ASAL USUL dan SUKU DANI

ASAL USUL SUKU DANI
Di pegunungan tengah Irian Jaya, terletak sebuah lembah besar dengan panjang
72km dan lebar 16-31km, dihuni oleh prajurit dan petani neolitik. Inilah tempat asal usul
Suku Dani dan suku-suku sub lain seperti Yali dan Lani dengan budaya mereka yang sangat
kompleks dan primitif, yang masih terlihat seperti "zaman batu". Lembah Baliem terletak di
Kabupaten Wamena, Irian Jaya, yang dikenal sebagai rumah dari suku asli Papua. Suku Dani
Papua pertama kali diketahui di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang
lalu.1
Nama Dani sendiri sebenarnya bermakna orang asing, yaitu berasal dari kata Ndani,
tapi karena ada perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani saja. Suku Dani yang mendiami
wilayah Lembah Baliem dan sekitarnya diperkirakan merupakan suku yang berasal dari
wilayah Timur Lembah Baliem atau dikenal dengan nama daerah Yali (pada saat ini masuk
dalam kabupaten Yalimo dan Kabupaten Yahokimo). Sehingga berdasarkan cerita rakyat yang
sering dibicakan oleh orang tua bahwa nenek moyang suku dani berasal dari orang Yali.
Mitos menceritakan bahwa orang pertama atau manusia pertama suku Dani bernama Pumpa
(Pria) dan Nali-nali (Wanita) yang masuk ke Lembah Baliem dari arah timur melalui sebuah
goa. Ada beberapa sumber yang mengatakan goa pertama tempat keluarnya manusia pertama
ini berasal dari Goa Kali Huam (Daerah Siepkosy), ada pula yang mengatakan dari goa di
Daerah Pugima dan sebagian mengatakan bahwa keluarnya manusia pertama suku dani ini
berasal dari dari pintu masuk angin di daerah Kurima.2
Kurangnya penelitian agak menyulitkan diambilnya suatu keputusan asal-usul Suku

Dani, keberadaan pulau Papua sendiri baru ditemukan pada tahun 1511 oleh bangsa portugis
dalam perjalananya mencari rempah-rempah. Kemudian pada tahun 1935 penyidik
asal Amerika Serikat yang bernama Richard Archold anggota timnya adalah orang pertama
yang mengadakan kontak dengan penduduk asli yang belum pernah mengadakan kontak
dengan negara lain sebelumnya. Setelahnya banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman
Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah Ekspedisi Lorentz pada
tahun 1909-1910 (Belanda), tetapi mereka tidak beroperasi di Lembah Baliem. Akhirnya
suku Dani ditemukan Lourentz di tahun 1954 pada saat melakukan ekspedisi ke G.Trikora.
Sampai dengan saat ini diperkirakan Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem
1 http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/suku-dani-lembah-baliempapua_31.html(diakses 25 maret 2013)
2 http://wwwandreirawan.blogspot.com/2012/05/makalah-kebudayaanpapua.html(diakses 25 maret 2013)

merupakan Generasi ke-5 Suku Dani, bila ditarik dari cerita-cerita peradapan Nenek Moyang
Suku Dani. Dengan Perkembangan Teknologi yang sangat pesat, dimana peradaban Suku
Dani yang kala itu diketahui bahwa penduduk Suku Dani adalah para petani yang terampil
dengan menggunakan kapak batu, alat pengikis, pisau yang terbuat dari tulang binatang,
bambu atau tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa dibawa ke para misionaris yang
membangun pusat Misi Protestan di Hetegima sekitar tahun 1955. Kemudian setelah bangsa
Belanda mendirikan kota Wamena maka agama Katholik mulai berdatangan. Pengaruh eropa
ini membawa suku dani yang terjebak pada zaman batu yang dihadapkan pada peradaban

kehidupan modern, langsung melewati beberapa tahapan peradapan tentunya menjadi sebuah
ancaman serius bagi Suku Dani dalam peradapan suku yang semakin melupakan Budayanya
ini.3
Suku Dani bertempat di Kabupaten Jayawijaya yang letak geografisnya terletak antara
30.20 sampai 50.20′ Lintang Selatan serta 1370.19′ sampai 141 Bujur Timur. Batas-batas
daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut: sebelah utara dengan Kabupaten
Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, sebelah barat dengan Kabupaten Paniai, sebelah
selatan dengan Kabupaten Merauke dan sebelah timur dengan perbatasan negara Papua New
Guinea.
Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari gunung-gunung yang tinggi dan lembahlembah yang luas. Diantara puncak-puncak gunung yang ada beberapa diantaranya selalu
tertutup salju misalnya Pucak Trikora 4750m, Puncak Yamin 4595m dan Puncak Mandala
4760m. Tanah pada umumnya terdiri dari batu kapur atau gamping dan granit terdapat di
daerah pegunungan, sedangkan di sekeliling lembah merupakan percampuran antara endapan
lumpur, tanah liat, dan lempung.
Suku Dani menempati daerah yang beriklim tropis basah karena dipengaruhi oleh
letak ketinggian dari permukaan laut, temperatur udara bervariasi antara 80-200 Celcius, suhu
rata-rata 17,50 Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun, tingkat kelembaban diatas
80%, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan
terendah 2,5 knot.4
1.


Wujud Kebudayaan

3 http://agusputrabaliem.wordpress.com/2012/06/29/budaya-suku-dani-wamena-papua/
(diakses 25 maret 2013)
4 http://dwimulyotourism.blogspot.com/2012/04/latar-belakang-kebudayaan-sukudani.html(diakses 25 maret 2013)



Sistem Ekonomi Kebudayaan Suku Dani
Sistem ekonomi nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses

perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian
Jaya. Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat pra-agraris yaitu baru
mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang berkesinambungan
dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat sederhana tadi berkembang
menjadi suatu sistem perkebunan ubi jalar, seperti sekarang yang menjadikan mata
pencaharian pokok Suku Dani. Ubi jalar adalah tanaman utama di kebun-kebun mereka.
Tanaman-tanaman mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau. 5


Kebun-kebun milik suku Dani ada tiga jenis, yaitu:
1) Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap
2) Kebun-kebun di lereng gunung
3) Kebun-kebun yang berada di antara dua uma
Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa kelompok
kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai, gunung, atau jurang.
Dalam mengerjakan kebun, masyarakat Suku Dani masih menggunakan peralatan sederhana
seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak batu.
Selain berkebun, mata pencaharian Suku Dani adalah beternak babi. Babi dipelihara
dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang babi berupa
bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama dengan hunu.
Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki ketinggian sekitar 1,25 m
dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
kayu bakar dan alat-alat berkebun. Bagi suku Dani babi berguna untuk:

1) dimakan dagingnya
5 http://wwwandreirawan.blogspot.com/2012/05/makalah-kebudayaan-papua.html
(diakses 25 maret 2013)

2) darahnya dipakai dalam upacara magis

3) tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
4) tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
5) sebagai alat pertukaran/barter
6) menciptakan perdamaian bila ada perselisihan6
Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di
sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak, dan hasil
hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.

Pegunungan Trikora menjadi pemandangan eksotik sekaligus benteng alami juga serta
penyedia kehidupan bagi masyarakat Suku Dani dan suk-suku lainnya di Lembah BaliemPapua. Di lereng pegunungan ini, masyarakat Suku Dani sangatlah gemar untuk bercocok
tanam dan beternak hewan. Tanah vulkanis yang gembur pun ditanami umbi-umbian, jahe,
pisang, dan timun. Tumbuh-tumbahan serta tanaman tersebut tumbuh subur disini dengan
baiknya.
Kebudayaan Suku Dani dalam menunjukkan kesedihan dan rasa duka cita
ditinggalkan anggota keluarga yang meninggal dunia. Butuh waktu lama untuk
mengembalikan kembali perasaan sakit akibat kehilangan. Namun berbeda dengan Suku
Dani, mereka melambangkan kesedihan lantaran kehilangan salah satu anggota keluarga yang
meninggal. Tidak hanya dengan menangis, tetapi memotong jari. Bila ada anggota keluarga
atau kerabat dekat yang meninggal dunia seperti suami, istri, ayah, ibu, anak dan adik. Suku
Dani diwajibkan memotong jari mereka. Mereka beranggapan bahwa memotong jari adalah

6 http://unj-pariwisata.blogspot.com/2012/05/suku-dani-lembah-baliempapua_31.html(diakses 25 maret 2013)

simbol dari sakit dan pedihnya seseorang yang kehilangan anggota keluarganya. Pemotongan
jari juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah ‘terulang kembali’ malapetaka yangg
telah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.
Alasan adalah “wene opakima dapulik welaikarek mekehasik” atau pedoman dasar
hidup bersama dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur,
satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan sangatlah penting bagi
masyarakat pegunungan tengah Papua. Kesedihan mendalam dan luka hati orang yang
ditinggal mati anggota keluarga, baru akan sembuh jika luka di jari sudah sembuh dan tidak
terasa sakit lagi. Mungkin karena itulah masyarakat pegunungan papua memotong jari saat
ada keluarga yang meninggal dunia.
Tradisi potong jari di Papua sendiri dilakukan dengan berbagai banyak cara, mulai
dari menggunakan benda tajam seperti pisau, kapak, atau parang. Ada juga yang
melakukannya dengan menggigit ruas jarinya hingga putus, mengikatnya dengan seutas tali
sehingga aliran darahnya terhenti dan ruas jari menjadi mati kemudian baru dilakukan
pemotongan jari. Selain tradisi pemotongan jari, di Papua juga ada tradisi yang dilakukan
dalam upacara berkabung. 7
Tradisi tersebut adalah tradisi mandi lumpur. Mandi lumpur dilakukan oleh anggota
atau kelompok dalam jangka waktu tertentu. Mandi lumpur mempunyai arti bahwa setiap

orang yang meninggal dunia telah kembali ke alam. Manusia berawal dari tanah dan kembali
ke tanah. Beberapa sumber ada yang mengatakan Tradisi potong jari pada saat ini sudah
hampir ditinggalkan. Jarang orang yang melakukannya belakangan ini karena adanya
pengaruh agama yang mulai berkembang di sekitar daerah pegunungan tengah Papua. Namun
kita masih bisa menemukan banyak sisa lelaki dan wanita tua dengan jari yang telah
terpotong karena tradisi ini.



Politik dan Kemasyarakatan yang Bersahaja
Masyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong,

kehidupan masyarakat Dani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-

Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotongroyong.

7 http://ensiklonesia.blogdetik.com/2012/04/(diakses 25 maret 2013)

-


Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin
oleh seorang penata adat atau kepala suku.

-

Organisasi kemasyarakat pada Suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga
dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial.

Kepala suku besar disebut Ap Kain. Pemimpin suku disebut watlangka. Selain itu juga
terdapat pemimpin pada bidang tertentu, sebagai berikut:
1. Ap Menteg adalah kepala perang.
2. Ap Horeg adalah kepala suku kesuburan.
3. Ap Ubalik adalah kepala suku adat.8

Gambar kepala Suku Dani
Pemimpin dalam masyarakat Dani harus dapat menjadi panutan bagi rakyatnya. Oleh
sebab itu pemimpin tersebut juga harus memiliki kemampuan, antara lain berdiplomasi,
bercocok tanam, berburu, keberanian, dan ramah. Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem
pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat, pandai dan terhormat.

8 http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-dani-kebudayaan-sistemkepercayaan-bangsa-kekerabatan.html(diakses 25 maret 2013)

Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua, tetapi masih mampu
mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan
tersebut antara lain pemeliharaan kebun dan Bahi serta melerai pertengkaran.
Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta
lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah
juga menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat
Dani adalah pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki
kekuatan fisik dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.



Sistem Pernikahan
Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini

tinggal di satu-satuan tempat tinggal yang disebut silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 &
ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi Suku Dani berasal dari
keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar Kampung Maina di
Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani

dilarang menikah dengan kerabat Suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip Eksogami
Moety (perkawinan Moety atau dengan orang di luar Moety).



Pendidikan
Sebagaimana suku-suku pedalaman Irian seperti halnya Suku Dani umumnya tingkat

pendidikan (formal) rendah dan kesadaran untuk menimba ilmunya juga masih kurang,
ironisnya lagi guru-guru masih terbatas.



Sistem Artefak
Kesenian dan Kerajinan
Kesenian masyarakat Suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman,

seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai,
dan Wamai. Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan
khas anyaman, kantong jarring, penutup kepala, dan pegikat kapak. Orang Dani juga


memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain: Moliage,
Valuk, Sege, Wim, Kurok, dan Panah Sege.9
HUBUNGAN BUDAYA SUKU DANI YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN :
1. Restrukturisasi : (memakan daging babi).
Mengkonsumsi daging babi memiliki resiko terkena infeksi cacing pita (sistiserkosis).
Karena daging babi mengandung benih-benih cacing pita dan cacing trachenea lolipia
yang bisa berpindah ke tubuh manusia yang mengkonsumsinya.
2. Restrukturisasi : (memotong jari saat berduka).
Suku dani mengalami proses kedukaan secara tidak wajar, dimana mereka melakukan
pemotongan jari secara berlebihan yang disebabkan oleh tekanan batin yang dalam.
Perlu motivasi secara terus-menerus diberikan kepada kepala suku untuk kembali
memilah tradisi yang sudah turun menurun.
3. Dipertahankan : ( mandi lumpur).
Mandi lumpur baik dilakukan karna mengandung zat antiinflamasi. Lumpur juga
dapat melegakan kepenatan yang sedang dialami. Karna lumpur juga dapat melegakan
nyeri otot, meredakan stress, relaksasi, melancarkan sirkulasi darah.
4. Dipertahankan : mengkonsumsi ubi jalar).
Mengkonsumsi ubi jalar dapat mencegah diabetes, mempengaruhi, meningkatkaan
imunitas, menjaga kesehatan mata, sebagai sumber energi.
Tindakan keperawatan :
1. Memperlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk mengekpresikan
perasaanya secara terbuka.
2. Mengajari tentang tahap-tahap berduka yang normal.
3. Mendorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan.
4. Membantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk menentukan
koping adaptif terhadap pengalaman kehilangan.
5. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
6. Menyediakan informasi pada pasien tentang kondisi.
7. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
8. Mendukung pasien untuk mengeksplorasi / mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat.
9. Mengeksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang tepat.

9 http://juanfranklinsagrim.blogspot.com/2009_07_01_archive.html(diakses 25 maret
2013)