ILMU KEALAMAN DASAR SUMBER DAYA ALAM ENE

ILMU KEALAMAN DASAR
SUMBER DAYA ALAM (ENERGI DAN MATERI)
DOSEN PENGAMPU:
Drs. Dharmono, M.Si
Mahrudin, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH:
RIF’ATUL HASANAH I1C112016
NUR DELILA MESKY I1C112018
BESTY RONNA ISTIQOMAH I1C112038
ERIKA KUSUMA PUTRI I1C112041
TIA ANIFA I1C112069
M. RAMUDHA FEBRIAD I1C112079
NADIA KHAIRINA I1C112215
M. WARDHANA EFENDI I1C112219
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove
terluas di dunia (Onrizal, 2010). Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh
pantai Indo-nesia dan hidup serta tumbuh berkembang pada lokasi-lokasi yang
mempunyai hu-bungan pengaruh pasang air (pasang su-rut) yang merembes
pada aliran sungai yang terdapat di sepanjang pesisir pantai (Tarigan, 2008).
Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem yang mempunyai peranan penting
ditinjau dari sisi ekologis maupun aspek sosial ekonomi. Hutan mangrove
adalah tipe hutan yang ditum-buhi dengan pohon bakau (mangrove) yang khas
terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang
surut air laut (Hogarth, 1999). Hutan mangrove mempunyai fungsi ganda dan
merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan
siklus biologi di suatu perairan (Waas dan Nababan, 2010).
Keberadaan hutan mangrove di ekosistem sangat penting karena mereka
memiliki potensi ekologis dan ekonomi. Hutan mangrove memiki peran penting
sebagai nursery area dan habitat dari berbagai macam ikan, udang, kerangkerang dan lain-lain. Di hutan ini pula banyak sumber-sumber nutrient yang
penting sebagai sumber makanan banyak species khususnya jenis migratory

seperti burung-burung pantai. Hutan mangrove juga berperan sebagai green belt
yang melindungi pantai dari erosi karena gelombang laut atau badai tsunami
juga memerangkap sediment sebagai aktivitas akresi. Lebih lanjut, mangrove
memberikan kontribusi yang signifikan pada produktifitas estuarine dan pesisir
melalui aliran energi dari proses dekomposisi serasah. Rantai makanan yang

tergantung pada mikroba dan hasil dekomposisi tumbuhan sangat mendukung
berbagai jenis hewan yang tinggal di dalamnya. Dan habitat yang ada di
sekitarnya (BAPEDAL, 1995; Whitten et.al., 1999). Namun demikian karena
keberadaannya di daerah pasang surut maka jenis-jenis mangrove harus mampu
beradaptasi pada kondisi salinitas 0-35% dan juga kekeringan selama periode
surutnya air laut.
Keberadaan hutan mangrove sekarang ini cukup mengkhawatirkan
karena ulah manusia untuk kepentingan konversi lahan sebagai tambak,
pemukiman, perhotelan, ataupun tempat wisata. Oleh karena itu sepanjang
pesisir utara Jawa hutan-hutan mangrove ditebang secara legal maupun illegal.
Aktivitas ini mampu menurunkan populasi mangrove hingga lebih dari 50%
dalam kurun waktu 30 tahun. Hutan mangrove yang tersisa sebagian besar
hanyalah yang ada di kawasan konservasi seperti Taman Nasional atau Cagar
Alam.

Rumusan Masalah
Menjelaskan pengertian, proses, sumber daya alam, manfaat dan dampak
hutan Mangrove
Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami pengertian, proses, sumber daya alam,
manfaat dan dampak hutan Mangrove

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Hutan Mangrove (Hutan Bakau)
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang
tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempattempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di telukteluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di
mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau)
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu
atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut
tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan
yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan

dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan
kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang
digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan
mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili,
dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia,

Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia,
Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu
komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar
garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies
(Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae
menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan
“mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh masyarakat sering
disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun menurut Khazali
(1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena
bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di

mangrove.
Habitat Mangrove
Sebagian pohon mangrove dijumpai disepanjang pantai terlindung yang
berlumpur, bebas dari angin yang kencang dan arus (misalnya di mulut muara
sungai besar). Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan
berkarang , terumbu karang dan di pulau – pulau kecil. Sementara itu air payau
bukanlah hal pokok untuk pertumbuhan mangrove, mereka juga dapat tumbuh
dengan subur jika terdapat persediaan endapan yang baik dan pada air tawar
yang berlimpah.
Hutan mangrove dapat tersebar luas dan tumbuh rapat mulut sungai
besar di daerah tropis, tetapi didaerah pesisir pantai pegunungan, hutan
mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai yang terbatas dan sempit. Perluasan
hutan mangrove banyak dipengaruhi oleh topografi daerah pedalaman.

Ada hubungan yang erat antara kondisi air dengan vegetasi hutan
mangrove. Di beberapa tempat, mangrove menunjukkan tingkatan zonasi yang
nyata yang cenderung berubah dari tepi air menuju daratan. Namun kadang –
kadang tergantung pada undulasi / tinggi rendahnya lantai hutan atau anak
sungai di dalam area yang skemanya khusus dan menggambarkan keadaan
umum dari dataran pasang surut

Luas dan Penyebaran Mangrove
Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan
mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta
ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).Luas
bakau di Indonesia mencapai 25 persen dari total luas mangrove dunia. Namun
sebagian kondisinya kritis.

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar
Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungaisungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan
Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh
kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan
mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di
sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar
sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
Penyebaran beberapa spesies mangrove terdapat di sekitar ekuator antara
32 o LU dan 38 o LS, pada iklim A,B,C dan D dengan nilai Q yang bervariasi.
Semakin jauh dari ekuator spesies mangrove semakin sedikit dan pohonnya

semakin kecil. Lokasi mangrove paling utara adalah di bagian tenggara pulau

Kyushu, Jepang, dimana hanya ditemukan satu spesies saja (Kandelia candel),
sedangkan lokasi paling selatan adalah bagian utara Selandia Baru dimana
hanya teridentifikasi satu spesies yaitu Avicenia marina.
Menurut Chapman (1975) penyebaran mangrove dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu :
a. The old worl mangrove, yang meliputi Afrika Timur, Laut Merah, India, Asia
Tenggara, Jepang, Filipina, Australia, Selandia Baru, Kepulauan Pasifik dan
Samoa.
b. The new world mangrove, yang meliputi pantai Atlantik dan Afrika dan
Amerika, Meksiko dan Pasifik Amerika dan Kepulauan Galapagos.
Perkiraan luas mangrove sangat beragam. FAO (1994) menyatakan bahwa luas
hutan mangrove diseluruh dunia sekitar 16.530.000 ha yang tersebar di Asia
(7.441.000 ha), Afrika ( 3.258.000 ha) dan Amerika (5,831.000 ha). Khusus di
Indonesia yang merupakan Negara tropis berbentuk kepulauan dengan garis
pantai lebih dari 81. 000 km, hutan mangrovenya seluas 4,25 juta ha
(FAO/UNDP, 1982). Sedangkan menurut ISME *) berdasarkan citra landsat
luas mangrove didunia sekitar 18,1 juta ha. Jenis – jenis mangrove umumnya
menyebar di pantai yang terlindung dan dimuara – muara sungai, dengan
komposisi jenis yang berbeda – beda tergantung pada kondisi habutatnya.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penyebaran

jenis mangrove tersebut berkaitan dengan salinitas, tipe pasang surut dan
frekuensi penggenangan.

Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89
jneis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis
epifit dan 1 jenis paku yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati
(true mangrove) dan mangrove ikutan (asociate) (M. Khazali, dkk. 1999)
Struktur Mangrove
Unsur dominan dalam hutan mangrove adalah pohon – pohon yang
tumbuh dan tingginya mencapai lebih dari 30 meter, memiliki tajuk (canopy)
lebar, rapat dan tertutup. Banyak juga species tumbuhan dan fauna lain yang
atau eksklusif yang menempati hutan mangrove. Topografi setempat dan
karakteristik hidrologi, tipe dan komposisi bahan kimia dari tanah dan pasang
surut menentukan tipe ekosisitem mangrove yang dapat dibuktikan pada tempat
– tempat tertentu.
Flora mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir
pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi
yang sederhana dan zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan
mangrove yang bersangkutan.
Chapman (1984), mengelompokan mangrove menjadi 2 kategori yaitu :

a.

Flora mangrove Inti, yaitu mangrove yang mempunyai peran ekologi
utama dalam formasi mangrove yang terdiri dari jenis : Rhizophora,
bruguiera, Ceriops, Kandelia, Soneratia, Avicenia, Nypa, Xylocarpus,
Deris, Acanthus, Lumnitzera, Scyphyphora, dan Dolichandron.

b.

Flora mangrove pheripheral (pinggiran) yaitu flora mangrove secara
ekologi berperan dalam formasi mangrove, tetapi juga flora tersebut

berperan penting dalan formasi hutan lain. Jenisnya antara lain; Exoecaria
agalloca, Acrosticum auerum, Cerbera manghas, Heritiera littoralis,
Hibiscus tilliaceus
Tomlinson (1984) membagi flora mangrove menjadi 3 kelompok, yaitu :
-

Kelompok mayor
Komponen ini memperlihatkan karakteristik morfologi, seperti : sistem


perakaran udara dan mekanisme fisiologis khusus untuk mengeluarkan garam
agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mangrove. Komponennya
adalah pemisahan taksonomi dari hubungan daratan dan hanya terjadi dihutan
mangrove serta membentuk tegakan murni, tetapi tidak pernah meluas sampai
kedalam komunitas daratan. Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa
-

Kelompok minor (tumbuhan pantai)
Dalam kelompok ini tidak termasuk elemen yang mencolok dari tumbuh

– tumbuhan yang mungkin terdapat disekitar habitatnya dan yang jarang
berbentuk tegakan murni.
-

Kelompok asosiasi mangrove
Dalam komponen ini jarang ditemukan species yang tumbuh didalam

komunitas mangrove yang sebenarnya dan kebanyakan sering ditemukan dalam

tumbuh – tumbuhan darat.
Kegunaan Mangrove

Salah satu fungsi utama hutan bakau atau mangrove adalah untuk
melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang
besar termasuk tsunami. Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak
ancaman tsunami adalah dengan memasang Green Belt atau sabuk hijau hutan
mangrove atau hutan bakau. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah di
Indonesia rawan terkena tsunami karena hutan bakau sudah banyak beralih
fungsi menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain
Berdasarkan kegunaan produk yang dihasilkan maka produk-produk
ekosistem mangrove dikelompokkan menjadi 2 yaitu; produk langsung dan
produk tidak langsung.
o Produk Langsung
Kayu merupakan hasil dari hutan mangrove, yang dapat digunakan untuk
bahan bangunan, furniture, kapal atau perahu dan chip untuk pulp atau kertas.
Batang kayu dari Rhizopora atau Bruguiera digunakan sebagai tiang dimana
mereka mengandung sejumlah tanin yaitu zat penyamak yang kuat. Kayu dan
arang mangrove banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak
dinegara tropis. Arang mangrove memiliki kalori (panas) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan arang pada umumnya sehingga banyak diekspor
kemancanegara termasuk Jepang dimana dinegara tersebut arang mangrove
disebut “Nan-yo Bincho-tan” (arang selatan yang bagus)
Diwilayah yang kering dimana sedikit terdapat rumput dan pohon
mangrove yang mempunyai daun yang berlimpah–limpah sepanjang tahun
adalah sumber terpenting bagi makanan ternak keledai dan kambing
o Produk tidak langsung

Produk tidak langsung lebih banyak pada mengekploitasi potensi flora
selain kayu dan faunanya, misalnya buah mangrove yang diolah menjadi
makanan, pengamatan satwa burung, tempat rekreasi dan lain sebagainya.
Peranan Umum Mangrove
Hutan mangrove memainkan peranan penting dan memiliki beraneka
fungsi secara umum seperti melindungi pantai dari gelombang yang tinggi,
angin yang kencang dan erosi.
Hutan mangrove yang membentang sepanjang garis pantai berfungsi
mencegah gelombang dan ombak yang tinggi akibat topan untuk melindungi
penduduk dan rumah-rumah yang ada disekitarnya. Mangrove juga melindungi
hasil panen penduduk disekitarnya dari kerusakan yang disebabkan tiupan angin
laut yang kuat.
Daun mangrove tua dan cabang-cabangnya yang jatuh ketanah akan
dihancurkan oleh mikroorganisme yang nantinya akan berfungsi sebagai
sumber makanan bagi plankton. Plankton merupakan sumber makanan bagi
anak udang, kepiting dan ikan yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi
organisme besar yang hidup disekitar mangrove seperti ikan, burung dan
binatang mamalia. Ini disebut rangtai makanan dimana mangrove mempunyai
peranan penting dan sebagai kunci sumber utama penyediaan makanan.
Selama air pasang hutan mangrove menjadi bagian dari lautan. Ini
merupakan keindahan dimana ikan dapat berkumpul karena banyaknya
persediaan makanan. Kerapatan dari batang pohon mangrove dan akar tunjang
juga merupakan tempat persembunyian terutama bagi anak iakan dan udang.

Hutan mangrove juga merupakan suatu keindahan alam bagi burung-burung
diman meraka dapat menemukan makanan dan menjaga keturunannya.
Kekayaan flora
Beraneka jenis tumbuhan dijumpai di hutan bakau. Akan tetapi hanya sekitar
54 spesies dari 20 genera, anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenisjenis mangrove sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan
hutan mangrove dan jarang tumbuh di luarnya.
Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia;
menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan
Samudera Hindia dan Pasifik. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui, termasuk
jenis-jenis mangrove ikutan, adalah 202 spesies (Noor dkk, 1999).
Berikut ini adalah daftar suku dan genus mangrove sejati, beserta jumlah
jenisnya (dimodifikasi dari Tomlinson, 1986).
Penyusun utama

Suku

Genus, jumlah spesies

Acanthaceae (syn.: Avicenniaceae atau
Verbenaceae)

Avicennia (api-api), 9

Combretaceae

Laguncularia, 11; Lumnitzera (teruntum),
2

Nypa (nipah), 1

Arecaceae
Rhizophoraceae

Bruguiera

(kendeka),

6;

Ceriops

(tengar), 2; Kandelia (berusberus), 1; Rhizophora (bakau), 8
Sonneratiaceae
Sonneratia (pidada), 5

Penyusun minor

Suku
Acanthaceae
Bombacaceae
Cyperaceae
Euphorbiaceae
Lythraceae
Meliaceae
Myrsinaceae
Myrtaceae
Pellicieraceae
Plumbaginaceae
Pteridaceae
Rubiaceae
Sterculiaceae

Genus, jumlah spesies
Acanthus (jeruju), 1; Bravaisia, 2
Camptostemon, 2
Fimbristylis (mendong), 1
Excoecaria (kayu buta-buta), 2
Pemphis (cantigi laut), 1
Xylocarpus (nirih), 2
Aegiceras (kaboa), 2
Osbornia, 1
Pelliciera, 1
Aegialitis, 2
Acrostichum (paku laut), 3
Scyphiphora, 1
Heritiera (dungun)2, 3

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, J., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem
Sumatra. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.
Noor, Y.R., M. Khazali, dan I.N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor.
Tomlinson, P. B., 1986: The Botany of Mangroves, Cambridge University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau
http://melacakalam.wordpress.com/2011/11/24/definisi-hutan-mangrove-danekosistem-mangrove/
http://bphm-i.sim rlps.dephut.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=49:basic&catid=36:infohut&Itemid=63
Patang. Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove (Kasus di Desa
Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai. Jurnal Agrisistem. 2012 : Vol. 8 (2)
Sulistiyowati, Hari. Biodiversitas Mangrove di Cagar Alam Pulau Sempu.Jurnal
Sainstek. 2009 : Vol. 8 (1)