TS-183 PENERAPAN PROGRAM KONSERVASI AIR TANAH MELALUI PENDEKATAN SHIP Lilik Sudiajeng1 , I Wayan Wiraga

  

PENERAPAN PROGRAM KONSERVASI AIR TANAH MELALUI

PENDEKATAN SHIP

  1

  1

  1 Lilik Sudiajeng , I Wayan Wiraga , I Gusti Lanang Parwita , I Gede Nyoman Suta

  2 Waisnawa

  1 Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali, Bukit Jimbaran, Badung, 80364

  2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali, Bukit Jimbaran, Badung, 80364

  E-mail: sudiajeng@pnb.ac.id

  

Abstract

The main purpose of this groundwater conservation program is to prevent the occurrence of groundwater

crisis both quantity and quality that is always faced by the urban city such as Denpasar Bali. Issues of the

groundwater crisis have been discussed frequently, various efforts have been made, but the

implementation of the program is partial and not synergized between related elements, so less precise

target, less benefits, and unguaranteed sustainability. This research was conducted in Denpasar, starting in

2013 with a research roadmap until 2025. One of the implementation of the program that has been done is

by building domestic recharge-wells for rainwater harvesting in the recharge area of Denpasar City, to

balance the groundwater usage for household. The program is implemented through SHIP approach by

considering all sub-systems as a whole (Systemic), studied through intact thought (Holistic) from various

disciplines (Interdisciplinary), and involves all stakeholders (Participatory). Through this SHIP approach

is expected that the problem solving is appropriate and right on target, all elements feel to participate in

planning, implementing and sense of belonging, so guaranteed sustainability. This program began with a

technical review, discussion of priority issues, program design, selection of appropriate technology,

implementing, and evaluation for further development.

  Keywords: groundwater conservation, SHIP Approach.

  

Abstrak

Tujuan utama penerapan program konservasi air tanah ini adalah untuk mencegah terjadinya krisis air

tanah baik kuantitas maupun kualitasnya yang selalu dihadapi oleh kota besar yang terus berkembang

seperti Denpasar Bali. Isu krisis air tanah sudah sering dibahas, berbagai upaya sudah dilakukan, namun

pelaksanaan program bersifat parsial dan belum tersinergis antar unsur terkait, sehingga kurang tepat

sasaran, manfaat kurang optimal, dan kurang terjamin keberlanjutannya. Penelitian ini dilakukan di

Denpasar, dimulai sejak tahun 2013 dengan roadmap penelitian hingga tahun 2025. Salah satu penerapan

program konservasi air tanah yang sudah dilakukan adalah pembuatan sumur pemanen air hujan domestik

yang dibangun di wilayah daerah imbuhan Kota Denpasar untuk mengimbangi pemanfaatan air oleh

rumah tangga. Program dilaksanakan melalui pendekatan SHIP. Penerapan program konservasi air tanah

melalui pendekatan SHIP ini dilakukan dengan mempertimbangkan semua sub-sistem sebagai satu

kesatuan (Systemic), dikaji secara utuh (Holistic) dari berbagai disiplin ilmu (Interdisciplinary), dan

melibatkan semua unsur terkait (Participatory). Melalui pendekatan SHIP ini diharapkan pemecahan

permasalahan krisis air ini tepat guna dan tepat sasaran, semua unsur merasa ikut merencanakan,

menerapkan, dan memiliki, sehingga terjamin keberlanjutannya. Program ini diawali dengan kajian

teknis, pembahasan prioritas masalah, desain program, penetapan dan penerapan teknologi, dan evaluasi

program untuk pengembangan lebih lanjut.

  Kata kunci: konservasi air tanah, Pendekatan SHIP.

  PENDAHULUAN Salah satu isu strategis yang di hadapi kota besar adalah masalah krisis air tanah.

  Penyebab terjadinya krisis air di perkotaan antara lain karena meningkatnya kebutuhan

  

TS-183 air bersih akibat pertumbuhan penduduk yang pesat, perubahan alih fungsi lahan yang kurang terkontrol sehingga terjadi penurunan luas daerah tangkapan hujan, dan perubahan cuaca global (Bower, 2001). Kondisi tersebut juga sudah mulai terjadi di Kota Denpasar-Bali.

  Kota Denpasar merupakan salah satu wilayah strategis di Provinsi Bali dengan industri pariwisata serta industri kreatif pendukungnya sebagai pilar ekonomi utama. Secara administratif luas wilayah Kota Denpasar adalah 12.788 Ha atau 2,18% dari

  Bali ,

  provinsi terdiri dari 4 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Denpasar Utara, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Barat dengan total jumlah penduduk adalah 694.719 tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Kota Denpasar. Tingkat kepadatan penduduk adalah 5,436.84 jiwa/km2, termasuk kategori sangat padat (Pemerintah Kota Denpasar, 2017). Apabila rata-rata kebutuhan air adalah 144 ltr/orang/hari (Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2006), maka estimasi total kebutuhan air untuk domestik adalah 100.039.536,00/hari atau 1.157,87 ltr/dt, belum termasuk kebutuhan air untuk industri. Sementara itu, Karyana (2006) melaporkan bahwa di akhir tahun 2000, sudah terjadi deficit air sebesar 12,868.00 ltr/dt atau sekitar 12% dari estimasi total kebutuhan air.

  Berdasarkan hasil kajian dan data tersebut, pada tahun 2013 Pemerintah Kota Denpasar bekerjasama dengan Politeknik telah melakukan kajian teknis air tanah di Kota Denpasar melalui pendekatan Ergo-Hidrogeologi yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian yang dibiayai bersama oleh Pemerintah Kota Denpasar, Politeknik Negeri Bali, dan DRPM Kemristek Dikti melalui hibah penelitian pada skema Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT) periode 2014-2016. Untuk menjaga keberlanjutan penerapan hasil penelitian tersebut, maka ditindaklanjuti dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Program Konservasi Air Tanah di Kota Denpasar melalui Hibah Pengabdian pada skema IbW (Iptek bagi Wilayah) yang sekarang disebut Pengabdian Kemitraan Wilayah (PKM) untuk periode 2017-2019.

  Penerapan program konservasi air tanah ini dilakukan melalui pendekatan SHIP dengan mempertimbangkan semua sub-sistem sebagai satu kesatuan (Systemic), dikaji secara utuh (Holistic) dari berbagai disiplin ilmu (Interdisciplinary), dan melibatkan semua unsur terkait (Participatory). Melalui pendekatan SHIP ini diharapkan pemecahan permasalahan krisis air ini tepat guna dan tepat sasaran, semua unsur merasa ikut

  

TS-184 merencanakan, menerapkan, dan memiliki, sehingga terjamin keberlanjutannya. Program ini diawali dengan kajian teknis, pembahasan prioritas masalah, desain program, penetapan dan penerapan teknologi, dan evaluasi program untuk pengembangan lebih lanjut.

  METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu penelitian

  Fokus penelitian adalah wilayah Kota Denpasar yang berada dalam wilayah cekungan air tanah Denpasar-Tabanan. Lokasi penelitian adalah di Desa Peguyanagan Denpasar Utara dan Desa Penatih Denpasar Timur. Penetapan lokasi ini dilakukan berdasarkan hasil pemetaan daerah imbuhan yang merupakan luaran hasil penelitihan tahun 2014 (Sudiajeng dkk, 2014).

  Rancangan Penelitian

  Untuk memperoleh desain sumur imbuhan, penelitian dilakukan dengan rancangan deskriptif eksperimental. Berdasarkan data hasil pengukuran yang meliputi data topografi, hidrologi, dan geoteknik selanjutnya dianalisis dan disimpulkan secara deskriptif dan digunakan sebagai dasar untuk mendesain pembuatan sumur imbuhan. Aktivitas dalam bentuk Eksperimental dilakukan dengan membangun 2 buah prototipe sumur imbuhan domestic. Sumur imbuahan tipe 1 menggunakan buis beton diameter 100 cm dengan kedalaman 6 m dan tipe 2 dengan menggunakan pipa HDPe diameter 12" dengan kedalaman 4 m sebagaimana disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Selanjutnya efektivitas kedua tipe sumur dianalisis secara empiris melalui uji coba dan pengukuran langsung di lapangan.

  Setelah diperoleh 2 tipe sumur imbuhan tersebut, maka untuk menjamin keberlanjutan program konservasi air tanah, maka pemilihan tipe sumur yang akan diimplementasikan melalui program pengabdian masyarakat dilakukan melalui pendekatan SHIP.

  

TS-185

  Gambar 2 Gambar 1. Desain sumur imbuhan domestik tipe 1 dengan Desain sumur imbuhan domestik tipe 1 dengan menggunakan Pipa HDPe diameter 12” menggunakan buis beton diameter 100 cm

  (Sudiajeng, 2016) (Sudiajeng, 2016) Pendekatan SHIP

  Pendekatan SHIP merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengembangan konsep ergonomi

total oleh Profesor Manuaba, salah satu pakar ergonomi Indonesia. Konsep ini sudah

dikembangkan sejak era tahun sembilanpuluhan, yang diawali dengan penerapan ergonomi

partisipatori. Selanjutnya pada era tahun yang sama, pengembangan konsep ergonomi

partisipatori ini dilengkapi dengan pengembangan konsep teknologi tepat guna atas dasar kajian

enam aspek ergonomi yang meliputi aspek teknis, ekonomis, ergonomis, sosial-budaya, hemat

energi dan ramah lingkungan. Masih pada era yang sama, Profesor Manuaba memperkuat

konsep ergonomi partisipatori dan teknologi tepat guna melalui kajian yang terstruktur dan utuh

dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang terkait yang dikenal dengan pendekatan yang

Sistemic, Holistic, Interdiciplinary and Participatory (SHIP Approach), yang selanjutnya

disatukan dalam sebuah konsep ergonomi total (Manuaba, 2006). Secara garis besar, proses

penerapan ergonomi total melalui pendekatan SHIP.

  Pendekatan SHIP diterapkan mulai dari identifikasi masalah hingga penetapan teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini, pendekatan SHIP dilakukan pada saat Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan sebelum memulai kajian teknis air tanah pada tahun 2013 dan setelah selesai setiap tahapan penelitian untuk diseminasi hasil penelitian. FGD melibatkan 22 unsur, masing-masing diwakili oleh 2 orang, sehingga total peserta FGD adalah 44 orang, meliputi : Dinas PU dan Penataan Ruang Kota Denpasar; Dinas Lingkungan Hidup dan kebersihan Kota Denpasar; Kelurahan Penatih – Denpasar Timur; Kelurahan Peguyangan – Denpasar Utara; Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal Kota Denpasar; Kantor Camat Denpasar Utara; Kantor Camat Denpasar Timur; Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar; Kantor Pertanahan Kota Denpasar; Kantor Camat Denpasar Selatan; Kantor Camat Denpasar Barat; PDAM Kota Denpasar; Dinas Pertanian Kota Denpasar; Dinas Pendapatan Daerah Kota Denpasar; Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Denpasar; Dinas Pariwisata Kota Denpasar; Dinas Kesehatan Kota Denpasar; Akademisi; Tokoh masyarakat; Masyarakat umum; Pemerhati lingkungan; dan NGO.

  Secara garis besar, proses pendekatan SHIP disajikan pada Gambar 3 berikut ini. Pendekatan SHIP Pendekatan Analisis TTG SHIP (6 Aspek) Ya

Observasi Ada Analisis Pilihan Perlu Rencana

evaluasi awal / indikasi Teknolo 1. Job Enrichment Program Pengembangan :

masalah? -gi?

Tidak Ya Tidak Identifikasi ergonomi 8 masalah SWOT Solusi Kerja Implementa si 2. Job Enlargment Pengendalia n

  Gambar 3. Proses Pendekatan Ergonomi Total melalui pendekatan SHIP (Sudiajeng, 2007)

  Mekanisme pelaksanaan FGD:

  • Pelaksanaan FGD dilakukan melalui pendekatan SHIP, di mana peserta dibagi ke dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan peserta dari unsur yang berbeda.
  • Tiap kelompok dibantu seorang fasilitator yang sudah memahami pendekatan SHIP
  • Tema utama dari FGD disesuaikan dengan target luaran yang telah disepakati bersama dan merupakan bagian dari program konservasi air tanah Kota Denpasar - Setiap kelompok mendapatkan tugas yang sama, yaitu untuk memperoleh konsep tentang penyelesaian masalah atau tentang pemilihan alternatif sesuai dengan pokok bahasan yang direncanakan.
  • Semua anggota kelompok mempunyai kedudukan dan hak bicara yang sama tanpa mengenal hierarki jabatan.
  • Semua kelompok memiliki ketua dan sekretaris yang dipilih oleh anggota kelompok

  • Dengan dipimpin oleh ketua kelompok dan difasilitasi oleh fasilitator, masing- masing kelompok melaksanakan tugasnya
  • Di akhir sesi, masing-masing ketua kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok dan dibahas bersama oleh semua peserta.
  • Tim peneliti akan menyusun rekapitulasi hasil kerja kelompok, menganalisis, dan menyimpulkan hasil kerja kelompok yang selanjutnya akan disampaikan kembali kepada peserta kelompok untuk mendapatkan komentar akhir sebelum hasil kerja FGD ditetapkan.

  

TS-188

  Pengumpulan data

  1. Data Teknis (Objektif)

  Data teknis yang yang digunakan sebagai materi FGD adalah hasil pengujian lapangan terhadap efektifitas prototype kedua tipe sumur imbuhan sebagai hasil penelitian periode tahun 2016 sebagaimana disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

  Tabel 1. Hasil uji kapasitas sumur imbuhan

  Sumur 1 Sumur 2 Rata-rata Sumur a Sumur b Rata-rata Decreasing of water level (m) 1.071 1.794 1.433 1.075 1.775 1.425 Infiltration (m3) 0.842 1.41 1.126 0.314 0.518 0.416

Total time of assessment 14.417 14.417 14.417 14.417 14.417 14.417

Debit of recharge (m3/hour)

  0.058 0.98 0.519 0.022 0.036 0.029 Total time of recharge (hour) 246.999 147.456 197.228 53.739 32.546 43.1425 Total time of recharge (day)

  10.292 6.14 8.216 2.239 1.356 1.7975 Harvesting water (m3/year/ wells) 168.102 281.582 224.842

  62.7 103.53 83.115

  (Sudiajeng dkk, 2016)

  2. Data Subjektif

  Data subjektif diperoleh dari hasil FGD, yang meliputi urutan prioritas penanganan, penetapan lokasi pembuatan sumur imbuhan, penetapan tipe sumur imbuhan yang diterapkan di lingkungan masyarakat.

  Desain dan Penempatan Sumur Imbuhan

  Pengimbuhan air tanah secara alami terjadi melalui proses infiltrasi dan perkolasi secara gravitasi sehingga air hujan sampai ke muka air tanah, sedangkan pengimbuhan buatan dilakukan dengan memompa air ke dalam sumur untuk selanjutnya meresap ke dalam tanah (Danaryanto, 2010). Untuk di kota-kota strategis seperti Denpasar, pengimbuhan air tanah secara alami sangatlah sulit mengingat lahan bebas yang terbatas akibat alih fungsi lahan yang kurang terkontrol. Untuk periode 2000-2005 rata-rata alih fungsi lahan mencapai 913,20 ha per tahun dan bersifat permanen dan tidak dapat dikembalikan sebagaimana kondisi awalnya (Iqbal, 2007). Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Daerah

  

Bali yang mengatakan bahwa penyusutan mencapai 800 hingga seribu hektar per tahun,

penyusutan terbesar terjadi di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Tabanan yang

merupakan wilayah strategis di Bali dengan pariwisata sebagai salah satu pilar ekonomi

utamanya. Tingginya alih fungsi lahan antara lain didorong kebijakan pemerintah

kabupaten/kota yang mengijinkan alih fungsi lahan, walaupun pemerintah Provinsi Bali

sudah melarangnya (KBR Denpasar, 2017). Menyusutnya lahan hijau menyebabkan

berkurangnya daerah tangkapan air hujan (catchment area) yang dalam jangka panjang

dapat menyebabkan terjadinya krisis air. Air merupakan sumber kehidupan bagi semua

makhluk, khususnya manusia. Menjaga kelestarian air tanah sudah menjadi kewajiban

dan tanggungjawab semua unsur terkait, termasuk masyarakat umum. Oleh karenanya

  perlu upaya-upaya inovatif untuk merekayasa model konservasi air tanah, salah satunya melalui rekayasa imbuhan air yang berkelanjutan. Sudah banyak model imbuhan air buatan yang dikembangkan, namun suatu metode yang cocok diterapkan di suatu wilayah belum tentu efektif untuk wilayah lainnya. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan kondisi hidrogeologi setempat. Budi (2013) melaporkan bahwa daya serap air pada tanah yang mengandung bahan gambut 60,744% lebih baik dibandingkan dengan tanah lempung.

  Sudiajeng dkk. (2014) melaporkan bahwa berdasarkan data hidrogeologi, maka daerah imbuhan berada di wilayah Denpasar bagian utara dan sebagian kecil wilayah Denpasar bagian timur dan barat dengan Curah hujan 1500 – 1750 mm/tahun dan bulan basah 4 bulan/tahun. Nilai kelulusan air (K) tertinggi 0,0434 m/hari, tinggi muka air tanah 0,80 – 16,10 m bawah muka tanah (bmt) dan laju infiltrasi 0.00000054 mm/detik.

  

TS-189 Selanjutnya berdasarkan data tersebut, telah dirancang 2 (dua) tipe sumur imbuhan dangkal untuk mengimbangi pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan rumah tangga (Gambar 2 dan Gambar 3), sekaligus sebagai dasar penetapan lokasi untuk penerapan program konservasi air tanah.

  Di samping kajian aspek teknis, maka desain sumur juga mempertimbangkan nilai kearifan lokal. Hasil FGD menyimpulkan bahwa air adalah kehidupan, oleh karena itu, penempatannya haruslah di halaman dengan kategori utama, oleh karena itu, penempatan sumur direkomendasikan di halaman rumah dengan desain yang indah menyatu dengan keindahan halaman rumah.

  Penetapan Tipe Sumur

  Penetapan tipe sumur yang akan diterapkan sebagai salah satu pendukung program konservasi air tanah dipilih dan ditetapkan dalam FGD melalui pendekatan SHIP, dengan mempertimbangkan semua sub-sistem sebagai satu kesatuan (Systemic), dikaji secara utuh (Holistic) dari berbagai disiplin ilmu (Interdisciplinary), dan melibatkan semua unsur terkait (Participatory). Melalui pendekatan SHIP ini diharapkan pemecahan permasalahan krisis air ini tepat guna dan tepat sasaran, semua unsur merasa ikut merencanakan, menerapkan, dan memiliki, sehingga terjamin keberlanjutannya. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa penerapan program melalui pendekatan SHIP telah terbukti dapat meningkatkan kinerja, menjamin keselamatan kerja dan kesehatan kerja, serta keberlanjutan program terjaga (Sudiajeng, 2007; Sudiajeng, 2010; Sudiajeng, 2012).

  Penerapan pendekatan SHIP pada program konservasi air tanah ini diawali dengan kajian teknis, pembahasan prioritas masalah, desain program, penetapan dan penerapan teknologi, dan evaluasi program untuk pengembangan lebih lanjut. Hasil pendekatan SHIP dalam penetapan tipe sumur imbuhan dilakukan melalui pengisian quisioner sederhana yang selanjutnya dibahas bersama untuk penyamaan persepsi dan pengambilan kesepakatan. Hasil scoring (skala 1-5) penetapan tipe sumur sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Hasil scoring penetapan tipe sumur (Sudiajeng, 2016)

  

TS-190

  Sumur imbuhan tipe 1 Sumur imbuhan tipe 1 Indikator (Gambar 2) (Gambar 3) Kapasitas (m3/tahun/sumur) 168,102 62,70

  Desain teknis 4.455 4.500 Ketersediaan lahan 1.000 4.477 Kesiapan teknologi 4.091 4.318 Ketersediaan tenaga kerja 2.727 4.273 Fleksibilitas 1.545 4.409 Total score 13.818 21.977

  Tabel 2 menunjukkan bahwa walaupun secara teknis sumur imbuhan tipe 1 memiliki kapasitas pemanenan air hujan yang jauh lebih tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas pemanenan air hujan untuk tipe 1 adalah 168,102 m3/tahun/sumur, sedangkan tipe 2 adalah 62,7 m3/tahun/sumur (Tabel 1), namun dari aspek sosial ternyata sumur imbuhan tipe 1 yang dipilih untuk diterapkan sebagai salah satu pendukung program konservasi air tanah di Kota Denpasar. Apabila penetapan tipe tersebut tidak melibatkan unsur terkait, maka secara teknis pasti pihak pemerintah akan menerapkan tipe kedua yang berkapasitas jauh lebih besar. Namun apabila hal ini dilaksanakan, maka keberhasilan program akan terhambat oleh faktor sosial di lapangan. Di samping penetapan tipe sumur, sebagai hasil FGD juga telah ditetapkan lokasi prioritas tahun 2017 sebagai tempat pembuatan sumur imbuhan, yaitu di depan Banjar Blusung (1 sumur), halaman SMP 12 (2 sumur), halaman SD 5 (1 sumur), dan halaman lapangan tembau (1 sumur). Penetapan prioritas lokasi tersebut didasarkan atas kondisi eksisting di mana selalu terdapat genangan air bahkan di saat tidak hujan karena adanya rembesan air dari sawah. Berdasarkan hasil FGD tersebut telah direalisasikan pembuatan sumur tersebut dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa sumur yang sudah terbangun sangat efektif dalam memanen air hujan dan sekaligus mengatasi masalah genangan air yang ada. Hal ini membuktikan bahwa Peran unsur terkait dalam pelaksanaan program sangat penting dalam menjamin keberhasilan dan keberlanjutan program. Hal ini senada dengan hasil penelitian Rahayu Kristiniati Ilmi Usrotin Choiriyah (2014) yang menyatakan bahwa peran masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap jalannya proses pembangunan di Desa Bligo. Adanya komitmen Kepala Desa, LKM, Pelaksana dan tokoh masyarakat, program pembangunan desa dapat terlaksana dengan baik.

  TS-191

  SIMPULAN 1. Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk, khususnya manusia.

  Menjaga kelestarian air tanah sudah menjadi kewajiban tidak hanya bagi pemerintah atau pengambil kebijakan, tetapi tanggungjawab semua unsur terkait, termasuk masyarakat umum.

  2. Dalam merancang kebijakan dan penerapan program konservasi air tanah, maka sangat penting untuk melibatkan semua unsur terkait sebagai pengambil kebijakan, pelaku, maupun pengguna.

  3. Pendekatan SHIP merupakan salah satu metode yang efektif untuk pemecahan permasalahan krisis air tanah yang tepat guna dan tepat sasaran karena semua unsur merasa ikut merencanakan, menerapkan, dan memiliki, sehingga terjamin keberlanjutannya.

  Bali Province (2010). Report of Strategic environmental assessment in the province of Bali. Bouwer, Herman (2001). Artificial recharge of groundwater: hydrogeology and engineering, Hydrogeolosy Journal, 10, 121-142. Budi, Basuki Setiyo (2013). Model Peresapan Air Hujan Dengan Menggunakan Metode Lubang Resapan Biopori (LRB). Jurnal Wahana TEKNIK SIPIL, 18, 1-12. Daryanto, Kodoatie, R.J., Hadipurwo, S., Sangkawati, S (2010). Air Tanah. Kementrian

  Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung. 2nd Ed. Wiley, New York Direktorat Jenderal Cipta Karya (2007). Satu Orang Indonesia Konsumsi Air Rata-rata

  

144 Liter per Hari. Diambil dari: http://ciptakarya.pu.go.id/v3/news.php?id=101

  Iqbal, M. 2007. Fenomena dan Strategi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengendalian Konversi Lahan Sawah di Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat.

  Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian Bogor.

  Pemerintah Kota Denpasar (2017). Bank Data. Diambil dari situs resmi Pemerintah Kota Denpasar: pusat data.denpasarkota.go.id

  Santosa, IGN, Adnyana, G M, dan Dinata I K K (2011). Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Ketahanan Pangan Beras. Proceeding: Seminar Nasional Budidaya Pertanian, Bengkulu.

  Karyasa, I M (2006). Analisa Kebutuhan dan Kelayan Investasi Air bersih di Kota Denpasar. (Master thesis, Institute Teknologi Sepuluh November Surabaya, 2006).

  ITS-Master-3100003018397. KBR, Denpasar (2017). Lahan Sawah di Bali Menyusut Seribu Hektar per Tahun.

  Diambil dari: http://kbr.id/berita/03- 2017/lahan_sawah_di_bali_menyusut_seribu_hektar_per_ tahun/ 9284.html. Manuaba, A (2006). Teknologi yang Manusiawi, Kompetitif, dan Berkelanjutan

  Merupakan Ragam Teknologi Yang Paling Relevan dan Andal untuk Diaplikasikan

  

TS-192

  st Seminar on

  di Sektor Industri Masa Kini dan Selanjutnya. Proceeding: The 1 Aplication and Research in Industrial Technology. Kristiniati, R dan Choiriyah, I U, (2014). Partisipasi Masyarakat Dalam Mandiri

  Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Bligo Kabupaten Sidoarjo. JKMP, 2 (2), 103-220 Sudiajeng, L., Wiraga, I W, Parwita, I G L, and Santosa, G (2017). Domestic Recharge

  Wells for Rainwater-Harvesting in Denpasar City, Bali-Indonesia. International Journal of GEOMATE, 13 (36), 50-57. Sudiajeng, L, Wiraga, I W, Parwita, I G L (2017). Inovasi Sumur Imbuhan Untuk Pemanenan Air Hujan Domestik. LOGIC, 16, 155-160. Sudiajeng, L, Wiraga, I W, Parwita, I G L, Mudhina, M (2016). Recharge Wells Innovation for Domestic Rainwater Harvesting: a case study in Denpasar City.

  Dipresentasikan pada International Joint Conference on Science and Technology (IJCST) 2017, Ayodya Resort Nusa Dua Bali, 12-13 Oktober 2016.

  Sudiajeng, Lilik; Wiraga, I Wayan; Parwita, I Gusti Lanang; Andayani, Wiwin, Ketut (2014). Analisis Daerah Imbuhan Sebagai Upaya Konservasi Air Tanah di Kota Denpasar. Prosiding Seminar Nasional Ketekniksipilan Bidang Vokasional II, Bukit Jimbaran, 18 – 19 September 2014.

  Sudiajeng, L. (2012). Profil Sungai (Tukad) Teba. Satker Pengembangan PenyehatanLingkungan Permukiman Bali. Sudiajeng, L (2012). Ergonomics Redesign Minimized Unsafe Action in a Wood

  Working Workshop. Ergonomics In Asia, Development, Opportunities, and

  Challenges. Yuh-Chuan Shih & Sheau-Farrn Max Liang.CRC Press, Taylor and Francis Group, London, 289-293.

  Sudiajeng, S (2010). Ergonomic SHIP Approach for Sustainable Development of Woodworking Workshop. Proceeding: International Conference on APCHI- Ergofuture, Bali – Indonesia.

  Sudiajeng, L, Sumetri, W, Rumini, I, Paramita, P (2007). Total ergonomics approach in developing sustainable mangrove forest action in Bali. Proceedings: Agriculture

  Ergonomics Development Conference, Kuala Lumpur Malaysia.

  

TS-193