Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

ISSN 1979-7109

  

Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan

  Volume 4, Nomor 3, Desember 2010 JPPP Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha

Jalan Udayana 12C Singaraja, Telp. (0362)22928, Fax. (0362)22928

ISSN 1979-7109

  

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

(JPPP)

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

  

Penerbit

Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha

  

Pembina

Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd (Rektor Undiksha)

Prof. Dr. I Gusti Putu Suharta, M.Si (PR I Undiksha)

  

Pemimpin Redaksi

Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M. Si.

  

(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha)

Wakil Pemimpin Redaksi

Prof. Dr. I Nengah Suandi, M. Hum.

  

(Sekretaris Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha)

Dewan Redaksi

  

Prof. Dr. I Nyoman Sudana Degeng, M.Pd (UM)

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S (Unud)

Prof. Dr. I Nyoman Sudyana, M.Sc (Unpar)

Dr. Ir. Dwi Sulisworo, M.Si (UAD)

  

Prof. Dr. Sukadi. M. Pd., M. Ed. (Undiksha)

Drs. I Wayan Muderawan, M. Si., Ph. D. (Undiksha)

Dr. I Gusti Agung Nyoman Setiawan, M.Si (Undiksha)

Dr. Ida Bagus Nyoman Sudria, M.Sc (Undiksha)

  

Dr. I Gede Budasi, M. Ed. (Undiksha)

Dr. Made Tegeh, M. Pd. (Undiksha)

Putu Agus Mayuni, S.Pd., M. Pd. (Undiksha)

Wayan Artana Yasa, S. Pd., M. Pd. (Undiksha)

  

Putu Indah Rahmawati, M.Bis (Undiksha)

Drs. I Gede Nurjaya, M.Pd (Undiksha)

Bendaharawan

  

Dra. Ni Ketut Wirati

Tata Usaha & Sirkulasi

  

Ida Bagus Astiyasa

Ketut Sempidi

Made Suardana

Putu Putrayana Wardana

  

Alamat Redaksi

Jl. Udayana 12C, 81116, Singaraja

Telepon (0362)22928, Fax. (0362)22928

  

E-mai

http://www.lemlit-undiksha.co.nr

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109

WACANA

  Pembaca yang budiman, penerbitan JPPP oleh Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Ganesha kali ini merupakan penerbitan yang kesebelas. Kehadiran JPPP ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja Lembaga Penelitian, khususnya dalam upaya menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian melalui publikasi ilmiah secara berkala.

  Penerbitan JPPP dilaksanakan tiga kali setahun, yaitu April, Agustus, dan Desember. Pada penerbitan kesebelas ini, ditampilkan tujuh artikel dengan judul-judul artikel dan penulisnya adalah sebagai berikut. (1) Pengembangan model pelatihan penelitian tindakan kelas reflektif berbasis kompetensi (Peneliti: Putu Kerti Nitiasih, Ni Nyoman Padmadewi, & L. P. Artini). Implikasi penelitian, bahwa model pelatihan penelitian tindakan kelas reflekstif merupakan alternatif cara peningkatan profesionalisme guru. (2) Pengembangan model pelatihan lesson study untuk meningkatkan profesionalisme guru penjasorkes pendidikan dasar di Provinsi Bali (Peneliti: I Nyoman Kanca & Made Agus Wijaya). Implikasi penelitian, bahwa model pelatihan lesson study dapat diacu sebagai alternatif peningkatan profesionalisme guru penjasorkes pendidikan dasar. (3) Pengembangan modul software multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar fisika siswa SMA (Peneliti: I Nyoman P Suwindra, Rai Sujanem, & Iwan Suswandi). Implikasi penelitian, bahwa modul fisika multimedia interaktif yang telah memenuhi syarat layak dan efektif tepat digunakan sebagai alternatif fasilitas belajar fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar siswa. (4) Pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal untuk mata pelajaran sains SMP (Peneliti: I Wayan Sukra Warpala, I Wayan Subagia, & I Wayan Suastra). Implikasi penelitian, bahwa bahan ajar berbasis kearifan lokal yang kontekstual yang telah memenuhi persyaratan validitas, praktis, dan efektif tepat digunakan sebagai fasilitas pendukung proses pembelajaran sains yang lebih kondusif. (5) Evaluasi diri berbasis assesmen portopolio untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa (Peneliti: Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi). Implikasi penelitian, bahwa evaluasi diri hendaknya diberdayakan dalam pembelajaran menulis dalam rangka memperbaiki dan menghasilkan kemandirian, keterbukaan, dan keobyektifan dalam bekerjasama, sehingga diperoleh produk tulisan yang lebih berkualiatas. (6) Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berpendekatan tematik untuk meningkatkan kompetensi kritis, kreatif, dan produktif siswa (Peneliti: Ni Nyoman Parwati, I Gusti Putu Sudiarta, & I Wayan Puja Astawa). Implikasi penelitian, bahwa dalam memilih tema-tema yang relevan dengan materi matematika, dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memberdayakan budaya lokal yang mengandung pendidikan budi

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109

  pekerti. (7) Pengaruh usia dan strategi berbahasa: sebuah studi pragmatik tentang kesantunan berbahasa pada para penutur Bbahasa Indonesia (Peneliti: I. G. A. Lokita Purnamika Utami & I P. N. Wage Myartawan). Implikasi penelitian, bahwa variabel usia hendaknya mendapat perlakuan yang layak dan proporsional, ada baiknya ketika merumuskan tingkat kesantunan sebuah pertuturan variabel usia juga ada di dalamnya.

  Demikian wacana ini dikemukakan untuk dapat digunakan sebagai bahan renungan ilmiah bagi para pembaca yang budiman. Selamat membaca.

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN (JPPP)

  

Volume 4, Nomor 3, Desember 2010

  DAFTAR ISI

iii Wacana

  V Daftar Isi 252-266 Pengembangan model pelatihan penelitian tindakan kelas reflektif berbasis kompetensi

  Putu Kerti Nitiasih, Ni Nyoman Padmadewi, & L. P. Artini Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS Undiksha

  267-281 Pengembangan model pelatihan lesson study untuk meningkatkan profesionalisme guru penjasorkes pendidikan dasar di Provinsi Bali

  I Nyoman Kanca & Made Agus Wijaya Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha

  282-299 Pengembangan modul software multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar fisika siswa SMA

  I Nyoman P Suwindra, Rai Sujanem, & Iwan Suswandi Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha

  300-314 Pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal untuk mata pelajaran sains SMP

  I Wayan Sukra Warpala, Jurusan Pendidikan Biologi, I Wayan Subagia, Jurusan Pendidikan Kimia, &

  I Wayan Suastra, Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha

  315-328 Evaluasi diri berbasis assesmen portopolio untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa

  Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS Undiksha

  329-345

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika

berpendekatan tematik untuk meningkatkan kompetensi kritis, kreatif, dan produktif siswa

  Ni Nyoman Parwati, I Gst. Putu Sudiarta, & I Wayan Puja Astawa, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Undiksha

  346-361 Pengaruh usia dan strategi berbahasa: sebuah studi pragmatik tentang kesantunan berbahasa pada para penutur Bbahasa Indonesia

  I.G.A. Lokita Purnamika Utami & I P. N. Wage Myartawan Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS Undiksha

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

PENGEMBANGAN

MODEL PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

REFLEKTIF BERBASIS KOMPETENSI

  

P. Kerti Nitiasih, Ni N. Padmadewi, L. P. Artini

  Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

  

I Made Sutama

  Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Undiksha

  

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan (a) mengembangkan Model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas ‘Reflektif Berbasis Kompetensi’ (PTK- RBK), (b) meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun proposal penelitian, dan (c) meningkatkan profesionalisme guru di Provinsi Bali. Model pengembangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan yang terdiri dari tiga tahap umum yaitu (1) determinasi masalah, (2) desain, dan (3) pengembangan. Model pelatihan yang dikembangkan adalah model penelitian ‘reflektif’ dari Wallace (1991). Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar validasi dan wawancara. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa model pelatihan reflektif yang terdiri atas 5 (lima) fase, (1) pemberian informasi, (2) refleksi dan penyusunan proposal, (3) presentasi, (4) refleksi, (5) kompetensi profesional, berada dalam kategori valid dan praktis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas yang pada akhirnya dapat meningkatkan profesionalis- me guru.

  

Kata-kata kunci: model pengembangan reflektif; penelitian tindakan

kelas; profesionalisme guru

Abstract

  This research aim at developing a model of a classroom action research training, to increase the teachers’ ability in designing a proposal of classroomaction research which leads to the development of teachers’proffesionalism. The model which is developed in this research based on the theory of research and design by Logan (1982, in Knirk and Gustafon,1986) which consisted of (a) problem Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  determination, (b) design, and (c) development, whereasthe model designed for the training which is called ‘reflective model by Wallace (1991). Data of this research were gathered by using validation sheet and interview.Itwas then analysed descriptively. The result showed that the reflective model of training consisted of (1) received knowledge, (2) reflection dan proposal designing, (3) presentation, (4) reflection, (5) professional competence professional is valid and practical to improve the teachers’ ability in designing research proposal and be able to increase their professional competentece.

  Key words: reflective model; classroom action research; teachers proffesionalism.

  Pendahuluan

  Undang-Undang tentang Sisdiknas (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang melahirkan paradigma baru pendidikan nasional), secara khusus menggariskan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Di samping itu, PP No 19 th 2005 tentang SNP, mempersyaratkan pendidik memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tuntutan ini mengisyaratkan agar mempertimbangkan dengan serius penggunaan ilmu pengetahuan secara kritis. Guru diharapkan memiliki kompetensi yang seluas-luasnya sebagai atribut profesinya seperti yang disampaikan oleh Goneonce (1983) bahwa

  Competence is supposed to include all “ qualities of personal effectiveness that are required in the workplace”.it is certain that we have here a very

attunements of all kinds, percepliveness, receptivity, openness, creativity,

social skills generally, interpersonal maturity, kinda of personal

   identification, etc.-as well as knowledge, understandings, action and skills

  Inti dari pengertian kompetensi menurut Goneonce tersebut lebih cenderung pada apa yang dapat dilakukan seseorang / masyarakat dari pada apa yang mereka ketahui (what people can do rather than what they know).

  Dengan kata lain Guru diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang profesi keguruan yang baik, sehingga mereka menjadi sosok guru yang memiliki karakter dan keprofesionalan. Dengan demikian,

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  pandangan DeRoche (1989) bahwa “I’ve never seen a good school without a good teacher” dapat terwujud.

  Dalam kenyataannya, dari berbagai kajian, hingga saat ini, mutu guru ditengarai masih kurang memuaskan, baik dalam hal menguasai substansi keilmuan maupun kompetensi dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Penguasaan bidang studi dinilai kurang mendalam. Di samping itu, kompetensinya dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik lebih banyak bersifat teoretis. Isu tentang kualitas guru yang masih rendah ini tidak dapat dilepaskan dari tantangan global yang nyaris tidak terelakkan dan perubahan situasi secara nasional. Kedua faktor tersebut memiliki implikasi terhadap perlunya peningkatan standar kualitas guru hingga mencapai atau mendekati standar nasional dan internasional, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki karakter yang tangguh.

  Beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru, seperti memberikan pelatihan tentang metode pembelajaran, kurikulum, dan studi lanjut bagi yang belum S1, namun upaya tersebut tampaknya belum berhasil secara maksimal untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan yang dilakukan oleh guru ketika telah selesai mengikuti pelatihan adalah ‘back to their habit’ (hasil wawancara informal dengan pengawas SMP di Kabupaten Buleleng dan Karangasem). Guru kembali dengan cara mengajar mereka yang lama sehingga pelatihan yang telah diberikan tidak berguna karena ilmu yang diperoleh tidak diaplikasikan di sekolah.

  Berdasarkan kebiasaan tersebut, pemerintah kemudian merubah materi pelatihan yaitu memberikan pelatihan penelitian tindakan kelas kepada guru, melalui pelatihan ini, guru diberi kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga guru sadar terhadap kesalahan dan permasalahan yang terjadi serta dengan sadar pula mereka mencarikan solusi terhadap permasalahan mereka sendiri. Menurut T.RakaJoni (1998), kemampuan melakukan Penelitian Tindakan Kelas merupakan representasi kompetensi profesional dan pedagogik secara holistik yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang merupakan salah satu ciri dari profesionalisme guru.

  Pelajaran berharga yang dapat dipetik (lesson learned) dari beberapa pelatihan (in-service education,) yang dilakukan terhadap guru-guru, menunjukkan bahwa pelatihan- pelatihan yang sudah pernah dilaksanakan lebih banyak pada penanaman konsep dasar PTK. Dampak dari pelatihan ini

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  adalah ketika guru diminta membuat proposal sebagai aplikasi dari pemahaman yang mereka peroleh dalam pelatihan, sebagian besar guru merasa sulit untuk membuat proposal tersebut. Mereka cendrung meminta contoh proposal kepada instruktur, sehingga permasalahan yang diperoleh bukan merupakan hasil refleksi dari permasalahan yang mereka temukan sehari-hari.

  Berdasarkan hasil interviú dengan peserta ditemukan bahwa pada pelatihan yang diberikan, guru kurang diberikan kesempatan untuk mempelajari secara sistematis dan terkendali tentang berbagai masalah pembelajaran yang dihadapi dalam kesehariannya. Guru kurang dilatih tentang cara-cara mendiagnosis masalah pembelajaran sendiri, menemukan penyebab utama masalah, dan melakukan terapi terhadap masalah pembelajarannya secara sistematis, terkendali, serta terprogram secara berkelanjutan. Dengan kata lain, guru kurang diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran mereka sendiri.

  Model pelatihan seperti diatas merupakan model pelatihan tradisional yang tahapannya adalah instruktur mentransfer pengetahuan tentang PTK kepada peserta, dan selanjutnya praktek penyusunan proposal PTK. Model seperti itu belum bisa sepenuhnya melatih kemampuan reflektif guru dan kompetensi merencanakan Penelitian Tindakan Kelas untuk memperbaiki kualitas pembelajaran mereka.

  Dengan melihat kelemahan dari pelatihan yang sudah pernah dilakukan perlu dikembangkan model pelatihan penelitian tindakan kelas

  

(classroom action reserarch) yang mampu memberikan kesempatan kepada

  guru untuk berlatih melakukan refleksi terhadap pelaksanaan KBM dikelas mereka sendiri, memiliki kompetensi untuk mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KBM di kelas yang diasuhnya, mencari faktor-faktor penyebab masalah tersebut sehingga mereka sendiri pada akhirnya mampu menemukan cara-cara yang paling tepat untuk memecahkan masalahnya, dan menggunakan cara tersebut untuk memperbaiki mutu pembelajaran di kelas yang diasuhnya sehingga mutu pembelajaran meningkat. Dengan demikian profesionalisme guru otomatis meningkat.

  Belum adanya model pelatihan yang mampu mengkombinasikan pemberian pengetahuan PTK (received knowledge) dan pengetahuan empiris (previous experiential knowledge) yaitu permasalahan yang dihadapi nyata di kelas; untuk menunjang kemampuan reflektif, perlu diupayakan suatu model pelatihan yang mampu memberikan pengalaman langsung dan nyata dan tidak hanya menekankan pada aspek teoretis semata, tetapi juga memberikan

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  kesempatan kepada guru untuk memiliki kompetensi aplikatif yang akan mampu membentuk guru yang kompeten dan professional. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan satu cara pemecahan masalah yaitu mengembangkan model pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Reflektif Berbasis Kompetensi (PTK-RBK), sehingga profesionalisme guru di provinsi Bali dapat ditingkatkan.

  Model pelatihan reflectif adalah model yang paling lengkap dibandingkan dengan dua model lainnya yang dikembangkan Wallace (1991). Hal ini disebabkan karena model pelatihan dengan menggunakan model reflektif ini, peserta akan mampu mengembangkan dua pengetahuan sekaligus yaitu yang diterima oleh peserta dari instruktur dan pengetahuan praktis yang sudah dimiliki oleh peserta yang berhubungan dengan pekerjaan mereka sendiri. Berdasarkan kedua pengetahuan tersebut, peserta dapat melakukan refleksi dengan baik tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada pembelajarannya, mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut melalui refleksi tentang dan mencari solusi dari permasalahan.

  Metode

  Pengembangan Model Pelatihan ini menggunakan metode Penelitian Pengembangan dengan melakukan dua tahapan validasi yaitu validasi yang dilakukan oleh pakar dan validasi empiris yaitu uji coba model Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Reflektif Berbasis Kompetensi (PTK-RBK), kepada guru-guru sebagai pengguna. Metode yang dipergunakan dalam mengembangkan model pelatihan PTK-RBK ini adalah metode Research

  

and Design (R&D) dari Logan (1982), dengan sistematika umum sebagai

berikut: (1) determinasi masalah, (2) desain, dan (3) pengembangan.

  Model pelatihan yang dikembangkan adalah model penelitian ‘reflektif’ dari Wallace (1991), dengan sintaks 1)pemberian informasi , 2) refleksi dan penyusunan proposal, 3) presentasi,4) refleksi, 5) kompetensi profesional.

  Subyek penelitian adalah guru-guru SD,SMP dan SMA se Propinsi Bali. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar validasi dan wawancara. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif.

  Hasil

  Tahap awal penelitian ini adalah determinasi masalah yang diperoleh dari meta analisis terhadap proposal yang dibuat oleh guru-guru. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  Hasil meta analisis terhadap proposal yang dibuat guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan disajikan pada Tabel 01.

  Tabel 01 Kelemahan Perumusan Judul Proposal PTK Aspek Jumlah proposal Persentase (%)

  Masalah

  20

  27 Cara Pemecahan Masalah

  14

  14 Subjek 16

  21 Tempat 14 14,6 Waktu 14

  14 Berdasarkan Tabel 01, dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannya, kebanyakan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam rancangan proposal guru-guru khususnya pada komponen judul proposal PTK adalah pada formulasi masalah yang nantinya akan dipecahkan dalam penelitian dengan persentase tertinggi 27%. Kemudian, diikuti oleh persentase kelemahan judul proposal pada aspek subjek penelitian dengan persentase 21%. Jumlah kelemahan terkecil terdapat pada proposal PTK khususnya pada judul proposal PTK adalah pada aspek cara pemecahan masalah, tempat dan waktu pelaksanaan penelitian dengan masing-masing persentase diantara ketiga aspek tersebut adalah 14%.

  Tabel 2 Kelemahan-Kelemahan yang Ditemukan dalam Rasional Aspek Jumlah proposal Persentase (%)

  Pendahuluan 9

  11 Masalah 12

  22 Data Pendukung

  9

  11 Penyebab Masalah

  9

  17 Teknik 9

  11 Alasan Pemilihan Teknik

  12

  17 Tujuan 9

  11 Tabel 02 menunjukkan bahwa kebanyakan guru-guru yang telah mengikuti pelatihan PTK mengalami masalah paling besar pada penentuan masalah penelitian dalam sebuah rasional proposal PTK, yakni sebanyak 22%. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  Kemudian diikuti dengan masalah dalam menentukan penyebab masalah sebesar 17 dan alasan pemilihan teknik penulisan dalam aspek pendahuluan sebanyak 17%. Prosentase yang sama ditemukan pada pencarian data pendukung, teknikdan tujuan sebesar 11%.

  Tabel 03 Kelemahan-Kelamahan yang Ditemukan dalam Masalah Penelitian Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

  Masalah Nyata Spesifik 26

  45 Jelas Mendesak

  27

  50 Identifikasi Penyebab 17 5 Masalah

  Berdasarkan informasi yang ditunjukkan dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua proposal tidak memiliki kelemahan dalam aspek keaslian masalah yang diajukan yang memang harus benar-benar terjadi dalam proses belajar mengajar disekolah. Masalah terbesar yang membuat proposal guru- guru lemah terjadi pada desain aspek mendesaknya masalah yang diajukan sebanyak 50%. Proposal-proposal ini tidak menyediakan informasi termasuk alasan-alasan mendesaknya atau pentingnya masalah yang diajukan untuk segera dipecahkan. Kemudian 45% proposal yang masih lemah dalam desain aspek spesifikasi masalah. Masalah terkecil terdapat pada desain aspek identifikasi penyebab masalah dengan hanya 5% proposal memiliki kelemahan, seperti yang disajikan pada table 04.

  Tabel 04 Kelemahan-Kelemahan yang Ditemukan dalam Cara Pemecahan Masalah Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

  Hasil Analisis Masalah

  22

  40 Kemantapan Landasan 21 30 Konseptual Teknik yang Digunakan

  21

  30 Dilihat dari Tabel 04 ditemukan bahwa aspek yang paling lemah dalam perancangan cara pemecahan masalah adalah merancang cara pemecahan Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  yang berdasarkan atas hasil analisis (40%). Kemudian diikuti oleh masalah guru dalam merancang kemantapan dan/atau kestabilan landasan konseptual yang mampu mempengaruhi ketepatan penggunaan teknik terhadap masalah yang akan dipecahkan nantinya dalam penelitian yang sama sebesar 30%.

  Tabel 05 Kelemahan-Kelemahan yang Ditemukan dalam Tujuan Penelitian Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

  Tujuan penelitian sesuai 35 40 dengan hakekat permasalahan Tujuan penelitian telah 37 60 dirancang sesuai dengan bentuk tujuan PTK

  Tabel 05 menunjukkan bahwa 60% proposal guru-guru masih lemah dalam rancangan tujuan penelitiannya. Guru-guru masih belum jelas dalam memformulasikan tujuan penelitiannya sesuai dengan formulasi tujuan PTK. Kemudian 40% proposal masih lemah dalam aspek ketidaktepatan atau ketidaksesuaian formulasi tujuan penelitian dalam proposal dengan hakekat permasalahan yang telah dikemukakan.

  Tabel 06 Kelemahan-Kelamahan yang Ditemukan dalam Manfaat Penelitian Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

  Kesesuian Manfaat Penelitian

  42

  54 Kelengkapan Manfaat 36 46 Penelitian

  Berdasarkan Table 06 di atas dapat diketahui bahwa dalam menyusun manfaat penelitian, 54% proposal menunjukkan kurang tepatnya guru dalam merancang manfaat penelitian, dan 46% kurang lengkapnya menulis manfaat penelitian.

  Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266 Tabel 07 Kelemahan dalam Rancangan Metode Penelitian Proposal PTK Aspek Jumlah Proposal Persentase (%)

  Perencanaan 8

  10 Tindakan 7

  9.5 Observasi 7

  9.5 Refleksi 7

  9.5 Pengumpulan Data

  20

  26 Data Analisis

  20

  26 Indikator Keberhasilan

  7

  9.5 Pada Tabel 07 di atas dapat dilihat bahwa guru memiliki permasalahan dalam merancang seluruh aspek dari metode penelitian. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ada pada setiap aspek. Diantara semua permasalahan dalam merancang metode penelitian, prosentase tertinggi ada pada pengumpulan data dan analisis data. Selanjutnya adalah pada aspek perencanaan sebesar 10% dan 9,5% proposal guru menunjukkan kelemahan dalam merencanakan tindakan, observasi, refleksi dan membuat indikator keberhasilan.

  Model pelatihan reflektif yang telah didisain kemudian dilakukan validasi draft model. Draft model diberikan kepada 4 validator yang terdiri dari 2 orang ahli dalam metodologi penelitian Tindakan Kelas dan dua orang ahli dalam metode dan strategi pembelajaran. Hasil validitas draft model tersebut dapat dilihat dari Tabel 08.

  Tabel 08 Hasil Penilaian Draft Awal Model No Aspekyang dinilai Kategori Keterangan Kuat Lemah

  1 Teori yang melandasi model √ - Ada satu dari 4 validator yang menyatakan perlunya mempertajam teori yang melandasimodel

2 Komponen Model √ -

  a. receive knowledge √

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

(pemberian informasi) b. Previous experiencial √

  • knowledge (refleksi)
  • 1. Praktik penyusunan proposal

  c. Practice √

2. Presentasi proposal

  3. Presentasi cara pemecahan masalah d. Reflect (refleksi) √

  • e. Perbaikan proposal yg Ada satu dari 4 √
  • menunjukkan kompetensi validator yang

    profesional guru masih ragu dengan kemampuan memperbaiki proposal menjadilebih baikyg menunjukkan profesionalisme guru
  • dampak pengiring

  3 Dampak pelatihan dan √

  • komponen model

  4 Keterkaitan antara komponen- √

  5

  • Kepraktisan model √ ƒ √ model dapat dipergunakan
  • di segala pelatihan PTK ƒ Pelatih merasa mudah mengaplikasikan model pelatihan ini

  Tabel 08 menunjukkan bahwa seluruh validator menyatakan draft awal model didasari oleh teori yang kuat dan komponen model saling berkaitan. Disamping itu, seluruh validator menyatakan bahwa model ini sangat praktis dan bermanfaat dipergunakan pada pelatihan-pelatihan Penelitian Tindakan Kelas. Oleh karena itu draft model ini dianggap valid dan praktis dan siap untuk diuji cobakan secara empiris sehingga dapat dilihat secara lebih baik validitas (keterkaitan antara komponen model) dan kepraktisan (tingkat keterlaksanaan model di tempat pelatihan).

  Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  Pelaksanaan uji empiris dari model reflektif ini mengikuti sintaks seperti pada tabel 09.

  Tabel 09 Sintaks model dan aktivitas pelatihan Fase Aktivitas Trainer Trainee

  1. Receive 1.

  1. Menyampaikan materi Mendengarkan dan memperhatikan materi knowledge dengan gabungan metode (pemberian ceramah, dan jig saw yang disampaikan informasi)

  2.

  2. Ada beberapa materi Membentuk kelompok

yang diberikan dengan dan mengerjakan

jig-saw yang pelatihan sesuai dengan

mengharuskan instruksi untuk

pembentukan kelompok pelaksanaan jig-saw 3. Pemberian model PTK

  2. Previous 1.

  1. Meminta peserta untuk Melakukan refleksi experiencial merefleksi terhadap masalah knowledge pembelajarannya pembelajaran yang (refleksi) terutama pada aspek- dihadapi di kelasnya, aspek : permasalahan, penyebab masalah

sumber masalah dan cara tersebut dan cara

pemecahan masalah pemecahan masalahnya 2.

  2. Meminta peserta Menuliskan dalam pelatihan menuliskannya pendahuluan dari proposal

dalam pendahuluan masing-masing

1.

  1.

  3. Practice Melatih menyusun Melatih menyusun bagian

  a. Praktik bagian perbagian dari perbagian dari sebuah penyusunan sebuah proposal proposal

  2.

  2. proposal

  Meminta peserta untuk Mempresentasikan hanya

  b. Presentasi mempresentasikan bagian penting dari proposal hanya bagian penting proposal: masalah, latar

c. Presentasi dari proposal: masalah, belakang masalah dan cara latar belakang masalah cara pemecahan masalah.

  pemecahan dan cara pemecahan 3.

  Melakukan simulasi masalah masalah. tentang metode, strategi

  3. pembelajaran atau cara Meminta peserta untuk

melakukan simulasi evaluasi yang

tentang metode, strategi dipergunakan sebagai cara pembelajaran atau cara pemecahan masalah evaluasi yang

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

dipergunakan sebagai cara pemecahan masalah

  4. Reflect 1.

  1. Meminta peserta Melakukan refleksi (refleksi) melakukan refleksi terhadap proposal yang terhadap proposal yang sudah dibuat sudah dibuat

  2. Melakukan refleksi 2. terhadap kemungkinan Meminta peserta melakukan refleksi dampak dari cara terhadap kemungkinan pemecahan masalah yang dampak dari cara disimulasikan pemecahan masalah yang disimulasikan

  5. Proffesional Menilai proposal yang Mencermati hasil penilaian, Competence sudah dihasilkan oleh guru merefleksi dan melakukan Perbaikan perbaikan proposal yg menunjukkan kompetensi profesional guru

  Dengan mengaplikasikan sintaks di atas dalam pelatihan PTK ditemukan bahwa permasalah-permasalahan yang dihadapi dalam menulis proposal seperti yang ditemukan dalamhasilmeta analisis dapat dikurangi secara drastis. Sebanyak 80% peserta mengalami peningkatan secara signifikan dalam menulis proposal.

  Pembahasan

  Dalam hubungannya dengan hasil di atas, baik dari kuesioner dan proposal PTK guru, maka diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi guru dalam merancang proposal telah mempengaruhi kualitas proposal mereka. Itu berarti bahwa semakin banyak permasalahan yang ditemui guru, maka semakin banyak pula kelemahan dan kekurangan yang ditemui pada proposal mereka. Dari analis terhadap kuesioner, dapat diketahui bahwa permasalahan terjadi karena guru hanya memiliki pengalaman yang sangat terbatas ketika menghadiri sebuah program pelatihan PTK, dan dalam pelatihan mereka kurang diberi kesempatan untuk berlatih dalam merancang sebuah proposal PTK. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  Model pembelajaran yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan model yang valid dan praktis diterapkan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dalam menyusun proposal penelitian PTK. Melalui pemberian (received knowledge), guru memiliki pengetahuan yang lengkap tentang Penelitian Tindakan Kelas. Melalui pemberian (previous experiential

  

knowledge ), guru secara langsung diberi kesempatan untuk merefleksi

  kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan sehari-hari. Dengan menggabungkan kedua pengetahuan tersebut guru mampu mendeteksi masalah pembelajarannya, mendeteksi factor-faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut dan selanjutnya guru mampu memilih metode yang tepat untuk menanggulangi permasalahan pembelajaran yang ditemukan.

  Terciptanya Model Pelatihan Penelitian Tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan guru untuk (a) melakukan refleksi terhadap masalah-masalah dalam pembelajaran mereka, (b) menentukan tindakan perbaikan terhadap masalah-masalah yang dihadapi, (c) menentukan langkah-langkah penelitian, dan (d) menentukan indikator keberhasilan, berimplikasi pada meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, berdasarkan luaran yang diperoleh dari penelitian ini, pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sebaiknya menggunakan model ini sebagai model pelatihan Penelitian Tindakan Kelas sehingga secara strategis dapat mengubah iklim akademik di sekolah serta mampu memberikan pendidikan untuk semua (education for all) dengan baik. Apabila semua anak bangsa ini sudah memperoleh pendidikan yang layak mereka akan mampu mencari pekerjaan dengan kualitas yang lebih baik sehingga kemiskinan dapat perlahan-lahan dientaskan.

  Simpulan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pelatihan reflektif dengan sintaks (a) receive knowledge (pemberian informasi), b) Previous

  

experiencial knowledge (refleksi), (c) Practice (d) Reflect (refleksi), (e)

Proffesional competence (Perbaikan proposal) dapat meningkatkan

  kemampuan guru dalam menyusun proposal PTK.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti merekomendasi para penyelenggara pelatihan untuk menggunakan model ini dalam melakukan pelatihan PTK untuk guru-guru di SD, SMP maupun di SMU.

  

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

Daftar Rujukan

  Abdurrahman, M. & Totok Bintoro. 2000. Memahami dan menangani siswa

  dengan problem dalam belajar: pedoman guru . Jakarta: Proyek

  Peningkatakan Mutu SLTP. Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

  Abrami, P. C & Chambers, B. 1996. Research on cooperative learning and achievement: Comments on Slavin. Contemporary Educational

  Psychology. 21. 70-79 Bridges, D. 1990. The character of discussion: A focus on students. In W.

  Willen (Ed.) Teaching and learning through discussion. 15-28. Norwood, NJ: Ablex

  Brookfield, S. D. 1990. The skillful teacher: On technique, trust, and

  responsiveness in the classroom. San Fransisco: Jossey-Bass

  Frederick, P. J. 1994. Classroom Discussions. In K.W. Prichard & McLaren Sawyer, R. (Eds.) Handbook of college teaching: Theory and . Westport, Connecticut: Greenwood Press.

  application

  Hudson, P. 1991. A comparison of two group methods of teaching communication skills to high school students. Journal of Specialists

  in Group Work . 16 (4). 255-263

  Johnson, D. W., Johnson, R. T. & Johnson-Holubec, E. J. 1993. Cooperation

  th in the Classroom . (6 ed.). Edina, M. A: Interaction Book Johnson, D. W. & Johnson, R. T. 1994. Learning together and alone. th cooperative, competitive, and indiviadualistic learning (4 Ed.).

  Needham Heights, MA: Allyn and Bacon. Jones, B. F., Palinscar, S., Ogle, D. S. & Carr, E. G. (Eds.). 1987. Strategic teaching and learning: Cognitive instrcution in the content areas.

  Alexandria, V. A: Association for Supervision and Curriculum Development. Killen, R. 1998. Effective teaching strategies. Katoomba N. S. W: Social Science Press. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 4(3), 252-266

  O’Malley, M. J., Pierce, L. V. 1996. Authentic assessment for english

  language learners: A practical approach for teachers . United States of America: Addison-Wesley Publishing Company.

  Padmadewi, N. N., Artini, L. P., & Heri Santosa, M. 2008. Studi penelusuran alumni tentang relevansi kurikulum dengan kebutuhan pekerjaan guru di sekolah. Laporan penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha.

  Rindjin, K., Sarna, K., & Padmadewi. N. N. 2006. Diagnosis masalah pembelajaran. Makalah. Disampaikan dalam Focused Group Discussion antar Guru-Guru SD, SMP se-Kabupaten Buleleng Tanggal 21 Oktober 2006.

  Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning: Theory, research and practice.

  Englewood Cliffs, N. J.: Prentice Hall. Tantra, D. K. 2005. Peningkatan profesionalisme guru dengan paradigma baru. Makalah. Disampaikan dalam workshop menumbuhkan komitmen guru dan pegawai SMA Negeri 3 Denpasar, pada tanggal 3 Januari 2005 di Candikuning Tabanan.

  Tantra, D. K. 2005. Penelitian tindakan kelas. Makalah. Disampaikan dalam Workshop Menumbuhkan Komitmen Guru dan Pegawai SMA Negeri 4 Denpasar tanggal 3 Januari 2005 di Candikuning Tabanan).

  Whitman, C. 1990. Break a leg, Touch a mind: Using teacher-created skits.

  Social Science Record . 27(2). 57-59