Makalah psikologi pendidikan dan mengaja

ayilla
Senin, 09 Mei 2011

makalah psikologi pendidikan
MENGAJAR
A.kompetensi guru
yang dimaksud dengan kompetensi itu ? Louise Moqvist (2003)
mengemukakan bahwa “competency has been defined in the light of actual
circumstances relating to the individual and work. Sementara itu, dari
Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes (1992)
menyebutkan bahwa : ” A competence is a description of something which a
person who works in a given occupational area should be able to do. It is a
description of an action, behaviour or outcome which a person should be
able to demonstrate.” Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik
benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran
tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang
dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya
dapat ditampilkan atau ditunjukkan.
Raka Joni sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000)
mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu :
1. Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi

yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di
dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.
2. Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa,
sesama guru, maupun masyarakat luas.
3. Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut
diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang
pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani .
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah
telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum
dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yaitu :
1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi:
(a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
(b) pemahaman terhadap peserta didik;
(c)pengembangan kurikulum/ silabus;
(d) perancangan pembelajaran;
(e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
(f) evaluasi hasil belajar; dan

(g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang:
.
Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill
(2002) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang
menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan
rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, didalamnya terdiri
dari lima proposisi utama, yaitu:
Secara esensial, ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang prinsipil. Letak perbedaannya hanya pada cara
pengelompokkannya. Isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan
oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah teramu dalam kompetensi
profesional. Sementara dari NBPTS tidak mengenal adanya pengelompokan
jenis kompetensi, tetapi langsung memaparkan tentang aspek-aspek
kemampuan yang seyogyanya dikuasai guru. Sejalan dengan tantangan
kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang
akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa
melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan

kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam
mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak
lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap
berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan
berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan
satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru
tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian
cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan
kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat.
Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir
secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan
ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping
itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap
efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan
hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang
menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru
mematikan kreativitas para siswanya.
B.Permendiknas
C. Undang-Undang Guru dan Dosen
________________________________________Sejak awal pembahasan UU Guru dan

Dosen, pertanyaan yang banyak muncul di masyarakat luas adalah : “ Untuk
siapa UU Guru dan Dosen tersebut ? “ hal ini mengemuka karena ada
kekhawatiran UU tersebut tidak dapat memayungi seluruh guru. Dengan
kata lain ditakutkan adanya proses diskriminasi antara guru PNS dan guru
swasta.
Khusus posisi guru swasta selama ini memang seolah-olah tidak dipayungi
oleh UU yang ada meskipun secara eksplisit sudah tercantum dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dari sudut

UU kepegawaian jelas tidak menkhususkan untuk guru, karena yang diatur
adalah pegawai pemerintah (PNS) sedangkan dari sudut UU Ketenagakerjaan
juga akan sangat sulit karena penyelenggara pendidikan adalah yayasan.
Sehingga guru tidak dapat dikatagorikan sebagai tenaga kerja atau buruh.
Bisa dikatakan sebelum UU Guru dan Dosen disahkan, guru-guru tidak
mempunyai payung hukum yang jelas. Yang memang mengatur segala
sesuatu secara khusus yang menyangkut guru, seperti halnya dengan UU
Tenaga Kerja dan UU Kepegawaian.
Sekilas UU Guru dan Dosen : UU Guru dan Dosen mendapatkan sambutan
yang hangat, terutama dari kalangan pendidik. UU ini dianggap bisa menjadi
payung hukum unuk guru dan dosen tanpa adanya perlakuan yang berbeda

antara guru negeri dan swasta. Meskipun di beberapa bagian masih sangat
hangat diperbincangkan dan menjadi perdebatan yang sangat seru. UU Guru
dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek
yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan
tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi dll. Yang perlu digaris
bawahi dan mendapat sambutan positif dari masyarakat terhadap UU Guru
dan Dosen adalah hal-hal yang menyangkut :
a. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.
b. Hak dan kewajiban.
c. Pembinaan dan pengembangan.
d. Penghargaan,
e. Perlindungan
f. Organisasi profesi dan kode etik.
Enam indikator diatas belum diatur secara rinci, sehingga sangat sulit untuk
mengharapkan profesionalitas guru-guru di Indonesia.
Ada beberapa hal dalam UU Guru dan Dosen yang sampai saat ini masih
hangat dibicarakan, hal-hal tersebut adalah :
a. Standardisasi.
- Standardisasi penyelenggaraan pendidikan.
Sampai saat ini cukup banyak penyelenggara pendidikan (yayasan-yayasan)

yang tidak jelas keberadaannya. Dalam pelaksanaanya banyak lembaga
pendidikan yang belum memenuhi standar mutu pelayanan pendidikan dan
standart mutu pendidikan yang diharapkan. Hal ini disebabkan yayasanyayasan tersebut terkesan memaksakan diri untuk mendirikan lembaga
pendidikan, sehingga banyak lembaga pendidikan yang tidak layak, karena
sarana dan prasarana pendidikan yang jauh dari memadai, guru yang tidak
kompeten, organisasi yang tidak dikelola dengan baik dll. Penyelenggara
pendidikan seperti diatas jumlahnya cukup besar di indonesia. Dengan
lahirnya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk
memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu
negeri maupun swasta.
- Standardisasi kompetensi guru.
Hal ini akan tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan
tentang Sertifikat Profesi Pendidik.
Pasal 8 menyebutkan : ”Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Banyak pihak mengkhawatirkan program sertifikasi ini (yang
diselenggarakan oleh LPTK) nantinya akan menimbulkan masalah baru di
dunia pendidikan, terutama yang mengarah pada terciptanya lembaga yang

menjadi sarang kolusi dan korupsi baru. Yang pada akhirnya akan
memperburuk kondisi pendidikan bangsa.
Sedang semangat dari pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi
pendidik itu sendiri, serta berusaha lebih menghargai profesi pendidik.
Dengan sertifikasi diharapkan lebih menghargai profesi guru, dan
meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai langkah
menjadikan guru sebagai tenaga profesional.
b. Kesejahteraan atau Tunjangan.
11 item Hak Guru yang tercantum pada pasal 14 UU Guru dan Dosen adalah
bentuk penghargaan pemerintah dan masyarakat kepada guru. Untuk
indikator penghasilan guru PNS sudah diatur Pasal 15 ayat 1. Guru berhak
untuk mendapatkan tunjangan, yaitu :
1. Tunjangan profesi.
2. Tunjangan Fungsional.
3. Tunjangan Khusus.
Tiga jenis tunjangan diatas diatur dalam pasal 16,17 dan 18 UU Guru dan
Dosen. Tunjangan profesi diberikan kepada guru baik guru PNS ataupun guru
swasta yang telah memiliki sertifikat pendidik.
Disamping tunjangan diatas, guru juga berhak untuk memperoleh ”maslahat
tambahan” yang tercantum dalam pasal 19 UU Guru dan Dosen. Maslahat

Tambahan tersebut meliputi :
1. Tunjangan pendidikan.
2. Asuransi pendidikan.
3. Beasiswa.
4. Penghargaan bagi guru.
5. Kemudahan bagi putra-putri guru untuk memperoleh pendidikan.
6. Pelayangan kesehatan.
7. Bentuk kesejahteraan lain.
c. Organisasi profesi dan dewan kehormatan.
Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen ini diharapkan bida didirikan organisasi
profesi yang dapat mewadahi (terutama) guru yang dapat menjalankan
fungsinya sebagai orgnisasi profesi yang independen dan diharapkan dapat
menjadi lembaga yang benar-benar memperjuangkan nasib guru. Demikian
pula dengan dewan kehormatan yang tercipta dari organisasi profesi yang
independent diharapkan menjadi penngawal pelaksanaan kode etik guru.
d. Perlindungan.
Setiap guru berhak mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan
tugasnya. Perlindungan untuk guru meliputi :
1. Perlindungan hukum.
Perlindungan hukum mencakup perlindugan atas tindak kekerasan,

ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil.

2. Perlindungan profesi.
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan
kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pelecehan terhadap profesi serta pembatasan lain
yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
3. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perlindungan ini mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan
keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana
alam, kesehatan lingkungan kerja atau resiko lain.
UU Guru dan Dosen mungkin masih harus di perdebatkan dalam rangka
memperbaikinya di masa yang akan datang. Apalagi ada beberapa hal
memang tidak serta merta dapat dilaksanakan. Pemberian tunjangan kepada
seluruh guru, akan sangat terganturng anggaran pemerintah. Sehingga pada
saat anggaran pendidikan belum mencapai 20% dari APBN maka akan
sangat sulit dilaksanakan. Demikian pula dengan program sertifikasi dll,
masih memerlukan proses untuk pelaksanaan dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
Namun diharapkan dengan adanya 2 (dua) undang-undang yaitu UndangUndang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Guru dan

Dosen diharapkan akan memperbaiki mutu pendidikan nasional secara
keseluruhan.

D. Aspek aspek psikologi dalam proses pembelajaran dan pengajaran
proses pembelajaran ialah proses individriu mengubah perilaku dalam upaya
memenuhi kebutuhannya. Hal ini mengandung arti bahwa individu akan
melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi situasi kebutuhan.
Kebiasaan ialah perilaku yang sifatnya otomatis dan sudah menetap dalam
diri individu. Misalnya kebiasaan makan, menulis, mengemudi kendaraan,
dsb. Proses pembelajaran tidak diperlukan apabila kebutuhan itu dapat
dipenuhi dengan kebiasaan. Dalam keadaan ini individu harus melakukan
proses pembelajaran untuk memperoleh perilaku yang baru agar dapat
memenuhi kebutuhannya. Adanya kebutuhan, akan mendorong individu
untuk mengkaji perilaku yang ada dalam dirinya, apakah yang ada dapat
memenuhi kebutuhan atau tidak. Dalam proses pembelajaran individu
mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Hal ini
mengandung arti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia
menghadapi situasi kebutuhan.
perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar akan
tampak dalam interaksi antara keduanya. Dalam interaksi ini terjadi proses

saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahaan perilaku pada diri pelajar
dalam bentuk tercapai hasil belajar. Psikologi mengajar dalam lingkupnya,
pendidikan diwujudkan melalui proses pengajaran, baik di dalam atau diluar
kelas. Proses ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan siswa

dalam situasi pengajaran yang bersifat edukatif (mendidik). Pengajar
hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar
mampu mewujudkan perilaku siswa melalui interakasi belajar-mengajar
yagng efektif dalam situasi belajar-mengajar yang kondusif. Sebagai guru
dituntut untuk meningkatkan kualitas belajar kepada anak didik dalam
kegiatan agar dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, dan pelajar yang
efektif.
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan
1. mampu untuk mengenal dan memahamai setiap siswa,
2. memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar,
3. memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sesuai dengan
karakterisitik pribadinya, dan
4. menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yagn telah dilakukan siswa.
Proses pengajaran yang efektif yang dapat terbentuk melalui pengajaran
memiliki ciri-ciri di antaranya :
1. berpusat pada siswa itu sendiri,
2. interaksi edukatif antara guru dengan siswa,
3. suasana demokratis,
4. variasi metode mengajar,
5. guru profesional,
6. bahan yang sesuai dan bermanfaat,
7. lingkungan yang kondusif, dan
8. sarana belajar yang menunjang.
Mengajar adalah merupakan tugas utama seorang guru. Oleh karena itu,
keefeektifannya dalam mengajar akan tergantung pada bagaimana guru
melaksanakan aktivitas mengajar secar baik. Psikologi guru merupakan
suatu peran yang sangat penting, perilaku guru dalam proses pendidikan
akan memberikan pengaruh dan warna yang kuat bagi pembinaan perilaku
dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, perilaku guru hendaknya dapat
menjadi contoh yang baik untuk siswa.
Ada beberapa aspek psikologi yang terkait dengan proses pembelajaran dan
pengajaran yaitu:
1. motivatasi,
2. pengamatan
3. perhatian,
4. mengingat. Itu semua yang akan mempengaruhi proses belajar.
E.Stategi dalam mengajar
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat,
lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada siswa (Gerlach dan Ely). Strategi belajar-mengajar tidak hanya
terbatas pada prosedur kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya
materi atau paket pengajarannya (Dick dan Carey). Strategi belajar-mengajar
terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan
digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu

dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis
latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai (Gropper). Tiap
tingkah laku yang harus dipelajari perlu dipraktekkan. Karena setiap materi
dan tujuan pengajaran berbeda satu sama lain, makajenis kegiatan yang
harus dipraktekkan oleh siswa memerlukan persyaratan yang berbeda pula.
Menurut Gropper sesuai dengan Ely bahwa perlu adanya kaitan antara
strategi belajar mengajar dengan tujuan pengajaran, agar diperoleh langkahlangkah kegiatan belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Ia mengatakan
bahwa strategi belajar-mengajar ialah suatu rencana untuk pencapaian
tujuan. Strategi belajar-mengajar terdiri dari metode dan teknik (prosedur)
yang akan menjamin siswa betul-betul akan mencapai tujuan, strategi lebih
luas daripada metode atau teknik pengajaran.
Metode, adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar)
maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin
efektif pula pencapaian tujuan (Winamo Surakhmad)
Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat
prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya
merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama
menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana
prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A
berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi
tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan
metode yang sama. Dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri dan metode
dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi
lebih luas dari metode atau teknik pengajaran. Metode atau teknik
pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Untuk lebih
memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh berikut:
Strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran tersebut misalnya:
1. Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah
dilihatnya, secara kelompok.
2. Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang jenis-jenis diskusi
dari Winamo Surakhmad dan Raka Joni.
3. Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai
dengan jenis yang dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati
sambil mencatat kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah
demonstrasi itu selesai.
4. Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.
Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa teknik pengajaran adalah
kegiatan no 3 dan 4, yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi dan
diskusi. Sedangkan seluruh kegiatan tersebut di atas merupakan strategi
yang disusun guru untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam mengatur

strategi, guru dapat memilih berbagai metode seperti ceramah, tanya jawab,
diskusi, demonstrasi dan sebagainya. Sedangkan berbagai media seperti
film, kaset video, kaset audio, gambar dan lain-lain dapat digunakan sebagai
bagian dan teknik teknik yang dipilih.
Kriteria Pemilihan Strategi Belajar-mengajar, menurut Gerlach dan Ely
adalah:
1. Efisiensi :
Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan
pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang
belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang
termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang
paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi
nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para
siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu
diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain
mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
Strategi ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien
untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan
tersebut dengan strategi inquiry mungkin oleh suatu konsep, bukan hanya
sekedar menghafal.
Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan berbagai jenis binatang,
dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta membedakan manakah
yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan susunan tubuhnya, dan
sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa dengan jawaban pelajari lebih
jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari buku-buku di perpustakaan
atau melihat kembali gambar (sketsa) yang ditunjukkan guru kemudian
mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa gambar, guru memberi
pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang akhirnya siswa dapat
membedakan mana yang termasuk serangga dan mana yang bukan
serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep tentang serangga.
Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang
sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh
lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau
pnnsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki.
2. Efektifitas :
Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi yang efektif. Jadi
efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Bila
tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan seberapa jauh efektifitasnya.
Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan
transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari.
Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu
strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Kalau
kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar

dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka
strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.
3. Kriteria lain :Pertimbangan lain yang cukup penting dalam penentuan
strategi maupun metode adalah tingkat keterlibatan siswa. (Ely. P. 186).
Strategi inquiry biasanya memberikan tantangan yang lebih intensif dalam
hal keterlibatan siswa. Sedangkan pada strategi ekspository siswa cenderung
lebih pasif. Biasanya guru tidak secara murni menggunakan ekspository
maupun discovery, melainkan campuran. Guru yang kreatif akan melihat
tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dimiliki siswa, kemudian
memilih strategi yang lain efektif dan efisien untuk mencapainya.
KLASIFIKASI STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
Klasifikasi strategi belajar-mengajar, berdasarkan bentuk dan pendekatan:
1. Expository dan Discovery/Inquiry : “Exposition” (ekspositorik) yang berarti
guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum
atau dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja
informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru
sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan belajar dari
informasi yang diterimanya itu, disebut ekspositorik. Hampir tidak ada unsur
discovery (penemuan). Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru
menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih dari dua
macam, bahkan menggunakan metode campuran.
Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositorik dengan metode
ekspositorik juga. Begitu pula dengan discovery/inquiry. Sehingga suatu
ketika ekspositorik - discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi
belajar-mengajar, tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode belajarmengajar.
Guru dapat memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan
berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru ingin
banyak melibatkan siswa secara aktif. Strategi mana yang lebih dominan
digunakan oleh guru tampak pada contoh berikut:
Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada anak-anak, aturan untuk
menyeberang jalan dengan menggunakan gambar untuk menunjukkan
aturan : Berdiri pada jalur penyeberangan, menanti lampu lintas sesuai
dengan urutan wama, dan sebagainya.
2. Discovery dan Inquiry : Discovery (penemuan) sering dipertukarkan
pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu
prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan,
mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan
konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai. Prinsip
misalnya “Setiap logam bila dipanaskan memuai”

Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan
lebih mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi
men, melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Salah satu bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan
penemuan terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan
pernyataan atau pertanyaan
2. Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan
diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)
3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui keglatan tersebut
perlu ditulis dengan jelas.
4. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
melaksanakan kegiatan
5. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
6. Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan
untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
7. Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental
operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
8. Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang
mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
9. Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan
mengalami kegagalan atau tak berjalan Sebagaimana mestinya.
Sedangkan langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi:
1. Menemukan masalah
2. Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan
3. Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan
4. Perumusan keterangan yang diperoleh
5. Analisis proses inquiry.
Kriteria Pemilihan Strategi Belajar-mengajar, menurut Gerlach dan Ely
adalah:
1. Efisiensi :Seorang guru biologi akan mengajar insekta (serangga). Tujuan
pengajarannya berbunyi : Diberikan lima belas jenis gambar binatang, yang
belum diberi nama, siswa dapat menunjukkan delapan jenis binatang yang
termasuk jenis serangga. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi yang
paling efisien ialah menunjukkan gambar jenis-jenis serangga itu dan diberi
nama, kemudian siswa diminta memperhatikan ciri-cirinya. Selanjutnya para
siswa diminta mempelajari di rumah untuk dihafal cirinya, sehingga waktu
diadakan tes mereka dapat menjawab dengan betul. Dengan kata lain
mereka dianggap telah mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
Strategi ekspository tersebut memang merupakan strategi yang efisien
untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan. Untuk mencapai tujuan
tersebut dengan strategi inquiry mungkin oleh suatu konsep, bukan hanya

sekedar menghafal. Strategi ini lebih tepat. Guru dapat menunjukkan
berbagai jenis binatang, dengan sketsa atau slide kemudian siswa diminta
membedakan manakah yang termasuk serangga; ciri-cirinya, bentuk dan
susunan tubuhnya, dan sebagainya. Guru menjawab pertanyaan siswa
dengan jawaban pelajari lebih jauh. Mereka dapat mencari data tersebut dari
buku-buku di perpustakaan atau melihat kembali gambar (sketsa) yang
ditunjukkan guru kemudian mencocokkannya. Dengan menunjuk beberapa
gambar, guru memberi pertanyaan tentang beberapa spesies tertentu yang
akhirnya siswa dapat membedakan mana yang termasuk serangga dan
mana yang bukan serangga. Kegiatan ini sampai pada perolehan konsep
tentang serangga.
Metode terakhir ini memang membawa siswa pada suatu pengertian yang
sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh
lebih lama. Namun inquiry membawa siswa untuk mempelajari konsep atau
pnnsip yang berguna untuk mengembangkan kemampuan menyelidiki.
2. Efektifitas : Strategi yang paling efisien tidak selalu merupakan strategi
yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir
tidak tercapai. Bila tujuan tercapai, masih harus dipertanyakan seberapa
jauh efektifitasnya. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan
menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang
dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu
efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari
lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi
yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan.
3. Kriteria lain : Pertimbangan lain yang cukup penting dalam penentuan
strategi maupun metode adalah tingkat keterlibatan siswa. (Ely. P. 186).
Strategi inquiry biasanya memberikan tantangan yang lebih intensif dalam
hal keterlibatan siswa. Sedangkan pada strategi ekspository siswa cenderung
lebih pasif. Biasanya guru tidak secara murni menggunakan ekspository
maupun discovery, melainkan campuran. Guru yang kreatif akan melihat
tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dimiliki siswa, kemudian
memilih strategi yang lain efektif dan efisien untuk mencapainya..

Daftar pustaka
————––. 2006. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. http://www.depdiknas.go.id/ inlink. (accessed 9 Feb
2003).
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia

Diposkan oleh ayilla di 07.05

Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Mengenai Saya

ayilla
Hidup adalah perjuangan menjadi lebih baik dari yang terbaik..mencoba hal baru untuk
mencapai kebaikan harus diperjuangkan
Lihat profil lengkapku