PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TER (1)

PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
TERBUKA PADA ERA GLOBALISASI
Tugas Akhir Pancasila

disusun oleh
Nama

: Kristyawan Susanto

NIM

: 11.01.2906

Jurusan

: Teknik Informatika

Program study

: D3


Dosen

: Irton, SE, M.Si

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2011

ABSTRAKSI
Makalah ini mencoba untuk memberi jawaban akan masalah-masalah yang
timbul di dinamika kehidupan ber-Pancasila. Ini diharapkan mampu untuk
memberikan pembenaran terhadap Pancasila, sehingga akan menambah teori-teori
dan memperkuat penerapan Pancasila sebagai pondasi nasional dan ideologi dari
orang Indonesia. Selain itu makalah ini juga diharapkan mampu memberikan
kontribusi untuk menjaga konsistensi, hubungan dan kontekstual dari Pancasila
bahwa

Pancasila

selalu


dibutuhkan

orang

Indonesia

dalam

melanjutkan

pembangunan sesuai dengan perkembangan dunia. Realisasi dari harapan tadi akan
membuat Pancasila mampu memainkan peran: di dalam, Pancasila berfungsi untuk
mempererat persatuan bangsa Indonesia dan mengarahkan perjuangan bangsa
menuju ke keadaan yang ideal. Sedangkan di luar, Pancasila berfungsi sebagai
identitas bangsa sehingga orang Indonesia berbeda dengan orang negara lainnya.
Di era globalisasi ini fungsionalitas Pancasila akan diuji apakah mampu untuk
tetap mempertahankan eksistensinya. Pancasila sebagai ideologi terbuka harus
senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis agar tidak tertinggal. Pancasila
harus bisa menyesuaikan dengan perubahan-perubahan jaman seperti sekarang ini.
Hal inilah yang disebut dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka.

Globalisasi tidak akan mungkin dihindari oleh bangsa Indonesia, tetapi dengan
adanya Pancasila, globalisasi yang tidak terhindari itu akan disesuaikan dengan nilainilai yang terdapat dalam Pancasila. Sehingga kita sebagai rakyat Indonesia harus
memiliki wawasan yang luas dan pemahaman yang benar tentang nilai-nilai kebaikan
yang terdapat dalam Pancasila. Sehingga fungsi Pancasila sungguh dapat
dibanggakan karena keberhasilannya dalam mengatasi pengaruh-pengaruh yang
merugikan dari globalisasi.
Dengan memiliki wawasan yang luas dan pemahaman yang benar terhadap
Pancasila kita dapat menerapkan hidup yang benar sesuai Pancasila di era
globalisasi. Dan kita tidak perlu kehilangan jati diri dari bangsa ini. Sehingga
Indonesia akan memiliki kekuatan yang berpengaruh terhadap dunia Internasional.

1. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya
harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang selalu akan kita
hadapi dalam setiap kurun waktu. Tanpa nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
misalnya kita saksikan betapa masyarakat di negara-negara industri maju
kehilangan nilai-nilai etik, moral, spiritual. Tanpa nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab, kita saksikan betapa kemajuan ekonomi serta ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dicapai manusia justru memerosotkan nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa

nilai-nilai persatuan dan kesatuan misalnya, jelas pasti akan terjadi konflik-konflik
antar bangsa, dan bahkan dari dalam bangsa itu sendiri akan ada perpecahan.
Tanpa nilai-nilai kedaulatan rakyat, hal yang akan terjadi adalah munculnya
kekuatan-kekuatan otoriter yang akan menindas yang lemah, dan pada akhirnya
hanya akan mengalami keruntuhan. Tanpa nilai-nilai keadilan sosial, misalnya kita
lihat kemajuan ekonomi yang mendatangkan kesenjangan sosial dan keresahan.
Perbedaan antara yang kaya dan yang miskin sangat jauh sekali, dan itu berpotensi
mengundang adanya kriminalitas.
Oleh karena itu dapat dikemukakan beberapa faktor yang mendorong pemikiran
mengenai keterbukaan ideologi Pancasila, yaitu:
1) Kenyataan dalam proses pembangunan nasional berencana dan dinamika
masyarakat yang berkembang sangat pesat.
2) Kenyataan menunjukkan bahwa ideologi yang tertutup dan beku cenderung
meredupkan perkembangan dirinya.
3) Pengalaman sejarah politik kita sendiri pada masa lampau yang dipengaruhi
keadaan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
4) Tekad kita untuk mengokohkan kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang
bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam
rangka mencapai tujuan nasional.
Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapan yang

berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Dengan

demikian kita mengenal tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
praxis.

2. RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini, ada beberapa masalah yang diangkat oleh
penulis, diantaranya:
1) Apakah makna yang tepat dari Pancasila sebagai ideologi terbuka?
2) Bagaimanakah perwujudan dari Pancasila sebagai ideologi terbuka di era
globalisasi saat ini?
3) Seberapa perlukah kita untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila?
4) Pengamalan seperti apakah yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?
5) Apa saja pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bansa dan negara Indonesia?
6) Apa sajakah yang harus kita lakukan terhadap pengaruh-pengaruh globalisasi?

3. PENDEKATAN-PENDEKATAN
Pada penulisan makalah ini, penulisan memerlukan pendekatan-pendekatan.
Hal ini untuk memudahkan baik penulis atau pembaca untuk memahami pokok
permasalahan yang dibahas. Pendekatan-pendekatan yang dipakai dalam makalah

ini yaitu pendekatan secara historis dan sosiologis. Berikut ini adalah penjelasannya
:
1) Pendekatan secara historis
Benih-benih globalisasi sebenarnya telah dimulai semenjak perluasan jalur
perdagangan para pedagang Tiongkok dan India ke negara lain kemudian para
pedagang muslim di Asia dan Afrika. Fase berikutnya ditandai dengan eksplorasi
dunia secara besar-besaran oleh Eropa dan semakin pesat seiring dengan
perkembangan industri dan kebutuhan bahan baku yang memunculkan
perusahaan multinasional di dunia.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mencapai momentumnya ketika perang
dingin berakhir dan komunisme runtuh. Runtuhnya komunisme seakan
merupakan pembenaran bahwa kapitalisme

adalah jalan terbaik untuk

mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasi dari keadaan ini adalah negaranegara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini
selanjutnya semakin didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan
transparansi yang maju pesat yang menyebabkan batas-batas antar negara pun
mulai kabur.
Proses globalisasi berlangsung lebih cepat dengan adanya dukungan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang informasi,
telekomunikasi dan transportasi. Dengan kemajuan bidang tersebut maka
proses interaksi antar manusia dan bangsa diseluruh dunia terjadi lebig cepat
dan lebih intensif. Dengan dikembangkannya satelit komunikasi dan internet,
maka proses komunikasi terjadi setiap saat. Apa yang terjadi di suatu belahan
dunia, akan langsung diketahui di belahan dunia yang lain. Dengan kemajuan
bidang transportasi, proses pergerakan manusia menjadi semakin cepat dan
intensif. Hal inilah yang kemudian lebih mendorong terjadinya proses globalisasi.
2) Pendekatan secara sosiologis
Globalisasi sebagai sebuah proses yang tidak terhindarkan lagi saat ini karena
interaksi antar bangsa semakin meningkat. Transformasi di era globalisasi ini
telah menbawa pada sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia
adalah satu. Pemahaman ini memungkinkan munculnya pendapat yang
berbeda-beda, ada yang menganggapnya sebagai proses yang positif namun ada
pula yang pesimis. Tanggapan terhadap munculnya globalisasi dapat
dikelompokkan dalam dua golongan yaitu:
a. Golongan pro globalisasi yaitu mereka yang beranggapan positif bahwa
globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggungjawab. Globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Ketergantungan antar negara

justru akan saling menguntungkan karena tiap-tiap negara dapat melakukan
transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki.
b. Golongan anti globalisasi yaitu mereka yang pesimis beranggapan bahwa
globalisasi adalah sebuah fenomena yang negatif karena hal tersebut
sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat yang memaksa sejumlah

bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu
yang benar. Globalisasi hanya akan membuat negara miskin semakin tidak
berdaya bangkit dari ketergantungan terhadap negara kuat.
Dalam proses globalisasi ada beberapa saluran yang harus dilalui, seperti:
a. Lembaga-lembaga internasional yang mengatur

peraturan-peraturan

internasional.
b. Lembaga-lembaga kenegaraan baik dalam hubungan diplomatik secara
bilateral maupun regional.
c.

Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan.


d. Lembaga keagamaan
e.

Lembaga perniagaan dan industri internasional.

f.

Saluran-saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional.

g.

Turisme atau wisata mancanegara.

4. PEMBAHASAN
1) Pengertian Ideologi
Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” yang berarti cita-cita dan “logy”
yang berarti pengetahuan, ilmu faham. Beberapa pengertian tentang ideologi
dapat dikemukakan di sini, di antaranya adalah
a. W. White

“The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of
people” (ideologi ialah soal cita-cita politik atau doktrin (ajaran) dari suatu
lapisan masyarakat atau sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan).
b. Harold H Titus
“A term used for any group of ideas concerning various politicaland
economic issues and social philosophies often applied to a systematic
schema of ideas held by group classes” (suatu istilah yang dipergunakan
untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan
ekonomi serta filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana

yang sistematik tentang cita-cita yang dijalanakan oleh sekelompok atau
lapisan masyarakat).
c.

Encyclopedia Internasional
Ideologi adalah sistem gagasan , keyakinan, dan sikap yang mendasari cara
hidup suatu kelompok, kelas atau masyarakat tertentu.

d. Drs. Moerdiono
Ideologi berarti “a system of ideas”, akan mensistematisasikan seluruh

pemikiran mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta
kebijakan dan strategi dengan tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat yang menjadi induknya
e.

Laboratorium Pancasila IKIP Malang
Ideologi adalah seperangkat nilai, ide dan cita-cita beserta pedoman dan
metode melaksanakannya.

f.

Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara sebaiknya, yaitu secara moral dianggap
benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi
kehidupan.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat kita pahami adanya

beberapa bagian pokok dalam ideologi yaitu:
Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis
Pedoman tentang cara hidup
Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok (kelas, negara)
Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya
Jadi ideologi merupakan hasil refleksi (perenungan) manusia terhadap dunia
kehidupannya. Sehingga keyakinan terhadap ideologinya semakin mantap pula
tekad untuk melaksanakannya.
2) Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai filsafat bangsa / negara dihubungkan dengan fungsinya
sebagai dasar negara, yang merupakan landasan ideal bangsa Indonesia dan
negara Republik Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau

disebut juga sebagai ideologi negara. Artinya Pancasila merupakan ideologi yang
dianut oleh negara (penyelenggaraan negara dan rakyat) Indonesia secara
keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang atau sekelompok orang,
disamping masih adanya beberapa ideologi yang dianut oleh masyarakat
Indonesia yang lain, sepanjang tidak bertentangan dengan ideologi negara,
sebab Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai kebenaran yang telah dipilih
oleh para pendiri negara ini, yang mana lima dasar atau lima silanya merupakan
satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan walaupun terbedakan sebagai
dasar dan ideologi pemersatu.
Sifat ideologi pada dasarnya terdiri dari dua macam yaitu ideologi terbuka
dan ideologi tertutup.
Ideologi terbuka adalah suatu ideologi yang memiliki keluwesan dan
kelenturan terhadap perkembangan dan tuntutan zaman. Meskipun zaman telah
berubah karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun
substansi dan esensi ideologi itu dapat memberi harapan-harapan yang akan
memberi kehidupan yang lebih baik sehingga mendorong perkembangan
pemikiran-pemikiran

baru

yang

sangat

dibutuhkan

sesuai

dengan

perkembangan zaman. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus senantiasa
mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah,
namun pelaksanaannya harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan
nyata yang selalu akan kita hadapi dalam setiap kurun waktu.
Ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis dan senantiasa menyesuaikan
dengan perkembangan zaman. Pandangan Pancasila sebagai ideologi terbuka
didorong oleh tantangan zaman. Apapila suatu ideologi tidak memiliki dimensi
fleksibilitas, maka ideologi itu akan mengalami kesulitan bahkan mungkin
kehancuran dalam menghadapi tantangan zaman.
Adapun yang dimaksud ideologi tertutup adalah ideologi yang beku dan
tertutup terhadap perkembangan dan tuntutan zaman sehingga ideologi itu akan
tertinggal dan jika tidak mengadakan pembaharuan (reformasi) jelas ideologi
tersebut akan ditinggalkan oleh pendukungnya.

3) Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di Era Globalisasi
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para
pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan
ideologi Pancasila juga tidak mampu untuk menggantikan Pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia, Pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa
Indonesia sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa Pancasila merupakan
ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia.
Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam
eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tidak mau, suka tidak suka, bangsa
Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa
bangsa dan negara Indonesia tidak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup di
tengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa
asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan
membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka
kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur
Pancasila.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapatrapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan
kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang
terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka
kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat
Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat
modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi,
ilmu pengetahuan, dan keterampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial
politik

yang

berasal

dari

kebudayaan

bangsa

lain.

Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu
menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan
kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak
sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas.
Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten

menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak
baik akan tertolak dengan sendirinya. Hanya, persoalannya, dalam kondisi yang
serba terbuka seperti saat ini justru jati diri bangsa Indonesia tengah berada
pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya
sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak
sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai
bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam
hati sanubari rakyat dinilai usang. Perhatikan saja sistem demokrasi yang kini
tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme.
Padahal, negara Indonesia seperti telah ditegaskan dalam pidato Bung Karno di
depan Sidang Umum PBB menganut faham demokrasi Pancasila yang
berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat.
Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham
liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang
seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat
jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi
manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya
dan tidak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya
dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati
diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba
liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian.
Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas.
Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan
kelompoknya semata.
Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan
hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai
nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai
Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya
tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di
dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan

pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang
setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut.
Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan
yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan
gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada
akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta
menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya.
Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan
bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan
bangsa Indonesia sendiri.
Pancasila sebagai ideologi terbuka sangat mungkin mampu untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun
demikian, faktor manusia baik pejabat negara maupun rakyat Indonesia sangat
menentukan dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam menyelesaikan
maslah yang dihadapinya. Sebagai contoh bagaimana warga menikmati atau
menggunakan kebebasan di era reformasi ini. Apabila tanpa memperhatikan
nilai-nilai yang diajarkan Pancasila, penggunaan kebebasan akan menimbulkan
akibat berupa kerusakan. Sebaik apapun ideologi itu , tanpa didukung oleh
sumber daya manusia yang baik hanya akan menjadi angan-angan belaka.
Pancasila dirumuskan sebagai kristalisasi nilai-nilai sosial budaya yang telah
hidup dan berkembang dalam masyarakat atau bangsa Indonesia. Dengan
penegasan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka kita harus mempertajam
kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang abadi dapat kita temukan dalam
alinea ke-empat dari Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Sedangakan nilai
instrumental adalah penjabaran nilai dasar sebagai arahan dalam kehidupan
yang nyata, namun tetap mengacu pada nilai dasar. Adapun penjabaran nilai
dasar ini melalui “konsensus nasional” yang tidak putus-putusnya sesuai dengan
perkembangan zaman.
Maka dengan adanya pernyataan bahwa Pancasila adalah sebagai ideologi
terbuka, maka kita tetap berpegang pada nilai dasarnya yang bersifat tetap,

sedangkan nilai pelaksanaannya dapat dikembangkan sesuai dengan dnamika
masyarakat Indonesia.
Sumbangan karangan Dr. Alfian di dalam seminar “Pancasila sebagai
Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara”, menegaskan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga
dimensi.
a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi
itu secara riil berakar dan hidup dalam masyarakat atau bangsa, terutama
karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarahnya. Pancasila memenuhi dimensi ini dengan baik.
b. Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut
mengandung idealisme, yang memberi harapan tentang masa depan yang
lebih baik melalui perwujudan atau pengalamannya dalam praktek
kehidupan bersama-sama mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya.
c.

Dimensi fleksibilitas atau dimensi kelenturan, yaitu bahwa ideologi tersebut
memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya,
tanpa menhilangkan atau meningkatkan hakekat atau jati diri yang
terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Pancasila sebagai ideologi nasional
memenuhi tiga dimensi tersebut di atas. Pancasila sebagai ideologi memiliki
dimensi fleksibilitas, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai sebagai
berikut:
Nilai Dasar
Merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang
terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai dasar Pancasila
(Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial)
kemudian dijabarkan menjadi nilai-nilai instrumental dan nilai praxis yang
lebih bersifat fleksibel dalam bentuk aturan atau norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai Instrumental
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar secara lebih kreatif
dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan perundang-

undangan yang lainnya, dalam Tata Urutan Peraturan Perundangundangan Negara menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2004. Nilai
Instrumental dapat berubah atau diubah.
Nilai Praxis
Merupakan nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan
nyata sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
maupun bernegara. Nilai praxis juga dapat berubah atau diubah.
Untuk mempermudah pemahaman maka diberikan contoh nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praxis. Contoh nilai dasar kerakyatan atau demokrasi (sila
ke-empat Pancasila) tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun
2004, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Nilai Dasar
Sila ke-empat: Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan/perwakilan
(Demokrasi)

Nilai Instrumental
UUD 1945 hasil
amandemen
- Pasal 6
- Pasal 6 ayat (1)
- Pasal 6 ayat (2)
- UU No. 12 Tahun 2003
- UU No. 23 Tahun 2003
- UU No. 31 Tahun 2003

Nilai Praxis
Praktek Pemilu
dengan mencoblos
gambar pasangan
Calon Presiden dan
Wakil Presiden

Dari gambar di atas dapat dipahami apapun aturan sebagai nilai
instrumental dan bagaimanapun cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
diubah, disempurnakan dan disesuaikan dengan tuntutan kemajuan zaman
tetapi tidak boleh menghilangkan esensi (inti) dari nilai kerakyatan atau nilai
demokrasi.
Jika ditinjau dari segi pelaksanaan nilai yang dianut, maka sesungguhnya
pada nilai praxsislah ditentukan tegak atau tidaknya nilai dasar dan nilai
instrumental itu. Ringkasnya bukan pada rumusan abstrak, dan bukan juga pada
kebijaksanaan, strategi, rencana, program atau proyek itu sendiri terletak batu
ujian terakhir dari nilai yang dianut, tetapi pada kualitas pelaksanaannya di
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi suatu ideologi, yang paling penting
adalah

bukti

pengamalannya

atau

aktualisasinya

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat mempunyai
rumusan yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten pada
tahap nilai dasar dan nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika pada nilai
praksisnya rumusan tersebut tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi
tersebut akan kehilangan kredibilitasnya.
4) Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai warga masyarakat dunia, bangsa dan negara Indonesia tidak luput
dari pengaruh arus globalisasi yang sedang terjadi. Globalisasi yang semula
hanya menyentuh persoalan ekonomi, akhirnya berkembang dan menyangkut
hampir semua bidang kehidupan, antara lain bidang ideologi, ekonomi sendiri,
politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Globalisasi telah menimbulkan pengaruh yang sangat berarti dalam
berbagai dimensi kehidupan manusia , termasuk pengaruh bagi bangsa dan
negara Indonesia. Pengaruh tersebut baik pengaruh positif maupun pengaruh
negatif. Berikut ini akan diuraikan pengaruh globalisasi terhadap kehidupan
bangsa dan negara Indonesia diberbagai bidang kehidupan.
a. Bidang Ideologi
Sebagai ideologi terbuka, pada prinsipnya Pancasila dapat menerima
unsur-unsur atau nilai-nilai dasar Pancasila. Oleh karena itu tidak menutup
kemungkinan, bahwa pemahaman dan implementasi Pancasila sebagai
ideologi selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini
bisa memberikan pengaruh positif terhadap ideologi bangsa dan negara,
karena bisa memperkaya khasanah budaya bangsa yang bersifat dinamis
dan fleksibel.
Namun di samping itu, kita harus bersikap waspada terhadap
kemungkinan pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi Pancasila.
Bahwa adanya globalisasi telah mampu meyakinkan kepada sementara
masyarakat Indonesia bahwa ideologi barat yang bersumber pada
liberalisme dianggap sebagai ideologi yang paling baik. Liberalisme dianggap
mampu membawa keadaan menjadi lebih baik, membawa ke arah
kemajuan dan kemakmuran. Maka dapat kita lihat bahwa faham liberalisme

mendasari hampir semua segi kehidupan. Tuntutan kehidupan yang
demokratis, kebebasan yang luas, jaminan Hak Asasi Manusia serta
tuntutan keterbukaan diberbagai bidang kehidupan selalu disuarakan oleh
berbagai pihak. Hal ini bisa mengakibatkan tergoyahnya kepercayaan kita
terhadap ideologi Pancasila, ditambah bangsa Indonesia sedang mengalami
krisis berkepanjangan, tidak menutup kemungkinan sebagian masyarakat
akan berpaling dari ideologi Pancasila dan mencari alternatif ideologi lain
seperti ideologi liberalisme.
b. Bidang Politik
Pengaruh positif globalisasi bidang politk dapat dilihat dari hal-halsebagai
berikut:
Kehidupan politik yang demokratis berpengaruh kuat terhadap pikiran
dan kemauan bangsa Indonesia. Rakyat di mana-mana melakukan
tuntutan

diadakannya

perbaikan

dalam

kehidupan

politik

dan

pemerintahan.
Pemerintah

yang

sebelumnya

bersifat

tertutup

menjadi

bersifat

transparan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya sorotan dari berbagai
elemen

masyarakat

tentang

transparansi,

akuntabilitas

dan

profesionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik berubah menjadi
desentralisasi sehingga pemerintah daerah mempunyai kekuasaan untuk
mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
Pemerintah

yang

bersifat

otoriter

berubah

menjadi

pemerintah

demokratis.
Rakyat yang sebelummnya merasa terkekang kebebasannya, sekarang
bisa menikmati kebebasnnya.
Pintu kebebasan berpolitik dibuka lebar-lebar, sehingga bermunculan
partai politik bagaikan cendawan di musim hujan. Muncul pula Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang menghendaki kebebasan untuk ikut
serta

melakukan

pemerintah.

pengawasan

terhadap

kinerja

pejabat-pejabat

Negara dituntut untuk terus menerus mengembangkan kesadaran warga
negaranya menuju kehidupan yang demokratis, karena demokrasi sudah
menjadi tuntutan masyarakat global. Dengan demikian berkembangnya
faham demokrasi yang mengglobal, termasuk di Indonesia merupakan
salah satu berkah globalisasi.
Selain pengaruh positif seperti di atas, kita harus waspada terhadap adanya
pengaruh negatif globalisasi di bidang politik. Segi negatif dari pengaruh
globalisasi di bidang politik antara lain:
Adanya ancaman disintegrasi bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Euforia politik dan kebebasan yang tidak terkendali, bisa mengabaikan
nilai dan norma yang berlaku di Indonesia, serta bisa mengarah
munculnya perbuatan anarkis yang merugikan kepentingan umum dan
keutuhan bangsa Indonesia.
Gencarnya provokasi dan budaya demokrasi yang belum dewasa, sering
menimbulkan pergolakan politik diberbagai daerah. Hal ini bisa dilihat
dihampir semua proses pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia, di
mana karena budaya demokrasi yang belum matang tadi, mereka belum
siap kalah. Karena jagonya kalah, maka pendukungnya melampiaskan
emosinya dengan melakukan tindakan-tindakan yang destruktif.
Semakin lunturnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat
kekeluargaan, musyawarah mufakat dan gotong royong. Semakin
menguatnya nilai-nilai individual, kelompok, oposisi, diktator mayoritas,
atau tirani minoritas.
c.

Bidang Ekonomi
Pengaruh positif globalisasi di bidang ekonomi bagi bangsa Indonesia antara
lain sebagai berikut:
Terbukanya pasar bebas yang mempermudah masuknya barang-barang
produksi luar negeri ke Indonesia. Dengan globalisasi ekonomi, Indonesia
membuka diri baik terhadap produk-produk luar negeri maupun investasi
asing. Hal ini membuka kesempatan bagi pengusaha Indonesia untuk
melahirkan produk-produk berkualitas, kreatif dan dibutuhkan oleh pasar

internasional tetapi dengan konsekuensi Indonesia harus patuh dan
menaati aturan-aturan yang dibuat dalam perjanjian regional maupun
internasional.
Bisa memperoleh barang-barang yang kita butuhkan yang belum bisa
diproduksi di Indonesia dengan mudah
Masyarakat mulai mengenal berbagai produk yang canggih dan modern,
sehingga kita tidak menjadi bangsa yang gagap teknologi. Bahkan alatalat tersebut bermanfaat untuk mempermudah hidup manusia.
Banyak bermunculan pusat-pusat perbelanjaan modern yang berasal dari
modal asing yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam
berbelanja sekaligus menambah prestise.
Meningkatnya kegiatan pariwisata membuka lapangan kerja sekaligus
sebagai ajang promosi produk Indonesia
Pengaruh negatif globalisasi ekonomi yang perlu kita waspadai bahkan kita
toalk adalah:
Kencenderungan berlakunya kapitalisme di negara Indonesia, di mana
perekonomian dikendalikan oleh mereka yang bermodal kuat sehingga
yang lemah akan tersingkir.
Pemerintah mingkin hanya akan berperan dalam hal regulasi dalam
pengaturan ekonomi sedangkan mekanismenya ditentukan pasar.
Berkurangnya sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi.
Ketidakmampuan bersaing dari produk dalam negeri dalam pasar bebas
membuat ekonomi rakyat terancam karena tidak memiliki keunggulan
komparatif maupun keunggulan kompetitif.
Masyarakat lebih banyak mengenal produk-produk yang bermerk
internasional, sehingga akhirnya mereka melupakan produk-produk
dalam negeri.
Membanjirnya barang-barang elektornik dari luar negeri menyebabkan
industri rakyat terancam gulung tikar, karena kalah bersaing dengan
produk-produk impor.

Ancaman masuknya tenaga kerja asing yang lebih profesional dari tenaga
kerja di Indonesia menyebabkan lapangan kerja di Indonesia semakin
sempit.
d. Bidang Sosial Budaya
Pengaruh positif globalisasi di bidang sosial budaya antara lain
Solidaritas sosial yang tinggi antar bangsa diberbagai negara.
Hal ini dapat dilihat dari bantuan-bantuan yang diberikan oleh berbagai
negara terhadap Indonesia sewaktu terjadi bencana alam baik tsunami di
Aceh maupun gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Berbagai
bantuan mengalir dari berbagai negara untuk meringankan beban warga
masyarakat

yang

terkena

bencana.

Juga

mengalirnya

bantuan

internasional ke Indonesia sewaktu merebaknya wabah penyakit flu
burung. Sebaliknya juga, Indonesia pun di tengah-tengah kondisi ekonomi
yang belum baik, namun tetap memberikan bantuan kepada negara lain
yang sedang mengalami musibah.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
Sebagian besar bangsa Indonesia sudah mengenal dan memanfaatkan
telepon, handphone, komputer dan internet untuk berbagai macam
keperluan. Semua itu bisa mempermudah pekerjaan dalam kehidupan.
Meningkatnya turisme dan kegiatan pariwisata
Semakin banyaknya orang asing yang datang ke Indonesia selain dapat
meningkatkan pendapatan negara juga membuka peluang terciptanya
lapangan pekerjaan yang semakin luas.
Masuknya budaya asing ke Indonesia dapat menambah kekayaan
khasanah budaya bangsa.
Namun demikian, di samping terdapat manfaat positif yang kita peroleh,
terdapat pula adanya pengaruh negatif dari adanya globalisasi di bidang
solial budaya, seperti:
Sikap dan perilaku serta gaya hidup yang sering meniru orang barat.
Mereka beranggapan bahwa yang datang dan berasal dari negara-negara
barat dianggap modern. Hal ini akan berakibat menipisnya bahkan
hilangnya nilai-nilai luhur bangsa kita dalam kehidupan generasi muda.

Menipisnya sikap sopan santun dan tata krama di kalangan generasi
muda sebagai akibat dari dikesampingkannya norma agama, kesusilaan
dan kesopanan. Banyak generasi muda yang sudah meninggalkan tata
krama dan sopan santun. Mereka tidak tahu tata cara dan sikap perilaku
yang ditunjukkan kepada orang tua maupun orang yang seharusnya
dihormati. Banyak generasi muda yang merasa tidak suka terhadap
aturan dan norma kehidupan yang dianggap sebagai pengekang
kebebasan.
Membudayanya gaya hidup yang komsumtif, egois dan materialistis. Di
tengah-tengah kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakt
Indonesia, banyak dijumpai orang-orang yang bergaya hidup mewah,
berfoya-foya sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.
Kepekaan sosial mulai luntur dan menipisnya sense of krisis di kalangan
sebagian masyarakat Indonesia
Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal
membawa akibat munculnya sikap hidup:
Individualitas (mengutamakan kepentingan diri sendiri)
Pragmatisme (mengambil sesuatu yang menguntungkan saja)
Hedonisme (memuja kenikmatan sesaat)
Permisif (membiarkan hal-hal yang dianggap tabu)
Konsumerisme (lebih suka memakai daripada memproduksi atau suka
membelanjakan uang untuk hal-hal yang kurang produktif.
Budaya seni daerah mulai dilupakan dan ditinggalkan. Generasi muda
sudah berkurang minatnya dan apresiasinya terhadap budaya dan
kesenian daerah. Mereka lebih suka dance daripada tari klasik.
Mereka lebih suka sinetron dibanding dengan ketoprak atau wayang.
Semakin memudarnya

nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Penerapan teknologi dalam berbagai bidang membawa akibat buruk
diantaranya adalah dekompensasi lingkungan atau menurunnya
kualitas lingkungan hidup, meningkatnya kualitas dan kuantitas tindak

kriminal, dan peningkatan pengangguran sebagai akibat mekanisasi
produksi.
Munculnya berbagai macam krisis seperti krisis moral, krisis
semangat, krisis kepercayaan, dan krisis ekologi.
Makin meningkatnya tindak kekerasan, sadisme, pornografi, di tengahtengah masyarakat.
Makin terkisisnya adat kebiasaan yang berlandaskan agama atau
kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa karena semua hal
didasarkan pada rasio.

5) Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan
Negara Indonesia
Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif.
Globalisasi membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan
manusia melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi
globalisasi juga memberikan tantangan kepada suatu bangsa akan kekuatannya
menghadapi pengaruh global pada semua aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya atau justru menjadi korban atas
semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat menjadi
berkah apabila suatu bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi
akan menjadi musibah atau mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak
mempunyai kesiapan untuk memasukinya.
Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan
bangsa asing. Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
eraglobalisasi ini tidak mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi
budaya sebagai akibat frekuensi hubungan antar bangsa yang semakin intensif
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi. Akibatnya nilai-nilai sosial
budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita
pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh karena itu
diperlukan sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi supaya
kita tidak sekedar menjadi obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi

subyek yang mampu memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai yang
bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang
dapat dilakukan, antara lain:
a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi
barat atau globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan
barat semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat
sebagai akibat atau asal model.
c.

Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat
begitu saja, akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan
kepribadian suatu bangsa.
Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh

globalisasi tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif
terhadap segala kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri
dari segala perubahan tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak
terhadap pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Dengan demikian kita akan
menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi kemajuan bangsa dan
kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang akan
membawa akibat kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri
kita sebagai bangsa. Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai
dengan kepribadian kita tentu saja adalah ideologi nasional yaitu Pancasila.
Artinya pengaruh atau nilai-nilai tersebut kita hubungkan dengan Pancasila
apakah bertentangan atau justru dapat memperkaya nilai-nilai bangsa kita dan
mendatangkan kemajuan bagi bangsa.
Selain sikap selektif dengan hanya memilih nilai-nilai budaya asing yang
sesuai dengan kepribadian kita, hal yang tidak kalah pentingnya yang harus kita
upayakan adalah meningkatkan kesiapan bangsa ini untuk menghadapi
pengaruh globalisasi yang makin deras. Oleh karena itu dalam menerima
masuknya pengaruh, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun modal asing ke
Indonesia selain bersikap selektif, kita harus meningkatkan ketahanan nasional
bangsa kita dalam aspek kehidupan. Dengan demikian kita memiliki kesiapan

mental dalam menerima arus globalisasi tersebut sehingga kita dapat menuju
pada bangsa maju modern dengan tetap berpegang teguh pada kepribadian
atau jati diri bangsa sendiri.
Untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi di bidang politik, maka
hal-hal yang perlu ditempuh adalah:
Menumbuhkan sistem pemerintahan demokrasi yang kuat dan tahan
uji serta mampu mengelola konflik kepentingan antar kelompok.
Mengembangkan kesadaran politik dan demokrasi terhadap warga
negara.
Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena kehidupan politik.
Mengadakan

reformasi

lembaga-lembaga

politik

agar

dapat

menjalankan fungsi dan peranannya secara baik dan benar.
Memperkuat

kepercayaan

rakyat

dengan

cara

menegakkan

pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Menegakkan supremasi hukum.
Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.
Agar bangsa kita memiliki ketahanan di bidang ekonomi maka hal-hal yang
perlu ditingkatkan oleh bangsa Indonesia maka upaya efisiensi dan efektivitas
ekonomi di era globalisasi yang harus dilakukan antara lain:
Memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme
Melanjutkan pembangunan yang berdasarkan atas keadilan sosial,
yaitu pembangunan yang diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat
secara adil dan merata, pembangunan yang bukan hanya untuk
dinikmati kelompok tertentu.
Mengurangi atau menghilangkan ketergantungan terhadap pihak
asing, artinya bersikap mandiri.
Meletakkan fondasi ekonomi yang kuat sesuai dengan karakteristik
bangsa.
Penegakan hukum yang adil, artinya menerapkan fungsi dan tujuan
hukumke semua warga negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Aparatur negara yang bersih dan berwibawa.

Sedangkan dalam aspek nilai-nilai sosial budaya hal-hal yang harus kita
lakukan guna menghadapi arus globalisasi adalah dengan menyeleksinya
dengan cara:
Membangun kesetiaan terhadap ideologi nasional yaitu Pancasila.
Mengembangkan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Menggali dan mengembangkan nilai seni budaya dan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap bangsa Indonesia yang tepat dalam mengambil manfaat dari lajunya
arus globalisasi adalah:
Meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa.
Regulasi yang dibuat hendaknya tidak mengorbankan kepentingan
nasional secara keseluruhan.
Segenap lapisan masyarakat hendaknya berpartisipasi untuk
menghindari dampak negatif globalisasi termasuk mengendalikan
anarkisme.
Memperkokoh ketahanan nilai-nilai lokal melalui keteladanan yang
baik, termasuk meningkatkan nilai-nilai religius.
Memantapkan identitas nasional, integrasi nasional, dan wawasan
kebangsaan melalui sifat saling menghargai, solidaritas, keterbukaan
dan toleransi.
Berdasarkan seluruh uraian di atas bangsa Indonesia dapat merespon era
globalisasi dengan tepat dan mampu memanfaatkan peluang yang ada,
menghadapi tantangan yang muncul dan menolak dampak negatifnya maka
akan terbuka jalan untuk membangun masyarakat Indonesia yang adil, makmur,
maju, dengan tetap berkepribadian indonesia. Untuk mencapai hal ini maka
pembangunan Indonesia harus didasarkan pada hal-hal berikut ini:
Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuah Yang Maha Esa.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dari
kemampuan profesionalismenya, termasuk di dalamnya adalah
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki rasa tanggung
jawab (responsibility), bersedia berbuat sesuatu yang bermanfaat

yang lebih banyak (willingness to do more), dan memiliki kesadaran
akan kebersamaan atau persatuan (group consciousness).
Semakin kuatnya sumber pembiayaan pembangunan dari dalam
negeri

dan

semakin

kecilnya

ketergantungan

pada

sumber

pembiayaan dari luar negeri.
Meningkatnya kemandirian atau kemampuan untuk memenuhi
sendiri kebutuhan paling pokok bangsa agar tidak menimbulkan
kerawanan nasional.
Ketahanan ekonomi yang tangguh dan memiliki daya saing tinggi.
Peningkatan ketahanan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan negara.
Etos kerja dan disiplin masyarakat yang tinggi.
Meningkatkan nasionalisme atau kecintaan terhadap bangsa dan
seluruh produk dalam negeri.

5. KESIMPULAN DAN SARAN
1) Kesimpulan
Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” yang berarti cita-cita dan “logy”
yang berarti pengetahuan, ilmu faham, merupakan hasil refleksi (perenungan)
manusia

terhadap

dunia

kehidupannya.

Sehingga

keyakinan

terhadap

ideologinya semakin mantap pula tekad untuk melaksanakannya.
Pancasila sendiri sebagai sebuah ideologi merupakan landasan ideal
bangsa Indonesia dan negara Republik Indonesia dapat disebut sebagai ideologi
nasional atau disebut juga sebagai ideologi negara yang bersumber dari
kristalisasi nilai-nilai kebenaran yang sudah ada sejak dulu di nusantara.
Dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya kita
sebagai warga negara Indonesia harus selalu mampu menerapkan nilai-nilai
Pancasila dengan tepat sesuai makna yang terkandung di dalamnya. Terlebih
lagi di era globalisasi ini harus semakin kuat lagi dalam menerapkannya agar jati
diri bangsa Indonesia tidak hilang.

Di era globalisasi kita menggunakan Pancasila sebagai alat penyeleksi
pengaruh-pengaruh dari globalisasi itu sendiri. Haruslah kita menolak segala
bentuk pengaruh negatif dari globalisasi agar bangsa kita tidak hancur.
Sebaliknya kita bisa menggunakan pengaruh positif dari globalisasi untuk
memperbaiki negara kita dan memajukannya dalam segala aspek kehidupan
demi terciptanya kehidupan yang adil, makmur, maju untuk seluruh rakyat
Indonesia secara merata dan tidak pernah kehilangan jati diri bangsa kita.
2) Saran
Untuk bisa memperbaiki kembali hal-hal negatif yang sering terjadi di
Indonesia, kita harus membuat agar agama menjadi alat yang paling efektif
untuk memperbaikinya. Dengan menanamkan sejak dini arti kehidupan, dan
kebenaran yang ada dalam agama akan membantu mengefektifkan perbaikan
aspek-aspek kehidupan.
Selain itu peningkatan kualitas pendidikan juga harus dikembangkan agar
kita mempunyai generasi yang cerdas-cerdas dan mampu memimpin bangsa ini
menuju ke tingkatan yang terbaik.

6. REFERENSI
Jutmini, Sri dan Winarno, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan 3 untuk kelas XII SMA
dan MA, Solo: Tiga Serangkai
Modul Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA-SMK-MAK kelas XII,
2010.
http://abdulghanni.blogspot.com/2011/02/makalah-peran-pancasila-di-era.html
http://mjieschool.multiply.com/journal/item/20/Pancasila_Sebagai_Ideologi_Ter
buka_PKn_Kelas_XII_Semester_1_

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

TEPUNG LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI IMMUNOSTIMULANT DALAM PAKAN TERHADAP LEVEL HEMATOKRIT DAN LEUKOKRIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

27 208 2

PENGARUH KONSENTRASI TETES TEBU SEBAGAI PENYUSUN BOKASHI TERHADAP KEBERHASILAN PERTUMBUHAN SEMAI JATI (Tectona grandis Linn f) BERASAL DARI APB DAN JPP

6 162 1

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18