EKSISTENSI WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA KR

EKSISTENSI WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL
(Studi Pada Group Wayang Kulit Gema Rinjani H. Lalu Nasib AR)

Oleh
Ahmad Dimyati
NIM : 153.081.021

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2012

EKSISTENSI WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL
(Studi Pada Group Wayang Kulit Gema Rinjani H. Lalu Nasib AR)
Skripsi
diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
persaratan mencapai gelar sarjana Sosial Islam
Oleh
Ahmad Dimyati
NIM : 153.081.021


JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2012

PERSETUJUAN

Skripsi Ahmad Dimyati, NIM. 153 081 021, yang berjudul “Eksistensi
Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial (Studi pada group Wayang Kulit Gema
Rinjani H. L. Nasip AR)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk dimunaqasyah-kan. Di setujui pada tanggal, 27 Agustus 2012.

Di bawah bimbingan,
Pembimbing I

Abdul Wahid, M.Ag, M.Pd.
NIP: 197105061996031001

Pembimbing II


Dr. Fahrurrozi, MA
NIP: 197512312005011010

Hal : Munaqasah
Mataram, 27 Agustus 2012
Kepada
Yth. Rektor IAIN Mataram
diMataram
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan
pedoman skripsi, kami berpendapat bahwa Skripsi Ahmad Dimyati, NIM. 153 081
021, yang berjudul “Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik Sosial (Studi
pada group Wayang Kulit Gema Rinjani H. L. Nasip AR)” telah memenuhi syarat
untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah dan
Komunikasi IAIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I
Abdul Wahid, M.Ag, M.Pd.

NIP: 197105061996031001

Pembimbing II
Dr. Fahrurrozi, MA
NIP: 197512312005011010

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Ahmad Dimyati

NIM

: 153 081 021

Program studi

: Komunikasi Penyiaran Islam


Fakultas

: Dakwah dan Komunikasi

Intitusi

: IAIN Mataram

Dengan ini menyatakan bahwa SKRIPSI dengan judul “Eksistensi Wayang
Kulit Sebagai Media Kritik Sosial (Studi pada Wayang Kulit Gema Rinjani H. L.
Nasib AR)” ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri,
kecuali pada bagian yang dirujuk sumbernya.
Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap dianulir
gelar keserjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IAIN Mataram.

Matarm, 28 Agustus 2012
Saya yang menyatakan

Ahmad Dimyati

NIM:153 081 021

PENGESAHAN
Skripsi dengan judul ““Eksistensi Wayang Kulit Sebagai Media Kritik
Sosial (Studi pada group Wayang Kulit Gema Rinjani H. L. Nasib AR)” yang
diajukan oleh Ahmad Dimyati, NIM. 153 081 021., Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram telah
dimunaqasyahkan pada hari Senin, tanggal 11 September 2012 dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana Sosial Islam.

Dewan Munaqasah
1. Ketua Sidang/Pemb. I

Abdul Wahid, M.Ag, M.Pd.
NIP. 197105061996031001
Dr. Fahrurrozi, MA
NIP. 197512312005011010

2. Sekretaris Sidang/Pemb. II
Muhammad Sa’i, MA

NIP. 196812311999031007
3. Penguji I
Habib Alwi, M.Si
NIP. 1976123022009121002

4. Penguji II

Mengetahui
a.n. Plh. Dekan
Dr. H. Subhan Abdullan, MA
Nip. 195502181986031001

Motto
        
   
    
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya.


PERSEMBAHAN

Untuk
Keluargaku Tercinta (Inaq, Amaq daet Adek-adekku )

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, Pemelihara
seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis
mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana sosial di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri Mataram. Penulis
menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar
adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. H. Nashudin, M.Pd selaku rektor Institut Agama Islam Negeri
Mataram.
2. Drs. H. Hasan Mustafa, M.Ag, (Alm) selaku dekan FDK yang telah

membimbing segenap mahasiswa FDK dengan bijak. Semoga amal
ibadahnya diterima disisi yang Maha Kuasa, amin.
3. Dr. H. Subhan Abdullah, MA, selaku a.n Plh. Dekan FDK yang akan
mengayomi segenap jajaran dosen dan mahasiswa.
4. Abdul Wahid, M.Ag, M.Pd, selaku dosen pembimbing 1, yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing serta pengarahan terhadap
penulis.
5. Dr. Fahrurrozi, MA, selaku dosen pembimbing 2 yang senantiasa
memberikan motivasi dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan
penelitiannya.

6. Mamiq Nasib dan anggota sanggar Gema Rinjani yang telah menjadi
guru lapangan serta bantuannya dalam memberikan data-data yang
dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan penelitiannya.
7. Inaq (Aisyah), Amaq (Damrah), Heru, Ejik, dan semua keluarga,
terimakasih atas do’anya sehingga pendidikan penulis bisa berlangsung
sampai hari ini.
8. Temen-temen kelas, ada Zaki, Fahmi, Rahman, Riani, Hasan, Tiara,
Heni, Bang Yib, geng gatep dan semua teman-temanku di RCA,
terimakasih atas do’a sehingga penulis bisa ujian skripsi dan wisuda.

9. Sahabat saya, Lan terima kasih buat printernya Ok.
10.
Semua pihak yang telah banyak membantu saya dan tidak saya
sebutkan karena keterbatasan memori ingatan.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya.
Semoga karya penelitian tugas akhir ini dapat memberikan manfaat
dan kebaikan bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai
ibadah di hadapan Allah SWT. Amin.
Lombok Tengah, 17 September 2012
Penulis

Daftar Isi

Sampul depan ...................................................................................................
Judul ...............................................................................................................
Persetujuan pembimbing .................................................................................

iv


Nota dinas pembimbing ...................................................................................

v

Pernyataan keaslian skripsi ..............................................................................

vi

Pengesahan ......................................................................................................

vii

Motto ............................................................................................................... viii
Persembahan ....................................................................................................

x

Kata pengantar .................................................................................................


xi

Daftar isi ..........................................................................................................

xii

Abstrak .............................................................................................................

xiv

Bab I Pendahuluan ........................................................................................

1

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Kontek Penelitian .............................................................................
Fokus Penelitian ...............................................................................
Tujuan dan Manfaat ..........................................................................
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................
Telaah Pustaka ..................................................................................
Kerangka Teoritik .............................................................................
1. Media ..........................................................................................
a. Pengertian dan Fungsi Media ...............................................
b. Media Tradisional .................................................................

1
6
6
7
8
10
10
10
12

2. Wayang .......................................................................................
a. Pengertian dan Fungsi Wayang ............................................
b. Wayang dan Pelestariannya ..................................................
3. Kritik Sosial ................................................................................
G. Metodologi Penelitian ......................................................................
1. Pendekatan Penelitian ................................................................
2. Kehadiran Peneliti ......................................................................
3. Lokasi Penelitian ........................................................................
4. Sumber Data ...............................................................................
5. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................
a. Metode Observasi .................................................................
b. Metode Wawancara ..............................................................
c. Metode Dokumentasi ...........................................................
6. Teknik Analisis Data ..................................................................
7. Validitas Data .............................................................................

15
15
18
21
23
23
23
24
24
25
25
25
26
27
28

4. Bab II Paparan Data dan Temuan ..........................................

29

A. Wayang Sasak dan Lahirnya Sanggar Gema Rinjani ...................... 29
B. Eksistensi Wayang Kulit Gema Rinjani Sebagai Media
5........................................................................................................Kriti
k Sosial ............................................................................................ 33
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Wayang Kulit
6........................................................................................................Gem
a Rinjani Sebagai Media Kritik Sosial ............................................

51

7. Bab III Pembahasan .................................................................

60

A. Eksistensi Wayang Kulit Gema Rinjani Sebagai Media Kritik

8........................................................................................................Sosia
l ........................................................................................................ 60
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Wayang Kulit
9........................................................................................................Gem
a Rinjani Sebagai Media Kriti Sosial ..............................................

70

10. Bab IV Penutup ........................................................................

81

A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran-saran ......................................................................................

81
83

11.
12.

13.
ABSTRAK
14.
Wayang merupakan media komunikasi tradisional yang sudah lama

15.

dikenal masyarakat, keberadaannya menjadikan suatu hal yang menarik dan
menjadi pertanyaan bagi peneliti terkait keberadaannya di masyarakat sebagai
media yang berfungsi sebagai wahana kritik sosial, terhadap pola hidup
masyarakat keseharian turut diwayangkan dengan lakon yang mendidik dan lucu,
persaingan dengan media modern membuat penggiat media tradisional wayang
kulit Sasak dituntut untuk mempertahankan keberadaan kesenian dan budaya yang
sudah mendarah daging.
16.
Penelitian tentang keberadaan wayang kulit Gema Rinjani ini
dilakukan dengan

metode penelitian kualitatif, dengan menggunakan teknik

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Temuan yang dihasilkan berupa datadata yang mendukung untuk karya ilmiah yang berupa hasil observasi pentas,
berbagai data dari hasil wawancara objek penelitian beserta dokumentasi yang
berkaitan dengan keberadaan Wayang Kulit H. Lalu Nasib AR.
17.
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang dipaparkan,
sehingga bisa menjawab fokus penelitian, penelitian ini menyimpulkan bahwa
keberadaan wayang kulit sebagai mendia kritik sosial memberikan efek yang
positif bagi masyarakat ketika pesan-pesannya tentang berbagai kritik diterima
dengan baik, dalam penyampaian pesan tersebut memiliki berbagai faktor yang
dapat mendukung efektifnya komunikasi seperti kemampuan magis dalang,
kredibilitas komunikator, dan komunitas yang mendukung keberadaan wayang
kulit Gema Rinjani sebagai media kritik sosial.
18.
19.
Kata Kuci: Wayang, Media Komunikasi Tradisional, Kritik Sosial.
20.
21.

22.
23.
A.

BAB I

PENDAHULUAN

Konteks Penelitian
24.Masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua variabel
yaitu peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang keduanya saling
berkaitan dan saling mempengaruhi, sehingga didalamnya tindakantindakan, perilaku, tingkah laku sosial kehidupan manusia diwujudkan.1
25.Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai fonomena yang
menjadi penghias kehidupan berkelompok dan bertingkah laku di dalamnya,
seperti sifat keharmonisan, kejahatan, tata karma, norma-norma yang telah
disepakati, beserta masalah sosial dalam bermasyarakat.
26.Proses kehidupan bermasyarakat, tidaklah sama antara masyarakat
yang satu dengan masyarakat yang lain, dikarenakan perbedaan tingkat
perkembangan kebudayaan, sifat, keadaan masyarakat dan keadaan
lingkungan.2
27.Perbedaan kehidupan masyarakat inilah yang membuat masalah
sosial berbeda, tapi masalah sosial itu ini timbul sebagai akibat dari
hubungan dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah laku manusia
itu sendiri.
28.Sehingga masalah sosial merupakan suatu cara bertingkah laku
yang dapat dipandang sebagai tingkah laku dan pola kehidupan manusia
yang selalu membutuhkan satu dengan yang lainnya (mahluk sosial).
Masalah sosial juga sebagai tingkah laku yang menentang satu atau
beberapa norma yang telah disepakati bersama.
1 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar. Teori dan Konsep Ilmu Sosial (Bandung:
Rafika Aditama, 2001), h. 8
2 Ibid., h. 6

29.Manusia di sini yang menjadi subjek dari tatanan kehidupan
masyarakat yang selalu berubah-ubah, pola kehidupan masyarakat akan
membentuk tatanan sosial dan sekaligus menjadi ciri khas masyarakat yang
mendiami sebuah wilayah. Masyarakat akan terpola dengan system
kehidupan yang sudah terbentuk dari cara mereka hidup dan system
kebudayaan yang mereka anut, sehingga akan terbentuk norma, nilai dan
budaya.
30.Dari semua pola kehidupan masyarakat yang mereka jalani dalam
kehidupan sehari-hari akan terbentuk struktur masyarakat yang diharapkan
yaitu masyarakat yang madani yang selalu eksis dalam menjalankan budaya
yang mereka yakini, anut, dan yang mereka terapkan secara terus menerus,
karena kebudayaan adalah produk dari keseluruhan kegiatan sosial yang
dijalankan di tengah masyarakat dengan segala aktivitasnya.3
31.Kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Lombok yang
mayoritas menganut agama Islam, sangat kental dengan nuansa-nuansa
Islam yang mampu mengkombinasikan antara agama dan budaya
(singkretisme).
32.Napak tilas sejarah masuknya Islam di Indonesia, salah satunya
dengan metode perpaduan antara seni dan agama yang dahulunya diterapkan
salah satu dari Sembilan Wali Songo dalam menyampaikan materi
dakwahnya tentang Islam melalui media perwayangan, yang pada zaman itu
merupakan tradisi seni hindu.
33.Dengan kreatifitas para wali dan melakukan perombakan pada
fungsi wayang tanpa menghilangkan nuansa adat istiadat dan kebudayaan
3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di masyarakat. (Jakarta, Kencana Prenada Media Group,2007) hlm.
52

masyarakat setempat, perubahan itu dilakukan guna mempermudah
penyebaran informasi tentang ajaran agama yang efektiff.
34.Wayang dalam perkembangannya di era komunikasi dan informasi
pada saat sekarang ini berubah peran menjadi media komunikasi sosial,
khususnya dalam menyampaikan aspirasi masyarakat terkait dengan realita
sosial.
35.Dalam hal ini, seni pewayangan mendapatkan posisi signifikan di
tengah masyarakat Lombok yang heterogen. Wayang eksis dengan berbagai
macam cerita yang disampaikan oleh dalang, dalam setiap isi cerita
pewayangan hampir separuhnya menggambarkan realitas sosial masyarakat,
seperti keagamaan masyarakat, pendidikan, hiburan, informasi dan kritik
sosial.
36.Realitas inilah yang kemudian menjadikan wayang dalam salah
satu fungsinya sebagai sarana kritik sosial, menjadikannya media yang
sangat mudah dipahami karena dibawakan dengan bahasa-bahasa yang
akrab di masyarakat.
37.Munculnya berbagai macam seni hiburan yang disajikan oleh
media saat ini menjadi bagian dari pertarungan dari keberadaan kesenian
wayang kulit, karena media selalu berusaha untuk menghadirkan sesuatu
yang baru yang sesuai dengan tatanan dan realitas kehidupan masyarakat
pada saat itu, sehingga sering media pewayang dianggap sebagian
masyarakat kurang dinamis, kuno, dan kurang mengikuti perkembangan
modern serta selera penonton.4
38.Di satu sisi media dengan teori agenda setting mampu menyajikan
berbagai bentuk hiburan, maupun edukasi, serta keritik sosial untuk
4 Anak Agung Ngurah Sumantri, “Wayang Sebagai Media Pendidikan In Formal
Dan Non Formal”, Aksara Sriti, Aksara Seribu Tempat Ibadah, Edisi. 7 (Juni, 2011), h. 19

dipertontonkan kepada masyarakat, yang pada akhirnya apa yang dianggap
penting bagi media maka dianggap penting juga oleh masyarakat.5
39.Pada saat bersamaan masyarakat sekarang telah dimanjakan oleh
kesenian-kesenian pop dan hiburan murahan yang hanya memberikan,
mengutamakan kegembiraan sesaat dan kepuasan lahiriah, semua itu
dinikmati

tanpa

adanya

kedalaman

nilai-nilai,

norma-norma

yang

sebenarnya dapat meningkatkan kedewasaan kepribadian.6
40.Kemajuan media masa pada saat ini seperti yang dipaparkan di
atas, itu akan menjadi tantangan besar dari keberadaan wayang kulit yang
ada di gumi Sasak yakni pulau Lombok, karena dalan setiap industri media
masa, persaingan tidak bisa dihindarkan, keadaan ini menyebabkan media
masa sangatlah bergantung kepada khalayak atau penontonnya.
41.Jika suatu acara atau tayangan memiliki banyak penonton maka
tentunya acara tersebut akan selalu ditayangkan dan memiliki banyak
keuntungan dengan banyaknya keuntungan yang masuk, namun sebaliknya
jika acara tersebut tidak mempunyai penonton maka tidak ada satupun
lembaga atau stasiun televisi tidak akan mau menayangkan atau menanggap
acara tersebut.
42.Seni pewayangan dan budaya tradisional yang sudah lama kita
kenal dan menjadi sebuah kebanggaan, kini tidak banyak lagi dikenal dan
dimanfaatkan oleh masyarakat terkhusus generasi muda.7
43.Perlu diakui bahwa eksistensi seni pewayangan dan budaya
tradisional di Nusa Tenggara Barat mengalami kemunduran dari tengah

5 Burhan Bungin, Sosiologi…, h 285
6 Anak Agung Ngurah Sumantri, “Wayang Sebagai…., h. 20.
7 Kadri, “Optimalisasi Peran Kesenian Tradisional NTB Sebagai Media Komunikasi
Dan Pendidikan Sosial”, Aksara Sriti, Aksara Seribu Tempat Ibadah, Edisi. 7 (Juni, 2011),
h. 28.

masyarakat akibat pergeseran nilai-nilai kebutuhan setiap individu dan
masyarakat dalam berbagai hal termasuk dalam menikamati dan
mendapatkan hiburan.8
44. Kemerosotan dari keberadaan media tradisional termasuk wayang
Sasak juga dirasakan oleh Haji Lalu Nasib yaitu seorang dalang kondang
dari Lombok Barat Nusa Tenggara Barat, menyatakan bahwa masyarakat
akan meninggalkan kesenian wayang kulit untuk beberapa tahun
kedepannya.9
45.Tidak mudah untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan seni
tradisional wayang Sasak di tengah membanjirnya kesenian modern,
keadaan makin diperparah dengan kurangnya kepedulian dari masyarakat,
pemerhati, terlebih lagi oleh pemerintah untuk memperhatikan keadaan
kesenian daerah supaya bisa dilestarikan, sehingga tidak sedikit pelaku
kesenian tradisional yang masih mempertahankan keberadaannya dengan
cara yang menurut mereka mampu untuk mengembalikan fungsi-fungsi
yang mendasar dari kesenian tradisional tersebut.10
46.Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan terfokus pada “eksistensi wayang kulit sebagai media
kritik sosial (study pada group wayang kulit Gema Rinjani Haji Lalu Nasib
AR)”
B.

Fokus Penelitian
47.Berdasarkan kontek penelitian di atas, maka peneliti membatasi
fokus penelitian sebagai berikut:
8 Ibid.,
9 Lalu Nasib AR, Wawancara, Perigi, 27 Februari 2012.
10 Kadri, “Optimalisasi Peran…., h. 28

1. Bagaimana eksistensi wayang kulit Gema Rinjani sebagai media kritik
sosial ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi eksistensi wayang kulit gema
C.

rinjani sebagai media kritik sosial ?
Tujuan dan Manfaat
48.Berdasarkan fokus penelitian yang dijabarkan di atas maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui eksistensi wayang kulit Gema Rinjani sebagai media
kritik sosial
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi wayang
kulit Gema Rinjani sebagai media kritik sosial.
49. Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dijabarkan di atas maka
peneliti akan menguraikan manfaat dalam penelitian ini yaitu manfaat
secara teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
50.Adapun manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah sbb:
1) Menambah wawasan ilmu komunikasi khususnya tentang media
komunikasi tradisional.
2) Untuk menambah referensi peleliti berikutnya di bidang media
tradisional.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi group wayang Kulit Gema renjani, supaya menjadi motor
penggerak dalam menjaga seni kebudayaan daerah dan nasional
sehingga bisa dikembangkan dan dikenalkan di tengah masyarakat.
2) Bagi masyarakat, bisa menjadikan acuan untuk bisa menjaga
keberadaan seni media tradisional dan sekaligus menambah reprensi
keilmuan sesuai dengan judul yang dibahas.
3) Bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi supaya bisa menjalin
kerjasama dengan group wayang kulit Gema Rinjani pimpinan H. L

Nasib AR untuk lebih mengenalkan teori komunikasi kepada
D.

mahasiswa.
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
51.Seni tradisional yang sudah populer dikenal masyarakat biasanya
mampu menciptakan hubungan baik antara komunikator dan komunikan
(khalayak), misalnya melalui pertunjukan itu terdapat pertemuan langsung
antara keduanya dimana keduanya dapat bertukar ide dan gagasan untuk
dibawakan dalam acara tersebut.
52.Media massa modern saat ini belumlah cukup efektiff dalam
penyampaian informasi tanpa singkronisasi dengan media tradisional,
seperti halnya media tradisional akan sulit dikenal masyarakat tanpa media
sebagai wadah penyampaian pesan-pesan terhadap masyarakat banyak
termasuk kritik-kritik sosial maupun pemerintah.
53.Oleh karena itu ruang lingkup penelitian ini peneliti fokuskan
seperti yang telah dijabarkan di fokus penelitian dan setting penelitian ini
berlokasi di Dusun Perigi Gerung Selatan, dimana group Wayang Kulit

E.

Gema Rinjani eksis.
Telaah Pustaka
54.Telaah pustaka merupakan bahasan tentang penelitian terdahulu
yang terkait atau bahasan yang sejalan dengan penelitian yang akan diulas,
sehingga tujuan dari telaah pustaka ini adalah untuk menampilkan
perbedaan dan menghindari plagiatisme terhadap penelitian terdahulu.
55.Sri Haerani dalam penelitiannya “Peranan Wayang Kulit Sebagai
Media Pendidikan Islam Di Desa Gerung Kecamatan Lombok Barat” 11,
membahas sejarah dan asal usul seni pewayangaan di Lombok khususnya
wayang kulit Gema Rinjani. Penelitian Haerani ini fokus membahas tentang
11 Sri Haerani, “Peranan Wayang Kulit Sebagai Media Pendidikan Islam Di Desa
Gerung Kecamatan Lombok Barat” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 1999).

kegiatan wayang sebagai penyiaran agama Islam sehingga dalam
penelitiannya menemukan bahwa media wayang kulit ini mengandung
ajaran-ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan, seperti yang terungkap
melalui cerita-cerita yang ditampilkan pada waktu pegelaran dan
permainannya12.
56.Dalam penelitian ini sangat efektiff sebagai salah satu media
komunikasi langsung kepada masyarakat. Dijelaskan juga oleh Haerani
bahwa media pewayangan dapat juga memberikan santapan rohani yang
memberikan rasa nikmat, memberikan kesegaran jiwa dan meningkatkan
kesadaran budi bagi penggemar wayang tersebut. Karena wayang
merupakan sebuah pertunjukan yang multidimensional yang dapat dikatakan
mempunyai fungsi yang komunikatif, dimana dalam pegelarannya wayang
ini bisa melontarkan kritik langsung terhadap masyarakat, begitupun dari
pihak penonton bisa melakukan kritik dan keluhan kepada dalang yang
bertindak sebagai komunikator bila terjadi keteledoran dan kekeliruan
dalam menyampaikan pesannya.
57.Ini menunjukkan suatu hal komunikasi yang hidup dan
bersemangat dari kedua belah pihak dan menghasilkan umpan balik dalam
berkomunikasi yang baik karena diantara keduanya terjadi kontak langsung
antara penonton dan dalang.
58.Berbeda dengan penelitian Haerani, penelitian ini menjelaskan
tentang keberadaan wayang yang berfungsi sebagai media tradisional di
tengah masyarakat untuk mengkritik keadaan sosial baik itu dari segi moral,

12 Ibid., h. 81

agama, pemerintahan, dan kebiasaan sehari-hari di tengah masyarakat
Gerung khususnya dan Lombok pada umumnya.
59.Suci Murni dengan penelitiannya “Sastra Religius Sebagai Media
Dakwah (Sebuah Analisis Terhadap Karya Inayati “Atas Nama Cinta”)13,
Dalam penelitiannya peneliti mengulas dan menjabarkan kandungan dari isi
sastra tentang dakwah kontemporer yang kental, seperti halnya kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia untuk maju dan
berkembang pola pikirnya, sehingga dalam menghadapi dan berdakwah di
tengah masyarakat tidak terkesan kaku dan normatif.
60.Berbeda dengan penelitian yang peneliti

jelaskan

yaitu

pemanfaatan media komunikasi publik berupa pertunjukan wayang Sasak
untuk menyebarkan isi-isi dakwah dan beragam kritik sosial ketengah
F.

masyarakat.
Kerangka Teoritik
1. Media
a. Pengertian dan Fungsi Media
61.Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.14
62.Dalam teorinya Mc Luhan dalam Rahmat, Media merupakan
perluasan dari alat indra manusia seperti, media TV, Radio, pertunjukan
wayang, dan Drama. Dan diungkapkannya lagi secara operasional dan
fraktis, media adalah pesan, karena media membentuk dan mengendalikan
skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia.15

13 Suci Murni, “Sastra Religius Sebagai Media Dakwah: Sebuah Analysis Terhadap
Karya Inayati “Atas Nama Cinta” (skripsi IAIN Mataram, Mataram, 2005).
14 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grafindo Persada, 2007),
h. 123
15 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
h. 220

63.Oleh karena itu, dalam pengertian media adalah perantara untuk
menyampaikan pesan dari komunikator ke khalayak atau masyarakat yang
akan menerima dan memberikan tanggapan dari yang disampaikan.
64.Di samping pengertian media diatas terdapat juga fungsi dan peran
media di tengah masyarakat, seperti fungsi media menurut Lasswell dalam
Severin. Fungsi media yaitu sebagai: pengawasan (surveillance), korelasi
(correlation), penyampaian warisan sosial (transmission of the social
heritage), dan hiburan (entertainment).
1. Pengawasan (Surveillance), fungsi media ini memberikan kita
informasi dan menyediakan berita. dengan informasi yang kita
dapatkan dari media, kita lebih tanggap dalam menghadapi keadaan
di tengah masyarakat seperti keadaan ekonomi, publik dan keadaan
alam.16
2. Korelasi (Correlation), pada fungsi ini media menjadi seleksi dan
interpretasi informasi tentang lingkungan, sehingga bertujuan untuk
menjalankan norma sosial dan menjaga stabilitas masyarakat.17
3. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social
Heritage), suatu fungsi media di mana media menyampaikan
tradisi, warisan, norma dan nilai dari satu generasi ke gereasi
setelahnya.18 Sehingga dengan cara ini menjadikan kesatuan utuh di
tengah masyarakat.
4. Hiburan (Entertainment), sebagian besar yang terdapat di dalam
media adalah sebagai

hiburan semata, karena dengan fungsi

16 Severin & Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan Di Dalam
Media Massa (Jakarta: Pranada Media, 2005), h. 386
17 Ibid, h. 387
18 Ibid, h. 388

hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu santai dari masalah
atau kegiatan yang dilakukan setiap waktu.19
65.Dari keempat fungsi media yang telah dijabarkan, menunjukkan
bahwa media memberikan pengaruh dan peranan yang signifikan terhadap
kehidupan masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
b. Media Tradisional
66.Media tradisional merupakan media rakyat yang tumbuh dan
berkembang di tengah masyarakat, yaitu alat komunikasi yang sudah ada
di tengah masyarakat dan digunakan di suatu tempat (desa) sebelum
kebudayaannya tersentuh oleh teknologi dan dimanfaatkan sampai
sekarang.20
67.Media tradisional adalah sebagai bentuk-bentuk (gabungan pesan)
verbal, gerakan, lisan, nonverbal dan visal yang dikenal dan diakrabi
masyrakat, diterima oleh mereka dan dipertunjukkan dengan masksud
menghibur, menjelaskan, mendidik dan memberikan informasi berupa
kritik.21
68.Dari

pengertian media tradisional yang telah dijabarkan, bisa

memberikan pandagan bahwa media tradisoanal adalah suatu identitas dan
perekat sosial antara masyarakat .
69.Di tengah era tekhnologi, berbagai macam informasi sudah
berkembang sedemikian rupa menggunakan tekhnologi yang begitu
canggih, sehingga informasi yang dibutuhkan masyarakat bisa dinikmati
dalam hitungan detik. Hal ini menunjukkan persaingan dalam hal

19 Ibid, h. 388
20 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007),
h. 114

21 http://www.google.co.id/media tradisional/selasa, diambil tanggal 17 januari
2012, pukul 19.34 wita.

informasi yang memanfaatkan media (Modern) untuk penyampaian pesan
terhadap masyarakat.
70. Sekalipun media massa modern di Indonesia sekarang
berkembang pesat, media tradisional tetap tidaklah kalah keberadaannya di
tengah masyarakat dalam menyampaikan informasi ke tengah masyarakat
karena media tradisional merupakan komunikasi sosial yang tidak akan
terpisahkan dari kehidupan manusia.
71.Oleh karena itu, media tradisional juga sebagai media hiburan dan
penyebarluasan informasi publik, karena alur cerita dalam kesenian rakyat
tersebut biasanya disampaikan dalam bahasa lokal dan menyatu dengan
masyarakat setempat, sehingga dapat dimengerti dan cepat dicerna oleh
masyarakat.
72.Tetapi Tantangan yang dihadapi dalam menghadirkan media
tradisional adalah bagaimana menempatkannya di antara tatanan
masyarakat. Hal ini penting, karena keberadaan media tradisional tidak
dapat dilepaskan dari masyarakat/komunitas budaya pendukungnya. Tanpa
adanya dukungan warga, keberadaan media tradisional tidak ada artinya.
Sehingga ciri dari setiap media tradisional adalah partisipasi warga,
melalui keterlibatan fisik atau psikis.
73.Ada beberapa kelebihan dari media tradisional dibandingkan
dengan media lain, diantaranya :
1) Media tradisional tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga
dianggap

sebagai

bagian

dari

kehidupan

masyarakat

desa.

Contohnya dalam teater masyarakat, ketoprak dan wayang.22

22 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007),
h. 116

2) Media tradisional bisa dinikmati semua lapisan masyarakat, tidak
seperti media rakyat atau media massa yang harus membutuhkan
pengetahuan pendidikan tertentu.23
3) Media tradisional sifatnya lebih menghibur sehingga lebih cepat
mempengaruhi sikap masyarakat, sehingga dalam hiburan itu bisa
dieselipkan informasi-informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.24
74.Namun dengan begitu, biarpun media tradisional memiliki
kelebihan-kelebihan tersendiri dalam menempatkan keberadaannya di
tengah masyarakat, tetapi media tradisional ini terbentur hambatan dalam
pengembangannya.25
75.Pertama, dengan perkembangan tingkat perkembangan masyarakat
yang

kian

dipengaruhi

media

massa,

sehingga

menyebabkan

keeksistensian media tradisional terancam. Contohnnya dikalangan muda
kurang meminati untuk mempelajari media tradisional tersebut untuk
diwarisi.
76.Kedua,

peran pemerintah dalam hal ini sangatlah minim

perhatiannya, padahal media tradisional bisa dimanfaatkan sebagai
penyuluhan pembangunan dan penyebaran informasi bagi masyarakat
pedesaan dan wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh media modern.
77. Ketiga, peran media massa (elektronik) kurang meminati media
tradisional untuk diekspos. Padahal dengan penyebaran informasi,
pemberitaan ini bisa menjadi sarana untuk menjaga kelangsungnnya.26
78.Melihat fungsi, kelebihan dan hambatan dari media tradisional
tersebut yang sedemikian mempengaruhi kehidupan masyarakat, media
23 Ibid, h. 116
24 Ibid, h. 117
25 Ibid, h.117
26 Ibid, h. 117

tradisional jelas bisa dimanfaatkan secara efektiff sebagai media sarana
komunikasi dan infromasi yang handal di tengah pengaruh media massa
modern.
2. Wayang
a. Pengertian dan Fungsi Wayang
79.
Wayang merupakan warisan kekayaan budaya sejak zaman
nenek moyang bangsa Indonesia. Sehingga Wayang adalah salah satu
unsur kebudayaan Indonesia yang mengandung nilai seni, pendidikan
dan nilai pengetahuan yang tinggi dan benar-benar sangat bernilai untuk
di pelajari dengan sebisa dan sedalam-dalamnya.27
80.
Kata ‘wayang’ yang awalnya berasal

dari

kata

‘wewayangan’, yang diartikan bayangan.28 Wayang berarti bayangan.29
Wayang juga diartikan seperti yang diungkapkan Nederlands Inie Land
Valk Geschie Denis En Bestuur Bedijr En Samenleving (dalam
Mertosodono) mengatakan bahwa wayang adalah suatu permainan
bayangan pada kelir yang dibentangkan.30
81.
Pengertian wayang yang telah dijabarkan bisa peneliti
simpulkan bahwa wayang merupakan bayangan dari sebuah lukisan dari
kulit yang diukir seperti perumpamaan manusia yang dimainkan dari
balik kelir oleh sang dalang.
82.
Dalam filosofinya unsur-unsur yang terdapat dalam kelir
mempunyai makna yang mendasar dalam kehidupan manusia, seperti
27 Sri Haerani, “Peranan Wayang Kulit Sebagai Media Pendidikan Islam Di Desa
Gerung Kecamatan Lombok Barat” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 1999). h. 28
28 Anak Agung Ngurah Sumantri, “Wayang Sebagai Media Pendidikan In Formal
dan Non Formal”, Aksara Sriti Jurnal BPPNFI Regional VII Matarm, Edisi 7,(Juni, 2011),
h. 15
29 Woro Aryandini, Wayang Dan Lingkungan (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
2002), h.46
30 Amir Mertosedono, Sejarah Wayang: Asal Usul, Jenis dan Cirinya (Semarang:
Dahara Prize, 1994), h. 31

yang diungkapkan Lalu Nasib, dalang wayang kulit Gema Rinjani
Gerung menjelaskan bahwa kelir wayang itu putih dan dikelilingi warna
hitam, dibawah hitam, diatas hitam, disamping hitam itu menandakan
dunia ini bulat, diatas menandakan udara dan alam, dibawah
menandakan bumi tempat berpijak manusia. Pada saat layar kosong,
lampu menerangi sehingga terlihat seperti matahari subuh, setelah itu
turunlah dua Kayon yaitu gunungan kiri dan kanan, keduanya ini
diibaratkan Jayangrana dan Dewi Munyarim. Keadaan seperti itu
menggambarkan pada saat bumi itu kosong turunlah Adam dan Hawa,
ketika keduanya pergi maka pergilah yang lain-lain.
83.
Disamping dari pengertian wayang tersebut, wayang jung
memiliki fungsi tersendiri di tengah masyarakat. Fungsi wayang
tersebut seperti yang ditulis skripsi Sri Haerani (dalam Sri Mulyono,
1976) meliputi:
a. Sebagai Sebuah Hiburan
84. Dalam fungsinya wayang sangat digemari masyarakat
sebagai media hiburan karena pertunjukan wayang di samping
relative murah juga bisa dijangkau setiap kalangan.
b. Sebagai sebuah nilai seni
85. Dalam fungsinya sebagai sebuah nilai seni, nilai seni
merupakan unsur yang dominan dan merupakan nilai yang
dilamnya terkandung seni ukir, seni lukis, seni tari, seni swara dan
banyak lagi. Semua itu merupakan nilai pendukung dari
pedalangan wayang.
c. Pendidikan dan Penerangan
86. Pesan yang berupa kritik, petuah, nasehat, pendidikan,
semua ini terangkum dalam pesan yang disampaikan pada saat

pertunjukan. Dari pesan itu kemudian dijelaskan sehingga
dimengerti masyarakat dengan kata-kata yang sederhana.
d. Sebagai Ilmu Pengetahuan
87. Wayang sebagai ilmu pengetahuan karena wayang bisa
dijadikan sebagai objek penelitian. Seperti peneliti-peneliti yang
sudah terkenal, Dr. Hazeu dari Barat, Sri Mulyono dan banyak lagi
peneliti yang lain yang memfokuskan penelitiannya tentang
wayang.
e. Di dalamnya terkandung nilai Filsafat, Simbolik dan Rohani.
88. Intisari dari pewayangan ini melambangkan suatu
perbubatan yang bersifat tasawuf atau di dalamnya melambangkan
nilai suatu perjuangan hidup kearah kesempurnaan.31
89.

Dari fungsi yang telah dijabarkan diatas, menunjukkan

bahwa wayang merupakan ilmu yang multidimensional karena
menunjukkan kesatuan yang utuh dan saling mendukung antar fungsi
satu dengan yang lain dalam menyampaikan sebuah pesan ke
masyarakat.
b.

Wayang dan Pelestariannya
90.
Hampir setiap anak-anak di Indonesia mengenal tokohtokoh kartun kesenangan mereka, seperti Satria Baja Hitam, Superman,
Batman, Spongebob dan bayak lagi tokoh-tokok produk dari film-film
barat. Hal ini disebabkan promosi dari tokoh-tokoh mereka begitu
gencar disiarkan, kita liyat hampir setiap acara di chanel televisi yang
ditayangkan sebagian besar film-film impor. Tidak cukup dengan itu,
pengaruh tokoh-tokoh barat juga dipromosikan lewat pakaian, maenan

31 Sri Haerani, “Peranan Wayang Kulit Sebagai Media Pendidikan Islam Di Desa
Gerung Kecamatan Lombok Barat” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 1999). h. 34-35

anak-anak,

buku-buku,

sepatu

dan

banyak

lagi,

semua

ini

mempengaruhi pandangan anak-anak Indonesia lebih mengenal baik
tokoh-tokoh barat tersebut.
91.
Dengan demikian, menyebabkan anak-anak umuran kanakkanak sudah menghayalkan dirinya seperti tokoh-tokoh yang mereka
idolakan Besarnya pengaruh promosi barat terhadap tokoh-tokoh
filmnya membuat anak-anak tidak pernah menghayakan diri menjadi
tokoh yang ada di Indonesia seperti Gatot Kaca, Arjuna, Rahwana dan
punakawan (Tokoh dalam pewayangan).32
92.
Maka, tidak heran generasi muda Indonesia dengan
sendirinya tidak mengenal dan melupakan kebudayaan asli Indonesia.
Banyak hal yang masih perlu diperhatikan dalam melestarikan budaya
sendri (Dunia Pewayangan) seperti

wayang Indonesia kurang

memasyarakat Hal ini disebabkan media komunikasi yang ada di
Indonesia kurang berminat mempromosikan budaya asli daerah,
sehingga hal ini menyebabkan pewayangan kurang dikenal masyarakat
luas..33
93.

Disamping

itu

pemerintah

daerah

pun

kurang

memanfaatkan media tradisional wayang dalam berbagai perayaan
tertentu. Padahal lewat acara-acara tersebut bisa lebih mengenalkan
budaya asli daerah termasuk mensosialisasikannya ke masyarakat yang
lebih luas.
94.
Di tinjau dari segi pendidikan pun, masih minim minat
pelajar maupun mahasiswa untuk mencari tahu tentag budaya
32 Kanti Waluyo, Dunia Wayang: Nilai Estetis,Sakralitas & Ajaran Hidup
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 158
33 Ibid, h.163

tradisional teramsuk wayang, apalagi mendalami dan mempelajari lebih
lanjut tentang wayang tersebut. Hal ini di sebabkan masyarakat
Indonesia belum menghargai seni budaya itu.34
95.
Karena pengembangan wayang atau budaya tradisional
lainnya tergantung dari masyarakatnya. Jika masyarakat gemar
menonton pegelaran wayang dan mengambil perlarajaran dari pegelaran
tersebut, maka masyarakaat dengan sendirinya akan mengidolakan
tokoh-tokohnya, tetapi bila masyarakat atau anak-anak lebih sering dan
lebih menyukai tokoh-tokoh dan film buatan barat, maka masyarakat
tersebut akan berhayal menjadi seperti mereka.
96.
Usaha-usaha dalam pelestarikan wayang sebagi budaya
yang dikenal dan di jadikan komunikasi masyarakat, tidaklah begitu
mudah di aplikasikan di tengah masyarakat, tapi dengan upaya-upaya
yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mengenalkan
wayang terhadap masyarakat bisa memberikan manfaat berarti bagi
kelestarian budaya asli daerah, seperti:
97.
Pertama, membuat buku, komik, buku-buku cerita wayang
seperti buku dan komik Gatot Kaca yang sudah ada.35
98.
Kedua, sebisa mungkin membuat film kartun atau animasi
tentang wayang yang sifatnya lucu tapi mendidik, seperti film-film
yang gencar diproduksi orang barat.36
99.
Ketiga, pemerintah daerah harus lebih giat memanfaatkan
media wayang sebagai sarana pengenalan program-program pemerintah
terhadap masyarakat.37
34
35
36
37

Ibid, h.164
Ibid, h.162
Ibid, h.162
Ibid, h.162

100.

Keempat, melalui media elektronik (Radio, Tv, Internet)

siaran wayang ditingkatkan dengan program-program yang bervariasi
berbagai macan tema yang berkembang di tengah masyarakat.38
101.

Dari empat hal yang dijelaskan diatas, bila diaplikasikan

dengan baik, maka dengan sendirinya masyarakat akan mengenal dunia
wayang itu seperti apa, termasuk mengetahi budaya-budaya asli daerah
yang ada. Sehingga pelestarian wayang di tengah masyarakat akan
terwujud.
3. Kritik Sosial
102.
Perubahan-perubahan kecil yang dihasilkan dari efek media
merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktru sosial yang
tidak memberikan pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat pada
waktu itu, seperti memulihkan kelakuan sehari-hari, perubahan gaya hidup
yang dipengaruhi tren.39
103.
Perubahan-perubahan terhadap masyarkat bisa datang dari
hal-hal kecil yang dilakukan sebagian orang atau media modern maupun
media tradisional. Perubahan yang dihasilkan atas dasar pesan yang
dikomunikasikan seperti perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,
pola-pola perilaku masyarakat, semua terlahir dari komunikasi yang
bersifat kritikan yang membangun dan memberi perubahan terhadap
konstruksi masyarakat.40
104.
Disini Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi
dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap
38 Ibid, h.162
39 Soerjono Soekanto,
Persada,2007), h. 269
40 Ibid, h. 259

Sosiologi

Suatu

Pengantar

(Jakarta:RajaGrafindo

jalannya suatu system sosial atau proses bermasyarakat. kritik sosial
merupakan frase yang terdiri dari dua kata yaitu kritik dan sosial. Adapun
yang dimaksud dengan kritik adalah suatu tanggapan atau kecaman yang
kadang-kadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik maupun
burukya suatu hasil karya, pendapat, dan gaya hidup. Sedangkan sosial
sekumpulan orang yang hidup bersama dalam situasi yang lama dan diikat
dengan nilai-nilai yang dianut.
105.
Kritik sosial juga dapat didifinisikan suatu aktifitas yang
berhubungan

dengan

penilaian,

perbandingan,

dan

pengungkapan

mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai
yang dianut ataupun nilai-nilai yang dijadikan pedoman. Hal ini untuk
penilaian atau pengujian keadaaan masyarakat pada suatu saat.
106.
Dengan kata lain dapat dikatakan, kritik sosial berfungsi
sebagai tindakan untuk membandingkan serta mengamati secara teliti dan
melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas
suatu masyarakat.
107.
Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan olehsiapapun
termasuk sastrawan dan kritik sosial merupakan suatu variabelpenting
G.

dalam memelihara system sosial yang ada.41
Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
108.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
41 Pradipta Ardi Nugraha, “karya ilmiah”, dalam http://www.scribd.com/
doc/76832072/karya ilmiah, diambil tanggal 10.02.2012 11.43 am

oleh subjek penelitian, misalnya keadaan masyarakat, perilaku, persepsi,
motivasi dan tindakan yang dilakukan seorang tokoh dan inividu yang
berpengaruh.42
109.
Dengan menggunakan jenis penelitian ini, peneliti lebih
mudah berhadapan dengan masyarakat banyak dan berhubungan
langsung antara peneliti dan yang diteliti.
2. Kehadiran Peneliti
110.

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan data valid yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif dan
memudahkan mendapatkan data dari imforman dalam penelitian,
termasuk untuk mendapatkan kajian-kajian yang terjadi pada saat
melakukan observasi.
111. Dalam hal ini peneliti membutuhkan data tentang masalah
yang difokuskan dalam fokus penelitian dengan menggunakan beberapa
metode yakni metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
3. Lokasi Penelitian
112.

Lokasi penelitian ini adalah di Dusun Pergi Desa Gerung

Selatan, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, karena di desa tersebut
terdapat kesenian Wayang Kulit yang bernama Wayang Kulit Gema
Rinjani asuhan Ki Lalu Nasib AR. Lokasi penelitian lainnya bertempat
dimana wayang Gema Rinjani menggelar pentas.
4. Sumber Data

42 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
Rosdakarya ,2006), h. 6.

( Bandung: PT Remaja

113.

Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini

diperoleh melalui dua sumber, yakni lapangan dan dokumen.43 Seperti
halnya data lapangan disini data diperoleh dari H. L Nasib AR yang
merupakan dalang wayang Kulit Gema Rinjani beserta anggotanya, dan
data yang pendukung lainnya dari dokumen yang berbentuk arsip-arsip
penting, penghargaan, naskah pewayangan yang dimiliki Lalu Nasib dan
anggotanya, rekaman tentang masalah yang ditanyakan dari Lalu Nasib,
anggota dan masyarakat, video wayang saat pentas di tiga tempat yaitu di
Ekas Kecamatan Lombok Timur, Taman Sangkareang dan di Meninting
Kecamatan Lombok Barat termasuk pengamatan pentas tersebut.
114.
115.
5. Prosedur Pengumpulan data
116.

Prosedur pengumpulan data merupakan salah satu hal yang

sangat penting bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh
benar-benar sesuai dengan judul yang ditentukan. Teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara,
angket, dokumentasi dan gabungan dari keempatnya.44 Dalam penelitian
ini peneliti gunakan adalah:
a. Metode Observasi
117. Dalam hal ini, peneliti berusaha mengamati aktivitas group
Wayang Kulit Gema Rinjani dan masyarakat setempat sebagai objek
penelitian.
43 Saebani, Metodologi Penelitian (Bandung: Pustaka Setia). H.93
44 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kualitatif,
dan R&D (Bandung: Alfabeda, 2006), h. 193.

118. Proses pengamatan ini bersifat pengamatan yang tidak
terstruktur yaitu proses pengamatan yang disesuaikan dengan keadaan
peneliti, hal ini dilakukan dengan mengamati obyek penelitian secara
langsung dan mendiskripsikan keadaan secara detail..45
b. Metode Wawancara
119. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti sehingga dalam proses wawancara,
wawancara dapat dialukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat pula dilaukan melalui tatap muka maupun dengan
menggunakan telepon.46
120. Dalam proses wawancara untuk mendapatkan data, peneliti
melakukan wawancara terhadap H.Lalu Nasib yang sebagai dalang
wayang kulit Gema Rinjani, Kepala Desa Gerung Selatan yang
sebagai pembina kegiatan masyarkat, Kepala Desa Gerung Utara, Lalu
Anggar sebagai anggota Pemerhati budaya dan kesenian Gerung,
tokoh agama setempat, tujuh warga Gerung dan penonton saat
menonton pentas wayang di tiga daerah berbeda.
121. Peneliti sendiri menggunakan teknik wawancara yang
bersifat wawancara tidak beraturan tapi terkonsep, cara ini bertujuan
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan leluasa
dalam memperoleh data tentang keberadaan wayang sebagai media
kritik sosial beserta faktor-faktor yang mendasarinya sehingga tetapi
45 Ibid,. h. 205.
46 ibid, hlm 194

bertahan sampai sekarang, dimana pihak yang diajak wawancara
diminta penjelasannya, seperti cerita tentang keaadaan group,
bagaimana program pentasnya, termasuk saran dan harapannya untuk
media tradisional sebagai komunikasi masyarakat supaya tetap
diminati.
c. Metode Dokumentasi
122. Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai
hal-hal yang variabelnya berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah,

prasasti,

notulen,

rapat,

sebagainya.47
123. Dokumen-dokumen

yang

lengger,

agenda

didapatkan

dan

dalam

lain

proses

penelitian merupakan sumber data sekunder yang bisa digunakan
dalam prosedur pengumpulan data penelitian.
6. Teknik Analisis Data
124.

Analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan
dasar, dikarenakan data tersebut masih bersifat bertebaran, sehingga
peneliti diwajibkan mengklasifikasikan ke dalam kategori tertentu untuk
mendapatkan pemaknaan terhadap data.48
125. Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari
berbagai sumber di lapangan, seperti dengan wawancara, observasi,
dokumentasi, dan data lain yang bersangkutan dengan penelitian. Oleh

47 Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta,
PT. Rineka Cipta, 2006) hlm. 231
48 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006),
h. 196.

karena itu, hasil penelitian yang peneliti analisis bisa mudah dipahami,
diinformasikan terhadap orang lain dan data dengan bisa menJawab
pertanyaan dari rumusan masalah dan menarik kesimpulan dalam
penelitian ini.
126.
127.
128.
129.
7.

Validitas Data
130.

Validitas data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman seJawat, analisis kasus negative, dan member cek.49
131. Validitas data dilakukan agar memperoleh

Dokumen yang terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-BC MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT (BGA) 15/20 SEBAGAI BAHAN KOMPOSISI CAMPURAN AGREGAT HALUS

14 283 23

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18