak dan kepribadiannya kepada
peserta didiknya
8. Berusaha
mencerdaskan
peserta
didiknya,
menghilangkan
ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih
keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
4 Dr. Muhaimin, M.A., Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PSAPM), 2004,
Hlm. 209-213
12
A. KESIMPULAN
Etika pada dasarnya adalah sebagai pengendali kinerja dari sebuah
profesi yang dengan itu dapat terbentuk sebuah profesionalisme. Menjadi
profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru
pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat
lekat dengan peran yang psikologis, humanis bahkan identik dengan citra
kemanusiaan.
B. SARAN
Penyusun mengharapkan kritik dan saran agar dapat menjadi suatu
pengajaran dalam penyusunan makalah-makalah berikutnya
13
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Hasyim. 2007. Etika Pendidikan Islam. Jogjakarta:Titian Wacana.
Egar, Ngasbun. 2012. Pengembangan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan
Kompetensi secara Komprehensif. Semarang:______.
Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya:Pusat
Studi Agama Politik dan Masyarakat (PSAPM).
Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta:PSAPM.
Robinson, Philip. 1986. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:CV.RAJAWALI.
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Jogjakarta:Pustaka Pelajar.
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH.
14