BAB I PENDAHULUAN - Proposal PTK AYAT AYAT API KARYA SAPARDO DJOKO DAMONO Sebuah kajian Stilistiuka

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakanag

  ` Bahasa merupakan sebuah media penting penyampai informasi yang digunakan manusia. Hal itulah yang menjadikan bahasa sebagai bagian hidup di dalam bermasyarakat. Penggunaan bahasa sifatnya arbitrer, maksudnya bebas dalam menggunakannya yang terpenting orang lain dapat menangkap informasi yang disampaikan (adanya kesepakatan). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa ialah suatu hal yang memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Lewat bahasa, informasi untuk orang lain disampaikan. Maka dari itu dibutuhkan suatu penggayaan didalamnya agar tercipta suatu estetika di dalam bahasa itu sendiri. Kemudahan pemahaman akan tercapai jika dalam pemahaman bahasa yang digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut telah mengalami keragaman didalamnya termasuk informasi yang disampaikan melalui karya sastra.

  Penelitian ini diberi judul Ayat-ayat Api karya Sapardo Djoko Damono

  

(sebuah kajian stilistiuka). ada tiga hal yang melatar belakangi kenapa penulis

  memilih judul tersebut. Ketiga alasan tersebut, yaitu: (1) dari aspek isi menarik, (2) dalam Ayat-ayat api terdapat gaya bahasa yang sangat menarik untuk dikaji, (3) belum pernah dikaji oleh mahasiswa pada matakuliah Metodologi Penelitian dengan kajian citraan.

  Pertama dari aspek isi menarik, Ayat-ayat Api mempunyai gambaran lebih tepat diposisikan sebagai isyarat. Artinya ada rahasia terdekat yang perlu lebih dahulu disingkap tabirnya sebelum menyingkap tabir rahasia-rahasia lainnya. Ayat-ayat Api mempunyai gambaran di isyaratkan seperti cerita-cerita dalam kehidupan hari-hari dari kisah pada masa kanak-kanak hingga masa dewasa dengan berbagai peristiwa dan kenangan yang terus membayang. Dari ayat-ayat Api mengajak pembaca mengenang peristiwa-peristiwa yang membuat kita terlena, tersanjung, dan terkejut dalam menjalani jehidupan yang sebentar saja di dunia ini. Pengisyarahan tentang kehidupan dengan berbagai kenagan membuat manusia lebih belajar darinya dan kemudian dapat terasa lebih berarti.

  Ayat-ayat Api ditulis oleh seorang yang sangat memperhatikan keadaan sosial, Sapardi Djoko Damono adalah sosok yang mampu merekam keadaan di sekelingnya dengan baik dan memiliki kemampuan membahasakan keadaan tersebut dengan bahasa yang santun melalui karya sastra yang diciptakanya. Ia melukiskan keadaan yang gawat dan mencekam dimana Api membakar pertokoan, rumah, kendaraan dengan bahasa yang halus dan indah.

  Kedua, dalam Ayat-ayat Api terdapat berbagai gaya bahasa dan pemilihan kata yang tepat guna mendapat nilai estetis sebagi karya sastra. Ketiga, Ayat-ayat Api belum pernah dianalisis berdasarkan kajian stilistika khususnya di STKIP PGRI JOMBANG.

1.2 Permasalahan

  1.1.1 Batasan Masalah Untuk memperoleh hasil yang tepat dalam sebuah penelitian maka dalam penelitian ini peneliti membatasi pada diksi atau pilihan kata yang terdapat dalam Ayat-ayat Api dan gaya bahasa yang digunakan dalam puisi Ayat- ayat Api.

  1.1.2 Rumusan masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka pokok masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah pemilihan kata yang terdapat dalam Ayat-ayat Api?

  2. Bagaimanakah penggunaan gaya bahasa dalam Ayat-ayat Api?

1.4 Tujuan Penelitian

  1.1.3 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendiskripsikan unsur struktur fisik puisi dan memperoleh gambaran tentang diksi dan gaya bahasa dalam puisi Ayat-ayat Api karya Sapardi Djoko Damono

  1.1.4 Tujuan Khusus Bertolak dari tujuan umum tersebut diharapkan penelitian ini

  1.2 Manfaat Penelitian

  1.2.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu kesastraan, khususnya stylistika.

  1.2.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca dalam mengapresiasikan puisi Ayat-ayat Api terutama dalam hal pemilihan kata dan gaya bahasa yang digunakan Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang mengkaji puisi Ayat-ayat Api dari aspek yang lain.

  1.3 Definisi Operasional

  Sebuah penelitian tentunya mengandung beberapa istilah yang perlu dijelaskan, serta untuk menghindari salah pengertian, maka harus ada penegasan- penegasan istilah meliputi : Kajian Stilistika : Stilistika dalam pengertian yang luas, yang menginklusifkan ciri-ciri bahasa secara situasional. Pusat penelitian stilistika adalah style (gaya bahasa), yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya, dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Ayat-ayat Api : Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh

  Pustaka Firdaus, 2000. Jakarta Jadi yang dimaksud Kajian stilistika pada Ayat-ayat Api adalah sebuah telaah yang digunakan untuk mengungkap, memahami pemilihan kata dan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi Ayat-ayat Api karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Pustaka firdaus. Jakarta. 2000.

LANDASAN TEORI

2.1 Hubungan gaya bahasa dan puisi

  Menurut Aminuddin (2004:72) menyatakan bahwa istilah gaya mengandung

pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan mengunakan

media bahasa yang indah yang harmonis serta mampu menuansakan makna dan

suasana yang menyentuh daya inteletual dan emosi pembaca. Pernyataan tersebut

maksudnya ialah penggayaan bahasa merupakan suatu ekspresi seorang pengarang

dalam mengeksploitasi bahasa sebagai bahan pembangun utama karyanya agar

memiliki keindahan dan sarat nuansa makna yan harmonis sehingga enak saat dibaca.

Sedang menurut Stanton (2007:61), gaya ialah cara pengarang dalam menggunakan

bahasa, maksudnya yaitu gaya pengarang dalam mengolah bahasa yang digunakan

untuk membangun karyanya. Selanjutnya stilistika menurut Sudjiman (1993:13) ialah

style, yaitu cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan

maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Penjelasan tersebut dapat

diartikan bahwa stilistika ialah suatu cara yang digunakan seorng pembicara atau

penulis untuk mengungkapkan gagasannya dengan bahasa yang penuh ekspresi.

Ketiga pendapa mengenai stilistika tersebut dapat disimpulkan bahwa stilistika ialah

sutu cara yang digunakan pengarang untuk mengungkapkan idenya dengan bahasa

yang indah sebagai medianya.Gaya bahasa sesungguhnya terdapat dalam segala

ragam bahasa: ragam lisan dan ragam tulis, ragam nonsastra dan ragam sastra, karena

gaya bahasa ialah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang

tertentu dan untuk maksud tertentu. Maksud dari pernyataan itu ialah segala ragam

bahasa pasti didalamnya tedapat unsur gaya bahasa. Berdasarkan cakupannya gaya

bahasa memliki bagian yaitu diksi (pilihan kata), struktur kalimat, mjas dan citraan,

pola rima, dan matra yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam

sebuah karya sastra

  Pilihan kata atau diksi menurut Keraf (2006:22-23), bukan saja dipergunakan

untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan ide atau

gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa dan ungkapan.

Maksudnya ialah pilihan kata atau diksi bukan hanya suatu kata-kata yang digunakan

  

menentukan dalam penyampaian makna (Sudjiman, 1993:22). Maksudnya keterkaitan

antara makna dan pilihan kata atau diksi sangat erat. Jika plihan kata yang digunakn

tidak tepat maka makna yang ingin disampaikan akan sulit diterima karena adanya

salah persepsi antara bacaan dan pembacanya.

  Tujuan dari adanya pilihan kata ini untuk membuat bahasa yang digunakan

menjadi indah, sebab bahasa ialah sebuah tanda yang digunakan manuia untuk

menyampaikan maksudnya. Pilihan kata yang dimaksud tentunya bukan hanya

mencari kemudian memasangkan kata yang puitis, tetapi pilihan kata itu meliputi

proses pencarian, penyelesaian dan pemanfatan kata-kata tertentu yang dapat

menimbulkan nilai estetika atau keindahan dalam arti luas dan sekaligus sarat makna

yang sesuai dengan keinginan pengarang.

  Keraf (2006:24), memberikan tiga simpulan berkenaan tentang diksi atau

pilihan kata. Pertama, diksi atau pilihan kata mencakup pengertian kata-kata mana

yang dipakai untuk menyampaikn suatu gagasan, bagaimana membentuk

pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang

tepat dan gaya mana yang paling baik sigunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan

kata atau diksi ialah kemampuan membedakan secara tepa nuansa-nuansa makna dari

gasan yang ingin dsampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang ssuai

(cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan

sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Simpulan yang

dinyatakan Keraf tersebut telah mewaili semua tentang seluk beluk pilhan kata atau

diksi.

2.1.1 Kriteria Pemakaian Diksi atau Pilihan Kata

  

Pada dasarnya kata ialah suatu tanda untuk menyatakan atau mengungkapkan

  gagasan, konsep, makna. Konsep itu berupa benda, gerak, sikap, keadaan, citarasa,

perasaan dan banyak lagi.Maksudnya kata merupakan media penyampaian maksud.

  Dalam diksi atau pilihan kata, pemakaian kata untuk dirangkai menjadi sebuah kalimat tidak memiliki aturan khusus, terkecuali jika membuat kalimat gramatikal yang merupakan aturan paten dalam membuat kalimat. Tujuan dari diksi ialah

  Kalimat bisa amat pendek terdiri dari sebuah kata saja, teapi juga bisa amat

panjang terdiri dari beratus-ratus kata. Kalimat pendek biasanya mudah dipahami.

Makin panjang sebuah kalimat, maka makin banyak umpukan konsepnya, tambah

susah dipahami pesan utuhnya yang terkandung didalanya (Dewabrata, 2004:157).

Pernyataan tersebut dapat dijabarkan bahwa kalimat yang panjan akan lebih sulit

dipahami maknanya dari pada kalimat yang pendek. Jika pilihan kata yang digunakan

tepat maka kalimat yang dihasilkan akan pendek dan tentunya juga makna atau

maksud yang disampaikan akan mudah dipahami. Pemakaian kata yang tidak tepat

seringkali menimbulkan distorsi pesan (Dewabrata, 2004:157).

  Ketepatan pilihan kata menurut Keraf (2006:87), ialah mempersoalkan

kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada

imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dirasakan oleh penulis atau

pembicara. Maksudnya ialah, dalam pemilihan kata yang akan digunakan sangat

menanyakan apakah nanti kata yang digunakan tersebut dapat menimbukan mana

yang sesuai dengan agasan yang ingin disampaikan. hal-hal yang harus diperhatikan

agar bisa mencapai ketepatan pilihan kata yang akan digunakan, antara lain:

1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi, masudnya kata mana yang

ingin digunakan untuk mencapai tingkat keemosionalan sesuai dengan gagasan. Jika menginginkan pembaca menebak-nebak makna maka gunakan kata yang bermana konotasi, dan begitu juga sebaliknya.

2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim, maksudnya

memilih kata-kata dengan tepat mana yang memiliki makna hampir sama, dan tentunya sesuai dengan gagasan yang dimaksud

.3) Membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaannya. Artinya penulis harus bisa

membedakan kata-kata yang dalam ejaannya ampir sama sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman makna.

4) Menghindari kata-kata ciptaan sendiri, maksudnya jangan menggunakan kata-

kata ciptaan sendiri karena kata-kata tersebut tidak ada yang mengetahi maknanya, terkecuali dalam kalangan sendiri yang telah mempunyai kesepakatan tentang bahasa tersebut.

5) Waspada terhadap penggunaan akhiran asing, maksudnya supaya tidak terjadi

  pembaca tidak memikir dua kali dalam memahami makna. Kata khusus lebih tepat mengambarkan sesuatu daripada kata umum .8) Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.

9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal. 10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Selanjutnya Keraf (2006:103-104), syarat-syarat kesesuian pilihan kata antara lain:

1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi

yang formal.

2) Membedakan secara cermat antara kata ilmiah dan kata popule, maksudnya

pembacanya untuk kalangan apa, maka kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan pemahaman bahasa pada kalangan tersebut.

3) Jangan menggunakan jargon karena hal tersebut dapat membuat rancu

pemahaman, karena jargon merupakan bahasa yang bersifat rahasia.

4) Jangan menggunakan kata slang, karena kata slang termasuk kata-kata ciptaan

sendiri. 5) Jangan menggunakan kata percakapan. 6) Hindarilah ungkapan-ungkapan yang sudah usang (idiom yang mati). 7) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.

2.2 Gaya Bahasa atau Majas

  Suatu bahasa akan lebih indah dan menarik jika bahasa tersebut telah mengalami proses penggayaan didalamnya. Penggayaan bahasa yang dimaksud ialah dimana bahasa tersebut telah tercampur dengan unsur stilistika didalamnya khususnya majas atau gaya bahasa. Menurut Keraf (2006:113), majas atau gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa supaya bahasa terlihat imajinatif. Maksudnya ialah majas merpakan salah satu cara pengarang dalam mengeksploitasi bahasa sehingga bahasa yang digunakan sebagai bahan pembangun karyanya tersebt menjadi menarik dan terlihat estetika kebahasaannya. Sedang menurut Aminuddin (2004:76- dengan penggunaan majas dalam bahas ayang digunakan akan memperindah bahasa tersebut. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa majas merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memperindah bahasa yang digunakan untuk membangun karyanya.

  Sumardjo dan Saini K.M (1986:92), gaya ialah pribadi pengarang itu sendiri. Maksudnya bentuk gaya bahasa yang digunakan pengarang merupakan bentuk asli jati dirinya, bagaiman sifat pengarang tersebut dapat diketahui saat dia mengolah suatu bahasa. Keterkaian pengarang dengan gaya bahasa memang sangat erat, karena kepribadian pengarang akan mempunyai pengaruh besar tehadap bentuk gaya bahasa yang akan digunakan nanti. Ada dua aliran yang terkenal berdasarkan teori gaya tersebut (Keraf, 2006:112).

  1) Aliran Platonik, menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan; menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak memiliki style. 2) Aliran Aristoteles, menganggap bahwa gaya ialah suatu kualitas yang inhern, yang ada dalam tiap ungkapan.

  Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada karya yang tidak memiliki gaya. Sebaiknya, aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada yang memiliki gaya yang kuat dan gaya yang lemah. Jenis-jenis Gaya Bahasa Keraf (2006:115) menjeniskan gaya bahasa berdasarkan dari berbagai sudut pandang.

  1.Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Berdasarkan pilihan kata gaya bahasa dibagi menjadi:

  1) Gaya bahasa resmi, ialah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang digunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan resmi, dalam cakupan bahasa nonformal. 3) Gaya bahasa percakapan, ialah gaya bahasa yang digunakan dalam kata-kata populer dan percakapan.

  2. Gaya bahasa berdasarkan nada Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana.

  1) Gaya sederhana ialah gaya yang biasanya cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan dan sejenisnya.

  2) Gaya mulia dan bertenaga ialah gaya yang penuh dengan vitalitas dan enersi dan biasanya digunakan untuk menggerakkan sesuatu.

  3) Gaya menengah ialah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai.

  3. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk meciptakan gaya bahasa yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini ialah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

  Metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai subyek kajian. Sampai saat ini, tampaknya dalam penelitian sastra seringkali ada kerancuan antara penggunaan istilah metode, teknik, dan pendekatan. Akibatnya, terjadi ketumpangtindihan wilayah penelitian sastra. Metode semestinya menyangkut cara yang operasional dalam penelitian. Metode telah membutuhkan langkah penelitian yang pantas diikuti. Adapun teknik berhubungan dengan proses pengambilan data dan analisis penelitian.

  Bagaimana data yang sebanyak-banyaknya itu diambil mampu mewakili subyek penelitian, adalah tergantung pemanfaatan teknik penelitian. Sedangkan pendekatan adalah sebuah perspektif penelitian sastra. Pendekatan merupakan “wilayah” (ruang lingkup) penelitian sastra. Wilayah ini berhubungan dengan aspek- aspek yang akan diungkap dalam penelitian. Pendekatan akan membingkai obyek apa saja yang mungkin diungkap dalam penelitian. Itulah sebabnya, pendekatan juga sering dinamakan sebuah model penelitian. (Endraswara, 2008:8)

  Sumber Data dan Data Penelitian

  Sumber data dari penelitian ini adalah Kumpulan Sajak “Ayat-ayat Api”karya

  

Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Pustaka Firdaus pada tahun 2000 di

Jakarta.

  Langkah-langkah Kerja Penelitian

  Langkah-langkah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

  1. Peneliti membaca untuk menghayati dan memahami secara interpretative seluruh sumber data. Kemudian menandai dan menulisnya kembali pada buku- buku catatan 2. Peneliti mengidentifikasi seluruh data secara utuh dan menyeluruh. Identifikasi dikerjakan sesuai dengan masalah penelitian

  3. Peneliti menafsirkan kembali seluruh data yang teridentifikasi dan terklasifikasi untuk menemukan kepaduan, kesatuan, dan hubungan antar data sehingga diperoleh pengetahuan utuh atas diksi dan gaya bahasa yang terdapat pembahasan mulai awal sampai akhir.

  Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga macam metode yaitu :

  1. Metode Batat

  Metode Batat adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan jalan membaca keseluruhan teks atau literatur yang menjadi objek penelitian lalu mencatat data yang diperoleh ke dalam kartu data yang telah disediakan terlebih dahulu.

  2. Metode Deskripsi

  Metode Deskripsi adalah metode yang digunakan untuk mencari data dengan cara mendeskripsikan data yang telah diperoleh, data-data yang berguna dicatat dalam kartu data sedangkan yang tidak berguna diabaikan.

  3. Metode Studi Pustaka

  Metode Studi Pustaka adalah metode yang digunakan untuk mencari dan menelaah berbagai buku sebagai bahan pustaka yang digunakan untuk sumber tertulis. Aminuddin. 1995. Stilistika, Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

  Semarang: IKIP Semarang Press. Waluyo, Herman. J. 1987. Teori dan Apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Damono, Sapardi Djoko. 2000. Ayat-ayat Api.Jakarta: Pustaka Firdaus Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Terj. Melani Budianta.

  Jakarta: Gramedia.