Sosialisme dan Islam versus sosialisme

KRITIK ISLAM TERHADAP SOSIALISME EKONOMI DAN POLITIK

A. PENDAHULUAN
Hingga kini, ekonomi dan politik selalu mengajarkan kita bahwa
pekerjaan dan kekayaan adalah satu-satunya ukuran yang tinggi bagi manusia.
Sehingga mengajarkan kepada manusia bahwa pekerjaan dan kekayaan adalah
hal yang harus dan wajib dicapai dalam kehidupan manusia untuk menggapai
kenikmatan hidup.
Dan segala pekerjaan selalu membutuhkan modal yang besar untuk dapat
mencapai kesuksesan dalam bekerja dan mendapatkan kekayaan. Sehingga dari
sinilah muncul permasalahan bahwa manusia dapat mencapai kesuksesan jika
memiliki modal yang besar. Jadi semua yang tidak memiliki modal haruslah
tunduk kepada pemilik modal yang ada.
Dari hal inilah para pemilik modal besar (kapitalis) menganggap dirinya
paling sukses dan tidak perlu menghargai pihak yang tidak memiliki modal
apapun, bahkan mengharuskan mereka yang tak bermodal menjadi bawahan bagi
mereka. Karena kehidupan mereka adalah tergantung dari gaji yang diberikan
oleh para kaum kapitalis.
Pemikiran ini mengakibatkan perbedaan golongan, yaitu kapitalis borjuis
(bangsawan) sebagai pemilik modal dan para buruh sebagai pekerja yang
membutuhkan uang dari para pemilik modal tersebut untuk bertahan hidup.

Maka, para kaum buruh tidak mungkin dapat melawan para pemilik modal
tersebut, karena kepada kaum kapitalislah kehidupan mereka digantungkan.
Tekanan ekonomi tersebut membuat beberapa pemikir menyatakan
perlunya kepedulian terhadap kaum buruh yang tertindas secara ekonomi di
bawah kaum kapitalis. Negara juga harus ikut mengatur hak-hak masyarakat
tersebut.

B. PEMBAHASAN
Sosialisme merupakan sebuah ideologi yang berawal dari keprihatinan
terhadap penindasan kapitalis terhadap kaum buruh. Selanjutnya menggagas
pemikiran atas perlunya persamaan status sosial manusia agar tercipta sama rasa
dan sama rata.

Pengertian
Sosialisme dalam peradaban memiliki beberapa pengertian. Sosialisme
menurut bahasa Latin adalah socialis atau communis yang berarti persatuan dari
beberapa orang atau komunitas.1 dapat diartikan sebagai salah satu teori ekonomipolitik yang mengharuskan pemerintah dalam mengurusi kepemilikan harta,
barang produksi, dan mendistribuskan kemakmuran untuk seluruh rakyat secara
kolektif. Hal tersebut mengharuskan adanya sistem sosial yang mewujudkan
penguasaan produksi dan pekerjaan oleh negara untuk dapat dibagikan secara

merata kepada rakyat.2
Sosialisme memiliki akar yang dapat dilacak hingga zaman Yunani kuno,
gagasan ini sudah ada sejak jaman tersebut. Pemerintahan Yunani pada waktu itu
berbentuk Kerajaan atau Monarki yang menuhankan dewa-dewa di Olimpus.
Selanjutkan karena dianggap tiran, bentuk negara berubah berulang kali hingga
menjadi Republik yang memiliki anggota dewan dan pemerintah sebagai petinggi
negara. Namun zaman tersebut sering terjadi konflik, khususnya dengan
akademisi dan filsof Yunani seperti Socrates, Aristoteles, dan lainnya. Karena
kadangkala pemerintah seringkali bertindak tidak adil, khususnya dalam
memperlakukan rakyat, masih membedakan golongan borjuis (bangsawan) dan
rakyat miskin.
Aristoteles kala itu menyatakan bahwa negara terdiri dari kumpulan
keluarga-keluarga. Keluarga dan masyarakat dapat berkembang dan bertumbuh.
Dan selayaknya jika negara diatur sebagaimana aturan dalam keluarga yang mana
bersifat Patriarki, yaitu laki-laki sebagai pemimpin negaranya. Selanjutnya
pemerintah harus ditunjuk dari manusia yang berkedudukan atau status
masyarakat yang tinggi, seperti keturunan pahlawan atau raja. Dan pemerintahan
hanya dipegang oleh sebagian anggota masyarakat tertentu.3
Berlawanan dari itu Plato mencetuskan pentingnya pemerintahan yang
berporos pada kekuasaan rakyat atau demokrasi. Dimana Plato berpendapat

bahwa negara hanya akan baik kalau dipimpin dan diperintah oleh orang-orang
baik serta negarawan ulung, yang disaring dari seluruh anggota masyarakat. Juga
tentunya memperhatikan kepentingan rakyat dan kemakmuran rakyat banyak.
Karena gagasan-gagasan pada masa itu, akhirnya Yunani kuno dianggap sebagai
pendiri ajaran sosialisme.4
Tokoh sosialis utopis adalah Sir Thomas More (1478-1535). Istilah
sosialis utopis berasal dari buku Utopia (1516), dilatar belakangi permasalahan
birokrasi pemerintah yang kapitalis, serta hegemoni para borjuis yang tidak
1

J.R.Y Margant, Latin Dictionary, Cassell and Company, Salt Lake, Utah, 1907, hlm. 866
Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, G & C Merriam Company, Springfields,
Massachusetts, USA, 1963, hlm. 828
3
Jowett, Benyamin, The Politics of Aristotle, Oxford University Press, 1885, hlm. 108
4
Jowett, Benyamin, The Complete Works of Plato, Oxford University, 1871, hlm 1412
2

memperhatikan kepentingan para buruh. Dimana More memimpikan suatu negara

impian, dimana semua milik merupakan milik bersama. Semua orang tinggal
dalam suatu tempat bersama. Makanan serta segala kebutuhan lainnya disediakan
secara bersama-sama pula. Orang tidak perlu bekerja mati-matian dalam waktu
lama, melainkan cukup sekedar dapat memenuhi kebutuhannya saja.5
Dan akhirnya angan-angan tetaplah angan-angan yang akan selalu berada
di alam bawah sadar manusia. Tetapi di kemudian hari buku-buku yang bersifat
utopia itu akan mempengaruhi pemikir sosialis lainnya.6
Pandangan tentang sosialisme modern dari reaksi terhadap liberalisasi
ekonomi pada abad 18 yang membuat banyak negara menggunakan sistem
kapitalis dalam mengusahakan kekayaannya. Namun ternyata paham kapitalis
hanya menguntungkan kaum borjuis atau bangsawan daripada kaum buruh.
Karena penguasaan kapitalis atas modal, alat produksi dan lapangan kerja
merupakan tindakan sosial yang tidak baik. Doktrin ini didasari dari revolusi
Prancis tahun 1830 dan aristokrasi Inggris yang memprotes perilaku kaum borjuis
tersebut, khususnya dalam hal kebijakan menganai kemakmuran rakyat.7
Sosialisme mendorong individu untuk mengekang sifat egoisme yang
bermuara dari atau sebagai motif utama penguasaan alat-alat produksi atau
penguasaan terhadap kekayaan. Oleh karenanya, di dalam sosialisme, dimensi
moral begitu kental. Sistem moral, yang dibawa sosialisme bermaksud untuk
melakukan kontrol terhadap industri dengan mengikatnya bersama negara.8

Maka sosialisme atau socializm secara konstitutif dikenal sebagai teori
ekonomi dan politik yang menyatakan bahwa tanah, transportasi, sumber daya
alam dan industri harus dimiliki dan diawasi oleh seluruh masyarakat atau oleh
negara, dan kesejahteraan harus dapat didistribusikan secara merata bagi seluruh
masyarakat.9
Robert Owen (1771-1858) adalah salah satu pencetus awal paham
Sosialisme, yang awalnya adalah Sosialisme Utopis yang belum menyatakan
perlu merealisasikan cita-cita dalam bentuk sosialisme komunis. Ia menyatakan
bahwa lingkungan sosial berpengaruh pada pembentukan karakter manusia. Ia
berusaha mencari caranya dengan meningkatkan kesejahteraan pekerjanya.

5

Leford, Angela D, Religion In Utopian Socialist Theory, A Master of Arts Thesis in
Political Sciences, Faculty of Texas Tech Universitiy, 1994, hlm. 16-18
6
Syah Putra, Yogie, Pemikiran Sosialisme pra Marx, makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi,
2013
7
Marx, Karl and Frederick Engels, Manifesto of the Communist Party, translated by Samuel

Moore from Marx and Engels selected works, first published at February 1848
8
Anwar Sandiah, Fauzan, Genealogi Konsep Sosialisme dalam Sosiologi, paper
pascasarjana UIN magister Islamic of Education, 2015
9
Oxford Advanded Learner’s Dictionary, online dictionary

Dalam bukunya tersebut juga mempersoalkan tentang pendidikan, dimana
kejahatan-kejahatan dalam masyarakat disebabkan keadaan dan bukan oleh
kejatuhan moral manusia sehingga pendidikan dalam suatu lingkungan yang baru
akan dapat menghasilkan manusia-manusia rasional yang mempunyai kebiasaan
teratur, sabar dan rajin. Sejak ia memiliki pabrik di New Lanark, ia melakukan
berbagai perbaikan dalam bidang usahanya dengan mengurangi hari dan jam
kerja buruh, dan menolak memperkerjakan anak-anak dibawah 10 tahun.
Di tempat itulah ia menyadari bahwa kemiskinan sangat terlihat jelas,
yang kemudian membuat ia bergerak dengan mengadakan perbaikan rumahrumah buruh, memperhatikan kesejahteraan keluarga dan pendidikan anak-anak
buruh, membuka toko dimana mereka dapat membeli barang kebutuhan seharihari dengan lebih murah serta membentuk komunitas-komunitas dan serikat
kerja.
Di tempat ini pula Owen mulai memunculkan gagasan-gagasan tentang
kesejahteraan buruh dan pentingnya pendidikan. Ia lebih mengedepankan

kerjasama daripada kompetisi. Ia memiliki ide membentuk "desa co-operasi" di
mana para pekerja akan menyeret diri keluar dari kemiskinan dengan
menumbuhkan makanan mereka sendiri, membuat pakaian mereka sendiri dan
akhirnya menjadi pemerintahan sendiri.10
Barulah kemudian Karl Marx dengan bukunya Das Kapital mulai
menekankan analisa mengenai kegiatan produksi yang dijalankan oleh para
kapitalis terkait dengan modal dan peralatan industri serta lapangan kerja yang
mereka miliki. Ia menyatakan bahwa kaum borjuis selalu diuntungkan dengan
paham kapitalis ini dan ia membuat para kaum buruh menggantungkan kehidupan
mereka yang miskin kepada lapangan kerja mereka.
Namun selalu saja kaum buruh tidak pernah mencapai kemakmuran yang
dicita-citakan kecuali hanya sekedar angan-angan yang terwujud dalam
sosialisme utopis. Karena para kapitalis pemilik perusahaan mampu menjual
produknya dengan untuk yang sangat besar, namun para buruh selalu
mendapatkan gaji yang tetap. Perusahaan selalu memberikan gaji tetap sesuai jam
kerja dan kapasitas kerja, bukan sesuai keuntungan perusahaan. Inilah yang
dinilai tidak baik secara sosial oleh Marx dan menyatakan bahwa kaum kapitalis
dan borjuis hanya egois memikirkan keuntungan dan kemakmuran mereka tanpa
peduli terhadap nasib para kaum buruh.11
Karl Marx menyatakan bahwa paham kapitalisme ini mengakibatkan

semacam legitimasi kolonialisasi bagi para borjuis dan pemilik modal atas kaum
buruh yang hanya memiliki tenaga kerja. Para kapitalis bebas melakukan
10

Siliwangi, Bumi, resume dari buku A New View of Society, an Essay on the Formation of
Human Character, 2015
11
Marx, Karl, Capital : A Critique of Political Economy translated by Samuel Moore and
Edward Aveling, published by Progress Publisher Moscow, USSR, 1867

eksploitasi tenaga kerja untuk digunakan dalam membangun idealisme dan
kekayaan yang tidak terbatas, selama memiliki modal yang besar. Yang inilah
akhirnya kita mengerti bahwa asas-asas kolonialisme dan penjajahan sebenarnya
berasal dari kapitalisme. Dan negara kita pernah merasakan hal tersebut selama
ratusan tahun oleh Belanda, kemudian Inggris dan Jepang.
Penerapan Ideologi Sosialisme
Penerapan ideologi kapitalis berakibat pada legitimasi kolonialisme dan
penjajahan terhadap kaum buruh atau kaum yang tidak memiliki kekayaan,
modal, dan status tertentu. Hal inilah yang ditentang oleh para pengusung
sosialisme modern.

Penerapan ideologi sosialis terbagi menjadi dua masa, yaitu pra Karl Marx
dan pasca Karl Marx. Ideologi pra Karl Marx adalah sebagaimana telah
diterangkan di atas, yaitu Sosialis Utopian yang diusung oleh Thomas Moore
(1478-1535) dan Robert Owen (1771-1858).
Thomas Moore menyatakan bahwa perlunya membentuk ideal
commonwealth yang didasari atas nilai demokrasi sosial tanpa tekanan kaum
borjuis yang semena-mena. Thomas Moore mendapat inspirasi dari kisah Yunani
tentang Plato yang ingin membentuk negara persemakmuran yang ideal lalu
menekankan perlunya pembentukan manusia yang ideal pula. Pada masa itulah
Yunani mengalami zaman majunya keilmuan dan menjadi sumber dari banyak
kebijaksanaan para filosofnya. Selain itu ada pula negeri Atlantis yang dipimpin
oleh anak-anak dewa Poseidon yang mengalami masa kejayaan, hinga akhirnya
runtuh karena naiknya pemimpin yang tidak adil kepada masyarakat.12
Selain itu, ia juga terinspirasi dari perjalanan Amerigo Vespucci dalam
menuju Benua Baru (Amerika), yang menggambarkan akan adanya komunitas
yang adil sesuai Utopia yang adil dan makmur.13Selain itu, Moore juga
menyatakan bahwa situasi pasar haruslah bebas dari monopoli para borjuis, agar
persaingan pasar berjalan dengan stabil, tanpa tekanan harga dari para borjuis.
Sosialis Utopia Moore menyatakan bahwa emas dan perak adalah sebagai alat
tukar dan tidak boleh dibungakan sesuai ajaran Kristen pada masa tersebut. 14

Pasar juga harus didasari dengan teori dasar kebutuhan. Teori lainnya
adalah tentang sentralisasi ekonomi dalam pasar bebas, agar pasar tidak hanya
dikuasai oleh orang yang bermodal besar, tapi dikuasai orang yang cakap untuk
mampu meratakan pendapatan dan kesempatan bekerja bagi kaum buruh. Moore
dan Saint Simon juga menyatakan bahwa dominasi pasar atau monopoli adalah
12

Henry Morloe, Ideal Commonwealths, George Routledge and sons, London, 1885, hlm. 9-

10
13

Ibid, hlm. 11
Angela D. Ledford, Religion in Utopian Socialist Theory, A Thesis in Political Science,
Graduate Faculty of Texas Tech University, May 1994.
14

sebagian ketidakadilan pasar yang bersumber dari Kapitalis sebagai alat untuk
meningkatkan keinginan untuk menguasai manusia lainnya. 15
Moore bersama Saint Simon berusaha menjalankan ekonomi yang adil

dan terjustifikasi dari agama Kristen. Selain itu juga menerapkan ekonomi
berbasiskan utilitarian yakni memenuhi kepuasan semuanya, khususnya kaum
miskin dan buruh. Setiap manusia haruslah menjadi ‘obat’ bagi manusia lainnya,
karena prinsip tersebut membuat Tuhan untuk memberikan petunjuk dalam
mengorganisir komunitasnya untuk mensejahterakan komunitas paling miskin
sekaligus.16
Robert Owen sebagai salah satu pemikir sosialis utopian memiliki
pandangan tentang mensejahterakan para buruh. Sejak awal tahun 1800 ia
memiliki pabrik pemintalan besar di New Lanark, Skotlandia. Pada masa itu,
pekerja di pabriknya sering bermabuk-mabukan dan berbuat kriminal karena
kurangnya intelektual mereka. Kemudian Owen mengambil alih manajemen dan
mengurangi jam kerja menjadi 10,5 jam. Saat terjadi bangkrut di pabriknya,
Owen juga tidak melakukan pemutusan hubungan kerja, bahkan tetap membayar
gajinya.17
selain itu, Owen juga bersimpati terhadap nasib pendidikan keluarga
mereka, dan dialah yang pertama menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak
miskin di Inggris. Hal tersebut berhasil memperbaiki moral para buruh dan
meningkatkan semangat kerja mereka serta meningkatkan kesejahteraan hidup
mereka. Melihat keberhasilannya, banyak para bangsawan dan pemerintah yang
mengapresiasi kinerjanya dalam mengentaskan kemiskinan.18
Owen berpendapat bahwa watak manusia ditentukan dan dipengaruhi oelh
lingkungan sekitarnya. Dari lingkungan itulah manusia mendapatkan kebiasaan
yang membuat berbuat baik atau buruk. Itulah alasannya, bahwa penduduk di
suatu negeri dapat ‘diberkati’ dengan suatu watak yang baik maupun buruk
sekalipun. Cara-cara untuk merubahnya terletak di kebijakan pemerintah yang
harus menangani kesalahan pendidikan ini yakni dengan melakukan reformasi
pendidikan. Langkahnya adalah dengan mengumumkan kebebasan asasi bagi
setiap individu dan meningkatkan pendidikannya, serta memperbaiki undangundang dan birokrasi pemerintahan yang buruk.19
Robert Owen berhasil mencapai perbaikan kesejahteraan buruh miskin di
pabriknya dengan menerapkan manajemen kepedulian tersebut. Dia juga
mengamati bahwa mesin-mesin industry harus dirawat dan digunakan dengan
15

Ibid, hlm. 40-41
Ibid, hlm. 44
17
G.V. Plekhanov, Socialist Utopian of The Nineteenth Century, Selected Works, 1957, hlm.
16

17
18
19

G.V. Plekhanov, ibid, hlm. 18
Ibid, hlm. 19-20

bijaksana akan dapat menimbulkan keuntungan bagi penggunanya. Hal ini juga
dia terapkan kepada buruhnya, ia memperhatikan nasib dan merawat buruh
tersebut dengan kompensasi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, hingga
menimbulkan semangat kerja dan keuntungan di pabriknya. Dari pengalamannya
itulah Robert Owen juga disebut sebagai Bapak Koperasi Dunia. Selain itu,
karena kepiawaian manajemennya, ia juga disebut Bapak Manajemen Klasik
bersama Charles Babbage (1792-1871).20
Kedua pelaksanaan dari paham Sosialisme Utopian tersebut, tidak sampai
menekankan pada perlunya mengumpulkan kekuatan revolusi untuk mengganti
pemerintahan yang ada, serta mengangkat seorang dictator proletariat. Keduanya
lebih condong kepada pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan
system politik pemerintahan.
Untuk paham Sosialisme Karl Marx dan lainnya memiliki dasar yang
sama yaitu sosial dan politik. Namun untuk sosialisme Karl Marx lebih
terdominasi oleh teori dialektika Charles Darwin yang menyatakan bahwa
kehidupan ini adalah persaingan dan seleksi alam, hanya yang kuat yang akan
bertahan hidup, dan yang lemah akan tersingkir dan berhak disingkirkan. Dari
pemikiran itulah, dinyatakan bahwa revolusi adalah satu-satunya jalan untuk
menyebarkan paham sosialisme dan meratakan kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Pada kemudian hari, sosialisme paham Karl Marx akhirnya disebut Sosialisme
Anarkis, Radikal, dan berkembang menjadi Marxisme, Fasisme, bahkan bersifat
Rasial yang akhirnya menjustifikasi pembolehan genosida atau pemusnahan rasras yang ‘kalah bersaing’ dalam kehidupan.21
Revolusi yang berdasarkan Marxisme sudah terjadi di beberapa Negara
komunis. Jerman pernah menjadi negara komunis yang dimotori oleh partai Nazi,
dan dipimpin oleh Hitler. Bersamaan dengan itu, Jerman juga bekerja sama
dengan Austria, Polandia, Hongaria,Skandinavia, dan Fasisme Italia. Hal serupa
juga muncul di Inggris dan Prancis, Yugoslavia, Spanyol serta Uni Soviet.
Kemudian muncul juga di Amerika latin seperti Kanada, Meksiko. Selain itu, di
Asia juga muncul, seperti di Cina, Kamboja, dan Indonesia. Dan seluruh revolusi
tersebut mengobarkan perang saudara dan pembunuhan massal untuk ras-ras dan
bangsa lain.22

Pandangan Islam tentang Sosialisme Ekonomi
20

Seminar Kegiatan Pembinaan Koperasi Indonesia, disampaikan oleh Tejo Nurseto,
Margodadi Sayegan Sleman, 23 Juli 2010, lihat juga Bab 2 : Perkembangan Teori Manajemen
21
22

G.D.H. Cole, A History of Socialist Thought : Socialism and Facism in 1931-1939,
MacMillan, St, Martin Press, London, 1961, hlm. 1-207 lihat juga Jonathan Murphy and Mark
Kreamer, The Black Book of Communism : Crimes, Terror, and Repression, Harvard University Press,
Cambridge, London, 1999, hlm. 271-705

Islam memiliki konsep sosial, politik, dan ekonomi yang berbeda dengan
sosialime dalam hal ekonomi. Islam tidak sama dengan kapitalisme yang
menjunjung tinggi dan ‘mengkultuskan’ kekayaan pribadi serta pembatasan
kekuasan pada para pemilik modal besar dan kekayaan. Tapi Islam juga tidak
menafikan hak kepemilikan kekayaan pribadi serta menyerahkan pembagian
kepada pemerintahan diktator proletar untuk dibagi sama rata dan sama rasa.23
Islam memperbolehkan manusia untuk berusaha dan menjadi kaya dan
banyak harta, namun dengan ketentuan tertentu. Harta yang diperoleh harus dari
jalan yang halal, bermanfaat, tidak curang, tidak menipu, dan tidak boleh serakah.
Dari situlah Islam menentukan konsep dan posisi yang baik dalam kepemilikan
harta benda serta kekayaan materi yang akan menghasilkan kebahagiaan bagi
pemilik harta juga hubungan harmonis antara manusia, serta mendapat ridha dari
Allah.24
Untuk menghilangkan kesenjangan sosial, Islam sudah mensyariatkan
zakat bagi para pemilik kekayaan yang berlebih. Setiap orang kaya juga wajib
menjaga diri dari berbuat berlebihan dan berfoya-foya, dan orang miskin agar
ridha dengan taqdir Allah. Karena kekayaan hanyalah titipan dan juga taqdir dari
Allah, sebagaimana kemiskinan. Bahkan jika orang mati dalam keadaan mu’min
dan miskin akan lebih mudah dalam perhitungan amalnya serta mudah mendapat
surga dari Allah.25
Dalam konsep kehidupan ekonomi yang berkaitan dengan jual-beli dan
transaksi bisnis, perbankan, dan lainnya, Islam menawarkan konsep Ekonomi
Islam yang membebaskan manusia dari riba. Sistem riba adalah hasil dari
pemikiran kapitalis untuk meraup untung sebanyak mungkin dengan usaha yang
seminimal mungkin. Riba merupakan ketidak-adilan, karena terlihat seperti
membantu dengan pinjaman, namun sejatinya ia mencekik peminjam dengan
membebankan ‘bunga’. Riba menurut para sosialis juga dianggap sarana untuk
‘mencuri’ harta orang lain melalui pinjaman maupun kegiatan jual-beli.26
Islam juga menawarkan konsep ta’awun yang berbeda dengan sosialisme
yang menekankan pemerataan pendapatan dan pekerjaan. Sosialime menetapkan
seluruh kepemilikan dan harta dikuasai Negara dan akan dibagi sama rata, namun
ternyata pemerataan tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh
masyarakat, karena masyarakat terdiri dari individu yang berbeda.
Konsep sosial ekonomi yang berkaitan dengan hubungan kerja antara
pemilik perusahaan dan pegawai, Islam sudah memiliki konsep yang tepat
23

Ghalib bin Ali Awajiy, al-Madzahib al-Fikriyyah al-Mu’ashirah wa dauruha fi alMujtama’, Al-Maktabah al-Ashriyyah al-Dzahabiyah, Jeddah, 2006, hlm. 1025
24
Muhammad al-Ghazali, al-Islam wa al-Manahij al-Isytirakiyyah, Syirkah Nahdhatul Masr,
2005, hlm. 55
25
Ibid, hlm. 64-66
26
Ibid, hlm. 146-147

dengan menerapkan kewajiban menjaga hubungan baik antara perusahaan dan
pegawainya. Khususnya terkait dengan pemenuhan hak dan kewajiban pegawai
dan pemilik perusahaan seperti gaji, kelayakan tempat kerja, waktu bekerja, dan
sebagainya.27
Pandangan Islam tentang Sosialisme Politik
Dalam Islam, konsep politik yang ada dalam daulah islamiyyah terdiri
dari pandangan pada pokok-pokok berikut : Iman, Ummat, Hukum atau undangundang, Hakim, dan Pemerintah. Daulah Islamiyyah perlu didirikan untuk
menjamin kebahagiaan individu dan masyarakat dengan izin dari Allah.28
Dalam memilih pegawai instansi pemerintah seperti Menteri, Gubernur,
Bupati, Residen dan lainnya, Islam mengharuskan beberapa kriteria tertentu.
Seorang yang berhak untuk duduk di instansi pemerintah adalah orang yang
memenuhi syarat sebagai berikut : beriman dan bertaqwa kepada Allah, memiliki
kapabilitas dan spesialis dalam ilmu mengenai pekerjaannya, jabatan tidak
diberikan kepada yang memintanya. 29
Dalam hal pemerintahan, meskipun beberapa hak khusus ada pada
khalifah, namun Islam sudah memiliki sistem Syura’ untuk mengawal jalannya
kebijakan pemimpin. Syura dan konsepnya telah ditetapkan pelaksanaannya oleh
al-Qur’an30 dan Hadits Rasulullah saw31. Syura berarti mengambil dan
mengeluarkan pendapat yang terbaik dari para ahli-ahli tentang suatu perkara,
untuk menyelesaikan perkara dengan solusi yang benar. Syura merupakan usaha
menegakkan hak umat agar mendapat maslahat secara dunia dan akhirat.32
Dalam pandangan Islam, derajat seseorang diukur dengan imannya, bukan
dilihat dari banyaknya harta, keturunan, atau jabatan yang dimiliki. Para pejabat
dalam Islam memiliki posisi yang sama dalam melaksanakan hak dan kewajiban
sebagai warga negara. Bahkan penguasa atau pejabat yang melampaui batas dapat
dituntut kepada hakim (qadhi) untuk dimintai pertanggungjawaban dan dihukum
27

Ibid, hlm. 181-183
Abu Bakar Jabir al-Jazairiy, al-Daulah al-Islamiyyah, Jamiah Islamiyyah Madinah, alMaktab al-Islamiy, 1982, hlm. 11
29
Ibid, hlm. 112
28

‫ظاَ غ مبليِ م‬
‫ت فم ظ‬
‫حوحل بلل م‬
‫ك‬
‫ب لن ح م‬
‫ظ ال ح م‬
‫ضللوا ب‬
‫مةة ب‬
‫ن م‬
‫ف ض‬
‫ماَ مر ح‬
‫م ومل موح ك هن ح م‬
‫ت ل مهه ح‬
‫ن الل لهب ل بن ح م‬
‫ح م‬
‫ فمب ب م‬30
‫قل حلل ب‬
‫ملل ح‬
‫م م‬
‫ت فمت مومك ل ح‬
‫مرب فمإ ب م‬
‫م وم م‬
‫ب‬
‫ه يه ب‬
‫مفاَع ح ه‬
‫ست مغح ب‬
‫حلل ض‬
‫ل ع مملىَ الل لهب إ ب ل‬
‫م موا ح‬
‫ن اللللل م‬
‫م م‬
‫ذا ع ممز ح‬
‫م بفيِ ال ح‬
‫شاَوبحرهه ح‬
‫فحر ل مهه ح‬
‫ف ع من حهه ح‬
‫ك‬
38-36 ‫( سورة آل عمران أنظر كذالك سورة الشورى‬١٥٩) ‫ن‬
‫ال ح ه‬
‫مت مومكبليِ م‬
‫ فهذا ظهللري‬،‫ ومن ضربت له ظهرا‬،‫ فليِأخذ منه‬،ِ‫ فهذا ماَلي‬،‫من أخذت له ماَله‬
73:6 ،10546 ،ِ‫ الحديث عن ابن عباَس فيِ السنن الكبرى للبيِهقي‬، ‫فليِقتد منه‬
‫ه‬
‫ أنظر‬،‫ماَع مةب حديث صحيِح‬
‫مع م ا ل ح م‬
‫مبتيِ ع مملىَ م‬
‫ه مل ي م ح‬
‫ إ ب ل‬31
‫ج م‬
‫ ومي مد ه الل لهب م‬، ‫ضملل مةة‬
‫مع ه أ ل‬
‫ج م‬
‫ن الل ل م‬
(1844) ‫( وصحيِح الجاَمع الصغيِر‬80) ‫تخريج "السنة" لبن عاَصم‬
‫السيِاَسة الشرعيِة علىَ منهج الوحيِيِن القرآن و السنة‬، ‫ مأمون حموش‬32
208 .‫ ص‬،2005 ،‫ سورية‬،‫ دمشق‬،‫ وزارة العلما‬،‫الصحيِحة‬

dengan semestinya, karena hal tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.33
dalam meneguhkan keadilan diantara para sahabatnya.34
Singkatnya, politik Islam adalah system politik yang menempatkan Allah
sebagai sumber tujuan kehidupan, serta mewajibkan untuk menjalankan segala
konsep dan kegiatan dalam kehidupan dalam pedoman al-Quran yang telah
diturunkan kepada Rasulullah saw.
C. KESIMPULAN
Islam memiliki pandangan tentang Sosialis dan membedakannya dalam
hal-hal tertentu. Bahwa Islam sebagai agama memiliki konsep dan keyakinan
tentang roh dan kehidupan selain materi seperti konsep Tuhan, Surga, dan
Neraka. Konsep Negara adil dan makmur menurut Islam adalah keadilan sosial
yang berdasarkan dari petunjuk Allah dalam al-Quran dan Rasulullah, bukan dari
pemikiran manusia. Dalam konsep perang melawan kedzaliman, Islam juga
memiliki adab-adab tertentu dalam menjalankannya serta melarang pemusnahan
masal sebagaimana yang diperbolehkan oleh Sosialis Anarkis.
Islam juga memiliki konsep yang sudah mapan dalam mengatur
kepemilikan individu, baik kaya maupun miskin agar tetap tercipta kerukunan
diantara kedua golongan tersebut, yakni dengan syariat zakat atau sedekah. Selain
itu, Islam juga mengatur hubungan kerja, tata cara mencari nafkah, yang sesuai
dan maslahat dengan dunia akhirat. Secara umum, semuanya dikumpulkan dalam
konsep etika ekonomi Islam, serta hukum Mualamat.
Dalam berpolitik, Islam memiliki konsep Syura, yaitu berfungsi untuk
menegakkan hak umat di dalam negara, dengan berdasarkan maslahat dunia
akhirat dan nilai-nilai Islam. Penguasa atau pemimpin dalam Islam adalah orang
yang dipilih secara kapabilitas pemahaman agama dan ilmu pengetahuan dalam
memimpin serta didasari dengan semangat mengabdi untuk agama.

Referensi
al-Qur’anul Karim

33
34

Abu Bakar Jabir al-Jazairiy, ibid, hlm. 112

Angela D. Ledford, Religion in Utopian Socialist Theory, A Thesis in Political
Science, Graduate Faculty of Texas Tech University, May 1994
Anwar Sandiah, Fauzan, Genealogi Konsep Sosialisme dalam Sosiologi, paper
pascasarjana UIN magister Islamic of Education, 2015
Bakar, Abu Jabir al-Jazairiy, al-Daulah al-Islamiyyah, Jamiah Islamiyyah Madinah,
al-Maktab al-Islamiy, 1982
G.D.H. Cole, A History of Socialist Thought : Socialism and Facism in 1931-1939,
MacMillan, St, Martin Press, London, 1961
Ghalib bin Ali Awajiy, al-Madzahib al-Fikriyyah al-Mu’ashirah wa dauruha fi alMujtama’, Al-Maktabah al-Ashriyyah al-Dzahabiyah, Jeddah, 2006
G.V. Plekhanov, Socialist Utopian of The Nineteenth Century, Selected Works, 1957
Henry Morloe, Ideal Commonwealths, George Routledge and sons, London, 1885
Jonathan Murphy and Mark Kreamer, The Black Book of Communism : Crimes,
Terror, and Repression, Harvard University Press, Cambridge, London, 1999
Jowett, Benyamin, The Politics of Aristotle, Oxford University Press, 1885
Jowett, Benyamin, The Complete Works of Plato, Oxford University, 1871
Leford, Angela D, Religion In Utopian Socialist Theory, A Master of Arts Thesis in
Political Sciences, Faculty of Texas Tech Universitiy, 1994, hlm. 16-18
Margant, J.R.Y, Latin Dictionary, Cassell and Company, Salt Lake, Utah, 1907
Marx, Karl and Frederick Engels, Manifesto of the Communist Party, translated by
Samuel Moore from Marx and Engels selected works, first published at
February 1848
Marx, Karl, Capital : A Critique of Political Economy translated by Samuel Moore
and Edward Aveling, published by Progress Publisher Moscow, USSR, 1867
Muhammad al-Ghazali, al-Islam wa al-Manahij al-Isytirakiyyah, Syirkah Nahdhatul
Masr, 2005
Oxford Advanded Learner’s Dictionary, online dictionary
Seminar Kegiatan Pembinaan Koperasi Indonesia, disampaikan oleh Tejo Nurseto,
Margodadi Sayegan Sleman, 23 Juli 2010
Siliwangi, Bumi, resume dari buku A New View of Society, an Essay on the
Formation of Human Character, 2015
Syah Putra, Yogie, Pemikiran Sosialisme pra Marx, makalah Sejarah Pemikiran
Ekonomi, 2013
Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, G & C Merriam Company,
Springfields, Massachusetts, USA, 1963
‫ وزارة‬،‫السيِاَسة الشرعيِة علىَ منهج الوحيِيِن القللرآن و السللنة الصللحيِحة‬، ‫مأمون حموش‬
‫ سورية‬،‫ دمشق‬،‫العلما‬،