MAKALAH MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MO

MAKALAH
MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER
KAJIAN TEORITIS DAN EMPIRIS

Oleh :
Mulkan Abdullah

20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2015

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan RahmatNya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6
dapat
menyelesaikan makalah tentang “mekanisme transmisi kebijakan moneter

Kajian teoritiS dan empiris”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maro’ah, M.Pd.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank
Indonesia
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang
telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Surabaya, 09 November 2015

Penulis

1


Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM)...................................... 3
2.2 Jalur-Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter................................... 3
2.3 Indikator Efektifitas MTKM............................................................................11
2.4 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter: Kajian Empiris...................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
Daftar Pustaka....................................................................................................15

2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM)
masih merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di kalangan
akademis maupun para praktisi di bank sentral. Menariknya MTKM selalu
dikaitkan dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah kebijakan moneter dapat
mempengaruhi ekonomi riil di samping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika
jawabannya ya, maka melalui mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan
moneter terhadap ekonomi riil tersebut terjadi (Bernanke dan Blinder : 1992) dan
Taylor (1995). Sejatinya penelitian MTKM memberikan penjelasan mengenai
bagaimana

perubahan

(shock)

instrument

kebijakan


moneter

dapat

mempengaruhi variabel makroekonomi lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir
kebijakan moneter. Seberapa besar pengaruhnya terhadap harga dan kegiatan di
sektor riil, semuanya sangat tergantung pada perilaku atau respons perbankan
dan dunia usaha lainnya terhadap shock instrumen kebijakan moneter yaitu Suku
Bunga Sertifikat Bank Indonesia (rSBI). Meskipun telah banyak dilakukan studi
mengenai efektivitas MTKM, baik secara parsial maupun terintegrasi, namun
karena adanya faktor ketidakpastian dan kecenderungan-kecenderungan baru
yang dapat mempengaruhi MTKM, maka penelitian lanjutan untuk masalah
tersebut tetap relevan untuk dilakukan.
Efektivitas MTKM diukur dengan dua indikator yaitu (1). Berapa besar
kecepatan atau berapa tenggat waktu (time lag) dan (2). Berapa kekuatan
variabel-variabel dalam merespons adanya shock instrument kebijakan moneter
(rSBI) dan variabel lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter.
Kedua indikator tersebut diperoleh dari hasil Uji Impulse Response Function
(IRF) dan Uji Variance Decomposition (VD). Mengacu pada uraian-uraian
tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul:

Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di
Indonesia Melalui Jalur Suku Bunga Periode 1990:2-2007:1.

1

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ?
2. Apa saja Jalur-Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ?
3. Apa Indikator efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ?
4. Apa Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter : Kajian Empiris ?
5. Apa saja hasil Studi MTKM ?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
2 Untuk mengetahui Apa saja Jalur-Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan
Moneter
3 Untuk mengetahui Apa Indikator efektivitas Mekanisme Transmisi
Kebijakan Moneter
4 Untuk mengetahui apa Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter : Kajian
Empiris

5 Apa saja hasil Studi MTKM ?

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM)
Secara spesifik Taylor (1995) menyatakan bahwa mekanisme transmisi
kebijakan moneter adalah “the process through which monetary policy decision
are transmitted into changes in real GDP and inflation”. Artinya, MTKM
merupakan jalur-jalur yang dilalui oleh kebijakan moneter untuk dapat
mempengaruhi sasaran akhir kebijakan moneter yaitu pendapatan nasional dan
inflasi. Pada Skema 1 terlihat kotak hitam yang merupakan area MTKM atau
jalur-jalur yang dilalui oleh suatu kebijakan moneter hingga terwujudnya tujuan
akhirnya kebijakan moneter yaitu inflasi.

Secara teoritis, konsep standar mekanisme transmisi kebijakan moneter
dimulai dari ketika bank sentral mengubah instrumen-instrumennya yang
selanjutnya mempengaruhi sasaran operasional, sasaran antara dan sasaran
akhir. Misalnya Bank Sentral (BI) menaikkan rSBI. Peningkatan tersebut akan

mendorong naiknya Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (rPUAB), suku bunga
deposito, kredit perbankan, harga aset, nilai tukar dan ekspektasi inflasi di
masyarakat. Perkembangan ini mencerminkan bekerjanya jalur-jalur transmisi
moneter yang akan selanjutnya berpengaruh terhadap konsumsi dan investasi,
ekspor dan impor yang merupakan komponen permintaan eksternal dan
keseluruhan permintaan agregat.
Kebijakan moneter yang ditransmiskan melalui Jalur Suku Bunga dapat
dijelaskan dalam dua tahap:
Pertama, transmisi di sektor keuangan (moneter). Perubahan kebijakan moneter
berawal dari perubahan instrumen moneter (rSBI) akan berpengaruh terhadap
perkembangan suku bunga PUAB, suku bunga deposito dan suku bunga kredit.
Proses transmisi ini memerlukan tenggat waktu (time lag) tertentu.

3

Kedua, transmisi dari sektor keuangan ke sektor riil tergantung pada
pengaruhnya terhadap konsumsi dan investasi. Pengaruh suku bunga terhadap
konsumsi terjadi karena suku bunga deposito merupakan komponen dari
pendapatan masyarakat (income effect) dan suku bunga kredit sebagai
pembiayaan konsumsi (substitution effect). Sedangkan pengaruh suku bunga

terhadap investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya
modal.
Pengaruh suku bunga terhadap konsumsi dan investasi selanjutnya akan
berdampak pada jumlah permintaan agregat. Jika peningkatan permintaan
agregat tidak dibarengi dengan peningkatan penawaran agregat, maka akan
terjadi output gap (OG). Tekanan OG akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi.
Mengacu pada penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa inflasi yang
terjadi melalui jalur ini adalah inflasi akibat tekanan permintaan (demand pullinflation). MTKM melalui Jalur Suku Bunga dapat disimak pada Skema 2.

4

2.2 Jalur-Jalur Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang
rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku
bunga

kebijakan

BI


Rate

sebagai

instrumen

kebijakan

utama

untuk

mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian
inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan
pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu
(time lag).
Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi
tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahanperubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi

berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke
tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank
Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate
mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur
kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.

Transimi Lima Jalur Versi BI

5

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter
yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan
meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi


dan

investasi

sehingga

aktifitas

perekonomian

semakin

bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar.
Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,
akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku
bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong
investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen
keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya
akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan
harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi
lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan
mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya
pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.
Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro
melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga
aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan
perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk
melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.
Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi
ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang
diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi
mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah

6

yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen
kepada konsumen melalui kenaikan harga.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu
(time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur
nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga
kepada nilai tukar bekerja sangat cepat.

Kondisi sektor keuangan dan

perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan
moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon
perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat.
Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki
permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit
belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan,
penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh
meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian
sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi
sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses
transmisi kebijakan moneter.
2.2.1 Jalur Suku Bunga (interest Rate Channel)
Jalur ini dinamakan jalur suku bunga karena jalur ini menekankan peranan
perubahan struktur suku bunga di sector keuangan yang ditransmisikan ke suku
bunga menengah/panjang yang selanjutnya memengaruhi permintaan dan
akhirnya berpengaruh terhadap inflasi. (Taylor , 1995) dan Biofinger (2001:80).
Jalur suku bunga pada dasarnya merupakan pandangan Keynesian
dimana suku bunga riil jangka panjang paling berpengaruh dalam perekonomian
dan dapat dijelaskan dengan skema IS-LM. Pandangan tradisional ISLM
Keynesian tentang mekanisme transmisi moneter dapat ditandai dengan skema
berikut ini yang menunjukkan efek dari ekspansi moneter:
M ↑ => ir ↓=> I↑ => Y ↑
Dimana M ↑ menunjukkan kebijakan moneter ekspansif yang mengarah ke
penurunan suku bunga riil (ir ↓), yang pada gilirannya menurunkan biaya modal,
menyebabkan kenaikan pengeluaran investasi (I ↑), sehingga mengarah ke
peningkatan permintaan agregat dan kenaikan output (Y ↑).

7

Meskipun Keynes menekankan awalnya saluran ini sebagai operasi
melalui keputusan bisnis tentang pengeluaran investasi, penelitian terakhir
diketahui bahwa keputusan konsumen tentang perumahan dan pengeluaran
konsumen untuk barang tahan lama juga merupakan keputusan investasi.
Dengan demikian, tingkat bunga saluran transmisi moneter diuraikan dalam
skema di atas juga berlaku untuk belanja konsumen di mana (I) mewakili
perumahan dan pengeluaran konsumen terhadap barang tahan lama.
Faktanya adalah tingkat bunga riil yang berdampak pada pengeluaran
daripada tingkat nominal memberikan mekanisme penting untuk bagaimana
kebijakan moneter dapat menstimulasi ekonomi, bahkan jika tingkat bunga
nominal menghantam batas bawah (floor) selama episode inflasi. Dengan tingkat
bunga nominal pada batas bawah nol, ekspansi jumlah uang beredar (M ↑) dapat
meningkatkan tingkat harga yang diharapkan (Pe ↑) inflasi dan karenanya
diharapkan (Πe ↑), sehingga menurunkan tingkat bunga riil (ir ↓) , bahkan ketika
tingkat bunga nominal adalah tetap nol, dan pengeluaran merangsang melalui
saluran suku bunga di atas: yaitu
M ↑ => Pe ↑ => Πe ↑ => ir ↓ => I ↑ => Y ↑
Mekanisme ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter masih bisa efektif,
bahkan ketika tingkat bunga nominal telah didorong ke nol oleh otoritas moneter.
Memang, mekanisme ini adalah elemen kunci dalam diskusi monetaris mengapa
perekonomian AS tidak terjebak dalam perangkap likuiditas selama Depresi
Besar dan mengapa kebijakan moneter ekspansif bisa mencegah penurunan
tajam dalam output selama periode ini.
Taylor (1995) memiliki survei yang sangat baik tentang penelitian terbaru
pada jalur suku bunga dan dia mengambil posisi bahwa ada bukti empiris yang
kuat untuk efek tingkat bunga yang cukup besar pada konsumen dan
pengeluaran investasi, membuat suku bunga mekanisme transmisi moneter yang
kuat. Posisinya sangat kontroversial, karena banyak peneliti, misalnya Bernanke
dan Gertler (1995), memiliki pandangan alternatif bahwa studi empiris mengalami
kesulitan besar dalam mengidentifikasi efek signifikan suku bunga melalui biaya
modal. Memang, para peneliti melihat kegagalan empiris dari suku bunga

8

mekanisme transmisi moneter karena telah memberikan stimulus untuk mencari
mekanisme transmisi kebijakan moneter lainnya, terutama jalur kredit.
2.2.2 Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel)
Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai
tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai
contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia
dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut
mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrumeninstrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada
gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah
mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar
negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong
impor dan mengurangi ekspor. Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada
menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.

2.2.3 Jalur Harga Aset (Asset Price Channel)
Jalur harga aset merupakan pandangan Monetarist yang menyatakan
bahwa pengaruh kebijakan moneter terjadi melalui pergeseran portfolio investasi
yang dimiliki masyarakat.Kebijakan moneter akan mempengaruhi jumlah dana

9

dalam portfolio para pelaku ekonomi (wealth effect) dan relokasi dari suatu jenis
aset ke jenis aset lain dalam portfolio sesuai dengan expected returns and
risksdari masing-masing bentuk aset.
Pengetatan moneter meningkatkan suku bunga yang mengakibatkan
pelaku ekonomi lebih suka memegang aset dalam bentuk obligasi atau deposito
daripada saham. Minat untuk berinvestasi dalam kegiatan ekonomi riil menjadi
berkurang sehingga laju pertumbuhan ekonomi menurun

2.2.4 Jalur Kredit (Credt Channel)
Jalur kredit berpendapat bahwa pengaruh kebijakan moneter terhadap
kegiatan ekonomi terjadi melalui perubahan perilaku bank dalam menyalurkan
kreditnya

kepada

nasabah.

Pengetatan

moneter

akan

menurunkan net

worth pengusaha sehingga berakibat pada menurunnya nilai jaminan atas kredit
yang diterimanya dari bank. Resiko yang dihadapi bank menjadi meningkat
sehingga bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit (adverse selection).
Menurunnya net worth juga akan mendorong nasabah untuk lebih berani
mengusulkan proyek-proyek yang menjanjikan tingkat hasil yang tinggi akan
tetapi dengan tingkat resiko kegagalan yang tinggi pula (moral hazard). Dan ini
meningkatkan resiko kredit macet bank-bank. Dengan demikian dampak dari
pengetatan

moneter

terhadap

penurunan

permintaan

agregat

dan

laju

pertumbuhan ekonomi lebih disebabkan oleh menurunnya kredit yang disalurkan

10

bank-bank baik karena factor adverse selection maupun untuk menghidari moral
hazard nasabah.
2.2.5 Jalur Ekspektasi Inflasi (Expectation Inflation Channel)
Dampak

perubahan

suku

bunga

kepada

kegiatan

ekonomi

juga

mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku
bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya
inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta
upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen
kepada konsumen melalui kenaikan harga.

2.3 Indikator Efektifitas MTKM
Efektivitas MTKM diukur dengan dua indikator, yaitu: (1). Berapa
kecepatan atau tenggat waktu (time lag) dan (2). Kekuatan variabel-variabel
pada jalur tranmsisi moneter dalam merespons shock SBI hingga terwujudnya
sasaran akhir. Indikator kecepatan diukur dari berapa time lag yang dibutuhkan
oleh variable-variabel dalam suatu jalur untuk merespons shock instrumen
kebijakan hingga tercapainya sasaran akhir (inflasi).

11

Indikator kekuatan variabel dalam merespons shock suatu variabel diukur
dengan order of magnitude. Jika order of magnitude suatu variabel semakin lebar
(jauh dari titik keseimbangan), maka semakin kuat variabel tersebut merespons
shock instrumen moneter atau perubahan variabel lainnya. Indikator untuk
kekuatan respons juga dapat dilihat dari Uji VD.

12

2.4 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter: Kajian Empiris
Secara empiris, besarnya permintaan agregat tidak selalu sama dengan
penawaran agregat. Jika terjadi selisih antara permintaan dan penawaran atau
terjadi outpt gap maka akan memberi tekanan terhadap kenaikan harga-harga
(inflasi) dari sisi domestik. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi luar negeri
terjadi melalui pengaruh langsung dan tidak langsung perubahan nilai tukar
terhadap perkembangan harga barang-barang yang diimpor.
Pada awalnya pelaksanaan kebijakan moneter hanya ditransmisikan melalui
Jalur Uang (money channel). Tapi, seiring dengan kemajuan di bidang ekonomi
dan keuangan serta perubahan struktural dalam perekonomian, maka jalur-jalur
MTKM berkembang menjadi enam jalur, salah satu di antaranya adalah Jalur
Suku Bunga (Mishkin, 2004: 125) dan Bofinger (2001: 45). MTKM melalui Jalur
Suku Bunga menekankan peranan perubahan struktur suku bunga di sektor
keuangan. Pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan
kepada suku bunga menengah/panjang yang selanjutnya mempengaruhi
permintaan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap inflasi (Taylor, 1995) dan
Bofinger (2001:80).
2.4.1 Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian model
VAR. Dalam model ini setiap variabel dianggap simetris, karena sulit menentukan
secara pasti apakah suatu variabel bersifat eksogen atau endogen. Sistem atau
model VAR tidak tergantung pada teori, namun mensyaratkan adanya beberapa
pengujian antara lain: Uji Stasioneritas, Uji Kausalitas Granger dan Uji
Kointegrasi serta Penentuan Lag Optimal.

13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM) merupakan jalur-jalur
yang dilalui oleh kebijakan moneter untuk dapat mempengaruhi sasaran
akhir kebijakan moneter yaitu pendapatan nasional dan inflasi.
2. Bahwa Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur,
diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset,
dan jalur ekspektasi.
3. Dalam merespons shock suatu variabel diukur dengan order of
magnitude. Jika order of magnitude suatu variabel semakin lebar (jauh
dari titik keseimbangan), maka semakin kuat variabel tersebut merespons
shock instrumen moneter atau perubahan variabel lainnya.
4. Secara empiris, besarnya permintaan agregat tidak selalu sama dengan
penawaran agregat. Jika terjadi selisih antara permintaan dan penawaran
atau terjadi outpt gap maka akan memberi tekanan terhadap kenaikan
harga-harga (inflasi) dari sisi domestik.

14

Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana
Media
http://www.bi.go.id/id/moneter/transmisi-kebijakan/Contents/Default.aspx
(diakses: pada hari Senin, 09 November 2015)
http://meginugrahawa.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-moneter_28.html
(diakses: pada hari Senin, 09 November 2015)
http://wibwibisono.blogspot.co.id/2013/07/mekanismetransmisi-kebijakanmoneter.html (diakses: pada hari Senin, 09 November 2015)

15