Pembelajaran Langsung dan tidak langsung

MAKALAH
PEMBELAJARAN INOVATIF I
MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

Oleh :
1. Mega Marantika
(13030174045)
2. Nurma Firdausi A. (13030174049)

2013 U
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FEBRUARI, 2015

I.

LATAR BELAKANG (BACKGROUND)
Untuk membangun hasil belajar yang lebih kompleks dibutuhkan keterampilan dan
informasi-informasi yang lain. Seorang siswa harus membuat strategi belajar agar
mereka memperoleh informasi dengan baik seperti merangkum bacaan yang telah

dibaca. Sedangkan jika seorang siswa ingin berpikir kritis, mereka harus mempunyai
keterampilan dalam bidang logika.
Di dalam sebuah pembelajaran, ada sebuah pendekatan mengajar yang dapat
digunakan untuk mengajari siswa keterampilan dasar dan memperoleh informasi
dengan cara selangkah demi selangkah. Di dunia pendidikan, pendekatan ini dikenal
sebagai Model Pembelajaran Langsung (MPL). Ada beberapa kata yang berhubungan
erat dengan model pembelajaran langsung seperti kuliah/ceramah dan resitasi.
Model pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan landasan latar belakang
teoritik dan empirik tertentu seperti dalam bidang analisis sistem, teori pemodelan
sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam
melaksanakan fungsinya.
A. Analisis Sistem
Biasanya yang berhubungan dengan analisis adalah mempelajari sesuatu secara
mendalam. Sedangkan analisis sistem ini mempelajari hubungan dari komponenkomponen yang saling bergantung menjadi satu kesatuan. Contohnya yang sering
dipakai adalah ekosistem dengan komponen biotik dan abiotiknya yang pasti
saling berhubungan.
Di dalam pembelajaran, analisis sistem lebih fokus pada pengorganisasian antara
pengetahuan dan keterampilan. Selain itu juga cara bagaimana mengurutkan
komponen-komponen di dalamnya agar dapat diajarkan kepada siswa secara
sistematis. Pandangan analisis sistem dalam pendidikan yang dikemukakan oleh

Gagne dan Leslie Briggs (1988),
Pengajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa
pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan
kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan

berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri, tanpa adanya
paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang
keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka, mungkin sekali
membawa perkembangan banyak individu oleh karena satu dan lain hal menjadi
tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dari kehidupan masyarakat
sekarang atau yang akan datang.
B. Teori Pemodelan Tingkah Laku
Model pembelajaran langsung mendapatkan banyak sumbangan dari teori belajar
sosial yang disebut teori pemodelan tingkah laku dalam buku Arends.
John Dolard dan Neal Miller adalah tokoh pertama yang mencoba menggunakan
cara observasi dan penguatan untuk menjelaskan berbagai macam tingkah laku
sosial orang. Bandura dan teman-temannya memperluas teori ini dengan
memasukkan keterampilan akademik dan konsep yang diajarakan dalam model
pembelajaran langsung. Sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan

terhadap tingkah laku orang lain, seperti yang diutarakan oleh Bandura (1977:22),
Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga, dan bahkan berbahaya, jika
manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil-hasil kegiatannya
sendiri. Untungnya, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari secara
observasi melalui pemodelan dari observasi terhadap perilaku orang lain
seseorang membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru, dan
pada kesempatan berikutnya informasi yang telah dikodekan tersebut berfungsi
sebagai suau pemandu untuk tindakan. Karena manusia dapat belajar dari contoh
(model), setidak-tidaknya dalam bentuk yang mendekati, sebelum melakukan
kegiatan (tingkah laku) tertentu, mereka terhindar dari melakukan kesalahankesalahan yang tidak perlu.
Pakar teori pemodelan tingkah laku meyakini jika seseorang mengamati sesuatu
dengan kesadaran mereka, berarti mereka telah belajar tentang sesuatu yang
diamati tersebut dan menyimpannya dalam ingatan jangka panjang. Contohnya
ketika seorang anak melihat ibunya menggunakan sendok untuk makan maka
anak tersebut akan selalu mengingat meskipun belum melakukannya sendiri.
Anak belum melakukan tingkah laku yang diamati, maka belum ada konsekuensi
secara tingkah laku (reinforcement), hal ini yang menurut pakar psikologi tingkah
laku perlu agar proses belajar bisa berlangsung.

Ada tiga tahapan menurut Bandura dalam pemodelan tingkah laku yaitu atensi

atau perhatian, retensi, dan produksi.
1. Perhatian
Menurut hasil penelitian Bandura, pengamat akan dapat memperhatikan
tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut jelas. Jika dalam
pembelajaran langsung, pengetahuan tersebut dapat mengakibatkan siswa
berperilaku sesuatu pada awal pelajaran dan juga pada saat-saat kritikan
selama pelajaran.
2. Retensi
Bandura juga mengemukakan bahwa retensi dari suatu perilaku yang diamati
dapat dimantapkan jika pengamat menghubungkan observasi itu dengan
pengalaman-pengalaman sebelumnya yang bermakna

baginya dan terlibat

dalam pengulangan kognitif atas kegiatan tersebut.
3. Produksi
Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih keterampilan-keterampilan
baru adalah hal yang sangat penting. Bandura menemukan bahwa pengaturan
waktu dan umpan balik yang diberikan kepada siswa merupakan faktor
penentu dalam keberhasilan sebuah pelatihan. Salah satu cara guru dalam

model pembelajaran langsung adalah melalui pemodelan korektif.
C. Penelitian Tentang Keefektifan Guru
Pengembangan model pembelajaran langsung berasal dari berbagai macam
bidang. Meskipun demikian, data penunjang empirik yang paling jelas terhadapa
model pembelajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru
pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Penelitian Stallings dan Kaskowitz (1974) menunjukkan bahawa pentingnya
waktu yang dialokasikan pada tugas. Penelitian ini mendukung secara empirik
penggunaan model pembelajaran langsung. Penelitian dilakukan di kelas satu dan
tiga yang disebut “Project Follow Through Classroom”. Peneliti melakukan
pengamatan pada pendekatan yang dilakukan oleh guru. Beberapa guru
menggunakan metode formal dan terstruktur, sedangkan guru yang lain
menggunakan metode yang lebih informal.
Stallings dan teman-temannya ingin mengetahui manakah metode yang lebih
berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Penampilan 166 guru di
kelas diamati dan siswa-siswanya diuji untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar dalam bidang matematika dan membaca. Ada dua hal ternyata yang paling
menonjol dalam penelitian tersebut yaitu alokasi waktu dan pengguanaan tugas

(kegiatan) yang menggunakan model pembelajaran langsung lebih berhasil dalam

hasil belajar siswa daripada guru yang menggunakan metode informal dan
berpusat pada siswa.
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh Stallings dan teman-temannya
tersebut menunjukkan bahwa guru yang menggunakan model pembelajaran
langsung berhasil dalam meningktkan hasil belajar siswa dimana guru tersebut
memiliki kelas yang terorganisasi serta menghasilkan rasio keterlibatan siswa
yang lebih tinggi (time-task-ratios).
II.

TUJUAN (GOAL)
Sebelum kita membahas tujuan pembelajaran yang dapat dicapai melalui
implementasi model pembelajaran langsung kita akan membahas terlebih dahulu
pembedaan

jenis

pengetahuan

menurut


pakar

teori

pembelajaran.

Para pakar teori belajar pada umunya membedakan pengetahuan menjadi dua macam
yakni

pengetahuan

deklaratif

dan

pengetahuan

prosedural

(Marx&Winne,


1994;Ryle,1949;Gagne,1977;Gagne,1985)
Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai sesuatu dan dapat diungkapkan
dengan kata-kata. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Namun seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan pengetahuan prasyarat yakni pengetahuan deklaratif.
Pada tingkatan pengetahuan paling bawah berupa informasi faktual yakni
pengetahuan deklaratif sederhana yang diperoleh seseorang namun dapat digunakan
ataupun tidak. Contohnya menghafal rumus dalam pembelajaran matematika ataupun
fisika.
Pada tingkat lebih tinggi, pengetahuan memerlukan penggunaan pengetahuan dengan
cara tertentu. Misalnya dalam menilai karya seni.
Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswinya kedua macam pengetahuann
tersebut. Dalam pengimplementasian model pembelajaran langsung ini siswa-siswi
diharapkan dapat mengembangkan belajar mengenai pengetahuan prosedural maupun
pengetahuan deklaratif, yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
III.

SINTAKS (FASE)


Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan
siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan
kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan
pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama
pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran
diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi
terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.
Menurut Bruce dan Weil (1996) sintaks model pengajaran langsung memiliki 5
tahapan, sebagai berikut:
A. Fase 1 : Fase Orientasi
Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi
pelajaran yang meliputi:
1.

Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa

2.

Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran


3.

Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan

4.

Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang
akan dilakukan selama pembelajaran

5.

Menginformasikan kerangka pelajaran

6.

Memotivasi siswa

B. Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi
Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep atau keterampilan

yang meliputi:
1.

Penyajian materi

2.

Pemberian contoh konsep

3.

Pemodelan/peragaan keterampilan

4.

Menjelaskan ulang hal yang dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh siswa

C. Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur
Dalam fase ini, guru merencanakan dan memberikan bimbingan kepada siswa untuk
melakukan latihan-latihan awal. Guru memberikan penguatan terhadap respon siswa
yang benar dan mengoreksi yang salah
D. Fase 4 : Fase Latihan Terbimbing
Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan serta
menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata.
Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses kemampuan siswa
dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan
memberikan bimbingan jika perlu.
E. Fase 5 : Fase Latihan Mandiri
Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, dan guru memberikan umpan balik
bagi keberhasilan siswa.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks
pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.


Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada
siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari
dan kinerja siswa yang diharapkan.



Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan
yang telah dikuasai siswa.



Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan
materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan
konsep dan sebagainya.



Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan

untuk

mengoreksi kesalahan konsep.

menilai

tingkat

pemahaman

siswa

dan



Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya
atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.



Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan
reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik
terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika
diperlukan.



Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan
tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang telah mereka pelajari.

IV.

LINGKUNGAN BELAJAR (MANAGEMENT CLASS)
Banyak penelitian tahun 1970-an hingga 1980-an yang dapat kita gunakan sebagai
acuan pengelolaan kelas yang meliputi :
1.
Upaya menarik perhatian siswa
2.
Cara dan saran amemotivasi siswa
3.
Cara guru menciptakan dan mengajakan aturan dan prosedur yang jelas
4.
Langkah awal guru dalam pembelajaran
Namun amat penting pula bagi guru untuk memahami pengelolaan tingkah laku siswa
yang bervariasi. Pada intinya dalam pengelolaan pembelajaran langsung diperlukan
kaidah-kaidah yang mengatur kapan siswa dapat mengemukakan pendapatnya dan
prosedur yang menjamin pengaturan tempo pembelajaran, partisipasi siswaa serta
ketepatan penangan penyimpangan tingkah laku siswa.
Oleh karena itu ada beberapa skill yang harus dimiliki seorang guru untuk dapat
mengelola lingkungan belajar agar mendukung pembelajaran yakni :
1.
Menangani siswa yang suka berbicara
Siswa yang suka berbicara dapat menjadi masalah dalamm pembelajaran. Hal
ini dapat terjadi ketika siswa tidak dapat mempatkan situasi sehingga tempo
pembelajaran akan menjadi lambat. Untuk menangani dan mencegah hal
tersebut guru perlu mempunyai aturan tentang larangan berbicara di dalam
kelas dan menerapkannya secara konsisten. Sehingga selama berlangsungnya
latihan siswa harus mendengarkan pendapat siswa lain dan menunggu giliran
apabila siswa tersebut ingin berpendapat.

2.

Mengatur tempo pembelajaran
Berdasarkan penelitian Doyle dan Carter (1984) diketahui siswa terkadang
dengan sengaja memperlambat tempo pembelajaran dengan cara menanyakan
hal-hal yang tidak perlu atau meminta petunjuk yang sebenarnya tidak
diperlukan. Namun guru juga dapat menjadi hambatan proses pembelajaran itu
sendiri dengan berbicara kepanjangan (fragmantase) yang sebenarnya tidak
diperlukan.

3.

Menangani penyimpangan tingkah laku
Guru dianjurkan memusatkan perhatiannya pada penyimpangan tingkah
lakunya siswa dan mencari cara untuk mengubahnya sekurang-kurangnya
ketika siswa masih di dalam kelas. Guru ditekankan dapat mengenali dengan
tepat penyimpangan perilaku siswa dan segera melakukan intervensi yang
tepat.
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Kounin tentang kemampuan guru
dalam with-it-ness, overlappingness, dan desist behavior adalah beberapa
strategi yang bermanfaat dalam menangani penyimpangan tingkah aku siswa.
a.
Being with it
With-it-ness merupakan kemampuan guru untuk memonitori dengan
teliti semua yang terjadi di dalam kelas dan seakan-akan memiliki
sepasang mata di bagian belakang kepala (Kounin, 1970). Guru yang
memiliki kemapuan ini akan dapat mengenali segera penyimpangan
perilaku siswa dan hampir seccara tepat mengidentifikasi siswa yang
bertanggung jawab atas penyimpangan perilaku itu.
b.

Overlappingness
Overlappingness berarti kemmpuan guru untuuk melakukan lebih dari
satu kegiatan kelas dalam waktu yang bersamaan. Dalam kaitannya
dengan penyimpangan tingkah laku siswa, overlapping menunjukkan
kemampuan guru menangani penyimpangan tingkah laku namun tidak
mengganggu jalannya pembelajaran.

c.

Perilaku yang harus dihentikan
Siswa didalam kelas dapat bertindak yang tidak sesuai dengan kaidahkaidah yang berlaku. Apabila penyimpangan tingkah laku dinilai cukup
serius dan perlu ditindak hal tersebut disebut desist incident

(pelanggaran yang perlu segera dihentikan). Misal, siswa yang
merokok di dalam kelas.
4.

Mengatur partisipasi
Hasil penelitian Adams dan Biddle (1970) menunjukkan bahwa siswa yang
aktif terdapat pada daerah kelas tertentu yang disebut zona kegiatan dimana
frekuensi interaksi antara guru dan siswa tinggi sekali.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap fenomena di zona kegiatan ialah
kontak mata guru Guru dapat melakukan kontak mata dengan lebih baik pada
zona kegiatan, yang menyebabkan siswa menjaadi lebih aktif berpatisipasi
dalam proses pembelajaran.

V.

PENILAIAN (ASSESMENT)
Salah satu hal terpenting untuk mencocokkan strategi-strategi evaluasi dan pengetesan
dengan tujuan pembelajaran tertentu dan maksud yang terkandung di dalam suatu
model tertentu. Karena model pembelajaran langsung cocok digunakan untuk
mengajar keterampilan dan pengetahuan yang dapat diajarkan dengan cara langkah
demi langkah, maka penilaian harusnya fokus pada tes kinerja yang lebih mengukur
perkembangan keterampilan daripada tes tertulis pengetahuan deklaratif. Seringkali,
tes kinerja merupakan tes yang sulit bagi guru untuk menyusun dan menskor dengan
tepat, tes tersebut juga dapat menyita banyak waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Nur,Mohamad.2001.Model
Naional.

Pembelajaran

Langsung.Surabaya.Departemen

Pendidikan

Kardi,Soeprman dan Muhamad Nur.2000.Pengajaran Langsung.Surabaya.Unesa
Arends, Ricard I.2012.Learning to Teach.Published by McGraw-Hill Book Co
Sudrajat,akhmad.2011..https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/01/27/modelpembelajaran-langsung/.akses tanggal 10 Februari 2015
Ninarz,sakinah.2014.http://sakinahninaarz009.blogspot.com/2014/05/pengertian-jenis-danlangkah-langkah.html.akses tanggal 10 Februari 2015
Hardians,gigi.2013..https://gigyhardians.wordpress.com/2013/01/03/metode-pembelajaranlangsung/.akses tanggal 10 Februari 2015
Rudy.2011..http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/05/model-pengajaran-langsungdirect.html.akses tanggal 10 Februari 2015
Holil,Anwar.2009.http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/latar-belakang-teoretik-danempirik.html.akses tanggal 11 Februari 2015
Anonim.2013.http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/direct-instruction-modelpembelajaran-langsung.html akses tanggal 11 Februari 2015
Anonim..https://aastudioku.wordpress.com/2011/04/01/ciri-dan-tujuan-pembelajaranlangsung/. akses tanggal 11 Februari 2015
Anonim.http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/04/sintaks-model-pembelajaranlangsung.html. akses tanggal 11 Februari 2015