Konsep dosa islam dan kristian
PENDAHULUAN
Kenyataan yang ada bahwa keanekaragaman agama di muka bumi ini merupakan
sebuah identitas religius bagi manusia. Kitab suci yang menjadi pedoman setiap agama
menjadi sesuatu yang sakral sebagai landasan dalam memahami ajaran agama masingmasing. Pemahaman yang beranekaragam tentang keberagamaan sudah tentu menjadi sesuatu
yang pasti terjadi. Baik diantara ajaran agama maupu tentang agama itu sendiri.
Agama adalah suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh manusia sebagai penganut
agama tersebut. Di Indonesia sendiri terdapat beragam agama dan memiliki ideologi yang
sangat berbeda-beda bahkan ada yang bertolak belakang antar agama, sementara salah satu
sifat manusia adalah berinteraksi dengan mahluk lain. Secara tidak langsung antar manusia
beragama pasti memiliki hubungan baik dalam pengenmbangan ideology, pendidikan, sosial
dan lain- lainnya. Sebagai agama yang dianut oleh mayoritas munusia di dunia ini, Islam dan
Kristen merupakan agama yang selalu di sandingkan dan diperbandingkan ajarannya. Karena
dalam Islam sendiri menjelaskan tentang ajaran-ajaran yang ada dalam Kristen. Mulai dari
masalah keTuhanan, Nabi, dan kitab sucinya umat Kristen.
Kejadian ataupun ajaran yang ada dalam Injil bisa kita temukan di dalam al-Qur’an, walapun
antara pandangan al-Qur’an dan Injil tentang hal-hal tersebut kadang berbeda. Salah satu
yang menarik untuk dikaji adalah masalah dosa yang terdapat dalam Islam dan Kristen.
Konsep dosa tersebut dijelaskan dalam kitab suci kedua agama tersebut.
Dalam Kristen masalah dosa merupakan bagian pokok ajaran yang harus diimani, karena hal
tersebut terkait dengan lahirnya Yesus sebagai anak Tuhan, sebagai penyelamat manusia, dan
pengorbanan Yesus di tiang salib atas dosa asal manusia yang ditimbulkan oleh Adam dan
Hawa. Sedangkan Islam memandang dosa lebih sederhana karena perbuatan dosa yang
dilakukan oleh manusia merupakan tanggungjawab individu masing-masing di hadapan
Tuhan. Oleh sebab itu, tulisan ini akan membahas bagaimana konsep dosa dalam Islam dan
Kristen yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Injil, serta akan membandingkannya.
A. Konsep Dosa dalam Kristen
Permasalahan dosa dalam agama Kristen merupakan satu pokok ajaran yang wajib diimani
oleh setiap umat Kristiani. Ajaran pokok ini adalah “Pengakuan Iman Rasuli”, yang
merupakan kredonya umat Kristen, Pada poin kesepuluh dari pengakuan tersebut disebutkan
“Pengampunan Dosa”. Ajaran “Pengampunan Dosa” ini berpangkal pada ajaran tentang
“dosa warisan serta penebusannya”. Persoalan dosa, yang merupakan prinsip dasar dalam
kepercayaan Kristen ini tidak telepas tentang keadilan Tuhan, serta peran Adam dan Isa alMasih. Hal ini menjadi sesuatu yang selalu didiskusikan, keadilan tuhan merupakan keadilan
alamiah, dan Adam diyakini sebagai manusia pertama yang menyebabkan seluruh manusia
berdosa, dan Yesus dipercaya sebagai penebus dosa seluruh umat manusia tersebut. Ada tiga
unsur dasar pemahaman Kristen tentang dosa;
Pertama, keadilan Tuhan yang merupakan keadilan alamiah. Tuhan tidak akan mengampuni
dosa-dosa tanpa memungut ganti rugi, sebab hal itu bertentangan dengan norma-norma
keadilan mutlak. Sifat Tuhan yang inilah kemudian membuat penting bagi Kristen tentang
dosa, khususnya penebusan dosa. Kedua, manusia berdosa karena Adam dan Hawa telah
melakukan dosa. Sebagai akibatnya anak turunan mereka mulai memperoleh dosa warisan,
seolah-olah dosa-dosa itu telah ditanamkan dalam gen-gen mereka, semenjak itu, semua anak
adam lahir sebagai penanggung dosa turunan. Ketiga, seorang manusia berdosa tidak dapat
menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain, hanya seorang yang tidak berdosalah
yang dapat melakukannya. Berdasarkan ini, menjadi jelas mengapa menurut pemahaman
Kristen, tidak ada nabi Allah betapa pun baik dan dekatnya ia dengan kesempurnaan, dapat
mensucikan umat manusia dari dosa atau menyelamatkan mereka darinya serta akibatakibatnya. Sebagai seorang anak Adam, nabi itu tidak dapat menghindari unsur dosa bawaan,
yang dengannya dia telah dilahirkan. Ini adalah sebuah garis besar sederhana dari seluruh
ajaran tersebut[1].
Dalam hal ini, dosa warisan yang diwariskan oleh Adam dan Hawa ketika di taman Firdaus
ditanah Eden melanggar larangan Tuhan, yaitu memakan buah pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat. Sejak saat itu Adam dan Hawa diusir Tuhan ke dunia karena telah
berbuat dosa, yang mengakibatkan anak cucunya juga ikut berdosa yaitu memikul “dosa
warisan”. Demi untuk menyelaraskan antara sifat Keadilan Tuhan dan sifat belas kasihan
Tuhan, maka Tuhan lalu menyuruh anak-Nya Yesus turun ke dunia menjelma menjadi
manusia untuk disalibkan sebagai pengantara (korban Penebus Dosa) tersebut. Dengan
demikian manusia bisa terbebas dari Dosa Warisan beserta hukuman-hukumannya.
Permasalahan tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam al-Kitab, antaralain;
Kitab Kejadian (2):15-17;
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada
manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Kitab Kejadian (3):23-24;
Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia
diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah
beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Kitab Kejadian (3):16;
Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat
banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi
kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Kejadian ini, pada dasarnya telah diketahui oleh Tuhan sejak awal. Tuhan telah mengetahui
bahwa suatu saat manusia sangat rendah nilainya sehingga tidak dapat berkomunikasi
sewajarnya dengan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan (Tri Tunggal) membuat kesepakatan untuk
menyelamatkan manusia dari dosa. Akan tetapi, hal tersebut bisa terjadi jika terpenuhi syaratsyarat penyelamatan tersebut. Syarat tersebut adalah terjadinya perjanjian antara Tuhan Bapa
yang memberikan jalan dan syarat penyelamatan dan Allah anak yang sanggup untuk
memenuhi syarat penyelamatan tersebut. Sedangkan Roh kudus yang akan menyampaikan
penyelamatan tersebut pada seluruh manusia. Tanpa kerjasama dari ketiga Tuhan tersebut
manusia tidak mungkin bebas dari dosa.[2]
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa peran Yesus sebagai Tuhan Anak sangatlah
penting dalam proses penyelamatan dosa manusia. Tuhan Anak yang disebut juga sebagai
anak-Nya yang tunggal tersebut, sengaja dikirim ke dunia untuk menjadi kasih bagi umat
manusia. Hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Yohanes (3): 16 ;
“Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Dia telah menganugrahkan
Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasah
melainkan memperoleh hidup yang kekal.”
Dalam Iman Rasuli, karya penyelamatan Yesus adalah karya penyelamatan yang dilakukan
dalam kehinaannya dan karya penyelamatn yang dilakukan dalam kasus ketinggiannya atau
kemuliaannya. Hal ini dapat disaksikan dalam perjalnan hidup Yesus dari mulai permulaan
hidunya sampi dinaikkan ke surga oleh Allah Bapa. Karya penyelamatan kristus yang
dilakukan di dalam status kerendahanNya, ialah yang didalam pengakuan Iman Rasuli
disebutkan antara lain ketika dilahirkan, menderita sengsara, disalib, mati, dan dikuburkan.
Adapun karya penyelamatan Kristus yang dilakukan di dalam status ketinggiannya adalah
yang di dalam iman rasuli disebutkan antara lain ketika dibangkitkan, naik ke surga, duduk di
sebelah kanan Allah Bapa.[3]
Karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus tersebut sangat erat hubungannya dengan
kematian Yesus di tiang salib. Kurban yang dipersembahkan Yesus dengan kematianNya di
hubungkan dengan penebusan dosa. Sebagaimana disebutkan dalam markus (10):45 ;
“Tuhan Yesus berkata, bahwa kedatangannya perlu untuk memberikan nyawanya menjadi
tebusan bagi orang banyak.”
Oleh sebab itu, maka pada malam hari sebelum ia disalib, ia berkata pada kesempatan
merayakan paskah ; “ inilah tubuhku, yang di serahkan karena kamu”, dan “cawan minuman
ini adalah perjanjian baru di dalam darah ku, yang ditumpahkan karena kamu” (Lukas
[22]:19,20). Demikianlah pandangan kristus sendiri terhadap kematian-Nya.
Setelah perbuatan Adam dan Hawa yang menimbulkan dosa turunan bagi umat manusia,
maka kehadiran Isa al-Masih (Yesus) sebagai Tuhan Anak, merupakan anugrah Tuhan Bapa
untuk penyelamatan manusia dari dosa dan penderitaan abadi. Dan sebagaimana kita ketahui,
bahwa jalan penyelamatan tersebut dengan penyeliban Yesus di tiang salib. Yesus merelakan
dirinya disalib dan mati karena dosa-dosa manusia, ini karena kecintaan dan kasih Yesus pada
manusia sehingga Dia rela disalib. Yesus sengaja dikorbankan untuk pengampunan dosadosa manusia, baik yang terdahulu, sekarang, dan yang akan datang. Di dalam kitab efesus
(5): 2, disebutkan;
“Dan hiduplah didalam kasih, sebagaiman Kristus Yesus telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Ajaran Paulus tentang penebusan dosa oleh kematian Yesus di tiang salib adalah untuk
memenuhi kembali neraca keadilan dan kebenaran Tuhan. Manusia telah berdosa sehingga
hubungan manusia dengan Tuhan terganggu, perdamaian hanya dapat dipulihkan apabila
hukuman ditimpakan atas dosa manusia. Maka Yesuslah yang memenuhi tuntutan keadilan
itu, yaitu dengan memikul penderitaan berupa hukuman sebagai pengganti hukuman yang
harus ditimpakan kepada seluruh manusia, karena seluruh manusia berdosa.[4]
Oleh sebab itu, dalam kepercayaan Kristen hal ini merupakan suatu yang tertanam dalam hati
dan keimanan yang kuat tentang pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus tersebut.
Berhubungan dengan ajaran Kristen tentang dosa warisan yang terdapat dan melekat pada diri
manusia, seseorang tidak akan menjadi suci selama tidak menerima Yesus Kristus sebagai
juru selamat yang mengorbankan dirinya diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya
dengan pengakuan ini, seseorang dapat menuju pada pembersihan diri yang sebenarnya dan
akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu seseorang harus berusaha membangun
hubungan spiritual dengan Yesus Kristus. Dengan demikian, roh manusia akan mendapat
limpahan dari roh Yesus Kristus yang penuh dengan rahmat, kebaikan, serta kasih sayang.[5]
Rasul Paulus mengakatakan bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan
orang sekalian[6]. Dari sini tampak bahwa Tuhan Allah telah menjadi sekutu ummat-Nya
karena telah mempersembahkan Yesus, anak-Nya yang tunggal untuk kepentingan manusia.
Sisi hati Tuhan Allah sebagai penyelamat umat-Nya dinyatakan dalam firman dan karya
penyelamatan Yesus Kristus.[7] Untuk menciptakan dunia baru Allah bekerja melalui Roh
kudus dan firman-Nya. Dan Yesus Kristus adalah puncak firman tuhan Allah (Yohanes
[1]:1). Barang siapa yang mendengar firmannya dan percaya dengan segenap hati, maka Roh
Kudus akan menciptakan suatu hati yang baru dalam hati seseorang.[8]
Dari uraian ini jelas bahwa Kristen dengan gereja reformasinya meyakini bahwa pembenaran
yang berakibat pada penghapusan dosa bukan dikodrati, pembenaran adalah soal percaya.
Dibenarkan artinya percaya, bahwa oleh pekerjaan Allah dalam Kristus, manusia
diperbaharui, dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah. Percaya itu adalah suatu
pertaubatan yang harus terus menerus dilakukan tiap-tiap saat membutuhkan pengulangan
yang menempatkan manusia kembali dalam peristiwa pembenaran.[9]
Dengan demikian, umat Kriten harus mengimani bahwa kehadiran Yesus ke dunia sebagai
penyelamat akan dosa manusia yang telah ditimbulkan oleh Adam dan Hawa. Yang kemudian
penyaliban Yesus sebagai pengorbanan untuk menebus dosa manusia tersebut. Jadi dengan
keimanan ini, pengampunan dosa secara penuh akan didapatkan oleh manusia dan juga
mendapatkan kebahagiaan dan kasih Tuhan. Akan tetapi, harus dipahami juga bahwa dalam
Kristen terdapat dosa perbuatan, inilah yang harus dibedakan dengan dosa turunan yang telah
dibahas diatas. Dosa perbuatan adalah dosa yang ditimbulkan oeleh manusia itu sendiri atas
kesalahan-kesalahan yang dia lakukan di dunia ini,seperti membunuh, mencuri, dan lain-lain.
Dosa perbuatan ini menjadi tanggung jawab masing-masing pribadi. Dosa perbuatan seorang
anak tidak akan ditanggung oleh orang tuanya. Dosa orang tuanya, tidak ditanggung oleh
anaknya ataupun oleh cucunya. Oleh sebab itu, dosa perbuatan yang dilakukan oleh manusia
di dunia dan dalam kehidupannya, akan mendapat pengampunan dengan jalan bertaubat.
Untuk mendapatkan pengampunan, umat Kristen selalu mengkaitkan dengan belas kasih
Yesus sebagai juru selamat.
Pertaubatan adalah sikap dasar dalam kehidupan umat Kristen, sikap dasar yang harus selalu
ada. Pertama-tama ia harus mengakui perbuatan dosanya, tidak membenarkan diri, dan tidak
mencari dalih. Serta dia juga harus mengakuiketidak mampuannya untuk keluar dari
perbuatan dosa tersebut dan kebutuhan yang mutlak akan kuasa penyelamatan Allah yang
dinyatakan dalam Yesus.[10] Pertaubatan bukan saja sebagai sebuah rasa bersalah dan
penyesalan akan dosa-dosa. Akan tetapi, benar-benar harus kemabali pada kecintaan diri dan
kasih Tuhan. Meninggalkan seluruh ksalahan dan mengikuti segala petunjuk dan bimbingan
Tuhan karena rasa cinta kasih yang tulu dan murni. Pertaubatan ini merupakan sesala
manusia, yang merupakan jalan untuk mendapatkan pengampunan atas dosa perbuatan
tersebut. Akan tetapi dalam pertaubatan tersebut, sesorang yang telah melakukan dosa harus
percaya bahwa dengan penyelamatan yesus seseorang dapat diterima pertaubatannya. Jika
tidak disertai keyakinan atas penyelamatan diri yesus, maka seseorang tidak akan
mendapatkan keselamatan. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Roma (10): 9 ;
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulut mu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam
hati mu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan.”
Dari sini maka dapat dilihat bagaimana pandangan orang Kristen terhadap masalah
penghapusan dosa dari diri manusia. Keselamatan dari akibat dosa diperoleh karena iman
melalui anugerah. Dari sini terdapat hal penting yang menjadi pokok ajaran umat Kristen
yakni adanya penerimaan pengorbanan Yesus sebagai dasar satu-satunya dan yang
mencukupi agar manusia dapat diterima oleh Allah. Manusia diterima dan dihapuskan
dosanya bukan karena ritual yang ada dalam gereja, melainkan hanya karena iman atau
kepercayaan yang mengakui bahwa Yesus adalah anak Allah dan juru selamat bagi manusia.
Sebagaimana disebutkan dalam Roma (1):17;
“pembenaran karena iman berarti menerima karya Kristus yang mendamaikan dan menebus,
dengan keyakinan yang serius.”
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa selain konsep dosa turunan yang diwariskan Adam
dan Hawa, yang kemudian Yesus datang sebagai penyelamat manusia dari dosa-dosa tersebut.
Juga terdapat dosa perbuatan, yaitu dosa yang merupakan tanggungjawab pribadi atas segala
kesalahannya yang manusia perbuat di dunia ini. Dan harus dilalui dengan pertaubatan, agar
mendapat pengampunan dan cinta kasih Tuhan. Jadi ajaran Kristen tidak dapat dipisahkan
antara dosa warisan dan dosa perbuatan dengan pengampunan melalui pengorbanan Yesus
sebagai syarat untuk terlaksananya ketentuan Tuhan demi terwujudnya pengampunan atas
dosa manusia.
B. Konsep Dosa dalam Islam
Islam meyakini bahwa setiap bayi yang lahir dalam keadaan suci, putih ruhaninya dan
tanpa dosa. Sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. :
جسساهنهه
سما همطن سمطول يطودد هإل جس ي يطول سيد س: سقاسل سريسطويل اللهه صلى الله عليه وسلم.
سفأ سبسسوايه ي يسههجوسداهنهه سوي ين سهجصسراهنهه سوي يسم ه ج.عسلى ال طهفططسرهة
Terjemahannya :
“Rasulullah SAW bersabda: setiap anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah Kedua orang
tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi”. (HR. Bukhari)
Fitrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah bersih suci tanpa dosa, jiwa yang fitrah
memiliki kelembutan hati, mengenal Tuhannya dengan benar, takut kepada Allah, mudah
menerima kebenaran, cendrung kepada kebaikan, menjauhi perbuatan dosa, dan merasa
tenang hidupnya. Seiring dengan bertambahnya umur manusia semua perbuatan manusia
tersebut berdampak kepada baik dan buruk, yang kemudian menimbulkan dosa dan pahala.
Dalam ajaran Islam terdapat juga akibat dari perbuatan manusia yang disebut pahala dan
dosa. Dengan dua akibat tersebut manusia dimungkinkan selalu bertindak dan berbuat sesuai
dengan ajaran dan aturan agama. Dengan mengikuti petunjukNya diharapkan manusia
mendapatkan pahala serta meraih kebahagiaan yang dianugerahkanNya. Akan tetapi, tidak
semua manusia selalu menjalankan dan mengikuti semua petunjuk Tuhan. Tidak sedikit
manusia yang berbuat dan melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan dalam
syariatNya. Mungkin saja karena khilaf manusia bisa berdosa, tetapi disebabkan oleh faktorfaktor tertentu manusia berani melanggar larangan dan syariat yang telah ditetapkan. Oleh
sebab itulah, manusia mendapatkan pridikat dosa.
Berbicara masalah dosa dalam Islam, maka tidak terlepas dari diri manusia itu sendiri.
Masalah ini sangat erat kaitannya dengan hakikiat manusia dan kehidupannya. Allah
menciptakan segala sesuatu di dunia ini pasti ada yang baik dan ada yang buruk, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah. Begitu juga dengan manusia, tidak semua manusia
selalu baik, akan tetapi peran manusia dalam kehidupan di dunia ini yang akan menetukan
baik dan buruknya manusia tersebut di hadapan Sang Pencipta. Dalam artian lahirnya
manusia ke dunia ini merupakan sebuah tantangan dalam menentukan kehidupannya dalam
kebaikan atau keburukan di hadapan Allah. Manusia di beri pengetahuan oleh Allah, sebagai
pembeda manusia dengan ciptaan-ciptaan Allah lainnya di bumi ini. Pengetahuan yang
diberikan oleh Allah kepada manusia adalah bagian dari potensi yang menjadi alat manusia
untuk melakukan dosa disamping kebaikan. Maka manusia dengan pengetahuannya diberikan
peluang untuk menentukan pilihannya dalam menggunakan potensinya itu. Jika pengetahuan
yang dimilikinya itu digunakan untuk kebaikan, maka kebaikan pula yang akan diterima oleh
manusia. Demikian juga jika pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk kejahatan, maka
keburukanlah yang akan menimpanya.[11] Sebagaimana yang di jelaskan dalam al-Qur’an
bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun selain apa yang telah dia usahakan.
br&ur }§ø©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4Ótëy
Terjemahannya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.
(QS. An-Najm [53] : 39)
Demikianlah penjelasan al-Qur’an tentang perbuatan manusia, bahwa seseorang sangat
tergantung dengan perbuatannya sendiri. Orang yang berdosa adalah dari hasil perbuatannya
sendiri, begitu juga dengan orang yang mendapatkan pahala, adalah dari hasil perbuatannya
sendiri. Dari keterangan al-Qur’an tersebut, dapat dilihat bahwa konsep dosa dalam Islam
sangat terkait dengan individu manusia itu sendiri. Sebagaiman disebutkan juga dalam ayat
lain, yaitu;
Ç`¨B 3ytF÷d$# $yJ¯RÎ*sù ÏtGöku ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù @ÅÒt
$pkön=tæ 4 wur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 3 $tBur $¨Zä. tûüÎ/ÉjyèãB 4Ó®Lym
y]yèö6tR Zwqßu
Terjemahannya :
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat
itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (QS. AlIsra’ [7]: 15)
Semua agama bertujuan mengajarkan kebaikan dan kedamaian, begitu juga dengan Islam,
dan masing-masing agama memiliki konsekwensi logis dari pelanggaran yang merusak
tujuannya menuju kebaikan dan kedaamaian tersebut, yang disebut dengan “dosa”. Perbuatan
dosa merupakan sebab utama kesengsaraan manusia, dan perbuatan dosa dilarang di dalam
setiap agama karena mngandung bahaya bagi pelakunya, baik kesehatannya, akalnya atau
pekerjaannya. Disamping baahaya yang menimpa pelakunya sendiri, perbuatan dosa juga
membahayakan masyarakat yang mengakibatkan hilangnya nilai persatuan dan melahirkan
keguncangan serta keributan. Karena adanya perbuatan dosa, pasti akan mendatangkan
amarah Allah. Kemudian Allah akan menurunkan siksaannya terhadap umat manusia.[12]
Jadi dosa dapat didefinisikan secara sederhana sebagai pelanggaran manusia terhadap hukum
atau perintah dan larangan Allah.
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa term tentang dosa yang mengakibatkan turunnya siksaan
Allah dengan istilah yang berbeda-beda, diantaranya; al-Khati’ah (Penyelewengan), adzdzanb ( perbuatan salah), as-sayyiah (perbuatan jelek), al-itsm (perbuatan dosa), al-fusuq
(fasik), al-‘ishyan (maksiat), al-‘utuw (sombong), dan al-fasad (perbuatan merusak). AlQur’an menyebutkan semua istilah tersebut dengan pengertian yang hampir bersamaan.
Disamping itu al-Qur’an menerangkan juga tentang siksaan-siksaan yang akan menimpa
seseorang yang melakukan dosa tersebut, baik di dunia maupun di akhirat kelak.[13]
Walaupun manusia bedosa bukan berarti manusia tidak bisa terbabas dari predikat tersebut.
Dengan berusaha untuk menyadari akan perbuatan dosanya tersebut, manusia diberi
kesempatan untuk menuju keluhuran harkat dan martabatnya di hadapan Allah. Dalam hal ini
al-Qur’an mengajarkan agar selalu memohon ampun kepada Allah Swt. Atas segala dosa
yang dilakukannya. Dan al-Qur’an juga memberitahukan bahwa Allah Maha Pengampun dan
maha Pengasih, sebagaimana yang disebutkan dalam surat an-nisa’ ayat 110 ;
`tBur ö@yJ÷èt #¹äþqß ÷rr& öNÎ=ôàt ¼çm|¡øÿtR ¢OèO ÌÏÿøótGó¡o ©!$# ÏÉft ©!$#
#Yqàÿxî $VJÏm§
Terjemahannya :
“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon
ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. An-Nisa’ [4]: 110)
Permohonan ampun seseorang kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, berarti
pengakuan bersalah pelaku dosa dihadapan Allah. Dalam islam juga mengajarkan konsep
taubat, yaitu sebagai permohonan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh
seseorang. Bukan saja mengakui dan menyesal atas perbuatan dosanya saja, akan tetapi harus
dibarengi dengan tidak mengulangi perbuatannya tersebut, dan selalu menjalankan perintahperintah Allah agar dapat menutupi kesalahan-kesalah yang pernah diperbuat. Taubat adalah
penyesalan yang benar, dan jika taubat dilakukan dengan benar-benar akan mampu
mendorong seseorang untuk merubah tingkah lakunya yang dipenuhi dengan dosa dan
menjadi bersih dan baik kembali. Dalam hal ini al-Qur’an juga Allah memberitahukan kepada
hamba-hamba yang berdosa agar bertaubat karena bertaubat akan membawa mereka kea rah
kebahagiaan dan pengampunan. Sebagaimana firman Allah :
$pkr’¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqç/qè? nu Èe@ä. &äóÓx« 4 wur Ü=Å¡õ3s? @à2
C§øÿtR wÎ) $pkön=tæ 4 wur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 4 §NèO 4n
Kenyataan yang ada bahwa keanekaragaman agama di muka bumi ini merupakan
sebuah identitas religius bagi manusia. Kitab suci yang menjadi pedoman setiap agama
menjadi sesuatu yang sakral sebagai landasan dalam memahami ajaran agama masingmasing. Pemahaman yang beranekaragam tentang keberagamaan sudah tentu menjadi sesuatu
yang pasti terjadi. Baik diantara ajaran agama maupu tentang agama itu sendiri.
Agama adalah suatu ajaran yang diyakini kebenarannya oleh manusia sebagai penganut
agama tersebut. Di Indonesia sendiri terdapat beragam agama dan memiliki ideologi yang
sangat berbeda-beda bahkan ada yang bertolak belakang antar agama, sementara salah satu
sifat manusia adalah berinteraksi dengan mahluk lain. Secara tidak langsung antar manusia
beragama pasti memiliki hubungan baik dalam pengenmbangan ideology, pendidikan, sosial
dan lain- lainnya. Sebagai agama yang dianut oleh mayoritas munusia di dunia ini, Islam dan
Kristen merupakan agama yang selalu di sandingkan dan diperbandingkan ajarannya. Karena
dalam Islam sendiri menjelaskan tentang ajaran-ajaran yang ada dalam Kristen. Mulai dari
masalah keTuhanan, Nabi, dan kitab sucinya umat Kristen.
Kejadian ataupun ajaran yang ada dalam Injil bisa kita temukan di dalam al-Qur’an, walapun
antara pandangan al-Qur’an dan Injil tentang hal-hal tersebut kadang berbeda. Salah satu
yang menarik untuk dikaji adalah masalah dosa yang terdapat dalam Islam dan Kristen.
Konsep dosa tersebut dijelaskan dalam kitab suci kedua agama tersebut.
Dalam Kristen masalah dosa merupakan bagian pokok ajaran yang harus diimani, karena hal
tersebut terkait dengan lahirnya Yesus sebagai anak Tuhan, sebagai penyelamat manusia, dan
pengorbanan Yesus di tiang salib atas dosa asal manusia yang ditimbulkan oleh Adam dan
Hawa. Sedangkan Islam memandang dosa lebih sederhana karena perbuatan dosa yang
dilakukan oleh manusia merupakan tanggungjawab individu masing-masing di hadapan
Tuhan. Oleh sebab itu, tulisan ini akan membahas bagaimana konsep dosa dalam Islam dan
Kristen yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Injil, serta akan membandingkannya.
A. Konsep Dosa dalam Kristen
Permasalahan dosa dalam agama Kristen merupakan satu pokok ajaran yang wajib diimani
oleh setiap umat Kristiani. Ajaran pokok ini adalah “Pengakuan Iman Rasuli”, yang
merupakan kredonya umat Kristen, Pada poin kesepuluh dari pengakuan tersebut disebutkan
“Pengampunan Dosa”. Ajaran “Pengampunan Dosa” ini berpangkal pada ajaran tentang
“dosa warisan serta penebusannya”. Persoalan dosa, yang merupakan prinsip dasar dalam
kepercayaan Kristen ini tidak telepas tentang keadilan Tuhan, serta peran Adam dan Isa alMasih. Hal ini menjadi sesuatu yang selalu didiskusikan, keadilan tuhan merupakan keadilan
alamiah, dan Adam diyakini sebagai manusia pertama yang menyebabkan seluruh manusia
berdosa, dan Yesus dipercaya sebagai penebus dosa seluruh umat manusia tersebut. Ada tiga
unsur dasar pemahaman Kristen tentang dosa;
Pertama, keadilan Tuhan yang merupakan keadilan alamiah. Tuhan tidak akan mengampuni
dosa-dosa tanpa memungut ganti rugi, sebab hal itu bertentangan dengan norma-norma
keadilan mutlak. Sifat Tuhan yang inilah kemudian membuat penting bagi Kristen tentang
dosa, khususnya penebusan dosa. Kedua, manusia berdosa karena Adam dan Hawa telah
melakukan dosa. Sebagai akibatnya anak turunan mereka mulai memperoleh dosa warisan,
seolah-olah dosa-dosa itu telah ditanamkan dalam gen-gen mereka, semenjak itu, semua anak
adam lahir sebagai penanggung dosa turunan. Ketiga, seorang manusia berdosa tidak dapat
menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain, hanya seorang yang tidak berdosalah
yang dapat melakukannya. Berdasarkan ini, menjadi jelas mengapa menurut pemahaman
Kristen, tidak ada nabi Allah betapa pun baik dan dekatnya ia dengan kesempurnaan, dapat
mensucikan umat manusia dari dosa atau menyelamatkan mereka darinya serta akibatakibatnya. Sebagai seorang anak Adam, nabi itu tidak dapat menghindari unsur dosa bawaan,
yang dengannya dia telah dilahirkan. Ini adalah sebuah garis besar sederhana dari seluruh
ajaran tersebut[1].
Dalam hal ini, dosa warisan yang diwariskan oleh Adam dan Hawa ketika di taman Firdaus
ditanah Eden melanggar larangan Tuhan, yaitu memakan buah pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat. Sejak saat itu Adam dan Hawa diusir Tuhan ke dunia karena telah
berbuat dosa, yang mengakibatkan anak cucunya juga ikut berdosa yaitu memikul “dosa
warisan”. Demi untuk menyelaraskan antara sifat Keadilan Tuhan dan sifat belas kasihan
Tuhan, maka Tuhan lalu menyuruh anak-Nya Yesus turun ke dunia menjelma menjadi
manusia untuk disalibkan sebagai pengantara (korban Penebus Dosa) tersebut. Dengan
demikian manusia bisa terbebas dari Dosa Warisan beserta hukuman-hukumannya.
Permasalahan tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam al-Kitab, antaralain;
Kitab Kejadian (2):15-17;
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada
manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Kitab Kejadian (3):23-24;
Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia
diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah
beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Kitab Kejadian (3):16;
Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat
banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi
kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
Kejadian ini, pada dasarnya telah diketahui oleh Tuhan sejak awal. Tuhan telah mengetahui
bahwa suatu saat manusia sangat rendah nilainya sehingga tidak dapat berkomunikasi
sewajarnya dengan Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan (Tri Tunggal) membuat kesepakatan untuk
menyelamatkan manusia dari dosa. Akan tetapi, hal tersebut bisa terjadi jika terpenuhi syaratsyarat penyelamatan tersebut. Syarat tersebut adalah terjadinya perjanjian antara Tuhan Bapa
yang memberikan jalan dan syarat penyelamatan dan Allah anak yang sanggup untuk
memenuhi syarat penyelamatan tersebut. Sedangkan Roh kudus yang akan menyampaikan
penyelamatan tersebut pada seluruh manusia. Tanpa kerjasama dari ketiga Tuhan tersebut
manusia tidak mungkin bebas dari dosa.[2]
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa peran Yesus sebagai Tuhan Anak sangatlah
penting dalam proses penyelamatan dosa manusia. Tuhan Anak yang disebut juga sebagai
anak-Nya yang tunggal tersebut, sengaja dikirim ke dunia untuk menjadi kasih bagi umat
manusia. Hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Yohanes (3): 16 ;
“Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Dia telah menganugrahkan
Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasah
melainkan memperoleh hidup yang kekal.”
Dalam Iman Rasuli, karya penyelamatan Yesus adalah karya penyelamatan yang dilakukan
dalam kehinaannya dan karya penyelamatn yang dilakukan dalam kasus ketinggiannya atau
kemuliaannya. Hal ini dapat disaksikan dalam perjalnan hidup Yesus dari mulai permulaan
hidunya sampi dinaikkan ke surga oleh Allah Bapa. Karya penyelamatan kristus yang
dilakukan di dalam status kerendahanNya, ialah yang didalam pengakuan Iman Rasuli
disebutkan antara lain ketika dilahirkan, menderita sengsara, disalib, mati, dan dikuburkan.
Adapun karya penyelamatan Kristus yang dilakukan di dalam status ketinggiannya adalah
yang di dalam iman rasuli disebutkan antara lain ketika dibangkitkan, naik ke surga, duduk di
sebelah kanan Allah Bapa.[3]
Karya penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus tersebut sangat erat hubungannya dengan
kematian Yesus di tiang salib. Kurban yang dipersembahkan Yesus dengan kematianNya di
hubungkan dengan penebusan dosa. Sebagaimana disebutkan dalam markus (10):45 ;
“Tuhan Yesus berkata, bahwa kedatangannya perlu untuk memberikan nyawanya menjadi
tebusan bagi orang banyak.”
Oleh sebab itu, maka pada malam hari sebelum ia disalib, ia berkata pada kesempatan
merayakan paskah ; “ inilah tubuhku, yang di serahkan karena kamu”, dan “cawan minuman
ini adalah perjanjian baru di dalam darah ku, yang ditumpahkan karena kamu” (Lukas
[22]:19,20). Demikianlah pandangan kristus sendiri terhadap kematian-Nya.
Setelah perbuatan Adam dan Hawa yang menimbulkan dosa turunan bagi umat manusia,
maka kehadiran Isa al-Masih (Yesus) sebagai Tuhan Anak, merupakan anugrah Tuhan Bapa
untuk penyelamatan manusia dari dosa dan penderitaan abadi. Dan sebagaimana kita ketahui,
bahwa jalan penyelamatan tersebut dengan penyeliban Yesus di tiang salib. Yesus merelakan
dirinya disalib dan mati karena dosa-dosa manusia, ini karena kecintaan dan kasih Yesus pada
manusia sehingga Dia rela disalib. Yesus sengaja dikorbankan untuk pengampunan dosadosa manusia, baik yang terdahulu, sekarang, dan yang akan datang. Di dalam kitab efesus
(5): 2, disebutkan;
“Dan hiduplah didalam kasih, sebagaiman Kristus Yesus telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Ajaran Paulus tentang penebusan dosa oleh kematian Yesus di tiang salib adalah untuk
memenuhi kembali neraca keadilan dan kebenaran Tuhan. Manusia telah berdosa sehingga
hubungan manusia dengan Tuhan terganggu, perdamaian hanya dapat dipulihkan apabila
hukuman ditimpakan atas dosa manusia. Maka Yesuslah yang memenuhi tuntutan keadilan
itu, yaitu dengan memikul penderitaan berupa hukuman sebagai pengganti hukuman yang
harus ditimpakan kepada seluruh manusia, karena seluruh manusia berdosa.[4]
Oleh sebab itu, dalam kepercayaan Kristen hal ini merupakan suatu yang tertanam dalam hati
dan keimanan yang kuat tentang pengampunan dosa melalui pengorbanan Yesus tersebut.
Berhubungan dengan ajaran Kristen tentang dosa warisan yang terdapat dan melekat pada diri
manusia, seseorang tidak akan menjadi suci selama tidak menerima Yesus Kristus sebagai
juru selamat yang mengorbankan dirinya diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya
dengan pengakuan ini, seseorang dapat menuju pada pembersihan diri yang sebenarnya dan
akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu seseorang harus berusaha membangun
hubungan spiritual dengan Yesus Kristus. Dengan demikian, roh manusia akan mendapat
limpahan dari roh Yesus Kristus yang penuh dengan rahmat, kebaikan, serta kasih sayang.[5]
Rasul Paulus mengakatakan bahwa Kristus telah menyerahkan diri-Nya menjadi tebusan
orang sekalian[6]. Dari sini tampak bahwa Tuhan Allah telah menjadi sekutu ummat-Nya
karena telah mempersembahkan Yesus, anak-Nya yang tunggal untuk kepentingan manusia.
Sisi hati Tuhan Allah sebagai penyelamat umat-Nya dinyatakan dalam firman dan karya
penyelamatan Yesus Kristus.[7] Untuk menciptakan dunia baru Allah bekerja melalui Roh
kudus dan firman-Nya. Dan Yesus Kristus adalah puncak firman tuhan Allah (Yohanes
[1]:1). Barang siapa yang mendengar firmannya dan percaya dengan segenap hati, maka Roh
Kudus akan menciptakan suatu hati yang baru dalam hati seseorang.[8]
Dari uraian ini jelas bahwa Kristen dengan gereja reformasinya meyakini bahwa pembenaran
yang berakibat pada penghapusan dosa bukan dikodrati, pembenaran adalah soal percaya.
Dibenarkan artinya percaya, bahwa oleh pekerjaan Allah dalam Kristus, manusia
diperbaharui, dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah. Percaya itu adalah suatu
pertaubatan yang harus terus menerus dilakukan tiap-tiap saat membutuhkan pengulangan
yang menempatkan manusia kembali dalam peristiwa pembenaran.[9]
Dengan demikian, umat Kriten harus mengimani bahwa kehadiran Yesus ke dunia sebagai
penyelamat akan dosa manusia yang telah ditimbulkan oleh Adam dan Hawa. Yang kemudian
penyaliban Yesus sebagai pengorbanan untuk menebus dosa manusia tersebut. Jadi dengan
keimanan ini, pengampunan dosa secara penuh akan didapatkan oleh manusia dan juga
mendapatkan kebahagiaan dan kasih Tuhan. Akan tetapi, harus dipahami juga bahwa dalam
Kristen terdapat dosa perbuatan, inilah yang harus dibedakan dengan dosa turunan yang telah
dibahas diatas. Dosa perbuatan adalah dosa yang ditimbulkan oeleh manusia itu sendiri atas
kesalahan-kesalahan yang dia lakukan di dunia ini,seperti membunuh, mencuri, dan lain-lain.
Dosa perbuatan ini menjadi tanggung jawab masing-masing pribadi. Dosa perbuatan seorang
anak tidak akan ditanggung oleh orang tuanya. Dosa orang tuanya, tidak ditanggung oleh
anaknya ataupun oleh cucunya. Oleh sebab itu, dosa perbuatan yang dilakukan oleh manusia
di dunia dan dalam kehidupannya, akan mendapat pengampunan dengan jalan bertaubat.
Untuk mendapatkan pengampunan, umat Kristen selalu mengkaitkan dengan belas kasih
Yesus sebagai juru selamat.
Pertaubatan adalah sikap dasar dalam kehidupan umat Kristen, sikap dasar yang harus selalu
ada. Pertama-tama ia harus mengakui perbuatan dosanya, tidak membenarkan diri, dan tidak
mencari dalih. Serta dia juga harus mengakuiketidak mampuannya untuk keluar dari
perbuatan dosa tersebut dan kebutuhan yang mutlak akan kuasa penyelamatan Allah yang
dinyatakan dalam Yesus.[10] Pertaubatan bukan saja sebagai sebuah rasa bersalah dan
penyesalan akan dosa-dosa. Akan tetapi, benar-benar harus kemabali pada kecintaan diri dan
kasih Tuhan. Meninggalkan seluruh ksalahan dan mengikuti segala petunjuk dan bimbingan
Tuhan karena rasa cinta kasih yang tulu dan murni. Pertaubatan ini merupakan sesala
manusia, yang merupakan jalan untuk mendapatkan pengampunan atas dosa perbuatan
tersebut. Akan tetapi dalam pertaubatan tersebut, sesorang yang telah melakukan dosa harus
percaya bahwa dengan penyelamatan yesus seseorang dapat diterima pertaubatannya. Jika
tidak disertai keyakinan atas penyelamatan diri yesus, maka seseorang tidak akan
mendapatkan keselamatan. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Roma (10): 9 ;
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulut mu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam
hati mu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan.”
Dari sini maka dapat dilihat bagaimana pandangan orang Kristen terhadap masalah
penghapusan dosa dari diri manusia. Keselamatan dari akibat dosa diperoleh karena iman
melalui anugerah. Dari sini terdapat hal penting yang menjadi pokok ajaran umat Kristen
yakni adanya penerimaan pengorbanan Yesus sebagai dasar satu-satunya dan yang
mencukupi agar manusia dapat diterima oleh Allah. Manusia diterima dan dihapuskan
dosanya bukan karena ritual yang ada dalam gereja, melainkan hanya karena iman atau
kepercayaan yang mengakui bahwa Yesus adalah anak Allah dan juru selamat bagi manusia.
Sebagaimana disebutkan dalam Roma (1):17;
“pembenaran karena iman berarti menerima karya Kristus yang mendamaikan dan menebus,
dengan keyakinan yang serius.”
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa selain konsep dosa turunan yang diwariskan Adam
dan Hawa, yang kemudian Yesus datang sebagai penyelamat manusia dari dosa-dosa tersebut.
Juga terdapat dosa perbuatan, yaitu dosa yang merupakan tanggungjawab pribadi atas segala
kesalahannya yang manusia perbuat di dunia ini. Dan harus dilalui dengan pertaubatan, agar
mendapat pengampunan dan cinta kasih Tuhan. Jadi ajaran Kristen tidak dapat dipisahkan
antara dosa warisan dan dosa perbuatan dengan pengampunan melalui pengorbanan Yesus
sebagai syarat untuk terlaksananya ketentuan Tuhan demi terwujudnya pengampunan atas
dosa manusia.
B. Konsep Dosa dalam Islam
Islam meyakini bahwa setiap bayi yang lahir dalam keadaan suci, putih ruhaninya dan
tanpa dosa. Sebagaimana disebutkan dalam hadis bahwa yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. :
جسساهنهه
سما همطن سمطول يطودد هإل جس ي يطول سيد س: سقاسل سريسطويل اللهه صلى الله عليه وسلم.
سفأ سبسسوايه ي يسههجوسداهنهه سوي ين سهجصسراهنهه سوي يسم ه ج.عسلى ال طهفططسرهة
Terjemahannya :
“Rasulullah SAW bersabda: setiap anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah Kedua orang
tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi”. (HR. Bukhari)
Fitrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah bersih suci tanpa dosa, jiwa yang fitrah
memiliki kelembutan hati, mengenal Tuhannya dengan benar, takut kepada Allah, mudah
menerima kebenaran, cendrung kepada kebaikan, menjauhi perbuatan dosa, dan merasa
tenang hidupnya. Seiring dengan bertambahnya umur manusia semua perbuatan manusia
tersebut berdampak kepada baik dan buruk, yang kemudian menimbulkan dosa dan pahala.
Dalam ajaran Islam terdapat juga akibat dari perbuatan manusia yang disebut pahala dan
dosa. Dengan dua akibat tersebut manusia dimungkinkan selalu bertindak dan berbuat sesuai
dengan ajaran dan aturan agama. Dengan mengikuti petunjukNya diharapkan manusia
mendapatkan pahala serta meraih kebahagiaan yang dianugerahkanNya. Akan tetapi, tidak
semua manusia selalu menjalankan dan mengikuti semua petunjuk Tuhan. Tidak sedikit
manusia yang berbuat dan melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan dalam
syariatNya. Mungkin saja karena khilaf manusia bisa berdosa, tetapi disebabkan oleh faktorfaktor tertentu manusia berani melanggar larangan dan syariat yang telah ditetapkan. Oleh
sebab itulah, manusia mendapatkan pridikat dosa.
Berbicara masalah dosa dalam Islam, maka tidak terlepas dari diri manusia itu sendiri.
Masalah ini sangat erat kaitannya dengan hakikiat manusia dan kehidupannya. Allah
menciptakan segala sesuatu di dunia ini pasti ada yang baik dan ada yang buruk, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah. Begitu juga dengan manusia, tidak semua manusia
selalu baik, akan tetapi peran manusia dalam kehidupan di dunia ini yang akan menetukan
baik dan buruknya manusia tersebut di hadapan Sang Pencipta. Dalam artian lahirnya
manusia ke dunia ini merupakan sebuah tantangan dalam menentukan kehidupannya dalam
kebaikan atau keburukan di hadapan Allah. Manusia di beri pengetahuan oleh Allah, sebagai
pembeda manusia dengan ciptaan-ciptaan Allah lainnya di bumi ini. Pengetahuan yang
diberikan oleh Allah kepada manusia adalah bagian dari potensi yang menjadi alat manusia
untuk melakukan dosa disamping kebaikan. Maka manusia dengan pengetahuannya diberikan
peluang untuk menentukan pilihannya dalam menggunakan potensinya itu. Jika pengetahuan
yang dimilikinya itu digunakan untuk kebaikan, maka kebaikan pula yang akan diterima oleh
manusia. Demikian juga jika pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk kejahatan, maka
keburukanlah yang akan menimpanya.[11] Sebagaimana yang di jelaskan dalam al-Qur’an
bahwa manusia tidak akan mendapatkan apapun selain apa yang telah dia usahakan.
br&ur }§ø©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4Ótëy
Terjemahannya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.
(QS. An-Najm [53] : 39)
Demikianlah penjelasan al-Qur’an tentang perbuatan manusia, bahwa seseorang sangat
tergantung dengan perbuatannya sendiri. Orang yang berdosa adalah dari hasil perbuatannya
sendiri, begitu juga dengan orang yang mendapatkan pahala, adalah dari hasil perbuatannya
sendiri. Dari keterangan al-Qur’an tersebut, dapat dilihat bahwa konsep dosa dalam Islam
sangat terkait dengan individu manusia itu sendiri. Sebagaiman disebutkan juga dalam ayat
lain, yaitu;
Ç`¨B 3ytF÷d$# $yJ¯RÎ*sù ÏtGöku ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù @ÅÒt
$pkön=tæ 4 wur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 3 $tBur $¨Zä. tûüÎ/ÉjyèãB 4Ó®Lym
y]yèö6tR Zwqßu
Terjemahannya :
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat
itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (QS. AlIsra’ [7]: 15)
Semua agama bertujuan mengajarkan kebaikan dan kedamaian, begitu juga dengan Islam,
dan masing-masing agama memiliki konsekwensi logis dari pelanggaran yang merusak
tujuannya menuju kebaikan dan kedaamaian tersebut, yang disebut dengan “dosa”. Perbuatan
dosa merupakan sebab utama kesengsaraan manusia, dan perbuatan dosa dilarang di dalam
setiap agama karena mngandung bahaya bagi pelakunya, baik kesehatannya, akalnya atau
pekerjaannya. Disamping baahaya yang menimpa pelakunya sendiri, perbuatan dosa juga
membahayakan masyarakat yang mengakibatkan hilangnya nilai persatuan dan melahirkan
keguncangan serta keributan. Karena adanya perbuatan dosa, pasti akan mendatangkan
amarah Allah. Kemudian Allah akan menurunkan siksaannya terhadap umat manusia.[12]
Jadi dosa dapat didefinisikan secara sederhana sebagai pelanggaran manusia terhadap hukum
atau perintah dan larangan Allah.
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa term tentang dosa yang mengakibatkan turunnya siksaan
Allah dengan istilah yang berbeda-beda, diantaranya; al-Khati’ah (Penyelewengan), adzdzanb ( perbuatan salah), as-sayyiah (perbuatan jelek), al-itsm (perbuatan dosa), al-fusuq
(fasik), al-‘ishyan (maksiat), al-‘utuw (sombong), dan al-fasad (perbuatan merusak). AlQur’an menyebutkan semua istilah tersebut dengan pengertian yang hampir bersamaan.
Disamping itu al-Qur’an menerangkan juga tentang siksaan-siksaan yang akan menimpa
seseorang yang melakukan dosa tersebut, baik di dunia maupun di akhirat kelak.[13]
Walaupun manusia bedosa bukan berarti manusia tidak bisa terbabas dari predikat tersebut.
Dengan berusaha untuk menyadari akan perbuatan dosanya tersebut, manusia diberi
kesempatan untuk menuju keluhuran harkat dan martabatnya di hadapan Allah. Dalam hal ini
al-Qur’an mengajarkan agar selalu memohon ampun kepada Allah Swt. Atas segala dosa
yang dilakukannya. Dan al-Qur’an juga memberitahukan bahwa Allah Maha Pengampun dan
maha Pengasih, sebagaimana yang disebutkan dalam surat an-nisa’ ayat 110 ;
`tBur ö@yJ÷èt #¹äþqß ÷rr& öNÎ=ôàt ¼çm|¡øÿtR ¢OèO ÌÏÿøótGó¡o ©!$# ÏÉft ©!$#
#Yqàÿxî $VJÏm§
Terjemahannya :
“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon
ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. An-Nisa’ [4]: 110)
Permohonan ampun seseorang kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukan, berarti
pengakuan bersalah pelaku dosa dihadapan Allah. Dalam islam juga mengajarkan konsep
taubat, yaitu sebagai permohonan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh
seseorang. Bukan saja mengakui dan menyesal atas perbuatan dosanya saja, akan tetapi harus
dibarengi dengan tidak mengulangi perbuatannya tersebut, dan selalu menjalankan perintahperintah Allah agar dapat menutupi kesalahan-kesalah yang pernah diperbuat. Taubat adalah
penyesalan yang benar, dan jika taubat dilakukan dengan benar-benar akan mampu
mendorong seseorang untuk merubah tingkah lakunya yang dipenuhi dengan dosa dan
menjadi bersih dan baik kembali. Dalam hal ini al-Qur’an juga Allah memberitahukan kepada
hamba-hamba yang berdosa agar bertaubat karena bertaubat akan membawa mereka kea rah
kebahagiaan dan pengampunan. Sebagaimana firman Allah :
$pkr’¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqç/qè? nu Èe@ä. &äóÓx« 4 wur Ü=Å¡õ3s? @à2
C§øÿtR wÎ) $pkön=tæ 4 wur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 4 §NèO 4n