Laporan Akhir Praktikum Survei Tanah dan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN
DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) DESA TULUNGREJO
KABUPATEN MALANG

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK G1

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN
DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) DESA TULUNGREJO
KABUPATEN MALANG

Nama Anggota Kelompok G1:
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Muhammad Fanhash Nijami
Verawati Karlinda Bili
Sariah Aprianti Damanik
Yananda Adhe P

Muhammad Ferry Firdaus DP
Qurrota ayuni A
Bagus S Putra
Firda Arifinia
Iin Indrawati
Fauzia Hidayati
Virgus Amin Nugroho
Eva Octavia Dewi
Wiwit Prihatin
Ronita Sarilya Anam
Bastian Michael simanungkalit
Tari Rahayu

BAB I

125040201111124
125040201111101
125040200111157
125040200111176
125040200111234

125040200111051
125040200111088
125040200111110
125040200111012
125040200111024
125040201111126
125040200111085
125040200111138
125040200111227
125040201111334
125040200111111

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah berasal dari bebatuan yang melapuk dimana tanah pada umumnya
digunakan untuk tempat tumbuh tanaman dan organisme lain. Tanah sendiri terdiri dari
empat komponen diantaranya yaitu 45% bahan mineral, 5% bahan organik, 25% air, dan
25% udara. Dalam ilmu tanah, dikenal dengan istilah profil tanah dimana profil tersebut
berkembang membentuk horizon. Horizon pada setiap profil tanah akan memliki ciri-ciri
yang berbeda baik dari warna, tekstur, stuktur, konsistensi dan hal lain yang menjadi

pencirinya.
Setiap lokasi memiliki jenis tanah yang berbeda-beda dimana jenis tanah tersebut
sangat mendukung kehidupan khususnya pada bidang pertanian. Dengan adanya
perbedaan jenis tanah, maka berbeda pula klasifikasi tanah pada tiap lokasi dimana jenis
tanah tersebut dapat mempengaruhi kemampuan lahan, kesesuaian lahan dan cara
pengeloaan lahannya. Untuk itu perlu dilakukannya survey tanah dan evaluasi lahan.
Survei tanah dan evaluasi lahan merupakan pekerjaan yang sangat kompleks
karena mencakup aspek fisik, ekonomi-sosial dan politik. Survei tanah ini digunakan
untuk mementukan jenis dan karakteristik tanah dalam suatu wilayah dimana dengan
mengetahui jenis dan krakteristik tanah maka dapat diketahui juga pengelolaan dari suatu
lahan. Sedangkan evaluasi lahan diperlukan untuk menyusun rencana tataguna lahan
disuatu wilayah dengan tepat dimana hal ini sangat bermanfaat untuk pengembangan
wilayah serta untuk melestarikan sumber daya alam dan lingkungan.
Penetapan macam penggunaan lahan yang sesuai, harus mempertimbangkan
ketiga aspek yakni fisik, ekonomi sosial dan politik dengan bobot yang proporsional dan
seimbang. Oleh karena itu diperlukan adanya ketelitian dalam survei tanah dan evaluasi
lahannya.
1.2 Tujuan
Tujuan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan adalah untuk mengetahui semua
informasi spesifik yang penting dari setiap titik yang diamati meliputi karakteristik

tanah, jenis tanah hingga kemampuan dan kesesuaian lahan.

1.3 Manfaat

Dengan dilakukannya survei tanah dan evaluasi lahan bermanfaat untuk
mengetahui dan merekomendasikan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan yang cocok
pada wilayah yang diamati.

KATA PENGANTAR
Puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan rahmat
taufiq serta hidayahnya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Laporan Fieldtrip Suvey
Tanah dan Evaluasi Lahan dengan tepat waktu. Praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan
yang dilaksanakan di Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Desa Tulungrejo Kecamatan
Batu Kabupaten Malang memiliki tujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Survei
Tanah dan Evaluasi Lahan serta untuk mengolah data survei tanah agar dapat ditentukan
kemampuan dan kesesuaian lahannya.
Dalam menyelesaikan laporan ini penyusun banyak menerima bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada penyusun,

sehingga dapat meyelesaikan laporan Fieldtrip Survei Tanah dan Evaluasi Lahan dengan
tepat waktu.
2. Dosen Mata Kuliah Survei Tanah dan Evaluasi Lahan.
3. Christanti Agustina,SP selaku totur Survei Tanah dan Evaluasi Lahan.
4. Tulus Supriyatin selaku Asisten Praktikum Survei Tanah dan Evaluasi Lahan.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu dan yang telah bekerjasama
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari pada saat menyusun laporan Fieldwork masih sangat jauh dari
kata sempurna. Sehingga penyusun masih membutuhkan kritik ataupun saran yang dapat
membangun sehingga laporan fieldtrip Survei Tanah dan Evaluasi lahan dapat bermanfaat
untuk kedepannya.

Malang, 28 Mei 2014

Penulis

BAB II
METODE DAN PELAKSANAAN
2.1


Tempat Dan Waktu
Pelaksanaan fieldwork Survei Tanah dan Evaluasi Lahan dilaksanakan selama
3 hari pada tanggal 9, 10 dan 11 Mei 2014 di Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu,
Kabupaten Malang.

2.2

Alat dan Bahan
2.2.1. Alat
- Cangkul

: Mencangkul (menggali) tanah untuk membuat profil tanah dan
mengambil tanah bekas sekop.

- Sekop
: Memperdalam galian untuk minipit dan profil tanah.
- Pisau tanah : Membuat batas horison tanah dan konsistensi tanah
- Buku “Munsell Colour Chart” : Menentukan warna tanah.
- Botol air


:Sebagai tempat air yang digunakan untuk membasahi tanah
dalam menetukan tekstur, struktur dan konsistensi tanah

- Meteran

:Mengukur kedalaman profil tanah dan ketebalanhorison yang
telah digali.

- Sabuk profil : Mengukur kedalaman profil tanah dan ketebalanhorison yang
telah digali.
- Kompas

: Menentukan arah dalam mencari titik pengamatan

- GPS

: Sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan
bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit

- Klinometer : Menentukan besar kelerengan suatu tempat survey

- Tali raffia

: Untuk mengukur jarak dari titik satu ke titik yang lain

- Buku Panduan Deskripsi Lapang : Sebagai panduan untuk mengumpulkan
data hasil survey
- Peta kelerengan: Pedoman penentuan daerah survei dan menemukan titik
Survey
- Buku Keys to Soil Taxonomy : Menentukan jenis tanah, epipedon, dan
endopedon yang berada di daerah survey.

2.2.2 Bahan
Air

: Menentukan tekstur, konsistensi tanah, dan mengukur pH

Tanah

: Sebagai objek yang diamati


2.3. Persiapan Peta
2.3.1 Pembuatan Peta Kerja
Peta dasar yang digunakan peta topografi (peta rupa bumi) atau mosaik foto jika tidak
tersedia peta topografi (peta rupa bumi). Peta dasar yang digunakan harus disederhanakan dan
informasi maupun objek yang terdapat pada peta dasar harus diperbaharui sesuai dengan
kondisi lahan saat ini.
2.3.2. Penentuan Titik Pengamatan
Untuk penentuan titik pengamatan, didasarkan dari keberadaan satuan peta lahan
(SPL). Dari suatu bentang alam atau hamparan permukaan bumi(landscape) yang mencakup
komponen iklim, tanah, topografi, hidrologi,dan vegetasi akan terbagi menjadi beberapa SPL,
artinya adalah kelompok lahan yang mempunyai karakteristik sama. Kemudian dari SPL
tersebut dapat ditentukan titik pengamatan untuk survei tanah. Pembuatan peta SPL sebagai
unit terkecil dalam Survei Lahan berfungsi untuk mempermudah penetuan titik pengamatan.
Sebelum dilakukan digitasi peta akan diperlukan beberapa data penunjang, data-data tersebut
dapat diperoleh dari:
• Adaptasi dari Peta Rupa Bumi Indonesia (Peta RBI).
• Adaptasi dari Citra Satelit.
• Adaptasi dari Foto Udara/Google Earth

Berikut ini merupakan cara membuat Satuan Peta Penggunaan Lahan :Gambar 1 Langkah

Kerja Pembuatan Peta Pertama-tama Peta Dasar dicapture melalui pencitraan satelit dari
GoogleEarth menggunakan Stich map. Kemudian gambar wilayah yang didapatkan
harusdirektifikasi

(memasukkan

koordinat

baik

berupa

sistem

UTM

ataupun

LatLong)menggunakan Global Mapper. Selanjutnya peta dasar selesai yang telah direktifikasi
akan didigitasi. Proses digitasi ini dapat dilakukan dengan scanning peta dan pada akhirnya
akan diperoleh berupa data yang berformat gambar (.jpeg/.jpg).
Setelah didigitasi akan dibutuhkan data spasial berupa polygon yangmembentuk areal
serta data atribut yang menunjang data spasial. Setelah data-data tersebut diperoleh maka
selanjutnya akan diperoleh peta penggunaan lahan.Proses-proses ini membutuhkan suatu
program/piranti lunak (software) khusussemisal ArcView 3.2/3.3. Dengan menggunakan
software ArcView 3.2/3.3, dapat dibuat berbagai macam peta diantaranya adalah peta
administrasi yang berisi keterangan mengenai jalan dan sungai, peta landform yang berisi
keterangan tenatang bentukan lahan, peta land use yang berisi tentang informasi
penggunaanlahan serta peta kelerengan yang berisi tentang informasi kemiringan / perbedaan
ketinggian permukaan lahan. Peta – peta ini kemudian di intersect (ditumpuk)menjadi satu

dengan ArcView untuk membuat peta SPL. Setelah peta SPLterbentuk, key area dapat
ditentukan untuk menentukan titik pengamatan yang memungkinkan untuk di amati.
2.4 Survei Tanah dan Kondisi Lahan
2.4.1 Survei Tanah
2.4.1.1

Deskripsi Tanah
Membuat minipit dengan kedalaman ± 80 cm atau
lebih (menggunakan cangkul dan sekop)
Menentukan batas horizon menggunakan pisau
(berdasarkan warna dan konsistensi)
Memasang sabuk profil dan meteran (diukur)
lalu mendokumentasikan minipit
Menentukan kedalaman efektif
Mengambil sampel tanah dari tiap horizon
menggunakan cetok (dimulai dari horizon paling
bawah)
Menentukan warna digunakan
soil munsell color chart

Menentukan tekstur tanah, diambil sampel pada tiap horizon
dan dibasahi dengan air (sampai keadaan basah)
Menentukan struktur tanah dan ukuran dilihat dari bidang belah
alami pada masing-masing horizon dengan dipecah sampai
menjadi agregat terkecil lalu disesuaikan dengan klasifikasinya
Menentukan konsistensi dibagi menjadi dua yakni lembab dan
basah (plastisitas dan kelekatan). Untuk plastisitas dengan cara
menggulung tanah yang basah menjadi panjang, lalu dijadikan
bentuk cincin, untuk kelekatan dengan cara membasahi tanah
dan menekan tanah pada ibu jari dan telunjuk.

Menentukan fisiografi disekitar lokasi penggalian minipit.
(kelerengan, vegetasi,elevasi, relief dll) sesuai dengan form
pangamatan
2.4.1.2 Diskripsi Tanah

Menentukan Epipedon dan
Endopedon tanah melalui hasil form
pengamatan yang telah didapat
Menentukan rezim lengas tanah dan
suhu tanah
Menentukan ordo tanah
Menentukan subordo tanah sesuai
dengan ordo yang sudah didapat
Menentukan grup tanah

2.4.2

Kondisi
Di

Menentukan subgrup tanah

Lahan
Taman Hutan Raya R.

Soeryo tempat dilaksanakannya survei tanah memiliki kondisi lahan yang cukup
curam. Dengan lahan yang berada di daerah yang memiliki kelerengan sekitar 5- 25 %
ketika melakukan survei. Dengan ketinggian tempat berkisar antara 1000 – 3339 meter
di atas permukaan laut . Tanaman yang mendominasi Tahura adalah tanaman tahunan
seperti cemara dan juga tanaman semak serta rumput gajah. Tumbuhan yang hidup di
Tahura sebagian besar merupakan tumbuhan yang tidak di budidayakan atau tidak di
tanam. Semak-semak belukar menunjukan tidak adanya pengolahan tanah dengan
kondisi yang tinggi dan sangat tebal. Beberapa pohon yang terdapat di dekat lahan
percobaan fakultas pertanian sudah di tebang yang digunakan untuk akses jalan
menuju tahura serta untuk tanaman yang di budidayakan. Di dalam Tahura terdapat
juga pohon yang tumbang dikarenakan umur pohon yang sangat tua sehingga ketika
terkena angin besar menyebabkan tumbang. Dilihat dari kondisi tahura, memang
masih alami karena ketika akan masuk ke tahura harus membuat jalan sendiri dengan
cara membuka semak belukar.
Menurut UPT TAHURA R. Soerjo (2010) di Tahura R. Soerjo terdapat tiga
tipe vegetasi dengan kondisi yang masih baik yaitu :
1. Hutan alam cemara (Casuarina junghuhniana) pada ketinggian 1800 m dpl
yang terdapat di gunung Arjuno lalijiwo
2. Padang rumput dengan luas 200 ha yang terdapat di bagian bawah pondok
Welirang dengan dominasi tanaman jenis padi-padian dan kolonjono (Panicum repens)
3. Daerah hutan hujan tengah yang terdapat pada ketinggian 2000 – 2700 mdpl
yang merupakan hutan campuran tiga tingkatan vegetasi yaitu pohon, semak dan

tumbuhan bawah dengan dominasi jenis pasang (Quercus sp.), pohon nyampuh,
Sumbung, dan gempur gunung.
2.5 Tabulasi Data
Dipisah
2.6 Kemampuan Lahan dan Keseseuian Lahan
Menurut Rayes (2006), kesesuaian lahan merupakan kecocokan lahan untuk
suatu penggunaan lahan tertentu. Untuk lahan pertanian, lahan pertanian sayur, lahan
pertanian tahunan, lahan perikanan, dan lahan perternakan. Untuk lebih detail, kesesuaian
lahan dapat ditinjau dari sifat fisik lingkungan yang terdiri dari tanah, topografi,
kelerengan dan drainase sesuai dengan usaha yang dilakukan pada lahan tersebut yang
lebih produktif. Sedangkan kemampuan lahan merupakan kapasitas kecocokan
penggunaan lahan secara umum untuk dapat diusahakan pemanfaatannya sesuai dengan
lahan tersebut

di suatu wilayah. Semakin banyak jenis tanaman yang dapat

dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, maka semakin tinggi kemampuan lahan
tersebut.
Cara untuk mengklasifikasikan kemampuan lahan adalah, yang pertama data-data
dari semua horison dari semua titik dikumpulkan. Kemudian harus mengetahui dahulu
karakteristik dari setiap kelas kemampuan lahan, kelas I sampai dengan kelas VIII.
Selanjutnya mencocokkan data-data tersebut sesuai dengan kriteria kelas kemampuan
lahan. Setelah itu akan didapatkan data baru yaitu kelas kemampuan lahan beserta faktor
pembatasnya (sub kelas kemampuan). Dari data sub kelas kemampuan lahan dapat
diketahui jumlah faktor pembatasnya dan apa saja yang menjadi faktor pembatasnya,
yang kemudian didapatkan data satuan kemampuan.
Arsyad (2006) mengemukakan delapan kelas kemampuan lahan

yang dapat

dilihat pada Tabel 1. Kelas kemampuan lahan memiliki masing-masing faktor
penghambat yang mempengaruhi penggunaan lahannya.
Tabel 1. Kelas Kemampuan Lahan
No

Kelas

Ciri-ciri

.
1

I

Mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai
untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan
tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumput
hutan produksi, dan cagar alam.

2

II

Memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi

pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan
3

III

konservasi yang sedang.
Mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan
atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Hambatan
yang

terdapat pada tanah dalam lahan kelas III membatasi lama

penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan
4

IV

tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas tersebut.
Dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada
umumnya

5

V

tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan,

hutan lindung dan cagar alam
Tidak terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak
praktis untuk dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya
sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan,

6

VI

hutan produksi atau hutan lindung dan cagar alam.
Mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak
sesuai untuk pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman
rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau

7

VII

cagar alam.
Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika digunakan untuk padang
rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan

8

VIII

erosi yang berat.
Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan
dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung,

tempat rekreasi atau cagar alam.
Sumber: Arsyad (2006)
Sedangkan struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976)
dapat dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo
kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan
yang tidak sesuai (N=Not Suitable).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan
tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian
lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.0001:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam
tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-

kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas
dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
Kelas S1 : Sangat Sesuai. Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau
nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor
dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2 : Cukup Sesuai. Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini
akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input).
Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3 : Sesuai Marginal. Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor
pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk
mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya
bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
Kelas N Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat
dan/atau sulit diatasi. Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan.
Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan
karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor
pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi
perakaran (rc : rooting condition).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas
S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor
penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor kedalaman efektif tanah,
yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75
cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (50%) serta kesuburan tanah jenis ini tinggi (Rayes,
2006).

3.4 Macam Penggunaan Lahan (Yananda)
Taman Hutan Raya (TAHURA) Raden Soerjo Cangar merupakan kawasan hutan
yang terletak di Malang pada ketinggian kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut.
Daerah ini merupakan kawasan konservasi Dinas Kehutanan wilayah Batu yang masuk
kawasan Cagar Alam Arjuno Lali Jiwo dengan luas kawasan Tahura yaitu 27842 ha.
Penggunaan lahan yang ada di Tahura R. Soerjo antara lain hutan campur, kebun tanaman
semusim (sayur) dan semak/belukar. Hutan campur didominasi oleh tanaman bambu,
cemara gunung, dan pinus. Penggunaan lahan yang dominan berupa hutan campur
dengan luasan 16826 hektar, sedangkan kawasan semak/rumput relatif masih luas
dibanding yang lain yaitu 6969 hektar. Hutan cemara gunung seluas 1340 hektar.
Sedangkan untuk luas tanaman semusim dan hutan pinus relatif kecil yaitu sekitar 578 ha
dan 105 ha (Hairiah, 2010).
Berdasarkan kegiatan survei tanah dan evaluasi lahan yang dilakukan di Tahura R.
Soerjo, Cangar, Malang dengan tujuh titik pengamatan, terdapat perbedaan penggunaan
lahan pada beberapa titik. Penggunaan lahan pada titik pertama adalah semak dengan
jenis vegetasi yang dominan adalah rumput gajah. Pada titik kedua, penggunaan lahannya
adalah hutan dengan jenis vegetasi yang dominan adalah cemara. Titik ketiga memiliki
penggunaan lahan hutan dengan vegetasi yang dominan adalah cemara dan kaliandra.
Penggunaaan lahan pada titik keempat adalah hutan dengan vegetasi yang dominan
adalah cemara dan paitan. Pada titik kelima, penggunaan lahannya juga hutan dengan
vegetasi dominan cemara dan paitan. Titik keenam, dengan penggunaan lahan semak dan

vegetasi yang dominan adalah tanaman paitan. Penggunaan lahan pada titik ketujuh
adalah semak dengan vegetasi dominan rumput gajah.
3.5 Kondisi Sosial dan Ekonomi Kebun Percobaan Cangar
Kota Batu provinsi Jawa Timur terdiri atas 9 desa yaitu Bulukerto, Bumiaji, Giripurno,
Gunungsari, Pandanrejo, Punten, Sumbergondo, Tulungrejo, Sumber Brantas dengan total
luas wilayah 130,19 km2. Survei tanah dan evaluasi lahan dilakukan pada salah satu desa
tersebut yaitu di kebun percobaan Cangar di Dusun Cangar, Desa Sumberbrantas, Kecamatan
Bumi Aji, Kota Batu Malang. Pada daerah survei tersebut terletak di dalam kawasan taman
hutan raya R. Soeryo dimana di dalamnya juga terdapat bumi perkemahan dan pemandian air
panas Cangar. Pada kebun percobaan ini tidak sembarang masyarakat dapat memasuki hutan
dimana tempat tersebut merupakan daerah pengamatan survei dan evaluasi lahan. Akan tetapi,
untuk kegiatan penelitian diperbolehkan memasuki hutan tersebut dan dikenakan biaya
sebesar Rp 3000,-/orang. Mayoritas penduduk sekitar dusun cangar bermata pencaharian dari
kegiatan bertani dengan komoditas utamanya adalah wortel, kentang, apel. Petani di cangar
umumnya memiliki lahan yang luas yang dapat mencukupi kebutuhan masyarakatnya.
Berdasarkan Hasil Registrasi Penduduk akhir tahun 2002, jumlah penduduk kota Batu
tercatat sebesar 163.393 jiwa dengan tingkat kepadatan sebesar 806 jiwa/km. Berikut
merupakan tabel luas wilayah, penduduk dan kepadatan menurut kecamatan.
Tabel 2. Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan menurut Kecamatan
Kecamatan
Luas wilayah %
Penduduk
1. Batu
45,458
22,83
74.878
2. Junrejo
1.647
12,88
37.633
3. Bumiaji
127,979
64,28
50.882
Kota Batu
199,087
100,00
163.393
Sumber : Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2002

%
45,83
23,03
3,14
100,00

Kepadatan
1.647
1.467
398
821

Berdasarkan Hasil Registrasi Penduduk akhir tahun 2002, jumlah penduduk Kota Batu
berdasarkan mata pencahariannya yaitu:


Pegawai Negeri/TNI

: 12.379(jiwa)



pegawai perusahaan swasta

: 2.959 (jiwa)



pedagang/pengusaha

: 5.634 (jiwa)



petani/peternak

: 23.195 (jiwa)



lainnya

: 56.001(jiwa)

Kondisi perekonomian daerah kota Batu bersandar pada sektor perdagangan, hotel,
dan restoran sebagai penyangga sekitar 45% kegiatan ekonomi daerahnya. Keindahan alam
dan berbagai tempat tujuan wisata di sekitar Batu memang menjadi komoditas ekonomi yang
mampu menyedot pemasukan tersendiri. Sekitar 24 objek wisata resmi, mulai dari bumi
perkemahan, pemandian air dingin dan panas, agrowisata, hingga wisata dirhantaa
(paralayang) yang tersebar di tiga kecamatan di Kota Batu menghadirkan puluhan ribu
wisatawan local dan mancanegara setiap bulannya.

IV.IDENTIFIKASI JENIS TANAH DI LOKASI SURVEI
4.1 Morfologi Tanah Setiap SPT
Titik 1
Pada Minipid 1 terdiri dari 5 horizon yakni horizon A dengan kedalaman 1-31 cm
dengan warna 10 YR 3/2 memiliki tekstur liat berdebu, strukturnya granular konsistensi
lembabnya gembur, konsistensi basah lekat-agak plastis, memiliki pori halus banyak, sedang
sedikit, kasar sedikit dan perakarannya banyak halus. Horizon kedua yakni horizon B dengan
ukuran kedalaman 31-40 cm dengan warna 10 YR 2/2, yang memiliki tekstur lempung liat
berpasir, struktur granular, konsistensi lembabnya gembur, konsistensi basah lekat-agak
plastis, dengan pori halus sedikit, sedang banyak, kasar sedikitdan perakaran biasa halus.
Horizon ketiga yakni horizon Bw1 dengan kedalaman 40-51 cm dengan warna 7,5 YR 2,5/2
dengan tekstur lempung berliat, strukturnya granular, konsistensi basahnya gembur,
konsistensi lembabnya lekat-agak plastis, memiliki pori halus banyak, sedang sedikit, kasar
sedikit dan perakarannya sedikit halus. Horizon keempat Bw2 dengan kedalan 51-64 cm
dengan warna 10 YR 2/2 teksturnya pasir berlempung, strukturnya granular, konsistensinya
gembur, konsistensi basahnya agak lekat-tidak plastis, konsistensi lembabnya pori halus
banyak, sedang sedikit, kasar sedikit, dan perakarannya akar sedikit halus. Horizon terakhir E
dengan kedalaman 64-91 cm dengan warna 10 YR 3/6 dengan tekstur pasir berdebu, dengan
struktur granular, dengan konsistensi basahnya sangat gembur,konsistensi lembabnya agak
lekat-tidak plastis, memiliki pori halus banyak, pori sedang biasa, pori makro sedikit dan
perakarannya tidak ada.
Titik 2
Pada Minipid 2 terdiri dari 3 horizon yakni yang pertama adalah horizon A dengan
kedalan 0-30 cm dengan warna 10YR 2/2, memiliki tekstur lempung liat berpasir, strukturnya
remah, konsistensinya sangat gembur, agak lekat-agak plastis pori halus banyak,pori sedang
sedikit, pori kasar biasa dan perakarannya banyak halus. Horizon kedua yakni B dengan
kedalaman 30-44 cm dengan warna 7,5 YR 2,5/2 dengan tekstur lempung berliat, strukturnya
granuler, konsistensi basah gembur, konsistensi lembabnya agak lekat-agak plastis pori halus
banyak, memiliki pori sedang sedikit, pori kasar sedikit perakarannya sedikit halus. Horizon
ketiga yakni dengan warna Bw dengan kedalaman 44-90 cm 10 YR 2/1 memiliki tekstur
lempung berpasir, struktur granuler, konsistensi basah gembur, konsistensi lembabnya agak
lekat-agak plastis, pori sedang sedikit, pori kasar sedikit. pori halus banyak,perakarannya
sedikit halus.

Titik 3
Pada minipid terdiri dari 4 horizon yang pertama adalah horizon A dengan kedalaman
0-44 cm dengan warna 10 YR 2/2 dengan tekstur

liat berpasir, strukturnya granuler,

konsistensi lembabnya gembur, konsistensi basahnya agak lekat-agak plastis, memiliki pori
halus banyak, pori sedang biasa, pori kasar banyak dan perakarannya banyak halus. Horizon
kedua yakni horizon B dengan kedalaman 31-40 cm dengan warna 7,5 YR 2,5/2, dengan
tekstur lempung liat berpasir, strukturnya granuler, konsistensi lembabnya gembur,
konsistensi basahnya agak lekat-agak plastis, memiliki pori halus banyak, pori sedang biasa,
pori kasar banyak dan perakarannya banyak halus. Horizon ketiga yakni horizon Bw dengan
kedalaman 61-75 cm dengan warna 10 YR 2/1 teksturnya lempung berliat, strukturnya
granuler, konsistensi lembabnya gembur, konsistensi basahnya agak lekat-tidak plastis; akar
biasa halus, pori halus banyak, pori sedang biasa, pori kasar sedikit. Horizon terakhir yakni
horizon C dengan kedalaman 75-92 cm dengan warna 10YR 4/4 dengam tekstur lempung
berliat,yang masih mengalami perkembangan strukturnya gumpal bersudut konsistensi
lembabnya teguh, konsistensi basah agak lekat-tidak plastis, pori halus biasa, pori sedang
sedikit, pori kasar sedikit. perakarannya sedikit halus
Titik 4
Pada minipid 4 terdiri dari 6 horizon dengan horizon 1 yakni horizon A dengan warna
7,5 yr 1/3 dengan tekstur liat berdebu, struktunya remah, konsistensi lembab gembur,
konsistensi basah agak lekat dan plastispori halus banyak pori sedang biasa pori kasar banyak
dan perakarannya sedikit. Horizon kedua dengan naman horizon B dengan warna 10 YR 2/1
teksturnya lempung berliat, strukturnya remah, konsistensi lembabnya sangat gembur,
konsistensi basahnya sangat plastis, pori halus banyak; pori sedang biasa; pori kasar sedikit,
perakarannya biasa; .Pada horizon ketiga yakni horizon E dengan kedalaman dengan warna
7,5 yr 4/6 teksturnya pasir berlempung, strukturnya remah, konsistensi lembabnya gembur
,konsistensi basahnya agak lekat agak plastis, pori halus banyak,pori sedang biasa, pori kasar
biasa perakaran biasa. Horizon 4 dengan nama horizon Bw 1 dengan kedalaman dengan
warna 10 yr 2/2 teksturnya liat berpasir, strukturnya remah, konsistensi lembabnya sangat
gembur, konsistensi basahnya lekat agak plastis, pori halus banyak, pori sedang biasa, pori
kasar biasa, perakaran biasa; . Horizon kelima dengan nama horizon Bw 2 10 yr 2/1 dengan
kedalaman dengan warna teksturnya liat berdebu, strukturnya remah, konsistensi lembabnya
gembur, konsistensi basahnya agak lekat agak plastis, pori halus banyak; pori sedang sedikit;
pori kasar sedikit.

Horizon terakhir yakni horizon C dengan kedalaman dengan warna 10 yr 4/4 teksturnya
pasir, strukturnya gumpal membulat, konsistensi lembabnya teguh, konsistensi basahnya
tidak lekat tidak plastis, pori halus banyak, pori sedang sedikit, pori kasar sedikit.
Titik 5
Terdapat 4 horison pada titik 5 yaitu horizon A, B, Bw1, dan Bw2. Kedalaman horizon
A 1-23 cm. Pada horizon A warna tanahnya 10 YR 3/2, teksturnya lempung berliat, struktur
remah, konsistensi lembab gembur, kosistensi basah agak lekat-agak plastis, terdapat akar
banyak dan ukurannya halus, pori halusnya biasa, pori sedangnya banyak, dan pori kasarnya
biasa.
Horizon B memiliki kedalaman horizon 23-29 cm. Warna tanah 10 YR 2/2, teksturnya
lempung berpasir, strukturnya gumpal membulat, konsistensi lembab gembur, konsistensi
basah agak lekat-agak plastis, jumlah akar sedikit dengan ukuran halus, jumlah pori halus
banyak, pori sedang biasa, pori kasar sedikit.
Horizon Bw1 memiliki kedalaman 29-56 cm dengan warna 10 YR 3/4, dengan tekstur pasir,
struktur remah, konsistensi lembab gambur, konsistensi basah agak lekat-agak plastis, akar
sedikit halus, pori halus banyak, pori sedang biasa, pori kasar sedikit.
dan horizon Bw2 dengan kedalaman 47-90 cm, dengan warna 10 YR 4/4, tekstur lempung liat
berpasir dan struktur gumpal membulat, konsistensi lembab teguh, konsistensi basah agak
lekat-agak plastis, perakaran tidak ada pada horizon ini, pori halus banyak, pori sedang biasa,
pori kasar sedikit.
Titik 6
Terdapat 3 horizon pada titik 6 yaitu A, B, Bw1. Pada horizon A dengan kedalaman 023 cm memiliki warna 10 YR 2/2, tekstur debu, struktur remah konsistensi lembab sangat
gembur, konsistensi basah lekat-agak plastis, perakaran biasa halus, pori halus biasa, pori
sedang banyak dan pori kasar sedikit.
Horizon B memiliki kedalaman 23-29 cm dengan warna 10 YR 2/1, tekstur liat berdebu,
struktur remah, konsistensi lembab gembur, konsistensi basah lekat-agak plastis, akar sedang
halus, pori halus banyak, pori sedang biasa, pori kasar sedikit.

Horizon Bw1 memiliki kedalaman 29-56 cm, dengan warna 10 YR 3/4, tekstur lempung
berliat, struktur gumpal bersudut, konsistensi lembab teguh, konsistensi basah agak lekat-agak
plastis, tidak ada perakaran, pori halus banyak, pori sedang biasa, pori kasar sedikit.
Tititk 7
Terdapat 3 horizon pada titik 7 yaitu A, AB, Bw. Pada horizon A dengan kedalaman 0 31 cm memiliki warna 10 YR 3/2, bertekstur debu, strukturnya remah, konsistensi lembab
gembur, konsistensi basah agak lekat-agak plastis, akar banyak halus, pori halus biasa, pori
sedang biasa, pori kasar biasa.
Pada horizon AB dengan kedalaman 31-43 cm memiliki warna 10 YR 3/3, tekstur debu,
struktur remah, konsistensi lembab gembur, konsistensi basah agak lekat-agak plastis, akar
banyak halus, pori halus biasa, pori sedang sedikit, pori kasar banyak.
Horizon Bw dengan kedalaman 43-90 cm dengan warna 10 YR 2/2, tekstur debu, struktur
remah, konsistensi lembab gembur, konsistensi basah agak lekat-agak plastis, akarbiasa halus,
pori halus banyak, pori sedang biasa, dan pori kasarnya biasa.

4.2 Klasifikasi Tanah
Titik 1

Rezim

Ustik

Kelembaban
Tanah

Pada rezim kelembaban diperoleh Ustik dengan suhu tanah
rata-rata 22o c atau lebih tinggi

Rezim

Hipertermik

Suhu Tanah

Pada rezim suhu tanah diperoleh suhu tanah hipertemik sebesar
24o c

Epipedon

Umbrik
dengan warna value 3 dan chroma 2
memiliki kejenuhan basa rendah
bawah (me/100
g tanah)
2
pH H2O lapisan 5.8-7.0
bawah
Ketersediaan hara (n)
1
N-total lapisan
> sedang
bawah
2
P2O5 lapisan
> tinggi
bawah
3
K2O lapisan
> sangat
bawah
rendah
Bahaya Keracunan (x)
1
Salinitas lapisan 30
>40

S1
S1

S1
S1

6-15

16-25

>25
S3r

S3r

sedang

Agak
jelek,
jelek

Sangat
jelek

Titik 1 memiliki tanaman dominan rumput gajah. Klasifikasi kesesuaian lahan aktual
pada titik 1 termasuk pada ordo S (sesuai), kelas S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas
kondisi daerah perakaran yaitu pada kriteria tekstur lapisan olah. Lahan dengan kelas S2
memiliki pembatas agak berat untuk mempertahankan pengelolaan yang ada. Untuk kondisi
drainease kelas S2 dapat diperbaiki menjadi S1 dengan cara pengaturan pola drainase. Selain
itu, untuk kesesuaian tekstur lapisan olah tergolang pada tingkat kelas S3, di mana di daerah
hutan akan cukup sulit untuk memperbaiki tekstur lapisan atas.

Tabel Kesesuaian Lahan Titik 2, komoditas Cemara
Kriteria
Temperatur rata-

S1

Kelas Kesesuaian
S2
S3

Hasil
N

rata (0C)
Curah hujan rata

23-24

24-25

25-28