Sejarah Perkembangan Organisasi Internas docx

BAB I

A. Latar Belakang
Perkembangan sejarah organisasi internasional tidak terlepas dari perkembangan hukum
internasional. Pada periode hukum internasional klasik ketika negara sebagai satu-satunya
subjek hukum internasional, perkembangan organisasi internasional belum begitu dominan
dalam hubungan antar bangsa. Guna mencegah terjadinya instabilitas, dibentuklah suatu
kerjasama yang dinamakan Liga Bangsa-Bangsa yang dilatarbelakangi karena adanya
perselisihan dan peperangan antarumat manusia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations merupakan sebuah organisasi
internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong kerja sama
internasional. PBB merupakan pengganti Liga Bangsa-Bangsa dan didirikan setelah Perang
Dunia II. Selama Perang Dunia II, Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt memulai
pembicaraan mengenai badan penerus Liga Bangsa-Bangsa, dan Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa disusun dalam sebuah konferensi pada April-Juni 1945. Piagam ini mulai
berlaku pada 24 Oktober 1945.
Tujuan PBB Sebagai Organisasi Internasional Dasar pendirian dan pembentukan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan upaya kedua untuk membentuk suatu
organisasi internasional yang universal dengan tujuan utamanya adalah memelihara
perdamaian di bawah suatu sistem keamanan kolektif, tetapi banyak individu atau bahkan
negara telah mempertanyakan apakah PBB masih relevan di abad ke-21. meskipun mandat

pertama dan kedua Piagam PBB menyatakan: "Untuk memelihara perdamaian dan keamanan
internasional .... (Dan jika perlu untuk menegakkan perdamaian dengan) mengambil tindakan
pencegahan atau penegakan hukum. ", karena struktur restriktif administrasi, anggota tetap
Dewan Keamanan sendiri kadang-kadang mencegah PBB dari sepenuhnya melaksanakan dua
mandat pertama. Tanpa persetujuan penuh, dukungan (atau minimal abstain) dari semua 5
dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Piagam PBB hanya memungkinkan untuk
"mengamati", laporan, dan membuat rekomendasi mengenai konflik internasional.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan sejarah dan tujuan PBB sebagai organisasi internasional!
2. Apa sajakah tujuan PBB?
3. Apa tantangan yang dihadapi PBB di dunia kontemporer saat ini?

BAB II

I.

Sejarah dan Tujuan PBB Sebagai Organisasi Internasional
Kedudukan Organisasi Internasional sebagai subjek hukum internasional sekarang tidak


diragukan lagi.1 Organisasi Internasional mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan
dalam konvensi-konvensi internasional yang merupakan semacam anggaran dasarnya.2 Oleh
sebab itu, Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai salah satu organisasi internasional juga
memiliki hak dan kewajiban.
Persatuan bangsa-bangsa adalah organisasi internasional yang terbentuk pada tahun 1945
dan terdiri dari 193 negara anggota. Misi dan pekerjaan PBB diatur oleh piagam PBB atau
disebut UN Charter. Pada abad ke- 21 sekarang ini, PBB menghadapi permasalahan yang
lebih luas dari sebelumnya, yang mana awalnya hanya mengurusi perihal keamanan dan
perdamaian.

3

mengenai kemanusiaan seperti: keamanan dan perdamaian, perubahan iklim,

perkembangan yang berkelanjutan, hak asasi manusia, pembatasan angkatan bersenjata,
terorisme,kesehatan, kesetaraan gender, pemerintahan, produksi makanan dll. 4
Terdapat enam principal organs (organ utama) PBB yang tercantum dalam piagam
PBB, yaitu Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi Sosial, Dewan Perwalian,
Mahkamah Internasional, dan Sekretariat. Organ-organ ini berperan penting dalam
melaksanakan tujuan dan prinsip-prinsip PBB, terutama dalam memelihara perdamaian dan

keamanan internasional. 5
a. The General Assembly (Majelis Umum)
Majelis Umum seperti Liga Bangsa-Bangsa, dirancang sebagai arena perdebatan umum di
mana semua anggota akanmemiliki perwakilannya dan memiliki satu suara. Badan ini
memiliki agenda beragam dan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mengawasi
badan pendukung (negara dan non state actors) tetapi hanya bisa memberikan saran atau
rekomendasi karena tidak bisa terlibat dalam hal-hal internal seperti pemilu dan anggaran.
1 Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes. Pengantar Hukum International.Bandung : Pusat Studi Wawasan
Nusantara, PT. Alumni, 2003. hal. 101.
2Ibid
3Budi Winarno. Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta, 2014. hal.XVI
4http://www.un.org/en/index.html diakses pada tanggal 14 Maret 2016
5Karen A. Mingst , Margaret P. Karns. The United Nations in the 21st Century.Westview Press (2011) hal.22

Badan ini juga memiliki fungsi elektif, seperti:
1. Melakukan pemilihan anggota tidak tetap Dewan Keamanan, ECOSOC, dan Dewan
Perwalian.
2. Menunjuk hakim untuk Pengadilan hukum internasional (ICJ)
3. Dapat mengakui dan menyatakan keanggotaan negara di PBB dan menunjuk
sekretaris jenderalatas rekomendasi dari Dewan Keamanan6

b. The Security Council (Dewan Keamanan)
Menurut Pasal 24 dari Piagam PBB, Dewan Keamanan memiliki tanggung jawab utama
untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan memiliki kewenangan untuk
bertindak atas nama semua anggota PBB. Bab VI dalam UN Charter membahas penyelesaian
damai sengketa dan menyediakan berbagai macam cara untuk menyelidiki sengketa dan
membantu pihak mencapai resolusi tanpa menggunakan cara yang memaksa. Bab VII UN
Charter menentukan otoritas Dewan Keamanan untuk mengidentifikasi agresor dan untuk
melakukan penegakan hukum, seperti sanksi ekonomi kepada negara-negara anggota PBB,
atau menyediakan pasukan militer untuk aksi bersama.7 Anggota tetap dewan keamanan
adalah Rusia, Amerika, Inggris, Perancis, dan China.
c. ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial)
Dewan Ekonomi dan Sosial dengan lima puluh empat anggotanya, adalah forum pusat PBB
untuk menangani isu-isu ekonomi dan sosial internasional. Tujuan adalah mempromosikan
standar hidup yang lebih tinggi untuk mengidentifikasi solusi untuk masalah ekonomi, sosial,
dan kesehatan serta mendorong penghormatan universal hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental. Kegiatan itu mencakup mengawasi sistem sumber daya manusia dan keuangan
PBB.
d. Trusteeship Council (Dewan Perwalian)
Dewan Perwalian didirikan pada tahun 1945 oleh Piagam PBB, di bawah Bab XIII
untuk memberikan pengawasan internasional kepada 11 wilayah perwalian


yang telah

ditempatkan di bawah administrasi tujuh negara anggota, dan memastikan bahwa langkahlangkah yang diambil telah memadai untuk mempersiapkan kemerdekaan dan pemerintahan
wilayah tersebut. Pada tahun 1994, semua wilayah telah mencapai pemerintahan sendiri atau

6Karen A. Mingst , Margaret P. Karns. The United Nations in the 21st Century.Westview Press (2011) hal. 25
7Ibid. hal 32

kemerdekaan. Hingga kini Dewan Perwalian menjalankan kewajibannya hanya jika terdapat
keputusan dari mayoritas anggota PBB,Majelis Umum atau Dewan Keamanan.8
e. Mahkamah Internasional (The International Court of Justice)
The International Court of Justice adalah organ peradilan utama Perserikatan BangsaBangsa bertempat di Den Haag (Belanda). Ini adalah satu-satunya dari enam organ utama
PBB yang tidak terletak di New York (Amerika Serikat). Peran Mahkamah adalah untuk
menetapkan suatu tindakan sesuai dengan hukum internasional, menangani kasus yang
berkaitan dengan sengketa.9
f. Sekretariat
Sekretariat terdiri dari Sekretaris Jenderal dan puluhan ribu anggota staf internasional
PBB yang melaksanakan hari-hari bekerja di PBB sebagaimana yang diamanatkan oleh
Majelis Umum dan organ utama lainnya di Organisasi. Sekretaris Jenderal adalah kepala

administrasi Organisasi, yang ditunjuk oleh Majelis Umum atas rekomendasi Dewan
Keamanan untuk lima tahun, jangka terbarukan. anggota staf PBB direkrut secara
internasional dan lokal, dan bertugas untuk menjaga misi perdamaian di seluruh dunia.
PBB beranggotakan 193 negara. PBB juga menyediakan forum bagi para 193 negara
tersebut untuk mengutarakan pandangannya terhadap majelis umum, dewan keamanan,
dewan sosial dan ekonomi serta badan lainnya. Dengan mengadakan dialog antara para
anggotanya dan dengan mengadakan negosiasi, organisasi ini telah menjadi mekanisme untuk
pemerintah menemukan pemecahan masalah dan membuat perjanjian bersama.

II. Tugas Persatuan Bangsa-Bangsa
a) Menjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional
PBB yang dibentuk pada tahun 1945, berkaca pada kerusakan yang
diakibatkan oleh Perang Dunia Kedua, dengan satu misi utama: menjaga perdamaian
dan keamanan internasional. PBB melakukan ini dengan cara melakukan sesuatu
untuk mencegah konflik, membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk berdamai,
8http://www.un.org/en/sections/about-un/main-organs/index.html diakses pada tanggal 22 Maret 2016
9Ibid

menjaga perdamaian, dan membentuk keadaan yang memperkenankan perdamaian
itu tercipta dan berkembang. Aktivitas-aktivitas ini sering tumpang tindih dan harus

saling diperkuat untuk membuatnya menjadi efektif. Dewan Keamanan PBB
memiliki tanggung jawab utama dalam hal kedamaian dan keamanan internasional.
Sidang Umum dan Sekretaris-Umum memerankan peran yang utama, penting, dan
peran pelengkap bersama dengan kantor-kantor PBB dan bagian-bagiannya.
b) Memajukan Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable Development)
Pada tahun 1945, salah satu prioritas utama PBB adalah untuk mencapai kerja sama
internasional dalam hal menyelesaikan masalah ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan
internasional dalam hal memajukan dan mendorong rasa hormat atas hak asasi manusia dan
menegakkan prinsip kebebasan ke sesama tanpa memandang ras, alat kelamin, bahasa, atau
agama. Mengembangkan kesejahteraan masyarakat juga merupakan salah satu fokus utama
PBB. Pengertian global tentang pembangunan sudah berubah seiring berjalannya waktu, dan
sekarang negara-negara telah menyetujui bahwa pembangunan yang berkelanjutan adalah
pembangunan yang menjunjung kesejahteraan dan kesempatan ekonomi, kesejahteraan sosial
yang lebih baik, perlindungan untuk lingkungan, serta menawarkan jalan terbaik untuk
memperbarui kehidupan masyarakat.

c)

Melindungi Hak Asasi Manusia
Istilah “Hak Asasi Manusia” disebut tujuh kali dalam Piagam PBB yang membuat


dukungan dan perlindungan atas hak asasi manusia sebagai tujuan utama dan prinsip
pedoman PBB. Pada tahun 1948, Universal Declaration of Human Rights menjadikan hak
asasi manusia menjadi bidang dalam hukum internasional. Semenjak itu, PBB dengan
tekunnya melindungi hak asasi manusia melalui instrumen hukum dan aktivitas yang
menarik.
d) Menjunjung Tinggi Hukum Internasional
Dalam pembukaan piagam PBB tercantum tujuan PBB,yaitu “untuk menciptakan
kondisi dimana keadilan dan kehormatan untuk kewajiban-kewajiban yang berasal dari
perjanjian-perjanjian dan sumber-sumber hukum internasional lainnya yang dapat
dipertahankan”. Semenjak itu, perkembangan dan rasa hormat terhadap hukum internasional
sudah menjadi bagian inti dari pekerjaan PBB. Pekerjaan ini dilakukan dengan berbagai cara,

yaitu melalui pengadilan dan perjanjian multilateral serta melalui Dewan Keamanan yang
dapat memperbolehkan misi perdamaian, menjatuhkan sanksi, atau mengizinkan untuk
menggunakan kekuatan yang bersifat militer (use of force) apabila ada ancaman yang
mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Dengan demikian, ini adalah instrumen
dari hukum internasional, dan anggota PBB terikat dengan ini. Piagam PBB mengkodifikasi
prinsip utama tentang hubungan internasioanl, dari kesetaraan kedaulatan negara sampai
larangan untuk menggunakan kekuatan militer dalam hubungan internasional.

e)

Mengirim Bantuan Kemanusiaan
Dalam tujuan-tujuan PBB, sebagaimana yang sudah ditetapkan di dalam Piagam

adalah “mencapai kerja sama internasional dalam hal menyelesaikan masalah ekonomi,
sosial, budaya, atau kemanusiaan.” PBB pertama kali melakukan ini setelah Perang Dunia
Kedua berakhir dan kehancuran benua Eropa, kemudian mereka dibantu untuk melakukan
pembangunan kembali. PBB sekarang bergantung pada komunitas internasional untuk
mengordinasikan operasi bantuan kemanusiaan yang disebabkan oleh bencana alam dan
buatan di wilayah yang jauh dari jangkauan otoritas nasional.10

III. Tantangan yang Dihadapi PBB
Pada tanggal 30 November sampai 12 Desember 2015 adalah hari bersejarah dimana
seluruh anggota PBB kepada UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate
Change) berhasil melaksanakan Converence of The Parties yang ke-21 di Paris (COP21).
COP21, yang dikenal juga dengan sebutan 2015 Paris Climate Conference, untuk pertama
kalinya dalam 20 tahun perundingan PBB, bertujuan untuk mencapai perjanjian yang
mengikat secara hukum dan universal mengenai iklim, dengan tujuan untuk menjaga
kenaikan suhu dibawah 2°C. Peserta konferensi ini ada sekitar 50.000 peserta termasuk

25.000 delegasi resmi dari pemerintah, intergovernmental organizations, non-govermental
organizations, badan-badan PBB, dan warga sipil.11
Berikut merupakan isi dari Paris Agreement yang dihasilkan dalam COP21:
1. Menegaskan tujuan membatasi kenaikan temperatur global di bawah 2 derajat
Celsius, sementara mendesak upaya untuk membatasi kenaikan menjadi 1,5
derajat;
2. Membangun komitmen yang mengikat semua pihak untuk membuat "kontribusi
yang ditentukan secara nasional atau nationally determined contributions (NDC)"
10http://www.un.org/en/sections/what-we-do/index.html diakses pada tanggal 14 Maret 2016
11 http://www.cop21paris.org/about/cop21/, diakses pada tanggal 17 April 2016

dan untuk mengejar langkah-langkah dalam negeri yang bertujuan untuk
mencapai kontribusi-kontribusi tersebut;
3. Komitmen semua negara untuk melaporkan secara teratur tentang emisi mereka
dan "kemajuan yang dibuat dalam melaksanakan dan mencapai" NDCs mereka,
dan untuk melewati tinjauan internasional;
4. Komitmen semua negara untuk menyerahkan NDCs baru setiap lima tahun,
dengan harapan yang jelas bahwa mereka akan "menggambarkan perkembangan"
melampaui yang sebelumnya;
5. Menegaskan kembali kewajiban yang mengikat negara-negara maju di bawah

UNFCCC untuk mendukung upaya negara-negara berkembang, sedangkan untuk
pertama kalinya turut serta dalam kontribusi sukarela oleh negara-negara
berkembang juga;
6. Memperpanjang tujuan mobilisasi $100 miliar per tahun untuk mendukung tahun
2020 hingga 2025, tujuan baru yang lebih tinggi yang akan ditetapkan untuk
periode setelah 2025;
7. Memperpanjang mekanisme untuk mengatasi "kerugian dan kerusakan" yang
dihasilkan dari perubahan iklim, yang secara eksplisit tidak akan "melibatkan
atau memberikan dasar untuk setiap kewajiban atau kompensasi;"
8. Membutuhkan pihak terlibat dalam perdagangan emisi internasional untuk
menghindari "penghitungan ganda;" dan
9. Menyerukan mekanisme baru, mirip dengan mekanisme Pembangunan Bersih di
bawah Protokol Kyoto, yang memungkinkan pengurangan emisi di satu negara
untuk diperhitungkan terhadap NDC negara lain.12
Dari tahun ke tahun, perjanjian ke perjanjian, persalahan yang menyangkut alam
memang tidak mudah untuk diselesaikan oleh PBB. Maka dari itu, kembalilah dibuat
pertemuan yang membahas tentang alam, khususnya dalam bidang perubahan iklim. Satu hal
yang membuat COP21 ini menjadi tantangan PBB adalah gagalnya Protokol Kyoto dalam hal
merangkul seluruh negara untuk mematuhi isi perjanjiannya tersebut. Salah satunya
disinggung pada poin ke-9 yang masih membawa kasus pengurangan emisi dalam salah satu
hasil dari Paris Agreement.
Protokol Kyoto adalah perjanjian internasional yang berhubungan dengan United
Nations Framework Convention on Climate Change, yang dilakukan oleh pihak-pihaknya

12 Jurnal dari Center For Climate and Energy Solution, “Outcomes of The U.N. Climate Change Conference in
Paris—21st Session of the Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate
Change (COP 21) ”, Desember 2015

dengan menetapkan target penurunan emisi yang mengikat secara internasional. 13 Protokol
Kyoto membagi golongan negara menjadi tiga sesuai dengan banyak jumlah penggunaan gas
emisi tersebut, yaitu:
 Annex I. Negara Annex I adalah negara-negara industrialisasi yang dulunya menjadi
anggota dari OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) pada
tahun 1992 dan negara yang perkonomiannya dalam masa transisi atau Economies in
Transition (the EIT Parties), termasuk Rusia, Negara Baltis, dan beberapa negara Eropa
Tengah dan Timur.
 Annex II. Negara Annex II juga merupakan anggota dari OECD namun bukanlah EIT
Parties.

Mereka

diharuskan

untuk

menyediakan

bantuan

keuangan

untuk

memperbolehkan negara-negara berkembang melakukan aktifitas pengurangan emisi
sesuai dengan Konvensi dan membatu mereka beradaptasi dengan kondisi yang menjadi
efek buruk dari perubahan iklim.
 Non-Annex I. Negara-negaranya kebanyakan merupakan negara berkembang. Beberapa
dari negara berkembang telah diakui oleh Konvensi sebagai negara yang rentan terhadap
terkenanya dampak buruk dari perubahan iklim, termasuk negara yang terletak di daerah
daratan rendah pesisir yang mana kondisinya memungkinkan untuk terjadi desertifikasi
dan kekeringan.14
Yang diharapkan untuk meratifikasi perjanjian ini adalah negara-negara yang berada
di dalam Annex I dan II. Namun, pada kenyataannya, mulai dari 16 Februari 2005 (mulai
dibukanya waktu untuk menandatangani) sampai sekarang, hanya 83 negara dari 192 peserta
yang menandatangani perjanjian ini. Negara-negara Annex I yang sampai sekarang belum
menandatangani perjanjian ini adalah Belarus, Hungaria, Islandia, Turki, dan Amerika
Serikat.15 Inilah salah satu alasan mengapa COP21 diadakan dan kembali membahas tentang
agenda pengurangan emisi.
Upaya yang dapat dilakukan oleh PBB dalam mengatasi masalah pengurangan emisi
adalah dengan melaksanakan COP21 ini. Namun di sisi lain, ini juga merupakan suatu
tantangan bagi PBB. Tantangannya adalah bagaimana caranya PBB dapat merangkul negaranegara yang sebelumnya tidak ingin meratifikasi Protokol Kyoto untuk kembali berkontribusi
untuk COP21 pada tanggal 22 April 2016 di New York nanti di saat PBB tidak dapat
memaksa suatu negara untuk melakukannya karena PBB tidak memiliki kuasa atas para
13 http://unfccc.int/kyoto_protocol/items/2830.php, diakses pada tanggal 17 April 2016
14 http://unfccc.int/parties_and_observers/items/2704.php#, diakses pada tanggal 18 April 2016
15 http://unfccc.int/kyoto_protocol/status_of_ratification/items/2613.php, diakses pada tanggal 18 April 2016

negara-negara anggotanya. Bagaimana PBB dapat merealisasikan perjanjian tersebut di saat
tidak semua negara dapat dengan mudahnya mengurangi pengeluaran emisi mereka masingmasing. Hari itu, 22 April 2016, adalah hari dimana COP21 akan ditandatangani oleh seluruh
peserta dan hanya akan dapat berlaku apabila perjanjian ini telah diratifikasi oleh 55 negara,
mewakili setidaknya 55% emisi.16

DAFTAR PUSTAKA
Center For Climate and Energy Solution (jurnal), “Outcomes of The U.N. Climate Change Conference
in Paris—21st Session of the Conference of the Parties to the United Nations Framework
Convention on Climate Change (COP 21) ”, Desember 2015

http://www.un.org/en
http://www.c2es.org
http://www.cop21.gouv.fr/en
16 http://www.cop21.gouv.fr/en/more-details-about-the-agreement/, diakses pada tanggal 18 April 2016

http://unfccc.int
http://www.cop21paris.org/
Karen A. Mingst , Margaret P. Karns. The United Nations in the 21st Century.Westview Press. United
States of America (2011)
Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes. Pengantar Hukum International.Bandung : Pusat Studi
Wawasan Nusantara, PT. Alumni, 2003
Winarno, Budi. Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta, 2014