BAB I PENDAHULUAN - Proposal Bahasa Gambar Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara masalah anak, kita tidak bisa terlepas dari kegiatan

  menggambar. Tak ada anak yang tidak suka menggambar, bila ada yang “tidak suka” menggambar, pasti ada sebabnya. Anak kecil belum banyak memiliki kosakata, oleh karena itulah seorang anak akan berkomunikasi melalui bahasa gambar. Kesengangan anak dalam menggambar tersebut bukanlah semata-mata bakat tetapi berfungsi untuk menyampaikan pesan lewat bahasa gambar.

  Bila kita ingin mengenal manusia dalam bentuk alaminya, kita bisa bercermin pada anak-anak. Anak dengan polos masih memanfaatkan semua anugerah Tuhan Yang Maha Esa sebagai suatu totalitas. Bahasa kata belum cukup ia kuasai, bahasa kata tulisan bahkan masih tertatih- tatih. Untunglah ia memiliki bahasa gambar. Ia bisa mengerti apa yang dikatakan oleh ayah, ibu, dan lain sebagainya. Ini karena sang anak, berdasar apa yang dikatakan bapak ibu, lalu mengimajinasikan apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh bapak ibu itu?

  Anak adalah ibarat selembar kertas putih yang siap untuk ditulisi, dicoret-coret, digambar atau bahkan dilipat, tergantung yang memegang kertas itu sendiri. Tulisan, coretan maupun gambar tersebut adalah ibarat input yang diterima oleh si anak dari orang-orang (lingkungan) yang mempengaruhi tumbuh dan berkembang kemampuan si anak tersebut nantinya. Jadi penting sekali dalam memberi pengaruh positif (pendidikan) kepada anak sejak usia dini untuk membantu perkembangan kreativitasnya. Secara umum pendidikan di indonesia belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini terkait dengan berbagai macam faktor. bahasa gambar anak memiliki kesamaan dengan bahasa gambar orang-orang ‘primitif’ yang menggambar di dinding-dinding gua, menjadikan gambar benar-benar sebagai media komunikasi, tidak harus sama persis dengan imej riilnya (bahasa awamnya: mendekati kualitas foto). Ketika fotografi semakin mudah digunakan siapa saja, gaya gambar yang merekam obyek persis seperti di foto menjadi tidak terlalu istimewa.

  Bahasa gambar anak sebenarnya sangat unik, khas dan kaya imajinasi. Tapi masalahnya adalah bagaimana membaca gambar dengan memahami bahasa gambar anak. Karena untuk mengerti bahasa rupa anak perlu teknik tersendiri, tidak seperti membaca foto. Ada beberapa kunci untuk membaca/menilai bahasa gambar anak.

  Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi. Jika seorang individu (anak) diberi stimulasi yang tepat sejak dini, maka potensi yang dimiliki si anak akan berkembang secara optimal. Apabila dibiarkan berkembang secara alami, maka potensi tersebut tidak akan mencapai perkembangan secara optimal.

  Terkait dengan bahas gambar anak tersebut, dalam penelitiannya, Prof. Dr. Primadi Tabrani mengatakan bahwa bahasa gambar prasejarah, gambar primitif, dan gambar anak memiliki banyak persamaan. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti lebih jauh mengenai bahasa gambar anak untuk melengkapi penelitian sebelumnya.

  Dengan demikian penelitian ini adalah sebagai kelanjutan penelitian sebelumnya yang wilayah kajiannya sama yaitu bahasa anak dengan fokus penelitian bahasa gambar pada anak tinjauan Psikolinguistik.

  Data-data gambar yang akan diteliti oleh penulis yaitu gambar karya anak-anak yang terlibat dalam kegiatan mengambar pada sekolah- sekolah TK. Melalui kegiatan menggambar ini anak-anak mendapatkan pengalaman baru yang istimewa bagi mereka yang baru saja memasuki sekolah pertamanya. Salah satu manfaat dari kegiatan menggambar adalah menjadikan anak-anak lebih kreatif bukan hanya menggambar namun dalam segala hal sebagai bekal di hari kemudian. Tujuan utamanya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan meningkatkan pendidikan dan kreativitas anak-anak.

  Kreatif adalah cara seseorang dalam memecahkan suatu persoalan atau menghadapi sesuatu. Bukan bagaimana anak mengerjakan sesuatu atau menghasilkan sesuatu. Tetapi lebih pada cara ia melakukan berbeda dengan yang lain.

  B. Rumusan Masalah

  Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam berkomunikasi melalui bahasa gambar?

  2. Bagaimana pengaruh kegiatan menggambar pada anak- anak?

  C. Batasan Masalah

  Agar permasalahan tidak terlalu luas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan sebagia berikut:

  1. Untuk mengetahui persepsi anak terhadap bentuk.

  2. Untuk mengetahui persepsi anak terhadap warna.

  3. Untuk mengetahui persepsi anak terhadap gambar

  4. Untuk mengetahui karakterisik gambar anak

  D. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui kreativitas anak dalam menggambar

  2. Untuk mengetahui kecerdasan visual pada anak

  3. Untuk mengetahui pekembangan persepsi anak terhadap gambar

  E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat diantaranya :

  1. Untuk mengetahui kondisi psikologi seorang anak melalui gambarnya.

  2. Untuk menambah wawasan kita tentang bahasa anak.

BAB II LANDASAN TEORI A. Perkembangan Persepsi Anak terhadap Bentuk Tulisan mengenai perkembangan kemampuan persepsi anak ini

  diambil dari hasil percobaan dengan menggunakan Terman-Merril Test dan percobaan yang dilakukan oleh Piaget dan Vernon (1977:207), sebagai berikut:

  Pada mulanya anak-anak sukar membeakan bentuk-bentuk yang hampir serupa. Kemauan untuk membedakan baru mulai tampak berkembang pada umur 4 tahun. Dalam test yang dilakukan pada anak- anak yang berumur 4 tahun, ternyata mereka dapat membedakan delapan sampai sepuluh bentuk-bentuk seperti jajaran genjang, segitiga, trapesium, segiempat tak beraturan dan lain-lain. Mereka dapat membedakan bentuk-bentuk tersebut tetapi tidak dapat mengingat bentuk itu sendiri.

  Pada umur 5 tahun, anak-anak mulai dapat membedakan bentuk- bentuk yang lebih sulit.

  Pada umur 6-7 tahun, penguasaan kegiatan persepsi semakin berkembang. Pengamatan mereka mulai sistematis dan mempunyai perasaan yang lebih baik mengenai hubungan bentuk. Daya khayal yang berlebihan mulai berkurang. Mereka mengamati bentuk keseluruhan dan bagian detail secara terpisah, dan hanya dapat mengamatibagian yang lebih menonjol.

  Pada umur 8-9 tahun, sudah dapat melihat hubungan-hubungan bagian bentuk menjadi satu kesatuan yang utuh. Masih ada perbedaan kemampuan secara individu pada anak seusia ini. Mereka belum bisa melihat hal-hal yang menyangkut ruang, objek hanya dilihat tanpa melihat dimana objek itu diletakkan.

  Pada umur 9-11 tahun, mereka sudah mengenal benda nyata dengan bentuk-bentuk yang benar. Perhatian pada objek sudah mendetail, demikian pula kemampuan dalam mengamati ruang.

  Pada umur 11-12 tahun, anak-anak sudah mulai dapat merasakan gambar-gambar seperti suasana sebenarnya.

B. Perkembangan Persepsi Anak terhadap Warna

  Pada mulanya anak dapat membedakan warna-warna primer secara psikologis. Pada umur 2 tahun sudah dapat sudah dapat membedakan warna merah, biru, kuningh, dan hijau. Pada umumnya perkembangan mengenai nama warna berkembang setelah usia itu dan tergantung pendidikan lingkungannya. Warna dikenal dari benda-benda yang sering mereka lihat, misalnya kuning seperti telur, hijau seperti rumput,dan sebagainya. Demikian pula pada usia 4-7 tahun, asosiasi warna mereka masih belum lepas dari benda-benda nyata yang sering dilihat sehari- hari. Bila menggambar pohon digunakan warna coklat, biru untuk langit, hijau untuk daun, dan sebagainya. Anak sulit menerima warna yang mempunyai arti perlambangan, tetapi masih dihubungkan dengan warna-warna dalam kehidupan sehari-hari.

  C. Perkembangan Persepsi Anak terhadap Gambar

  Pada umur 2-3 tahun anak-anak mampu manyatakan satu objek yang terdapat pada sebuah gambar. Umur 3-4 tahun, dapat menyatakan dengan benar tiga objek yang terdapat pada gambar yang lebih rumit. Umur 5-6 tahun, sudah dapat mengamati objek secara mendetail. Umur 7 tahun, anak-anak sudah dapat menyatakan kegiatan atau aktivitas dari objek yang ada dalam sebuah gambar. Tetapi pada gambar yang mempunyai arti perlambangan mereka masih sulit menangkap artinya.

  Umur 11 tahun, mulai tampak kemampuan untuk menangkap arti gambar dan suasana gambar (sepi, sedih, marah, dan sebagainya).

  Sedangan anak-anak di bawah umur 11 tahun masih sulit untuk menangkap dan membayangkan gambar yang melukiskan kehidupan orang di daerah yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Artinya mereka masih sulit membayangkan hal-hal baru yang belum pernah dilihatnya. Pada umur 12 tahun kemampuan ini semakin lebih mapan.

  D. KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK

  Diantara usia 6-10 tahun merupakan masa keemasan ekspresi yang kreatif. Dan jika pada masa ini ada anak yang tidak suka menggambar ia dianggap sebagai penyimpangan dari perkembangannya, demikian pendapat Piere Duquet (1953) (dalam Ziegfeld, ed., 1953). Menggambar merupakan kegiatan ekspresi yang kreatif yang populer di kalangan anak-anak, karena menggambar tidak terlalu banyak tuntutan dalam penciptaannya. Sebaiknya dalam kegiatan menggambar tidak diberikan latihan-latihan yang bersifat teknis, karena akan menjadikan penghambat dan anak menjadi tidak wajar dalam nerekspresi.

  Pengalaman batin yang sederhana pada anak-anak merupakan kenangan indah dan hangat yang sewaktu-waktu bisa diungkapkan dengan berekspresi dan juga merupakan pendorong baginya.

  Memahami dunia kesenirupaan anak-anak berarti kita harus memahami kehidupan anak secara menyeluruh. Sebagian besar kehidupan anak-anak dipenuhi dengan permainan, permainan sebagai bagian yang menyeluruh dalam kehidupan anak. Dalam permainnya anak senantiasa meniru-niru orang dewasa, mereka membuat rumah- rumahan, membersihkannya, mengecatnya, menatanya layaknya orang dewasa. Semua perbuatan itu dilakukan secara spontan, demikian juga dalam hal berkeseniannya termasuk di dalamnya kegiatan menggambar.

  Menggambar/melukis sebagai kegiatan yang bersifat konstruktif dimasukkan dalam kategori permainan sesuai dengan pendapat Hurlock (1978). Permainan yang pertama dilakukan anak adalah menghasilkan kembali sesuatu yang pernah dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Media yang digunakan biasanya tanah, balok-balok kayu kecil, lumpur, tanah liat, cat, kertas, lem, dan sebagainya.

  Menurut Kellogg dalam Papalia (1990), seorang pelukis besar Pablo Picasso (1881-1972) menyatakan bahwa orang dewasa sebaiknya jangan mengajar anak-anak untuk menggambar, sebaiknya orang dewasalah yang harus belajar dari anak-anak. Jadi, tugas guru dan orang tua sebaiknya tidak mengajarkan konsep pendidikan seperti di masa lalu, dimana anak dianggap sebagai mahluk yang lemah, serba tidak tahu. Tugas orang dewasa hanyalah mengembangkannya secara alami.

  Kegiatan menggambar bagi anak tidak selalu anak dilator belakangi dengan semangat berkesenian, melainkan lebih didorong oleh bagian dari permainan, sehingga menggambar bagi anak adalah bagian dari permainan, dimana mereka dapat mengembangkan daya imajinasinya. Pada anak-anak kreativitas sedang menonjol perkembangannya, dengan dorongan bermain dan keinginan hendak tahu yang membludak, hingga mudah tercapai penghayatan. Tuhan memberikan anugerah pada anak, hingga baginya bermain adalah pula belajar, bereksperimen, berekspresi dan berkreasi: Belajar sambil bermain, bermain sambil belajar (Tabrani, 2001: 95).

  “Membebaskan” anak menggambar sama dengan membebaskan anak dalam menuangkan imajinasi dan mengungkapkan dirinya melalui gambar. Melalui menggambar, secara tanpa disadari anak dapat belajar memecahkan persoalan yang dihadapi. Dengan menggambar anak dapat bermain dan berekspresi dengan sepuas-puasnya. Oleh karena itu, gambar anak sangat menarik dan bersifat universal sesuai hasil penelitian yang dilakukan Rodha Kellog dengan bukunya Analyzing Children’s Art (1970) seorang peneliti dari Amerika Serikat yang menghimpun tidak kurang sejuta gambar buatan anak-anak dari berbagai usia dengan tingkatan sosial dan kebangsaan yang berbeda yang meliputi 31 negara di 5 benua selama lebih kurang 20 tahun. Children’s Art berkembang dari usia 2 tahun dan berakhir sekitar usia 10 tahun.

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Fokus penelitian ini adalah perencanaan,

  pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pada bahasa gambar anak yang dikhususkan pada penggunaan media visual (gambar) saja. Fokus ini mengarahkan perhatian kepada aktivitas, kreativitas, tingkah laku dan tindakan para pelaku dalam peristiwa belajar dan mengajar di tempat Terapi Anak. Untuk mengkaji masalah tersebut dipilih pendekatan kualitatif, karena data-data yang terkumpul berupa uraian kata-kata dan gambar (Moleong, 2000:5). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian deskriptif ini: pengumpulan data, penyusunan data dan analisis data yang diperoleh. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2001:2) dalam penelitian kualitatif dapat dikemukakan defnisi mengenai metodelogi kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Landasan ini digunakan untuk menjaring data informan, yaitu para guru dan peneliti dianggap mengetahui tentang bahasa gambar khususnya pada anak-anak.

  B. Sumber dan Data Penelitian

  Menurut Lofland (1984:47) mengatakan sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

  Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik dalam Moelong, (2000:112).

  Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 1996:114). Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah anak-anak usia mulai dari 5 sampai 11 tahun di Bimbingan Belajar Komputer Smart Computer Ngoro Jombang.

  Alasan digunakan pendekatan kualitatif karena lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan yang tidak terkonsep sebelumnya tentang keadaan di lapangan yang sebenarnya, pendekatan kualitatif dapat menghasilkan data secara utuh dari informan dan perilaku yang dapat diamati sebagian dari suatu keutuhan, dan pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan dengan berbagai penajaman pengaruh bersama maupun terhadap pola-pola nilai yang dihadapi selama penelitian berlangsung.

  C. Langkah-langkah kerja penelitian

  1) langkah pertama yang dilaksanakan peneliti adalah mengadakan studi pendahuluan di lokasi penelitian. Dari hasil studi pendahuluan dilakukan identifkasi mengenai bahasa gambar pada anak dengan menggunakan media visual (gambar) di lokasi penelitian.

  2) Langkah kedua adalah pengurusan izin penelitian pada pihak-pihak terkait, sebagai landasan struktural formal untuk dilaksanakannya penelitian. 3) Langkah ketiga adalah pelaksanaan penelitian untuk mengambil data yang diperlukan dalam penelitian dengan menggunakan teknik: wawancara, observasi partisipan dan pengumpulan dokumen.

D. Teknik pengumpulan data

  Untuk memperoleh data perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi bahasa gambar pada anak khususnya dengan menggunakan media visual (gambar) digunakan dua sumber yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya terhadap pihak yang memerlukan data, untuk menyaring data tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dengan menggunakan media visual (gambar). Sedangkan data sekunder yaitu data yang cara mendapatkannya tidak secara langsung melalui sumbernya, berkenaan dengan informasi tentang berbagai kegiatan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

E. Teknik Analisis Data

  Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi, mengelompokkan data (Mahsun, 2005:229). Data yang sudah terkumpul diolah dan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Pengelompokan Data Tahap ini meliputi kegiatan pengecekan data bahasa gambar pada anak yang terkumpul, diklasifikasikan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan pada pokok permasalahan mengenai proses pembelajaran bahasa anak melalui media gambar.

  2. Pengkodean Data Pada data yang terkumpul pada saat pengklasifikasian, maka data tersebut diberi kode dalam realisasinya. GB.01.KJ (dibaca gambar 1 memiliki kata kerja)

  3. Penganalisisan Data Tahap ini meliputi menganalisis pokok permasalahan mengenai Proses pembelajaran yang berupa rincian bahasa gambar pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta: Bina Karya.

  

Tabrani, Primadi. 2001. Memahami Cara Berpikir dan Bahasa Rupa Anak,

dalam Wacana Seni Rupa Vol. 2, 1, Maret 2001. Bandung: STISI

Azwar, S. (2001). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Champbell, D. (1986). Mengembangkan kreativitivitas. Yogyakarta: Kanisius

Hildayani, R., Tarigan, R. S., Pujiati, R., Mayke S., Alzena M, & Handayani,

Eko.

  (2006). Materi pokok PGTK2104/4SKS/MODUL 1-

Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan anak (Jilid 1, Edisi Keenam). Jakarta:

Erlangga (1978). Perkembangan anak (Jilid 2, Edisi Keenam). Jakarta: Erlangga

  (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga Supriadi, D. (1996). Kreativitas, kebudayaan dan perkembangan iptek.

  Jakarta: Alfabeta http://www.multiply.com/Membaca-gambar-anak.

  

PROPOSAL

Bahasa gambar pada anak

Tinjauan psikolinguistik

  

Dosen Pembimbing:

Dra. Heny Sulistyowati, M.Hum

Mata Kuliah

Metodoligi Penelitian Bahasa

  

Disusun Oleh:

Arli Afandi

076021

  

Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Persatuan Guru Republik Indonesia

Jombang

  

2010

KATA PENGANTAR

  Penulis bersyukur kepada Allah yang maha pengasih karena hanya dengan kodrat dan izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Metodologi Penelitian dengan baik. penulis menyadari bahwa proposal yang berjudul Bahasa Gambar

  

Pada Anak Tinjauan Psikolinguistik, merupakan penerapan dalam

  peningkatan pengembangan bahasa bagi masyarakat terutama mahasiswa STKIP PGRI JOMBANG.

  Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak proposal ini tidak akan terwujud seperti yang ada sekarang ini. Itulah sebabnya, melalui halaman ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Ucapan terimakasih dan penghargaan itu pertama-tama penulis tujukan kepada Dra. Heny Sulistyowati, M.Hum. Selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Bahasa serta teman-teman yang telah memberikan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini.

  Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat bergembira apabila ada pembaca yang berkesempatan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa STKIP PGRI JOMBANG.

  Jombang, 02 Juli 2010 Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL .............................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................ ii DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

  BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B.Rumusan Masalah ................................................................ 4 C.Batasan Masalah.................................................................... 4 D.Tujuan Penelitian.................................................................. 4 E.Manfaat Penelitian................................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Perkembangan persepsi anak terhadap bentuk .................. 5 B. Perkembangan persepsi anak terhadap warna..................... 6 C. Perkembangan persepsi anak terhadap gambar.................. 7 D. Karakteristik gambar anak.................................................. 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ........................................................ 10 B. Sumber data penelitian........................................................ 10 C. Langkah-langkah kerja penelitian....................................... 11 D. Teknik pengumpulan data................................................... 12 E. Teknik analisis data............................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA