PEMENUHAN HAK-HAK EKONOMI DAN MORIL MASYARAKAT ASLI ATAS PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MELALUI SISTEM HKI INDONESIA THE FULFILLMENT OF ECONOMIC AND MORAL RIGHTS OF INDIGENOUS PEOPLES ON TRADITIONAL KNOWLEDGE AND TRADITIONAL CULTU

PEMENUHAN HAK-HAK EKONOMI DAN MORIL MASYARAKAT ASLI ATAS PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL MELALUI SISTEM HKI INDONESIA THE FULFILLMENT OF ECONOMIC AND MORAL RIGHTS

OF INDIGENOUS PEOPLES ON TRADITIONAL KNOWLEDGE AND TRADITIONAL CULTURAL EXPRESSIONS THROUGH INDONESIA'S TPR's SYSTEM

Dwi Martini

Dosen Fakultas Hukum Bisnis Universitas Mataram E-mail : dwi_maret@yahoo.co.id

Naskah diterima : 18/08/2014; revisi : 28/10/2014; disetujui : 30/10/2014

A bstrAct

Economy and moral rights are the part of basic human rights entitled to the proprietor of the intellectual property that must be full filed by the state, to meet the requirements of Constitution. Similar treatment must be provided by the state to economic and moral rights of indigenous peoples on their own Intellectual Property, in the form of Traditional Knowledge and Traditional Cultural expressions as described in Article 18 b of the Constitution of 1945 “The state recognizes and respects the customary law community units including their traditional rights as long as it exists and in accordance to society development and principles of Unitary State of The Republic of Indonesia, as stated by the Law.”. Fulfilment of these rights through modern TRIPs-WTO IPRs regime brings about legal problems, considering their different character, where individual and commercial character of modern IPRs contradicts the communal and non-commercial character of Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expression. On the other hand, to get modern IPRs protection, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expression must meet particular conditions such as originality/ novelty, inventive step and applicable to industry which indeed unable to fill due to its anonymous inventor, developed and bequeathed from generation to generation and is not intended specifically for industrial/commercial purpose.

Keywords: Rights, Indigenous Peoples

A bStrAk

Hak ekonomi dan hak moril merupakan hak asasi yang dimiliki oleh setiap pemilik kekayaan Intelektual dan harus dapat dipenuhi oleh Negara dalam rangka memenuhi amanat Undang- undang Dasar. Demikian juga hak-hak ekonomi dan moril yang dimiliki oleh masyarakat asli atas Kekayaan Intelektual mereka berupa Pengetahuan Tradisional dan ekspresi Budaya Tradisional harus dapat dijamin pemenuhannya oleh Negara sebagaimana bunyi Pasal 18b UUD 1945 “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang- undang”.. Pemenuhan hak-hak tersebut melalui rezim HKI modern versi TRIPs-WTO memunculkan permasalahan hukum mengingat adanya pertentangan karakter diatara keduanya, di mana karakter individual dan komersial dalam HKI modern bertolak belakang dengan karakter komunal dan non komersial yang dimiliki oleh PTEBT. Selain itu untuk mendapat perlindungan rezim HKI, PTEBT harus memenuhi syarat-syarat seperti orisinalitas/ baru, mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industry,

IUS 455

Kajian Hukum dan Keadilan

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 6 | Desember 2014 | hlm 455~475

yang mana justru tidak dapat dipenuhi oleh PTEBT karena tidak diketahui siapa pencipta/ inventornya, dikembangkan dan turunkan dari generasi ke generasi dan tidak di`hajatkan untuk keperluan industry/ komersial semata.

Kata kunci: Hak, masyarakat asli

PENDAHULUAN

PTEBT tidak dapat hanya dipandang se- i

masyarakat stilaH bagai “peninggalan nenek moyang” yang asli (Indigenous kental dengan nilai sejarah sehingga hanya Peoples ) merupakan istilah yang digunakan

diperlakukan sebagai pajangan indah, ku- secara global untuk mendeskripsikan se-

no dan antik yang menghiasi sudut rumah kelompok orang atau masyarakat yang namun minim kontribusi. …if there is one mendiami daerah tertentu, dipersatukan lesson in the past half century of economic de- oleh sejarah, bahasa, kebiasaan maupun velopment, it is that natural resources do not hukum. Dalam kepustakaan Nasional power economies, human resources do.. ”. Ku- istilah ini sering juga dipersamakan mak-

tipan The Washington Post tertanggal 28 na nya dengan “masyarakat adat”. Di mana

April 2001 di atas dapat memberi gamba- masyarakat adat sendiri adalah kelompok

ran bahwasanya di era perdagangan bebas masyarakat yang memiliki asal usul

yang semakin global ini, inovasi dan karya leluhur (secara turun temurun) di wilayah

intelektual merupakan modal utama setiap geografis tertentu serta memiliki sistem

Negara untuk memenangkan persaingan nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya,

dan potensi ekonomi tersebut sejatinya ter-

sosial dan wilyah sendiri 1

. Adapun titik

kandung dalam kekayaan khasanah Penge- berat kedua istilah tersebut adalah pada

tahuan Tradisional Indonesia. kekhususan sumber, nilai, karakter dan

sistem yang dianut oleh masyarakat Jembatan penghubung antara pengeta- tersebut dibandingkan dengan masyarakat huan tradisional sebagai sebuah produk dominan. Untuk menunjang praktek ke- inovasi dan kreasi pemikiran umat manu- hidupan sehari-hari, masya rakat asli men- sia dengan aspek ekonomi dan morilnya cipta kan serta mengem bangkan sistem pe- ialah Hak Kekayaan Intelektual (HKI). ngetahuan tertentu dengan kekhasan dan HKI dapat diartikan sebagai “Hak yang be- ciri yang melekat dengan masyarakat ter- rasal dari hasil kegiatan kreatif, suatu ke- sebut, pengetahuan inilah yang ke mudian mampuan daya fikir manusia yang diek- dikenal sebagai pe ngetahuan tradisional spresikan kepada khalayak umum dalam (Tra ditional Know ledge).

berbagai bentuknya, yang memiliki man- faat serta berguna dalam menunjang ke-

Pengetahuan tradisional dan Ekspresi hidupan manusia, serta bernilai eko-

Budaya Tradisonal (PTEBT) Indonesia nomis”. 2 Sedangkan dari sudut pandang

lahir sebagai produk budaya, yang proses kepemilikan, secara sederhana HKI meru-

penciptaannya tidak sekali jadi melainkan pakan hak kebendaan, hak atas sesuatu

terus berkembang seiring dengan perkem- benda yang bersumber dari hasil kerja bangan masyarakatnya dan mewujud otak 3 . Setiap ide, gagasan, hasil olah fikir

dalam berbagai karya yang dikuasai dan di- manusia dapat menghasilkan benda, yakni

manfaatkan bersama oleh seluruh anggota benda immaterial (tidak berwujud) yang

komunitas. Dalam konteks kekinian,

1 Pengertian Masyarakat adat ini diajukan oleh 2 R. Ardiansyah Natakusumah, Hak Atas Kekayaan JAPHAMA (Jaringan Pembela Hak-hak Masyarakat Intelektual, http://zuyyin.wordpress.com/2007/05/29/

Adat) dalam BPP-HAM Kementerian Hukum dan HAM hak-atas-kekayaan-intelektual, diunduh pada tanggal 15 RI, Perlindungan Kekayaan Intelektual atas Pengetahuan

Desember 2013.

Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional Mayarakat 3 OK Saidin, aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, adat, Alumni, Bandung, 2013. hlm 18

Rajawali Press, Jakarta, 2007. hlm 9

456 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Dwi Martini | Pemenuhan Hak-Hak Ekonomi dan Moril Masyarakat Asli Atas Pengetahuan .............. atasnya dapat dikuasai dengan hak milik. (Auterswet, 1912). Adapun Agreement on

Penguasaan dengan hak milik merupakan TRIPs merupakan acuan bagi setiap Nega- pernyataan jelas bahwa ada jaminan hu- ra anggota WTO dalam membentuk dan kum bagi pemilik hak untuk secara bebas memberlakukan ketentuan hukum per- dan leluasa menguasai sepenuh-penuhnya lindungan HKI. Berdasarkan pada ketentu- pemanfaatan maupun kegunaan suatu ben- an tersebut pula Indonesia pada saat ini

da selama tidak bertentangan dengan Ke- telah mengundangkan 7 Undang-undang tentuan yang berlaku.

di bidang HKI yaitu: Undang-undang No- mor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta,

Eksistensi HKI modern tidak dapat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001

dilepaskan dari peranan World Trade Or- Tentang Paten, Undang-undang Nomor 15

ganization (WTO) terutama karena salah Tahun 2001 Tentang Merek, Undang- satu lampiran utamanya yaitu agreement undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang on TRIPs (Trade Related Aspect of Intellec- Perlindungan Varietas Tanaman, Undang- tual Property Rights ) menegaskan kaitan undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang erat antara HKI dengan perdagangan Rahasia Dagang, Undang-undang Nomor dunia. Oleh ekonom Keith E.Marcus din-

31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri yatakan bahwa “…HKI merupakan syarat

dan Undang-undang Nomor 32 Tahun penting bagi perkembangan dunia bisnis

2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit selama ia didukung dan diiringi oleh kebi-

Ter padu.

jakan yang memadai dan hal ini merupak- an tantangan ekonomi utama untuk mem-

Dengan diundangkannya Perlindungan perkuat HKI di bawah sistem global baru 4 . HKI, maka terdapat kewajiban Negara Dalam perjalanannya pernyataan ini untuk memastikan pemenuhan hak-hak mendapat beberapa kritik terutama dari pi- pemilik karya intelektual. Sebagaimana hak penggiat PTEBT dengan argumen bah- diungkapkan oleh mantan dirjen WIPO, wasanya HKI yang terkandung dalam Arpad Bogsch: PTEBT tidak melulu terkait dengan ko-

“Human genus is the source of all mer sialisasi untuk mendapatkan keuntun- gan materi namun lebih jauh dalam works of art and invention. These

works are the guarantee of a life worthy PTEBT terkandung nilai-nilai sosial, buda- of men. It is the duty of the state to ya bahkan nilai magis-relijius sehingga per- lindungan terhadap PTEBT harus bersifat ensure with diligence the protection of

the arts and inventions” 5 . menyeluruh meliputi perlindungan terha-

dap hak ekonomi dan hak moril masyara- Dalam konteks ini setidaknya terdapat kat adat.

2 dimensi hak yang wajib dilindungi oleh Negara yaitu hak ekonomi dan hak moril

Sejatinya sistem Hak Kekayaan Intelek- yakni hak untuk dihormati dan diakui

tual telah dikenal di Indonesia jauh sebe- sebagai pemilik PTEBT dan hak eksklusif

lum kemerdekaan. Adalah pemerintah atas pemanfaatan PT secara komersil atau

Hin dia-belanda yang memperkenalkan sis- benefit sharing dari komersialisai PTEBT

tem ini melalui beberapa perundang-

oleh pihak asing.

undangan seperti Undang-undang Merek perindustrian (Reglement industriele eigen-

Namun pemenuhan hak-hak ekonomi dom , 1881), Undang-undang Paten (Octroi- dan moril ini menjadi rumit ketika diha-

wet , 1910) dan Undang-undang Hak Cipta

4 Lihat Keith E. Marcus dalam Ahmad Zen Umar 5 Arpad Bogsch dalam Rahmi Jened, Hak Kekayaan Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Alumni,

Intelektual penyalahgunaan Hak Eksklusif, Airlangga Bandung, 2005. hlm 7

University Press, 2007. hlm vii

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 457

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 6 | Desember 2014 | hlm 455~475

dap kan dengan kriteria karya Intelektual Pemenuhan terhadap hak individual, yang tercakup dalam skema HKI versi absolut dan mutlak atas HKI berangkat TRIPs-WTO seperti harus jelas siapa dari gagasan mengenai sistem penghargaan pencipta/inventor/pendesainnya, pendaf- (reward system) yang dicetuskan pertama tarannya mengacu pada first to file system kali oleh Hippodamus dari Miletus, idenya dan perlindungannya terbatas untuk adalah agar Negara memberikan peng- selama jangka waktu tertentu. Di mana hargaan yang lebih bagi penemu yang kriteria tersebut tidak dapat di penuhi oleh berkontribusi menghasilkan temuan ber-

PTEBT. Karena PTEBT tidak diketahui nilai tinggi bagi masyarakat. 6 Pada intinya siapa penciptanya atau kapan diciptakan Hippodamus mengusulkan untuk mem- karena ia ada, hidup dan berkembang beri kan penghargaan yang sepadan atas seiring perkembangan masya rakat ter- jasa tiap-tiap individu. Ide ini sendiri men- sebut. Terkait pendaftaran, ma yo ritas dapat kritik dari Aristoteles melalui teori

masyarakat asli memandang tidak perlu kebajikan dengan menyatakan bahwa: 7 untuk mendaftarakan PTEBT Mereka

“A such system of individual reward karena bagi mereka tidaklah merugi kan mereka jika pengetahuan ter may otherwise reduce social welfare… sebut dibagi

kepada pihak lain, sebalik a reward for revealing information to nya mereka the state would give rise to fraudulent

merasa membagi PTEBT sama artinya dengan melakukan kebajikan se claims of discovery of malfeasance on perti di-

ajarkan oleh leluhur, dan terkait dengan the part of public officials”. Sistem penghargaan individual sedemikian

jangka waktu perlindungan yang terbatas dapat mengurangi kesejahteraan sangat tidak tepat jika dipaksakan berlaku pada PTEBT karena PTEBT me sosial. Sebuah penghargaan karena rupa kan

mengungkap suatu informasi kepada suatu “way of life” bagi masya rakat asli, Negara akan menimbulkan peng a- bagian dari identitas mereka sebagai se- buah komunitas, se hingga tidak mungkin kuan-pengakuan bohong dengan

untuk memberi batasan waktu bagi pe- menyalahgunakan jabatan oleh para petugas Negara atas temuan tertentu”

nguasaan terhadap cara hidup suatu masyarakat. Ini merupakan pernyataan bahwa

seharusnya kepentingan individu ber- Berdasarkan latar belakang di atas,

ada di bawah kepentingan komunal, maka artikel ini akan mengaji (1) bagai-

seseorang tidak boleh mengorbankan mana bentuk hak ekonomi dan hak moril

kepentingan orang banyak demi me- yang diatur dalam sistem HKI Indonesia

menuhi kehendaknya sendiri. dalam kaitannya dengan PTEBT dan (2)

Dalam konteks ini perlindungan atas bagaimana upaya Negara untuk memenuhi

PTEBT mewakili kepentingan komunal hak-hak ekonomi dan moril masyarakat

masyarakat asli karena berdasarkan teori asli atas PTEBT melalui sistem HKI yang kebajikan di atas, merupakan suatu ke baji- ada.

kan jika seseorang menciptakan te muan baru bukan semata-mata untuk dirinya

PEMBAHASAN

melainkan untuk kepentingan orang

A. Landasan Filosofis pemenuhan hak-hak banyak. Sehingga sudah seharusnya pe nge- masyarakat asli atas Pengetahuan Tra- tahuan tersebut dilindungi oleh Peme- disional dan Ekspresi Budaya Tra- rintah karena akan sama artinya dengan disional

6 Lihat Rahmi Jened, Ibid. hlm 15 7 Anthony D’Amato dalam Rahmi Jened, Ibid.

458 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Dwi Martini | Pemenuhan Hak-Hak Ekonomi dan Moril Masyarakat Asli Atas Pengetahuan .............. melindungi kepentingan pemilik penge- tersebut serta melarang pihak manapun

tahuan yakni masyarakat asli. Pikiran yang untuk mengambil manfaat darinya. Lebih menguatkan ide di atas, diungkapkan oleh jauh, teori ini juga sejalan dengan empat Lawrence. M Friedman, menurutnya agar norma dasar dalam hukum alam yang dice- hukum dapat bekerja, harus dipenuhi 3 tuskan oleh Grotius yakni (1) kita harus (tiga) syarat: pertama, aturan itu harus menjauhkan diri dari harta benda kepun- dapat dikomunikasikan kepada subjek yaan orang lain; (2) kita harus mengemba- yang diaturnya; kedua, subjek yang diatur- likan harta benda kepunyaan orang lain nya mempunyai ke mampuan untuk me- yang berada di tangan kita beserta hasil laksanakan aturan itu; ketiga, subjek itu dari benda orang lain yang sudah kita nik- harus mempunyai moti vasi untuk melak- mati; (3) kita harus menepati janji-janji

sanakan aturan itu. 8 yang kita sudah buat dan; (4) kita harus mengganti kerugian yang disebabkan oleh

Meskipun perdebatan tentang sistem kesalahan kita, lagipula kita harus dihu-

penghargaan ini telah berlangsung sejak kum apabila perbuatan kita pantas disalah-

abad keempat sebelum masehi namun

kan 10

hingga berabad-abad sesudahnya perde- batan terus berlanjut. Beberapa pemikir

Pemikiran hukum alam di atas sesung- seperti Grotius dan John Locke mengemu- guhnya tidak hanya dapat digunakan seb- kakan teori yang menguatkan pandangan agai landasan untuk melindungi hak abso- bahwa HKI merupakan suatu sistem kepe- lut pencipta, inventor atau pendesain se- milikan (Property). Sejatinya perlindungan cara individual sebagaimana yang didtitik hukum HKI diberikan sebagai bentuk beratkan oleh rezim HKI TRIPs-WTO na- penghargaan terhadap segala pengorbanan mun dalam dimensi yang berbeda juga me- yang diberikan dalam rangka melahirkan landasi perlindungan terhadap hak-hak karya intelektual tersebut. Dalam teori the masyarakat asli atas kepemilikan terhadap

fruit of Labour 9 yang dikembangkan oleh PTEBT. Karena terdapat kaitan erat antara John Locke dinyatakan bahwasanya jika pemikiran hukum alam dengan persoalan seseorang menghasilkan sesuatu berdasar- hak moral yang inti ajarannya adalah “jan- kan hasil usahanya maka tidak seharusnya gan mencuri atau mangambil yang bukan

hasil tersebut diambil alih oleh pihak lain milikmu” 11 .

karena itu merupakan tindakan yang Ajaran ini dapat menjadi pijakan pe-

merugikan sehingga hanya orang yang mikiran untuk menggugat perlindungan

berupaya tersebut lah yang berhak men- yang lebih baik bagi PTEBT terutama se-

guasai hasilnya. Teori ini terkait dengan cara sui generis karena seringnya terjadi

hal alami setiap individu untuk memiliki penggunaan tanpa hak PTEBT dengan

buah atas usahanya. dalih ketentuannya tidak diatur, ataupun

Konsep ini sebangun dengan HKI, bah- kalau diatur masih belum jelas aturannya wasanya HKI lahir dari jerih payah para di dalam Perundang-undangan HKI yang pencipta, inventor ataupun pendesain se- ada saat ini. Sebagaimana yang dikemuka- hingga atasnya mereka berhak untuk me- kan oleh Thomas Aquinas bahwa hukum nikmati secara absolut dan eksklusif karya

10 Gazalba Saleh, Upaya perlindungan Hukum Bagi Pengetahuan Tradisional di Negara-negara berkembang

8 Lawrence M.Friedman dalam Imas Rosidawati, khususnya Indonesia, Jurnal Supremasi Hukum Konsep Perlindungan Pengetahuan Tradisional Universitas Sahid Jakarta, supremasihukumusahid.org/

berdasarkan asas keadilan melalui Sui Generis Intellectual jurnal. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 Property System , Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM,

11 Frederick Abbott dalam Agus Sardjono, Hak No. 2 Vol 20, April 2013. hlm 173

Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, 9 Ibid.

Alumni, Bandung, 2006. hlm 25

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 459

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 6 | Desember 2014 | hlm 455~475

dapat mengandung ketidakadilan manaka- sebagaimana pandangan dunia barat maka la ia bertentangan dengan gagasan tentang akan memberi keleluasaan bagi pihak

kesejahteraan manusia 12 . Sehingga hukum eksternal untuk mengambil, memanfaat- yang ideal adalah hukum yang mengede- kan bahkan mengkomersilkan PT secara pankan kepentingan umum, bukannya me- tidak bertanggung jawab. Tindakan maksakan kehendak penguasa atau hukum demikian oleh pembela hak masyarakat as-

yang dibentuk oleh pembuat yang melam- li disebut sebagai misappropriation 14 dan paui kewenangannya dan bukan pula bio-piracy 15 . Sedangkan hak positif dalam hukum yang dipaksakan kepada masy- kontek masyarakat asli terkait dengan hak atakat meskipun dengan dalih demi kese- ekonomi atas PT di mana selain masyara- jahteraan umum.

kat asli berhak atas benefit sharing yang adil dan wajar bagi kesejahteraan mereka

Realisasi dari hukum alam dalam hu- atas komersialisasi PTEBT oleh pihak kum positif disebut sebagai hak, yaitu ke- eksternal. Melalui ajaran hukum alam dari

pentingan yang dilindungi oleh hukum. Aquinas ini menjadi tidak sulit untuk me-

Kepentingan adalah tuntutan perorangan mahami aspirasi yang menghendaki pen- atau kelompok yang diharapkan untuk di-

gakuan terhadap hak kolektif atas warisan . Suatu hak dapat diperoleh secara

penuhi 13

budaya (cultural heritage) 16 . kodrati dan melalui perjanjian atau kese-

pakatan dengan pihak lain. Hak kodrati se-

B. Pengertian masyarakat asli, Penge ta- bagaimana diatur oleh hukum alam ber-

huan Tradisional dan Ekspresi Budaya sumber dari Tuhan sedangkan hak positif

Tradisional (PTEBT)

diperoleh melalui persetujuan/ kesepaka- Istilah Masyarakat asli digunakan seb-

tan dengan pihak lain dan diatur dalam agai padanan bagi istilah Indigenous Peoples

hukum positif. Hak Kodrati terkait dengan yang dirumuskan oleh Jose Martinez Cobo hak moril berupa hak masyarakat asli un-

selaku Peneliti khusus sub-komisi PBB tuk mendapatkan pengakuan dan penghor-

bagi promosi dan perlindungan Hak Asasi matan secara layak sebagai pemilik

Manusia sebagai berikut: 17 PTEBT. Dalam konteks benda berwujud dapat diumpamakan seperti peternak yang

“Indigenous communities, peoples and merawat dan mengembangbiakkan sendiri

nations are those which, having a his- ternaknya, secara kodrati hanya dialah

torical continuity with pre-invasion yang layak diakui sebagai pemilik ter-

and pre-colonial societies that devel- naknya. Demikian juga hak masyakat asli

oped on their territories, consider atas PT, mengingat ide, gagasan, kreatifitas

themselves distinct from other sectors tersebut bersumber dari komunitas terse-

of the societies now prevailing in those but.

territories, or parts of them. They form at present non-dominant sectors of soci-

Sehingga jika PT hendak dimanfaatkan oleh pihak lain harus seijin masyarakat as- 14 Tindakan penyalahgunaan tanpa izin atau secara

melawan hukum suatu dana atau benda diluar dari yang

li pemilik PT tersebut. Pengakuan ini pent- dimaksudkan. ing sebagai landasan untuk mendapatkan 15 Istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perlindungan hukum. Karena jika PT ti- pemanfaatan tanpa hak keanekaragaman hayati suatu

Negara. Contoh: dipatenkannya beberapa tanaman 9

dak diakui sebagai milik masyarakat asli asli Indonesia seperti kayu rapet, tempuyung, kemukus apalagi hanya dipandang sebagai heritage of dsb oleh shiseido, perusahaan kosmetik jepang sebagai

bahan produk perawatan rambut.

mankind 16 (warisan seluruh umat manusia) Op.Cit, Agus Sardjono, hlm 28

17 Jose Martinez Cobo dalam Yance Arizona, New 12 Ibid. hlm 27

York 2014 mendefinisikan Indigenous Peoples di Indo- 13 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, nesia. Yancearizona.net/tag/masyarakat-adat/. Diakses

Liberty, Jogjakarta, 1989. hlm 41

pada tanggal 30 Agustus 2014

460 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Dwi Martini | Pemenuhan Hak-Hak Ekonomi dan Moril Masyarakat Asli Atas Pengetahuan .............. ety and are determined to preserve, pun seluruhnya dari masyarakat pada

develop and transmit to future gen-

umumnya”.

erations their ancestral territories,

Dari pengertian yang diberikan oleh and their ethnic identity, as the ba-

AMAN di atas, Nampak beberapa karakter sis of their continued existence as yang ada pada masyakat asli, yaitu: peoples, in accordance with their

own cultural, social institutions and

1. Memiliki hubungan kekerabatan yang legal systems.”

kuat diantara sesama anggota masyara- kat

Berdasarkan rumusan di atas dapat dik- etahui bahwa PBB memandang Masyara-

2. Mengedepankan komunalisme sebagai kat Asli sebagai masyarakat yang sejarahn-

sebuah komunitas yang berasal dari asal ya telah dimulai sebelum terjadinya invasi

usul dan leluhur yang sama dan kolonialisasi di wilayah mereka, me-

3. Keterikatan yang kuat dengan alam, mandang diri mereka berbeda dari ma-

baik sebagai sumber penghidupan mau- syarakat dominan serta cenderung meles-

pun terkait dengan sistem kepercayaan tarikan, membangun dan mewariskan

4. Memiliki pranata yang khas dalam generasi berikutnya untuk melanjutkan

wilayah leluhur dan identitas etnis kepada

bidang ekonomi, politik, sosial dan eksistensi mereka sebagai sebuah komu-

hukum

nitas berdasarkan sistem kebudayaan, Dalam kajiannya tentang Hukum Adat, hukum dan institusi sosial tersendiri. Ter Haar memilih menggunakan istilah Dalam rumusan ini PBB memberi per- masyarakat hukum adat sebagai akronim

nyataan bahwa istilah Indigenous Peoples dari indigenous peoples, menurutnya ma- lahir dari pengalaman kolonialisasi yang

sya rakat hukum adat adalah: 19 menciptakan tatanan masyarakat bahkan

Negara baru sehingga meminggirkan “Kelompok masyarakat yang teratur, masya rakat asli yang sejatinya telah lebih

bersifat tetap, mempunyai kekuasaan dulu terbentuk dan memiliki karakter khas

dan kekayaan sendiri baik berupa yang lahir dari kepribadian dan kebutuhan

benda yang terlihat maupun tidak masyarakat tersebut.

terlihat”

Pengertian yang lebih “membumi” di- Definisi yang diberikan oleh Ter Haar beri kan oleh Aliansi Masyarakat Adat ini mengantarkan kita untuk memahami

Nusantara (AMAN), sebagai berikut 18 :

bahwa masyarakat asli merupakan ma- syarakat yang terorganisir sedemikian rupa

“Masyarakat adat adalah kelompok sehingga mampu menghasilkan kekayaan masyarakat yang secara turun temu- berwujud maupun tidak berwujud. Istilah run bermukim di wilayah geografis “adat” ditujukannya untuk menjelaskan tertentu di Negara Indonesia karena kekhususan yang dimiliki oleh masyarakat adanya ikatan pada asal usul leluhur, tersebut terutama berupa sistem nilai yang adanya hubungan yang kuat dengan diacu dalam kehidupan mereka. Yang men- tanah, wilayah dan sumber daya alam arik adalah, Ter Haar telah memberikan di wilayah adatnya serta adanya pengakuan terhadap hak-hak moril mau- sistem nilai yang menentukan pranata pun ekonomi atas hasil-hasil kebudayaan ekonomi, politik, sosial dan hukum masyarakat asli yang dalam konteks HKI yang berbeda, baik seluruhnya mau-

19 Masyarakat lokal dalam sistem sertifikasi hutan di Indonesia, www.dephut.go.id/ hlm/...info/isi_3.htm

18 ibid diakses pada tanggal 16 September 2014

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 461

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 6 | Desember 2014 | hlm 455~475

modern disebut sebagai Pengetahuan trad- agai folklore atau ekspresi Budaya Tradis- isional (PT). Maka jelaslah alasan meng- ional dalam bentuk musik, tarian, lagu, apa pembahasan tentang Pengetahuan kerajinan tangan, desain, cerita rakyat dan Tradisional tidak dapat dilepaskan dari karya seni. Sehingga dalam beberapa litera- pembahasan tentang masyarakat asli se- tur nasional Pengetahuan Tradisional se- laku pemiliknya.

cara lengkap disebut sebagai Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradis-

World Intellectual Property Organization ional atau disingkat PTEBT.

(WIPO) tidak memberikan pengertian se- cara spesifik tentang Pengetahuan Tradis-

Berdasarkan rumusan WIPO di atas, ional, hanya saja dalam salah satu ketentu- Rancangan Undang-undang Perlindungan annya menyatakan mengenai cakupan PT dan pemanfaatan Kekayaan intelektual yaitu:

Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Bu- daya Tradisional juga membagi Pengeta-

“Traditional knowledge is not limited huan Tradisional menjadi 2 bagian, yaitu to any specific field of technology or the Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi

arts. The entire field of human Budaya Tradisional, dengan pengertian endeavor is open to enquiry by tra-

masing-masing sebagai berikut 20 : ditional methods and the full breadth

of human expression is available for its

1. Pengetahuan tradisional adalah karya transmission…”

intelektual di bidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung un-

Pengertian ini memberi gambaran bah- sur karakteristik warisan tradisional wa PT memiliki cakupan yang sangat luas,

yang dihasilkan, dikembangkan dan segala pengetahuan yang diperoleh melalui

dipelihara oleh komunitas masyara- metode tradisional termasuk segala bentuk

kat lokal atau masyarakat adat ekspresi manusia dapat dikelompokkan se-

2. Ekspresi Budaya Tradisional adalah bagai bagian dari PT. Oleh sebab itu WIPO karya intelektual di bidang seni, ter- kemudian memberi penjelasan lebih lan-

masuk ekspresi sastra yang men- jut, sebagai berikut:

gandung unsur karakteristik warisan “….Traditional knowledge systems in

tradisional yang dihasilkan, dikem- the fields of medicine and healing, bio-

bangkan dan dipelihara oleh komuni- diversity conversation, the environt-

tas masyarakat lokal atau masyarakat ment and foods and agriculture are

adat.

well known”. Pengertian di atas mendapat penegasan Berikutnya dinyatakan juga bahwa:

dari UU Hak Cipta, yang secara jelas menyatakan bahwa UU tersebut mem-

“The categories of Traditional Knowl- berikan perlindungan terhadap PT dalam edge include… expressions of folklore in bentuk Ekspresi Budaya Tradisional. the form of music, dance, song, hand- Yaitu: craft, design, stories and artwork”

“…Folklor dimaksudkan sebagai se- Dari penjelasan di atas, dapat disimpul-

kumpulan ciptaan tradisional, baik kan bahwa sistem PT memiliki dua bagian

yang dibuat oleh kelompok aupun per- besar yang terdiri dari obat-obatan dan pe-

orangan dalam masyarakat, yang nyembuhan, pemanfaatan keanekaraga-

man hayati, lingkungan, makanan dan per- 20 Lihat Rancangan Undang-undang Tentang

Perlindungan dan Pemanfaatan Kekayaan Intelektual

tanian. Serta yang umumnya disebut seb- Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya

Tradisional. Pasal 1 Angka 1 dan Angka 2

462 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Dwi Martini | Pemenuhan Hak-Hak Ekonomi dan Moril Masyarakat Asli Atas Pengetahuan ..............

menunjukkan identitas sosial dan bu- atas PTEBT, hak untuk mengizinkan atau dayanya berdasarkan standar dan ni- tidak mengizinkan pihak tertentu untuk lai-nilai yang diucapkan atau diikuti memanfaatkan PTEBT, serta hak untuk secara turun temurun, termasuk:

diakui dan dihormati sebagai pemangku PTEBT. Kesemua hak tersebut merupakan

a. cerita rakyat, puisi rakyat; perwujudan dari hak ekonomi dan hak

b. lagu-lagu rakyat dan musik instrumen

moril.

tradisional;

c. tari-tarian rakyat, permainan tradis- Perlu dicatat bahwa walaupun CBD ional;

dengan tegas telah mengatur mengenai pemenuhan hak-hak yang dimaksud

d. hasil seni antara lain berupa: lukisan, gambar, ukiran-ukiran, pahatan, mo- namun hal ini menjadi sulit terealisasi

mengingat TRIPs sebagai landasan pem- saik,

bentukan Perundang-undangan HKI di In-

e. perhiasan, kerajinan tangan, pak- donesia belum mengatur secara tegas per-

aian, instrumen musik dan tenun

21 tradisional”. masalahan tersebut dan tidak merujuk ke- pada CBD dalam hal perlindungan terha-

Jadi, sebagai karya yang lahir dari pro- dap PTEBT. Satu-satunya Undang-undang ses panjang lintas generasi, sudah sewa- HKI Indonesia yang secara implisit mem- jarnya PTEBT dihargai karena keunikan, bahas mengenai hak ekonomi dan moril nilai materiil maupun non materiilnya dan adalah Undang-undang hak Cipta Tahun apapun bentuk pemanfaatan PTEBT oleh 2014. Dalam Pasal 2 Ayat (2) Undang-un- pihak eksternal harus memperhatikan ke- dang Hak Cipta Tahun 2014 disebutkan pentingan pemangku PTEBT tersebut yai- bahwa hak eksklusif sebagaimana dimak- tu masyarakat asli.

sud pada Ayat (2) terdiri atas hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi sebagaimana

C. Hak Ekonomi dan Moril masyarakat dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (2) merupak- asli atas PTEBT an hak pencipta atau pemegang hak cipta

Convention on Biological Diversity untuk memberikan izin atau melarang (CBD) 1993 mewajibkan setiap Negara orang lain yang tanpa persetujuannya anggotanya untuk menghormati, memeli- melaksanakan: hara dan menjaga pengetahuan tradisional; dalam menggunakannya harus meminta

a. Perbanyakan atas Ciptaan; persetujuan dari dan melibatkan peme-

b. Penerjamahan atas Ciptaan; gangnya; dan harus mendukung pemba-

c. Adaptasi, aransemen atau transformasi gian kemanfaatan secara adil dari penggu-

lain atas Ciptaan;

naannya. 22

Ketentuan ini merupakan pene- gasan bahwa dalam penggunaan PTEBT

d. Pendistribusian kepada public atas Cip- oleh pihak asing terdapat hak-hak ma-

taan;

syarakat asli yang harus dihormati dan di-

e. Penyewaan atas Ciptaan asli atau penuhi. Hak-hak yang dimaksud berupa

salinan baik yang berupa sinematografi, hak atas pembagian keuntungan yang adil

Ciptaan yang disatukan dalam fonogram dan wajar dalam hal terjadi komersialisasi

atau perangkat lunak computer;

f. Pertunjukan atas Ciptaan;

21 Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta, Penjelasan Pasal 10 Ayat (2). 22 Hawin, Perlindungan Pengetahuan Tradisional Di

g. Penyiaran atas Ciptaan; atau

Indonesia, Pidato Pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 5 Agustus 2009. hlm 7

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 463

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 6 | Desember 2014 | hlm 455~475

h. Pengkomunikasian kepada publik atas Sedangkan hak moral sifatnya per- Ciptaan. 23 manen, dan tidak habis masa perlindun-

Pengakuan secara implisit akan hak gannya selama Ciptaan tersebut masih di-

manfaatkan oleh umat manusia maka hak ekonomi dan moril atas ciptaan dalam Un-

atas pengakuan dan pernghormatan tetap dang-undang hak Cipta terbaru ini meru-

pakan sebuah kemajuan yang cukup berar- dimiliki oleh Pencipta. Dalam UUHC 2014 diatur bahwa Pencipta memiliki hak moral

ti. Mengingat pada Undang-undang sebel-

sebagai berikut:

umnya tidak disebutkan secara rinci ten- tang apa saja privilege bagi pemegang hak.

a. untuk tetap dicantumkan atau tidak Meskipun dalam salah satu Pasalnya dise-

dicantumkan namanya pada salinan butkan bahwa sifat kepemilikan hak cipta

sehubungan dengan pemakaian Cip- adalah individual, absolut dan mutlak.

taannya untuk umum; Pencipta mempunyai hak khusus untuk

b. menggunakan nama samaran; mengeksploitasi ciptaan-ciptaanya di sam-

c. mengadakan perubahan pada Cip- ping mempunyai hak moral untuk me-

taannya sesuai dengan kepatutan ngawasi eksploitasi ciptaan-ciptaannya

dalam masyarakat;

oleh pihak lain yang menerima hak dari

d. mengadakan perubahan judul dan

Pencipta. Lebih jauh Eddy Damian 25 me-

anak judul ciptaan; dan nyatakan bahwa “yang dinamakan hak

moral tetap berada pada pencipta, tidak

e. mengajukan gugatan atas distorsi, dapat dialihkan kepada pihak lain. Hak

mutilasi atau modifikasi lain atau untuk mengeksploitasi suatu ciptaan

hal-hal yang bersifat merugikan ke- (=hak ekonomi) seperti halnya hak moral

homatan dan reputasinya. pada mulanya ada pada Pencipta…”.

Sejatinya, konsep hak moral berasal dari Dengan demikian hanya hak ekonomi sistem hukum kontinental, di mana yang yang dapat beralih/ dialihkan dengan cara- dimaksudkan sebagai Hak moral adalah

cara yang ditentukan oleh hukum seperti hak-hak yang melindungi kepentingan pewarisan, hibah, wasiat, lisensi dan cara- pribadi si pencipta. 26 Kepentingan pribadi cara lain yang dibenarkan oleh Undang- tersebut bukan dalam bentuk materi na- undang. Masa perlindungan hak ekonomi mun lebih berupa pengakuan atau perlind- dibatasi oleh Undang-undang misalnya hak ungan terhadap reputasi si Pencipta. ekonomi sebuah Ciptaan adalah seumur Dalam konteks penggunaan PTEBT oleh hidup si pencipta ditambah 50 tahun pihak asing, pemenuhan hak moral dapat setelah ia meninggal dunia, tujuannya berupa prior informed consent, yaitu permo- adalah agar terdapat keseimbangan bagi honan izin kepada pemiliknya untuk me- karya intelektual tersebut untuk melayani manfaatkan PTEBT mereka baik untuk tu- kepentingan individual pencipta, inventor juan komersil, pendidikan maupun peneli- atau pendesainnya dengan kepentingan tian. Menurut Terri Janke, seorang ahli ke- publik untuk mendapatkan akses terhadap budayaan berdarah masyarakat Aborigin, karya tersebut tanpa dibebani pembayaran Australia bahwa hak moral sesungguhnya royalti.

juga bisa dipakai, tidak hanya untuk me- lindungi integritas seorang Pencipta den- gan karyanya, tetapi juga integritas pulu-

23 Indonesia, Undang-undang Tentang Hak Cipta han kelompok masyarakat pemangku

tahun 2014, ketika artikel ini ditulis UU tersebut baru disetujui oleh DPR dan belum disahkan oleh Presiden.

24 Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Alumni, 26 Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, Hak Kekayaan Bandung, 2003. hlm 108

Intelektual dan Budaya Hukum, Rajawali Press, Jakarta, 25 Ibid. hlm 112

2005. hlm 3

464 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Dwi Martini | Pemenuhan Hak-Hak Ekonomi dan Moril Masyarakat Asli Atas Pengetahuan .............. tradisi Aborigin Australia dengan kekay- tersebut. Hal ini tergambar dari besarnya

aan tradisional mereka. 27 nominal yang dihasilkan pasar global, khu- sus untuk obat-obatan yang berasal dari

Secara lebih spesifik, pengakuan terha- tanaman (herbal medicines) pada tahun

dap Hak ekonomi Hak moral harus mewu- 2000 mencapai US$ 60 Miliar. Sementara

jud dalam perlindungan dan kepemilikan pada tahun 2002 di Australia tercatat penuh masyarakat asli atas PTEBT dan keuntungan yang diperoleh dari hasil kera-

dapat mencegah atau menentang klaim pa- jinan dan seni penduduk asli mencapai

ra pengambil manfaat atau pemakai penge- US$ 130 Juta, di mana penduduk asli han-

tahuan tradisional, termasuk perusahaan multinasional. 28

ya memperoleh benefit sharing sebesar US$ Hak ekonomi berupa hak

30 Juta. 30

ekslusif untuk mereproduksi dan menjual suatu PTEBT atau mengizinkan pihak lain

Sejauh ini bentuk perlindungan rezim untuk melakukannya dan Hak moral beru- HKI modern terhadap PTEBT diimple- pa pengakuan terhadap pemilik PTEBT mentasikan ke dalam dua bentuk yaitu: serta hak agar PTEBT tersebut tidak di- Pertama, menginternalisasikannya sebagai ubah kecuali atas persetujuan pemi- HKI. Misalnya, hak cipta melidungi hak

liknya. 29 Perlindungan hak-hak tersebut di moral pencipta (pemegang) pengetahuan atas secara global dipandang sebagai ba- tradisional dan merek melindungi indikasi gian dari Hak Asasi Manusia, sebagaimana geografis. Kedua, walaupun belum mema- tertuang dalam Pasal 27 Ayat (1) Universal dai, paten memakai cara lain yaitu justru Declaration of Human Rights yang me- mengecualikan pengetahuan tradisional, nyatakan bahwa setiap hasil karya Intelek- seperti tanaman dan binatang (dan makh- tual memberikan kepada pemiliknya “the luk hidup yang lain), dari invensi yang right to benefit from the protection of moral dapat dipatenkan. Menjadi isu yang perlu and material interest resulting from author- dikaji secara mendalam apakah pengeta- ship af any scientific, literary or artistic pro- huan tradisional tertentu bisa dilindungi duction” .

dengan cara dipatenkan mengingat syarat kebaruan (novelty) dan langkah inventif

Kenyataannya seringkali pengetahuan (inventive step/non-obvious) kemungkinan

tradisional menjadi pengetahuan awal in- besar sulit dipenuhi oleh kebanyakan pen-

dustri tertentu seperti kosmetik, farmasi,

getahuan tradisional. 31

kimia dan lain sebagainya yang pengem- bangan dan penelitian lanjutannya dilaku-

D. Upaya Negara dalam memenuhi hak- kan oleh perusahaan multinasional tanpa

hak masyarakat asli atas PTEBT meminta izin dan membayar pembagian

1. Pengakuan Negara

keuntungan secara adil dengan masyarakat pemilik pengetahuan. Bahkan pihak asing

Negara sebagai sebuah institusi publik tersebut merasa lebih berhak atas pengeta- mempunyai kewajiban untuk memberi

huan yang dimaksud dengan alasan mer- jaminan terhadap keadilan, keamanan dan ekalah yang mempatenkan pengetahuan kesejahteraan segenap warganya seb-

agaimana amanat UUD 1945, dan ma-

27 Terri Janke dalam Miranda Risang Ayu, Hak syarakat asli merupakan bagian tidak ter- Moral, Indikasi Asal dan Hak Kebudayaan, Opini, pisahkan dari sejarah pembentukan Nega-

Harian Pikiran Rakyat, Selasa 4 Desember 2007.

ra Indonesia. Bahkan hukum adat sebagai

Op.Cit, Hawin.

29 Lihat Naskah Akademik Rancangan Undang- suatu kumpulan peraturan yang dibentuk

undang Tentang Perlindungan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Bphn.go.id/data/… na_ruu_folklor.pdf. Diakses pada tanggal 23 September

30 Ibid. hlm 14

2014. hlm 15

31 Loc.Cit, Hawin. hlm 7

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 465

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 6 | Desember 2014 | hlm 455~475

oleh masyarakat asli dan mewakili karak- adat dalam keterbelakangan, tetapi seba- ter serta kebutuhan masyarakat tersebut liknya mereka harus tetap memperoleh ke- diberi tempat tersendiri berdampingan mudahan dalam mencapai kesejahteraan, dengan hukum positif yang dibentuk oleh menjamin adanya kepastian hukum yang Pemerintah. sebagaimana bunyi Pasal 18B adil dan baik bagi subjek maupun objek Ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 seb- hukumnya, jika perlu diperlakukan istime-

agai hasil amandemen kedua pada tahun wa 34 .

2000 sebagai berikut: Pasal ini menjadi landasan konstitu-

“Negara mengakui dan menghormati sional bagi setiap pihak untuk menghor- kesatuan-kesatuan masyarakat hukum mati eksistensi masyarakat asli sekaligus adat serta hak-hak tradisionalnya hasil-hasil kebudayaan yang terkandung di sepanjang masih hidup dan sesuai dalamnya. Namun, pada kenyataannya dengan perkembangan masyarakat pelanggaran hak masyarakat asli atas dan prinsip Negara kesatuan Republik PTEBT masih marak terjadi, seperti di- Indonesia, yang diatur dalam patenkannya motif ukiran Bali oleh pen- Undang-undang”.

gusaha asing, dipatenkannya tumbuh-tum- buhan asli Indonesia sebagai bahan obat

Dari pasal ini dapat disimpulkan bahwa kanker oleh perusahaan farmasi Amerika perlindungan terhadap PTEBT merupakan Serikat, atau ditayangkannya kesenian Re-

bagian dari hak asasi masyarakat asli yang og Ponorogo dan lagu rasa sayange milik

dapat dipertahankan terhadap pihak mana- Indonesia dalam iklan pariwisata Negara pun. Berbeda dengan konsep pengakuan Malaysia. Pelanggaran sedemikian tidak

dan benefit sharing yang selama ini saja merupakan wujud pengabaian terha-

berkembang, lebih merupakan belas kasi- dap eksistensi masyarakat asli, namun leb- han Negara daripada bentuk pengakuan ih jauh merupakan pelanggaran terhadap

Negara. Idealnya perlindungan PTEBT di- hak ekonomi dan moril mereka sebagai pe-

lakukan dengan falsafah pendekatan pem-

32 bangunan berbasis HAM milik PTEBT yang dalam konsep PBB disa- . Sesuai dengan makan dengan hak asasi author atas hak

konsepsi Satjipto Raharjo yakni Negara In- material dan moral dari aktifitas keilmuan,

donesia merupakan Negara Hukum, Nega- ra yang peduli atau Negara kepedulian 33

seni dan sastra. Pernyataan ini ditegaskan

oleh World Intellectual Property Organiza- Pemikiran ini sejalan dengan amanat Pasal

tion (WIPO), berdasarkan Article 27 of the

34 Ayat (2) dengan bunyi sebagai berikut: Universal Declaration of Human Rights

“Sebagai jaminan konstitusional, Neg- yang turut diratifikasi oleh Indonesia, den- ara wajib mengembangkan kebijakan gan bunyi sebagai berikut: kesejahteraan yang bersifat “affirma-

“Everyone has the right freely tive action” bagi kepentingan warga

participate in the cultural life of the masyarakat, termasuk di dalamnya

community, to enjoy the arts and to masyarakat adat”.

share in scientific advancement and its Affirmative action yang dimaksud-

benefit. Everyone has the right to the kan disini harus berupa manifestasi dari

protection of the moral and material nilai keadilan sosial, pengakuan keber-

interest resulting from any scientific, adaan masyarakat hukum adat tidak ber-

literary or artistic production of which maksud melestarikan masyarakat hukum

he is the author”.

32 Op.cit Kementerian Hukum dan HAM RI. hlm 8 34 UN Office for REDD coordination in Indonesia, 33 Ibid

www.unorcid.org. Diakses pada tanggal 28 Agustus 2014

466 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 467

Dwi Martini | Pemenuhan Hak-Hak Ekonomi dan Moril Masyarakat Asli Atas Pengetahuan .............. Kenyataannya, di kancah Internasional

masih terjadi tarik menarik dan perde- batan panjang terkait perlindungan PTEBT khususnya antara pihak yang di- golongkan menjadi Negara maju dan Nega- ra berkembang. Negara maju menghendaki pemberlakuan massif rezim HKI TRIPs- WTO bagi setiap bentuk Kekayaan Intelek- tual di seluruh dunia. Meskipun tidak me- nolak rezim HKI namun Negara berkem- bang termasuk Indonesia memiliki kekha- watiran tersendiri terhadap kekayaan Pen- getahuan Tradisional mereka karena kon- sep perlindungan HKI jelas-jelas berbeda dengan konsep masyarakat asli atas pen- guasaan PTEBT. Dalam hal ini konsep in- dividual dan monopoli HKI berlawanan dengan konsep komunal PTEBT, karakter perlindungan terbatas HKI modern berla- wanan dengan konsep way of life PTEBT dan karakter komersil yang melekat pada HKI justru tidak dominan pada PTEBT. Menurut Tim Lindsey pertentangan terse- but akan semakin nampak dalam proses pendaftaran PTEBT, di mana PTEBT akan kesulitan memenuhi syarat-syarat pendaft-

aran, sebagai berikut: 35

a. Keaslian: Hak Cipta dalam sistem TRIPs mensyaratkan karya-karya yang di lindungi harus bersifat asli. Asli dalam pengertian tidak meniru atau

men jiplak karya orang lain. Tentunya syarat ini tidak dipenuhi oleh karya- karya tradisional karena pada umumnya diilhami oleh adat yang telah ada dan melibatkan pola yang meniru pola lain secara berulang-ulang dalam jangka waktu panjang. Padahal peniruan meru- pakan bagian dari adat sebab dalam ma- syarakat adat berlaku aturan bahwa suatu kebiasaan yang tidak sama den- gan kebiasaan sebelumnya dianggap me- langgar hukum adat.

b. Bentuk yang berwujud, Hak Cipta dalam sistem TRIPs mensyaratkan pula

35 Tim Lindsey dalam Gazalba Saleh, Op.cit. hlm 7.

bahwa karya cipta yang dilindungi harus dalam bentuk berwujud dan dapat diproduksi ulang. Persyaratan ini kurang dimiliki oleh karya tradisional yang pada umumnya bersifat lisan atau dapat dilihat dan dipertunjukkan serta disampaikan secara turun temurun.

Melihat masalah-masalah di atas, Nega- ra berkembang mengusulkan adanya per- lindungan sui generis atas PTEBT, usulan mana yang belum sepenuhnya dapat diteri- ma oleh Negara maju. Mengingat perlind- ungan sedemikian dapat menghalangi ak- ses mereka terhadap PTEBT Negara ber- kembang. Meskipun masih dapat diperde- batkan, penolakan ini terkait dengan tingginya keuntungan finansial yang diper- oleh oleh perusahaan-perusahaan dari Negara tersebut dari akses gratis mereka terhadap PTEBT. Seringkali dengan dalih penelitian bersama ilmuwan-ilmuwan dari Negara maju mempelajari pemanfaatan sumber daya genetis untuk keperluan in- dustri obat-obatan, pangan atau benih, ke- mudian mempatenkan temuan tersebut dan menjualnya kembali dengan harga tinggi ke Negara pemilik sumber daya. Be- gitu juga dengan folklore seperti tari-tarian asli Indonesia yang belakangan marak diklaim oleh Negara lain.

Bahkan, dalam kancah perundingan WTO, Negara-negara maju terkesan ingin memaksakan perlindungan atas PTEBT melalui rezim HKI versi TRIPs yaitu me- lalui Hak Cipta, Paten, Merek, Desain In- dustri, PVT dengan cara mendokumentasi- kan PTEBT untuk dimanfaatkan dalam rangka prior art search. Usulan ini seolah menutup mata atas keistimewaan dan per- bedaan karakter yang dimiliki oleh PTEBT dengan HKI modern sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan keagresifan Negara maju sedemikian rupa, dalam satu dekade terakhir terdapat peningkatan tajam pematenan serta proses analitis terh- adap Sumber Daya Alam seperti materi ge-

J UrnAl IUS | Vol II | Nomor 6 | Desember 2014 | hlm 455~475

netika tumbuhan dan manusia. Peningka- daya genetik dan pembagian keuntungan tan ini diikuti oleh perdebatan controver- yang adil dan seimbang yang timbul dari sial diantara para pihak yang terkait men- pemanfaatannya atas konvensi keanek- genai kesenjangan ekonomi, keilmuan, aragaman hayati. Selain dalam Bentuk etis, spiritual dan moral, mulai dari level RUU, upaya pemenuhan hak ini telah sam- aktivis individu hingga Perusahaan multi- pai pada pengakuan dan perlidnungan se- nasional. Perbedaan tajam terutama terkait cara Internasional beberapa PTEBT Indo- pemahaman relijius, cara-cara peman- nesia, yaitu sebagai berikut:

a. Alat dan proses (yang baru) untuk Sehingga sejak digalakkannya rezim

faatan hingga pengertian istilah 36 .

membuat perangkat musik tradision- HKI banyak tuduhan penjiplakan diala-

al (angklung, gamelan, rebana, dll); matkan pada Indonesia seperti pemba-

b. Alat dan proses (yang baru) untuk jakan terhadap karya cipta musik dan film

membuat/ memproduksi karpet yang Negara asing dengan berbagai ancaman

dihiasi seni Tradisional; sanksi sementara pembajakan terhadap

c. Alat dan proses (yang baru) untuk pengetahuan obat-obatan, sumber daya ge-

membuat dan memproduksi batik netika, seni, sastra masyarakat asli tidak

Tradisional;

pernah dipermasalahkan karena masuk ke

d. Alat dan proses untuk (yang baru) dalam wilayah “abu-abu” skema HKI mod-

untuk meracik dan mengemas jamu ern.

Tradisional;

e. Logo dan Merek pada instrument beserta aktivis pemerhati kepentingan ma-

Kuatnya desakan dari masyarakat asli

musik Tradisional (logonya menun- syarakat belum membuahkan hasil maksi-

jukkan ciri khas daerah asal instru- mal, sejauh ini telah ada RUU Tentang

men musik);

Perlindungan dan Pemanfaatan kekayaan

f. Logo dan Merek batik Tradisional intelektual Pengetahuan Tradisional dan

(logo atau tanda yang menunjukkan Ekspresi Budaya Tradisional. Dalam RUU

seni batik tradisional dari daerah tersebut yang dimaksudkan sebagai per-

asalnya;

lindungan adalah segala bentuk upaya mel-

g. Alat dan proses (yang baru) untuk idungi Pengetahuan Tradisional terhadap

membuat perangkat musik tradision- pemanfaatan secara komersial yang dilaku-

al (angklung, gamelan, rebana, dll) kan tanpa izin. Sedangkan lingkup perlind-

h. Pola garis-warna yang diterapkan ungan PTEBT mencakup unsur budaya

pada perangkat musik Tradisional; yang: a. Disusun, dikembangkan, dipeliha-

ra dan diturunkan sebagai tradisi; dan b.

i. Logo dan merek jamu Tradisional; Memiliki karakter khusus sebagai identitas

dan lain-lain. 37

budaya masyarakat tertentu yang meles- Menurut catatan Dirjen HKI sejak ta- tarikannya. Untuk mendukung perlindun- hun 2005 hingga pertengahan tahun 2009

gan tersebut telah digagas pula perangkat terdapat setidaknya 2.058 Kebudayaan hukum perlindungan keanekaragaman Tradisional yang tersebar di 15 daerah. Se- hayati dalam bentuk RUU Pengesahan Pro- barannya adalah sebagai berikut: Jawa tokol Nagoya Tentang akses pada sumber Tengah sebanyak 575 daftar, Jawa Barat

sebanyak 213 daftar, Jawa Timur sebanyak

36 Lihat Johannes Mathias Schubert, Appropriating and comercialicing immaterial goods- Monsanto’s property

37 Arif Syamsudin, Antara pelestarian dan regime and the case of transgenic seeds, Thesis for Diploma

perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional/ Pengetahuan in sociology, Ludwig Maximilians University of Munich. Tradisional dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,

hlm 3 Buah Pena Vol V/ No.4/ Agustus 2008. hlm 17

468 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Dokumen yang terkait

KEWENANGAN DPR DALAM MELAKSANAKAN UJI KEPATUTAN DAN KELAYAKAN BAGI CALON PEJABAT PUBLIK DARI ASPEK KETATANEGARAAN FIT AND PROPER TEST FOR PUBLIC THE OFFICIALS CANDIDATE PERSPECTIVE ON CONSTITUTIONAL ASPECTS

0 0 13

PLURALITY OF SHARIAH BANKING DISPUTE SETTLEMENT METHOD IN INDONESIA

0 0 18

PENGALIHAN STATUS TANAH DRUWE DESA MENJADI TANAH ASET PEMERINTAH DAERAH DI KECAMATAN KINTAMANI BANGLI BALI STATUS OF VILLAGE-OWNED LAND TRANSFER INTO THE DISTRICT GOVERNMENT ASSETS IN KINTAMANI BANGLI BALI

0 0 14

KONSEP RESTORATIVE JUSTICE DALAM UNDANG-UNDANG RI NUMBER 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK CONCEPT OF RESTORATIVE JUSTICE IN THE LAW OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NUMBER 11 OF 2012 CONCERNING CHILDREN'S CRIMINAL COURT SYSTEM

0 1 13

MENGUKUR DERAJAT DEMOKRASI UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN MEASURING THE DEMOCRATIZATION DEGREE ACCORDING TO LAW NUMBER 42 OF 2008 CONCERNING GENERAL ELECTION OF THE PRESIDENT AND VICE PRESIDENT

0 1 16

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA TERHADAP PENANGGULANGAN DELIK AGAMA DALAM RANGKA PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA THE POLICY OF CRIMINAL LAW FORMULATION CONCERNING ERADICATION OF RELIGIOUS OFFENSE IN ORDER OF CRIMINAL LAW REFORMATION

0 0 12

PRINSIP MEDIASI PENAL DALAM TINDAK PIDANA KDRT PRINCIPLE MEDIATION OF DOMESTIC VIOLENCE AS CRIMINAL ACT

0 0 10

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN LOMBOK TIMUR JURIDICAL REVIEW ON COMMUNITY ROLE IN SPATIAL PLANNING IN EAST LOMBOK REGENCY

0 0 15

DISKRESI KEPOLISIAN DALAM MENGATASI TINDAKAN ANARKI DI MASYARAKAT THE DISCRETION OF THE POLICE TO ALLEVIATE THE ACT OF ANARCHY IN THE SOCIETY

0 0 12

PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH DI PENGADILAN AGAMA THE SETTLEMENT FOR SHARIAH ECONOMY DISPUTES WITHIN RELIGIOUS COURT

0 0 13