Perbaikan Proses Bisnis Menggunakan Metode Business Process Improvement (BPI) (Studi Kasus Pada Bagian Pelaksana Urusan Logistik UTD Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Malang)

  

Vol. 2, No. 12, Desember 2018, hlm. 6705-6712 http://j-ptiik.ub.ac.id

Perbaikan Proses Bisnis Menggunakan Metode Business Process

  

Improvement (BPI) (Studi Kasus Pada Bagian Pelaksana Urusan Logistik

UTD Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Malang)

1 2

  3 Ibnu Irawan Pratama , Djoko Pramono , Nanang Yudi Setiawan

  Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: ibnuirawan76@gmail.com, djoko.jalin@ub.ac.id, nanang@ub.ac.id

  

Abstrak

  Bagian pelaksana uruasn logistik merupakan bagian dari seksi tata usaha UTD PMI Kota Malang. Pada UTD PMI Kota Malang terdapat seksi-seksi yang dibentuk untuk membantu tercapai tujuan organisasi. Pada bagian pelaksana urusan logistik medis terdapat 5 proses bisnis utama, yaitu penerimaan barang logistik medis, pembelian barang logistik medis > RP 5.000.000, pembelian barang logistik medis < Rp 5.000.000, penyerahan barang logistik medis (untuk internal), dan penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal). Pelaksanaan proses bisnis pada bagian ini masih sering terdapat kendala yaitu pada eksekusi waktu yang melebihi waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan metode five whys analysis untuk menentukan akar permasalahan dari setiap proses bisnis. Hasil dari analisis tersebut secara umum akar permasalahannya adalah tentang pencatatan dokumen yang masih menggunakan kertas yang dapat menyebabkan menambahnya pengeluaran organisasi untuk membeli kertas dan resiko hilang. Berdasarkan hasil evaluasi dibuat rancangan perbaikan dengan menggunakan tools streamlining yang disediakan oleh Business Process Improvement (BPI) untuk membuat rekomendasi proses bisnis. Dari hasil rekomendasi proses bisnis yang dibuat kemudian dilakukan simulasi untuk melihat peningkatan dari setiap proses bisnis. pada proses bisnis penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal) sebesar 1 jam 41 menit dengan presentase kenaikan 24,9%.

  

Kata kunci: Business Process Improvement, BPI, value chain analysis, five whys analysis, stremlining, proses

bisnis

  

Abstract

The logistics management department is part of the administration section of the Malang City UTD

PMI. In UTD PMI Malang City there are sections that are formed to help achieve organizational goals.

  

In the implementation of medical logistics, there are 5 main business processes, namely the receipt of

medical logistics goods, purchase of medical logistics goods> Rp. 5,000,000, purchase of medical

logistics goods <Rp. 5,000,000, delivery of medical logistics items (for internal), and delivery of goods

medical logistics (for external). The implementation of business processes in this section is still often a

constraint, namely the execution of time that has exceeded a predetermined time. This study uses a five

whys analysis method to determine the root causes of each business process. The results of the analysis

in general, the root of the problem is about recording documents that are still using paper which can

cause an increase in the organization's expenditure to buy paper and the risk of being lost. Based on the

results of the evaluation carried out treatment by using streamlining tools provided by Business Process

Improvement (BPI) to make business process recommendations. From the results of the business process

recommendations made then a simulation is conducted to see the improvement of each business process.

on the business process of delivering medical logistics (for external) goods by 1 hour 41 minutes with a

percentage increase of 24.9%.

  

Keywords: Business Process Improvement, BPI, value chain analysis, five whys analysis, stremlining, business

process

  berbagai aktivitas yang terdiri dari serangkaian 1.

   PENDAHULUAN kegiatan yang dilakukan di lingkup suatu

  perusahaan atau organisasi yang telah Proses bisnis merupakan kumpulan dari

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

6705 terkoordinasi. Kegiatan tersebut dapat mendukung tercapainya tujuan bisnis suatu perusahaan atau organisasi (Weske, 2012).

  UTD PMI kota Malang memiliki sekbid- sekbid yang membantu tercapainya tujuan organisasi. Bagian pelaksana urusan logistik salah satunya yang bertugas untuk pengadaan barang yang diperlukan oleh organisasi untuk menunjang kinerja semua sekbid. Contoh tugas bagian pelaksana urusan logistik adalah menyimpan dan membuat laporan tentang barang yang terdapat dalam organisasi.

  2. LANDASAN PUSTAKA

  outbound logistic, marketting & sales, service

  Aktivitas utama merupakan aktivitas yang berkaitan dengan hubungan pelanggan, produksi, dan penjualan produk. Aktivitas utama dalam value chain dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu inbound logistic, operations,

  mengidentifikasi proses bisnis menjadi proses bisnis utama dan proses bisnis pendukung. Setiap perusahaan pasti memiliki aktivitas utama dan pendukung.

  2.2. Value Chain Value Chain digunakan untuk

  Davenport mengatakan dalam (Weske, 2007), proses bisnis merupakan beberapa aktivitas yang telah disusun dan saling terhubung secara logis, bertujuan untuk mencapai hasil bisnis dari konsumen atau pasar tertentu. Jadi dapat disumpulkan proses bisnis adalah suatu aktivitas yang dapat merubah proses bisnis ke arah yang lebih baik guna mewujudkan tujuan organisasi.

  Proses bisnis merupakan beberapa aktivitas yang dirangkai pada koordinasi di sebuah organisasi dan lingkungan teknis. Tujuan dari proses bisnis ini dapat memabantu organisasi dalam mewujudkan suatu tujuan bisnis. Setiap proses bisnis dijalankan oleh satu organisasi, namun bisa terkait dengan proses bisnis yang dibuat oleh organisasi lain (Weske, 2012).

  2.1. Proses Bisnis

  Dalam melihat peningkatan keefektifitas proses bisnis, maka dapat dilakukan dengan cara simulasi proses bisnis untuk meminimalisir terjadinya resiko kegagalan model, mencegah kekurangan dan kelebihan penggunaan biaya dan sumber daya manusia, untuk menghilangkan resiko, serta mengoptimalkan kinerja sistem yang ada pada organisasi (Bizagi, 2018).

  Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan pada bulan Februari 2018, proses bisnis pada bagian pelaksana urusan logistik UTD PMI kota Malang ini masih belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan benar. Saat ini masalah yang ada pada bagian pelaksana urusan logistik UTD PMI kota Malang yaitu pada proses bisnis penerimaan barang logistik medis pencatatan dokumen barang masih manual menggunakan buku yang dapat bertambahnya pengeluaran perusahaan untuk membeli kertas dan menghambat aktivitas lain, pada proses bisnis pembelian barang logistik medis > Rp 5.000.000 dan pembelian < Rp 5.000.000 waktu proses yang terlalu lama dapat memperlambat proses pembelian, pada proses bisnis penyerahan barang untuk internal bon permintaan masih dalam bentuk hardcopy yang berakibat penggunaan kertas yang berlebihan dan beresiko rusak / hilang, pada proses bisnis penyerahan barang untuk eksternal birokrasi terlalu banyak yang dapat memperlambat proses lain. Berdasarkan masalah yang ada tersebut maka pada bagian pelaksana urusan logistik UTD kota Malang perlu dilakukan perbaikan proses bisnis yang diharapkan memberi solusi perbaikan proses bisnis yang menghilangkan masalah yang ada.

  (BPI) memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat memperbaiki proses bisnis agar menjadi efektif dan efisien dengan penyederhanaan menggunakan 12 tools streamlining. Metode BPI telah banyak digunakan oleh peneliti untuk perbaikan proses bisnis (Kusuma, 2015).

  Business Process Improvement

  yang signifikan dalam pelaksanaan proses bisnis yang dapat membantu suatu organisasi (Harrington, 1991). Penggunaan metode

  Process Improvement (BPI). Business Process Improvement (BPI) dapat membuat kemajuan

  Untuk melakukan analisa perbaikan proses bisnis pada sebuah organisasi maka diperlukan sebuah metode yang nantinya akan membantu. Metode yang digunakan adalah metode Business

  merupakan metode untuk menggali akar permasalahan dengan cara bertanya “mengapa” sampai menemukan akar permasalahan. Tujuan dari metode five whys analysis akan mengarah pada pemecahan masalah yang ada. (Robert, 2000).

  Analysis . Metode Five Whys Analysis

  Untuk menentukan akar permasalahan penelitian ini menggunakan metode Five Whys

  (Porter, 1998)

  2.3. Five Whys Analysis

  Gambar 2. Fase-fase BPI 1.

  2.6. Business Process Model and Notation (BPMN) Business Process Model and Notation

  Pada fase kelima ini bertujuan untuk melakukan perbaikan proses bisnis secara berkala.

  5. Continuous Improvement

  Pada fase keempat ini bertujuan untuk mengimplementasikan hasil dari rekomendasi proses bisnis yang telah penulis lakukan. Selain itu juga dilakukan kontrol secara berkala.

  4. Measurement and Controls

  Language, Bureaucray Elimination, Duplication Elimination, Simplification, Process Cycle-time Reduction, Error Proofing, Automation and/or Mechanization Upgrading, Standardization, Value-added Assessment Supplier Partnerships, Big Pictures Improvement.

  3. Streamlining Pada fase ketiga ini dilakukan eliminasi proses bisnis yang dikira tidak efektif dan efisien. Streamlining merupakan fase perbaikan dan menghasilkan proses bisnis baru yang lebih sederhana namun tidak merubah tujuan organisasi. Metode BPI mempunyai 12 tools streamlining untuk mendukung perbaikan proses bisnis, antara lain (Harrington, 1991): Simple

  2. Understanding the Process Pada fase kedua ini dilakukan analisis atau pemahaman terhadap proses bisnis yang sedang berjalan saat ini.

  Tujuannya adalah untuk menentukan proses bisnis yang akan dilakukan perbaikan. Dalam melakukan pemilihan, dilakukan prioritas proses bisnis yang benar-benar membutuhkan perbaikan.

  Organazing for Improvement Fase ini merupakan langkah pertama dalam perbaikan proses bisnis.

  Menurut Harrington tahun 1991 terdapat 5 fase dari BPI yang ditunjukkan pada Gambar 2.

  Teknik five whys analysis ini dapat digunakan untuk setiap masalah mengenai produk, proses, organisasi, sistem, maupun sumber daya manusia. Penulis menggunakan metode ini dikarenakan metode five whys

  2.5. Fase-fase BPI

  memberi solusi pemecahan masalah dalam pelaksanaan proses bisnis. BPI memiliki tools untuk membantu dalam proses penyederhanaan proses bisnis (streamlining), bertujuan agar semua aktor yang terlibat dalam proses bisnis di internal dan eksternal organisasi mendapatkan hasil yang lebih baik (Harrington, 1991).

  analysis dalam membantu organisasi untuk

  merupakan metode untuk merancang perbaikan proses bisnis dari masalah pada five whys

  2.4. Business Process Improvement (BPI) Business Process Improvement (BPI)

  Gambar 1. Five Whys Analysis

  sistematis tanpa adanya prinsip. Ada tiga cara untuk melakukan five whys analysis: (i) deskripsikan masalah dengan akurat dan lengkap, (ii) menjawab jujur dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, (iii) mencari permasalahan sampai akarnya dan memperbaikinya.

  analysis ini dapat memecahkan masalah dengan

  dapat dilakukan dengan mudah tetapi dengan hasil yang akurat. Menurut (Serrat, 2009) teknik five whys

  analysis

  (BPMN) dilakukun untuk memberi informasi proses bisnis dengan menggambarkan dengan notasi bertujuan untuk mempermudah stakeholder dalam membaca proses bisnis. Dengan demikian BPMN digunakan sebagai media terstandardisasi untuk kesenjangan antara perancangan proses bisnis dan implementasi proses (Object Management Group, 2011).

  3. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3 Metodologi Penelitian

  Gambar diatas menunjukkan alur penelitian. Alur metodologi digunakan untuk melihat tahap-tahap yang akan dilakukan penulis dalam melakukan penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan terarah. Metodologi dimulai dengan studi literatur, pengumpulan data, mengidentifikasi proses bisnis, pemodelan proses bisnis saat ini, evaluasi proses bisnis saat ini, rekomendasi perbaikan proses bisnis, simulasi, hingga kesimpulan hasil.

  Proses bisnis ini merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menyerahkan barang logistik medis kepada eksternal organisasi

  Deskripsi

  Petugas gudang, staf urusan umum, kepala sie TU, kasir, peminta barang

  Tabel 1 Deskripsi Proses Bisnis Penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal) Aktor

  memudahkan dalam memahami proses bisnis dengan memodelkan melalui notasi BPMN.

  Modelling Notation (BPMN) untuk

  Pemodelan akan dilakukan setelah mengetahui proses bisnis utama dan definisi proses bisnis yang berjalan saat ini (As-Is) pada bagian pelaksana urusan logistik UTD PMI Kota Malang dengan menggunakan Business Process

  4.2 Pemodelan Proses Bisnis

  3. Outbound Proses bisnis ini membahas tentang alur dari petugas logistik menyerahkan barang kepada internal dan eksternal organisasi. Peminta barang harus membuat bon permintaan barang apa saja yang akan diminta. Petugas logistik memeriksa ketersediaan barang yang diminta. Jika tersedia maka barang akan diserahkan, namun jika tidak tersedia maka petugas logistik tidak dapat memenuhi permintaan barang

  2. Operation Didalam proses bisnis ini membahas tentang alur dari pembelian barang yang jumlah harganya melebihi Rp 5.000.000 dan kurang dari Rp 5.000.000. Petugas logistik membuat rencana pembelian barang yang dibutuhkan sesuai dengan anggaran yang ada. Perencaan tersebut harus disetujui oleh kepala tata usaha dan kepala UTD. Jika tidak disetujui oleh kepala UTD maka pembelian tidak dapat dilaksanakan.

  Petugas logistik menerima barang yang datang. Barang yang datang tersebut harus melalui proses pengecekan terhadap verifikator.

  Didalam proses bisnis penerimaan barang logistik medis berisi tentang alur dari penerimaan barang logistik.

  analysis pada bagian urusan logistik medis UTD PMI Kota Malang.

  Gambar 4. merupakan hasil dari value chain

  Gambar 4 Analisis Valuen Chain

  Tahap ini adalah bagian dari fase pertama BPI yaitu Organizing for Improvement. Pada tahap ini akan dilakukan penjabaran terkait dengan struktur organisasi dan analisis value chain.

  INI

  4. PEMODELAN PROSES BISNIS SAAT

4.1 Identifikasi Proses Bisnis

4.1.1 Analisis Value Chain

1. Inbound

  Pada Gambar 5 dapat dilihat pemodelan (untuk eksternal) saat ini. proses bisnis penyerahan barang logistik medis

  

Gambar 5 Proses Bisnis Penyerahan Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) (As-Is)

Tabel 2 Five Whys Analysis

5. PERBAIKAN PROSES BISNIS

5.1 Evaluasi Proses Bisnis

  Evaluasi proses bisnis dilakukan dengan menggunakan metode Five Whys Analysis. Metode ini dilakukan untuk mencari akar permasalahan dari proses bisnis yang terdapat masalah. Metode ini diterapkan dengan cara menggali penyebab permasalahan dengan bertanya mengapa kepada narasumber. Dari

  5.2 Rancangan Perbaikan Proses Bisnis

  permasalaha tersebut kemudian ditanyakan kembali mengapa sebanyak lima kali hingga Rancangan perbaikan proses bisnis menemukan akar permasalahannya. dilakukan untuk merancang perbaikan proses bisnis dari hasil evaluasi yang dilakukan

5.1.1 Five Whys Analysis

  sebelumnya. Pada tahap ini dilakukan perancangan terhadap perbaikan proses bisnis Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil evaluasi berdasarkan hasil evaluasi dari proses bisnis proses bisnis penerimaan barang logistik medis sebelumnya. Tahapan dalam perancangan dengan menggunakan metode five whys perbaikan proses bisnis adalah mengidentifikasi analysis. Hasil evaluasi menunjukkan akar permasalahan pada proses bisnis, kemudian permasalahan pada proses bisnis penyerahan dilakukan pemilihan tools streamlining yang barang logistik medis (untuk eksternal) adalah cocok sesuai dengan permasalahan. surat permintaan harus diperiksa oleh kepala tata

  Pada tabel 3 dapat dilihat hasil rancangan usaha, petugas logistik dan staf urusan umum. perbaikan dari proses bisnis penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal)

  Tabel 3 Rancangan Perbaikan Proses Bisnis Penyerahan Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) Masalah Jenis Proses bisnis Streamlinig pada proses rekomendasi

  bisnis awal

  Dari Tabel 4 hail simulasi time analysis adalah dalam waktu 1 tahun, 24 proses penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal) dapat diselesaikan dengan waktu minimum 33 menit, waktu maksimum 1 jam 29 menit dan dengan rata-rata 1 jam 9 menit.

  Bureaucracy Elimination

  Meniadakan aktivitas pengecekan surat permintaan barang oleh petugas logistik dan staf urusan umum

  5.3 Rekomendasi Proses Bisnis

  Pemodelan proses bisnis rekomendasi ini akan dijelaskan mengenai model proses bisnis yang telah dilakukakan evaluasi dan rancangan perbaikan proses bisnis.

  Pada Gambar 6 dapat dilihat hasil pemodelan proses bisnis penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal) rekomendasi.

  

Gambar 6 Proses Bisnis Penyerahan Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) (To-Be)

6. SIMULASI PROSES BISNIS

  Simulasi pada proses bisnis penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal) disesuaikan dengan pelaksanaan proses bisnis penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal) menurut hasil observasi, yaitu sebagai berikut:

  Staf urusan umum, kepala UTD, dan pemegang kas keluar melakukan pengecekan ulang surat permintaan barang

6.1 Asumsi Simulasi

  33 Menit

  Max Time 1 jam 29 menit Average Time 1 jam 9 Menit

1. Durasi waktu dilakukan 1 tahun 2.

  Tabel 5 Simulasi Resource Analysis Penyerahan Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) (As-Is) Resource Utilization

  6.2 Simulasi Proses Bisnis Penyerahan Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) (As-Is) Tabel 4 Simulasi Time Analysis Penyerahan barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) (As-Is) Min Time

  4. Waktu yang ditentukan dalam setiap aktivitas berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi

  Dalam 1 tahun terdapat 24 kali penyerahan barang logistik medis (untuk eksternak) 3. Semua aktor yang terkait dalam proses bisnis hadir barang logistik medis (untuk eksternal) Peminta Barang 82,67% rekomendasi.

  Tabel 8 Perbandingan simulasi time analysis As- Is dan To-Be

  Kepala sie TU 36,57% Petugas logistik 19,54%

  Penyerahan Saat Ini Rekomendasi Barang (As-Is) (To-Be)

  Staf urusan umum 36,95%

  Logistik Medis (Untuk

  Kasir 61,71%

  Eksternal)

  Dari tabel 5 didapatkan hasil pemanfaatan

  Min Time

  33 sumber daya pada proses bisnis penyerahan

  17 menit

  Menit barang logistik medis (untuk eksternal) saat ini.

  Max Time 1 jam

6.3 Simulasi Proses Bisnis Penyerahan

  29 1 jam 30 menit

  Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal)

  menit

  (To-Be) Tabel 6 Simulasi Time Analysis Penyerahan Average Time 1 jam 9

  55 menit Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) (To-

  Menit

  Be)

  Berdasarkan hasil dari pengingkatan persentase waktu di atas dapat disimpulkan

  Min Time 17 menit

  bahwa peningkatan terjadi tidak secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan tidak

  Max Time 1 jam 30 menit

  terjadi banyak perbaikan pada proses bisnis rekomendasi. Perbaikan tersebut yaitu

  Average Time 55 menit

  menghilangkan aktivitas yang berjenjang pada setiap aktor yang dapat menyebabkan tidak Dari tabel 6 hail simulasi time analysis efektif karena pengecekan surat permintaan telah adalah dalam waktu 1 tahun, 24 proses dilakukan oleh kepala sie tata usaha dan tidak penyerahan barang logistik medis (untuk perlu diperiksa kembali oleh aktor lain. Selain eksternal) dapat diselesaikan dengan waktu itu terjadi perbaikan lain yaitu mengganti minimum 17 menit, waktu maksimum 1 jam 30 aktivitas pencatatan pengurangan barang dan menit dan dengan rata-rata 55 menit. stok barang yang awalnya dicatat menggunakan buku menjadi update menggunakan sistem.

  Tabel 7 Simulasi Resource Analysis Penyerahan Barang Logistik Medis (Untuk Eksternal) (To-

  7. KESIMPULAN Be)

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pelaksana urusan logistik medis

  Resource Utilization

  UTD Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Malang, maka dapat diperoleh kesimpulan

  Peminta Barang 79,65%

  sebagai berikut: 1.

  Analisis value chain analysis diperoleh

  Kepala sie TU 42,04%

  proses bisnis utama dan proses bisnis pendukung. Proses bisnis utama pada

  Petugas logistik 14,78%

  pelaksana urusan logistik UTD PMI kota Malang adalah penerimaan barang

  

Staf urusan umum 25,44% logistik medis, pembelian barang

  logsitik medis < Rp 5.000.000, pembelian barang logistik medis > Rp

  Kasir 63,94%

  5.000.000, penyerahan barang logistik Dari tabel 6 didapatkan hasil pemanfaatan medis (untuk internal), penyerahan barang logistik medis (untuk eksternal). sumber daya pada proses bisnis penyerahan

  2. perbandingan hasil Berdasarkan simulasi pada proses bisnis awal dan [Diakses pada 18 Februari 2018] proses bisnis rekomendasi didapatkan

  Pojasek, Robert B, 2000. Enviromental Quality bahwa eksekusi waktu proses bisnis Management. ABI/INFORM Trade & rekomendasi yang dihasilkan berjalan Industry. lebih cepat dari pada proses bisnis awal. Proses bisnis dengan pengurangan Porter, M., 1998. Competitive Advantage: waktu yang signifikan terjadi pada Creating and Sustaining Superior

  Performance. New York: The Free Press.

  proses bisnis pembelian barang logistik medis < Rp 5.000.000 yaitu Serrat, O., 2009. The Five Whys Technique. pengurangan waktu sebesar 78,66%. Hal s.l.:Knowledge Slutions. ini terjadi karena terdapat banyak

  Weske, M., 2012. Business Process perubahan pada proses bisnis tersebut

  Management, Second Edition. London:

  yaitu semua aktivitas yang masih Springer manual menggunakan kertas dirubah menjadi menggunakan sistem dan terdapat beberapa aktivitas yang dihilangkan dikarenakan aktivitas yang berjenjang di setiap aktor. Sedangkan proses bisnis dengan pengurangan waktu sedikit terjadi pada proses bisnis penerimaan barang logistik medis dengan pengurangan sebesar 21,12%.

  Hal ini terjadi dikarenakan pada proses bisnis tersebut tidak terlalu banyak perubahan pada proses bisnis rekomendasi.

8. DAFTAR PUSTAKA

  Abreu, J., 2013. Business Processes

  Improvement on Maintenance Management: a Case Study . Universidade

  do Algarve Portugal Bizagi, 2018. Simulation in Bizagi. [online]

  Tersedia di: < [Diakses pada 11 Februari 2018]

  Harrington, H.J., 1991. Business Process

  Improvement. New York: McGraw-Hill, Inc.

  Kusuma, I., 2015. Perbaikan Proses Bisnis Penyusunan Rencana Kerja Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung Menggunakan Metode Business

  Process Improvement Untuk Memenuhi

  Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 dan Klausul 7.3 ISO 9001:2008. S1. Universitas Telkom Bandung.

  Object Management Group, 2011. Business Process Model and Notation (BPMN).

  [pdf] Tersedia di