Trend dan Isu keperawatan gerontik
Trend dan Isu keperawatan gerontik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan menurut badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan
aspek social. Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik sehingga rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan karena perubahan berbagai macam dalam struktur,
fungsi, sel dan jaringan serta sistem organ. Secara ekonomi penduduk lansia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa tidak lagi memberikan banyak manfaat bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua sering sekali dipersepsikan secara
negative sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek social, penduduk
lansia merupakan satu kelompok social sendiri.
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan.
Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari
tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat
usia harapan hidup penduduk yang semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu
proses naturnal dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi
pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami
kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan
gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab
penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi,
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis
70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau
sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit
kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia
dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau
sakit.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya
pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti
Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer),
tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi pada lansia.
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah
keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko
tentunya
menurut
perawat
memberikan
pelayanan
pada
keluarga
secara
professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang
selayaknya.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya untuk memenuhi tugas
“Keperawatan Gerontik” disamping itu juga bertujuan untuk memberikan informasi,
gambaran,
keterangan
serta
penjelasan-penjelasan
mengenai
“
Issu
dan
Kecenderungan Keperawatan Gerontologi”.
1.3
Lingkup Penulisan
1.3.1 Fenomena lansia
1.3.2 Fenomena demografi
1.3.3 Permasalahan pada lansia
1.3.4 Pendekatan Keperawatan Gerontik
1.3.5 Masalah kesehatan gerontik
1.3.6 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
1.3.7 Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia
1.3.8 Peran Perawat
1.3.9 Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia
1.4
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah
ini meliputi :
BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, lingkup penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Pustaka yang terdiri dari Fenomena lansia, Fenomena demografi, Permasalahan
pada lansia, Fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia, Masalah kesehatan
gerontik, Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia, Hukum dan Perundang-undangan
yang Terkait dengan Lansia, Peran Perawat serta Program Pemerintah dalam Meningkatkan
Kesehatan Lansia.
BAB III
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Fenomena Lansia
2.1.1 Pengertian
Menurut pasal UU No.13 tahun1998 pasal 1 ayat (2), (3), (4) tentang
kesehatan dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun.
Menurut Wirakartakusumah lansia adalah seorang pria atau wanita yang
berusia enam puluh tahun keatas baik secara masih berkemampuan atau pun
karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan.
2.1.2
Toeri-teori Proses Menua
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan selsel tubuh di program untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas
dari tubuh da dibiakkan dilaboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan
membelah,jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit.
b. Teori Genetik
Menurut teori ini manula telah di program secara genetic untuk speciesspecies tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam
c.
genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
Sintesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein daalam jaringan tersebut.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan
Seorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang di bangun di masa mudanya tetap
terpelihara di masa tua.
b. Kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan
c.
interpersonal.
Teori Pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya
2.2
Fenomena Demografi
Fenomena yang mennjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah
tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di
Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke
peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke
sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10
juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan
meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk
(lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
1.
2.
3.
4.
62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2.3
Permasalahan Pada lansia
2.3.1 Permasalahan Umum
1. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2.3.2
Permasalahan Khusus
1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun
2.
3.
4.
5.
sosial.
Rendahnya produktifitas kerja lansia.
Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat
Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.
2.4
Pendekatan Perawatan Gerontik (Lanjut Usia)
2.4.1
Pendekatan Fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1.
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.
2.4.2 Pendekatan Psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan
2.4.3
sebagai sahabat yang akrab.
Pendekatan Spiritual
Perawata harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian.
2.5
Masalah Kesehatan Gerontik
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan
seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahuntahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami
ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan
pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan
emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan Prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya
kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan –
peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli
fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping
obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai
dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan
salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah
yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
2.6
Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),
perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas
yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health
to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
sebagai berikut :
Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
Lansia turut memilih kebijakan (choice)
Memberikan perawatan di rumah (home care)
Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging).
Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.
2.7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia
UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.
UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor
3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan.
Upaya pemberdayaan
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
Pelayanan terhadap lansia
Perlindungan social
Bantuan social
Koordinasi
Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
Ketentuan peralihan
Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :
1.
2.
3.
4.
UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)
UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia
UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)
UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)
2.8
Peran Perawat
2.8.1
Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkh laku yang diharapkan orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatau sistem. Peran di pengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kozier Barbara,
1995:21).
2.8.2
Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen perawat professional anatara
lain:
1. Care Giver
Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai dengan
diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai
pada masalah yang komplek. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai
kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarakan kebutuhan
signifikan dari Klien.
2. Client Advocate
Client advocate ini merupakan tugas perawat yaitu bertanggung jawab membentu
klien dan keluarga dalam memberikan informasi lain yang di perlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang di berikan.
3. Counselor
Konseling dapat dilakukan oleh perawat kepada keluarga dalam membantu
mengatasi masalah dan beradaptasi terhadap konsekuensi dari proses menua yang
dialami oleh lansia serta meningkatkan hubungan interpersonal diantara anggota
keluarga.
maupun swasta dalam memberikan pelayanan yang komprehensif pada keluarga
dengan usia lanjut tersebut.
4. Researcher
Perawat akan mengidentifikasi masalah penelitian yang terkait dengan asuhan
keperawatan
keluarga
dengan
usia
lanjut.
Perawat
merancang
dan
menyelenggarakan penelitian sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi. Hasil
penelitian tersebut diidesiminasikan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan
keluarga dengan usia lanjut.
2.9
Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan
masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah
program asuransi social federal yang dirancang untu menyediakan perawatan
kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare dibagi
2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas
bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan
perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak
terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambhan
sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan
medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua
bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan
rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan perawatan
gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on
Aging, 1991).
Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan
bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara dengan
lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan
sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah
bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar
dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah
keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko
tentunya
menurut
perawat
memberikan
pelayanan
pada
keluarga
secara
professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang
layak
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
3.1
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya
tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat
individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW),
Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder),
tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
Saran
3.2
1.
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan khususnya
dalam mata kuliah keperawatan gerontologi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan menurut badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan
aspek social. Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik sehingga rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan karena perubahan berbagai macam dalam struktur,
fungsi, sel dan jaringan serta sistem organ. Secara ekonomi penduduk lansia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa tidak lagi memberikan banyak manfaat bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua sering sekali dipersepsikan secara
negative sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek social, penduduk
lansia merupakan satu kelompok social sendiri.
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan.
Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dalam menjalani hari
tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat dipertimbangkan mengingat
usia harapan hidup penduduk yang semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu
proses naturnal dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi
pada semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami
kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan
gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab
penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi,
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis
70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia 50 tahun. Atau
sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit
kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus
diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia
dengan penurunan kualitas hidup sehingga status lansia dalam kondisi sehat atau
sakit.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya
pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti
Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer),
tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi pada lansia.
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah
keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko
tentunya
menurut
perawat
memberikan
pelayanan
pada
keluarga
secara
professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang
selayaknya.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini salah satunya untuk memenuhi tugas
“Keperawatan Gerontik” disamping itu juga bertujuan untuk memberikan informasi,
gambaran,
keterangan
serta
penjelasan-penjelasan
mengenai
“
Issu
dan
Kecenderungan Keperawatan Gerontologi”.
1.3
Lingkup Penulisan
1.3.1 Fenomena lansia
1.3.2 Fenomena demografi
1.3.3 Permasalahan pada lansia
1.3.4 Pendekatan Keperawatan Gerontik
1.3.5 Masalah kesehatan gerontik
1.3.6 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
1.3.7 Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia
1.3.8 Peran Perawat
1.3.9 Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia
1.4
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah
ini meliputi :
BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, lingkup penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Pustaka yang terdiri dari Fenomena lansia, Fenomena demografi, Permasalahan
pada lansia, Fenomena bio-psico-sosio-spiritual dan penyakit lansia, Masalah kesehatan
gerontik, Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia, Hukum dan Perundang-undangan
yang Terkait dengan Lansia, Peran Perawat serta Program Pemerintah dalam Meningkatkan
Kesehatan Lansia.
BAB III
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Fenomena Lansia
2.1.1 Pengertian
Menurut pasal UU No.13 tahun1998 pasal 1 ayat (2), (3), (4) tentang
kesehatan dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun.
Menurut Wirakartakusumah lansia adalah seorang pria atau wanita yang
berusia enam puluh tahun keatas baik secara masih berkemampuan atau pun
karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan.
2.1.2
Toeri-teori Proses Menua
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan selsel tubuh di program untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas
dari tubuh da dibiakkan dilaboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel-sel yang akan
membelah,jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit.
b. Teori Genetik
Menurut teori ini manula telah di program secara genetic untuk speciesspecies tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuclei (inti selnya) suatu jam
c.
genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.
Sintesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada
komponen protein daalam jaringan tersebut.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan
Seorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang di bangun di masa mudanya tetap
terpelihara di masa tua.
b. Kepribadian berlanjut
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan
masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan
c.
interpersonal.
Teori Pembebasan
Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran
individu dengan individu lainnya
2.2
Fenomena Demografi
Fenomena yang mennjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah
tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di
Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke
peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke
sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10
juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan
meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk
(lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
1.
2.
3.
4.
62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2.3
Permasalahan Pada lansia
2.3.1 Permasalahan Umum
1. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang
diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
2.3.2
Permasalahan Khusus
1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun
2.
3.
4.
5.
sosial.
Rendahnya produktifitas kerja lansia.
Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat
Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.
2.4
Pendekatan Perawatan Gerontik (Lanjut Usia)
2.4.1
Pendekatan Fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1.
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.
2.4.2 Pendekatan Psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan
2.4.3
sebagai sahabat yang akrab.
Pendekatan Spiritual
Perawata harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian.
2.5
Masalah Kesehatan Gerontik
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan
seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahuntahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami
ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan
pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan
emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan Prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat
menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya
kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama
dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan –
peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal
mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli
fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping
obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai
dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan
salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah
yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
2.6
Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to
life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation),
perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas
yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health
to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
sebagai berikut :
Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
Lansia turut memilih kebijakan (choice)
Memberikan perawatan di rumah (home care)
Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging).
Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta
pemulihan.
2.7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia
UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.
UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera
12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran negara Nomor
3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan.
Upaya pemberdayaan
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
Pelayanan terhadap lansia
Perlindungan social
Bantuan social
Koordinasi
Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
Ketentuan peralihan
Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :
1.
2.
3.
4.
UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)
UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia
UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)
UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option Program)
2.8
Peran Perawat
2.8.1
Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkh laku yang diharapkan orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatau sistem. Peran di pengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil (Kozier Barbara,
1995:21).
2.8.2
Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen perawat professional anatara
lain:
1. Care Giver
Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai dengan
diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai
pada masalah yang komplek. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai
kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarakan kebutuhan
signifikan dari Klien.
2. Client Advocate
Client advocate ini merupakan tugas perawat yaitu bertanggung jawab membentu
klien dan keluarga dalam memberikan informasi lain yang di perlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang di berikan.
3. Counselor
Konseling dapat dilakukan oleh perawat kepada keluarga dalam membantu
mengatasi masalah dan beradaptasi terhadap konsekuensi dari proses menua yang
dialami oleh lansia serta meningkatkan hubungan interpersonal diantara anggota
keluarga.
maupun swasta dalam memberikan pelayanan yang komprehensif pada keluarga
dengan usia lanjut tersebut.
4. Researcher
Perawat akan mengidentifikasi masalah penelitian yang terkait dengan asuhan
keperawatan
keluarga
dengan
usia
lanjut.
Perawat
merancang
dan
menyelenggarakan penelitian sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi. Hasil
penelitian tersebut diidesiminasikan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan
keluarga dengan usia lanjut.
2.9
Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan
masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah
program asuransi social federal yang dirancang untu menyediakan perawatan
kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare dibagi
2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas
bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan
perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak
terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambhan
sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan
medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua
bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan
rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan perawatan
gigi. Medical membayar sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on
Aging, 1991).
Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan
bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara dengan
lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan
sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah
bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar
dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia
yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan jumlah
keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang berisiko
tentunya
menurut
perawat
memberikan
pelayanan
pada
keluarga
secara
professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat 2010 “ yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM).
Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang
layak
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
3.1
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya
tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat
individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW),
Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder),
tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
Saran
3.2
1.
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan khususnya
dalam mata kuliah keperawatan gerontologi.