Uji Lemak dan minyak sawit

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA II
UJI LEMAK/MINYAK

Oleh :
SARAH NABILLA
26020114120003
Kelas A/ Shift II
Asisten:
LADIES NIKITA ALAMANDA
26020113140061

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8

Materi

Nilai

Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Materi dan Metode
Hasil
Pembahasan

Penutup
Daftar Pustaka
Lampiran
T O TAL

Semarang, 8 April 2015
Asisten Praktikum

Praktikan

Ladies Nikita Alamanda

____Sarah Nabilla____

NIM. 26020113140061

NIM. 26020114120003

Mengetahui,
Koordinator Asisten


Shinta Wahyu Juwita
NIM. 26020112130058

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari zat-zat kimia. kimia organik
maupun non organik. Salah satu contoh bahan kimia organik adalah lemak dan
minyak. Lemak dan minyak adalah senyawa kimia yang terdapat di alam. Minyak
umumnya berwujud cair pada suhu ruang sedangkan lemak cenderung berwujud
padat pada suhu ruang. Asam-asam lemak merupakan komponen penyusun
minyak dan lemak. Minyak dan lemak memiliki berat molekul. Untuk mengetahui
Wujud lemak berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang
berbentutk cair (minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan
lemak yang berbentuk padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Asam
lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari pada asam lemak tak
jenuh. Lemak dan minyak memiliki sifat kelarutan yang sama, yaitu nonpolar.
Namun untuk mengetahuinya serta mengetahui beberapa reaksi lainnya seperti
asam lemak bebas dan reaksi penyabunan, maka harus dilakukan satu percobaan,

oleh karena itu mengapa dilakukan percobaan ini.
1.2 Tujuan
1. Menentukan bilangan penyabunan sampel minyak/lemak ikan.
2. Menentukan bilangan asam sampel minyak/lemak ikan.

1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui bilangan penyabunan minyak/lemak
2. Dapat mengetahui bilangan asam minyak/lemak
3. Dapat mengetahui kelarutan minyak/lemak

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Lemak
Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin
maupun air panas. Asam lemak dari C4,C6, C8, C10 dapat menguap dan asam
lemak C12 dan C14

sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang

mempunyai berat molekul rendah dan asam tidak jenuh lebih mudah larut dalam

alkohol dari pada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul
tinggi dan jenuh (Winarno, 2012).
2.2 Bilangan Penyabunan
Pada reaksi antara lemak dan kalium hidroksida ini, kita mengenal adanya
suatu bilangan yang disebut bilangan penyabunan. Yaitu suatu bilangan yang
menunjukkan jumlah milligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Bilangan ini menggambarkan kepada
kita tentang besar kecilnya molekul lemak. Makin besar bilangan penyabunan
suatu lemak, makin kecil molekul lemak tersebut dan sebaliknya semakin kecil
bilangan penyabunan suatu lemak, makin besar molekul lemaknya
(Sumardjo, 2006)

2.3 Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campur anasam lemak . Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak ataul emak.
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang
berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan yang
kurangbaik. Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya.

Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam
tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut.
(Dadang, 2006)
2.4 Titrasi
Titrasi suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di dalam larutan.
Titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang
sudah diketahui konsentrasinya. Reaksi dilakukan secara bertahap hingga tepat
mencapai titik stoikiometri atau titik setara (Sunarya, 2007).
Titrasi menurut Rahayu, (2009) adalah proses penentuan konsentrasi suatu
larutan dengan cara meneeteskan sedikit demi sedikit larutan asam/basa yang
telah diketahui konsentrasinya yang disebut titran ke dalam larutan asam/basa
yang akan dicari konsentrasinya yang disebut titrat sampai titik ekuivalennya.
Dengan rumus:

2.5 Sifat-sifat Lemak
2.5.1 Sifat Fisis Lemak
Berikut sifat – sifat fisis dari lemak/minyak menurut Herlina,
(2002) yaitu :
1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetilamin dari lecitin

2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada
temperatu kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur
kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor
oil , sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil
eter,karbon disulfida dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya
panjang rantai karbon
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami ,juga
terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebaggai
hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran
lemak atau minyak dengan pelarut lemak.
8. Titik
lunak
dari
lemak/minyak

ditetapkan


untuk

mengidentifikasikan minyak/lemak
9. Shot melting point adalah temperratur pada saat terjadi tetesan
pertama dari minyak / lemak
10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak
alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya

2.5.2 Sifat Kimia Lemak
Sifat-sifat Kimia Lemak menurut Herlina dan Ginting (2002) :
1. Esterifikasi

Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas
dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat
dilakukan melalui

reaksi kimia yang disebutin terifikasi atau

penukaran ester yang didasarkan pada prinsip transesterifikasi

Fiedel-Craft.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi
mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Ini terjadi karena
terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukandenganpenambhan sejumlah larutan
basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air
yang mengandung gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan
dengan penyulingan.
4. Hidrogenasi
Proses hidrogenasibertujuan untuk menjernihkan ikatan
dari rantai karbon asam lemak pada lemak atau minyak, setelah
proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator
dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat
plastis atau keras , tergantung pada derajat kejenuhan.

2.6 Pelarut
2.6.1 Pelarut Polar

Pelarut yang bersifat polar mampu mengekstrak senyawa metabolit
sekunder yaitu, alkaloid kuartener (Prabowo, 2008). Pelarut polar adalah

pelarut yang molekulnya bersifat polar dan salah satu sifatnya ialah dapat
menghantarkan arus elektrik (Pudjaatmaka, 2002).
2.6.2 Pelarut Semi Polar
Salah satu contoh pelarut semipolar adalah etil asetat. Etil asetat
merupakan senyawa yang dihasilkan dari pertukaran ggus hidroksil pada
asam karboksilat dengan gugus hidrokarbon pada etanol. Etil asetat juga
sering disintesis dengan katalisator cair seperti asam sulfat (Nuryoto, 2008).
2.6.3 Pelarut Non Polar
Pelarut yang molekulnya nonpolar dan tidak dapat menghantarkan arus
elektrik, contohnya ialah hidrokarbon (Pudjaatmaka, 2002).

III. MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Hari, tanggal

: Kamis, 2 April 2015


Waktu

:13.35-14.55 WIB

Tempat

: Laboratorium Biokimia, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Praktikum
Tabel 1. Alat Praktikum Acara 2
No
Nama
1. Buret dan

Gambar

Satuan
ml

Statif

Fungsi
Statif
:
untuk
menjepit

buret

dalam proses titrasi
Buret : tempat zat
cair dengan volume
tertentu yang akan
di titrasi
2. Erlenmeye

ml

r

Tempat mereaksikan
zat

dan

atau

mencampur zat.

3.

Pipet Tetes

ml

Untuk

meneteskan

atau

mengambil

larutan
jumlah kecil

dalam

4. Gelas Ukur

ml

Untuk menentukan
volume zat cair yang
akan digunakan

5. Beker

ml

Gelas

Untuk
dan

mengukur
mencampur

bahan

praktikum

yang
6. Corong

-

akan

digunakan
Untuk memudahkan
dalam memasukkan
cairan

atau

memindahkan cairan
agar tidak tercecer
7. Neraca

Gr

Untuk

menimbang

masa bahan yang
akan

di

gunakan

dalam praktikum
8. Kompor

-

listrik

Untuk memanaskan
bahan praktikum

Tabel 2. Bahan Praktikum Acara 2
No
1.

Nama
Minyak Ikan

Gambar

Fungsi
Sebagai bahan utama
untuk mengetahui
bilangan penyabunan
dan bilangan asam

2.

NaOH 0.1 N

Sebagai titran pada
proses bilangan asam

3.

Indikator PP

Sebagai indicator. Agar
mengetahui perubahan
warna

4.

HCl 0.1 N

Sebagai titran dalam
bilangan penyabunan

5.

Etanol

Sebagai titrat dalam
bilangan asam

6

Na2CO3

Sebagai titrat dalam
bilangan penyabunan

3.3 Metode
3.2.1 Diagram Alir
a. Penentuan Bilangan Penyabunan
2 butir minyak ikan (0,3 gram)
dimasukkan kedalam erlenmeyer

15 ml Na2CO3 dimasukkan kedalam
erlenmeyer

15 ml Na2CO3 ditambahkan kedalam
erlenmeyer
Dipanaskan selama 5 menit
Dinginkan
Dinginkan

Ditambahkan 2 tetes indicator PP
Dititrasi dengan HCl 0,1 N

HCL yang diperlukan (V1)

HCL yang diperlukan (V2)

Bilangan Penyabunan

b. Penentuan Bilangan Asam
2 butir minyak ikan (0,3 gram)
dimasukkan kedalam erlenmeyer

15ml etanol dimasukkan kedalam
erlenmeyer

Ditambahkan etanol 15 ml
Dipanaskan selama 5 menit
Dinginkan
2 tetes indikator PP ditambahkann kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
Dinginkan
N
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
NaOH yang diperlukan (V2)

NaOH yang diperlukan (V1)
Bilangan asam

0,1

3.2.2 Cara Kerja
a. Penentuan Bilangan Penyabunan
1. 2 butir minyak ikan dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer
2. Na2CO3 ditambahkan sebanyak 15 ml
3. Na2CO3 sebanyak 15 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer
4.
5.
6.
7.
8.
9.

sebagai blangko
Tabung erlenmeyer dipanaskan selama 5 menit
Tabung Erlenmeyer didinginkan
2 tetes indikator PP ditambahkan kedalam erlenmeyer
HCl dititrasi dengan 0.1 N
Volume yang diperlukan untuk titrasi dicatat sebagai V1
Lakukan cara yang sama untuk larutan blanko sebagai V2

b. Penentuan Bilangan Asam
1. 2 butir minyak ikan dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer
2. Etanol 70% ditambahkan sebanyak 15 ml
3. Etanol 70% sebanyak 15 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer
4.
5.
6.
7.
8.
9.

sebagai blangko
Tabung erlenmeyer dipanaskan selama 5 menit
Tabung erlenmeyer ditambahkan
2 tetes indikator PP ditambahkan kedalam erlenmeyer
NaOH 0.1 N dititrasi dengan
Volume yang diperlukan untuk titrasi dicatat sebagai V1
Lakukan cara yang sama untuk larutan blanko sebagai V2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.1.1 Penentuan Bilangan Penyabunan

Gambar

1.

Sebelum dititrasi
Gambar
2. Sesudah dititrasi
V1
= 23 ml
V2
= 12 ml
N HCl = 0,1N

Berat minyak = 0, 3 gram
BM Na2CO3 = 106

Bilangan penyabunan =

=

( V 2−V 1 ) x N HCl x BM Na 2CO 3
berat minyak
( 12−23 ) x 0,1 x 106
0,3

= -388.67
4.1.2 Penentuan Bilangan Asam

Gambar 3.

Sebelum

dititrasi
Gambar

4.Sesudah
V1
= 0,6 ml
V2
= 0,2 ml
N NaOH = 0,1 N

dititrasi
Berat minyak = 0,3 gram
BM NaOH
= 46

Bilangan Asam =

=

( V 2−V 1 ) x N NaOH x BM NaOH
berat minyak
( 0,2−0,6 ) x 0,1 x 46
0,3

= -6.133

4.2 Pembahasan
4.2.1 Penentuan Bilangan Penyabunan
Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan selain minyak ikan
adalah Na2CO3, Indikator PP, dan HCl. Penentuan bilangan penyabunan
dilakukan untuk menentukan berat molekul dari minyak ikan yang
terkandung didalamnya. Hubungan antara bilangan penyabunan dengan
pelarut Na2CO3 ialah bahwa minyak berperan sebagai larutan yang diuji
bilangan penyabunannya sedangkan larutan Na2CO3 (basa) yang berfungsi
sebagai pelarut.
Penambahan indikator fenolftalein agar ketika proses titrasi dilakukan,
titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna. Penambahan indikator pp
terhadap larutan basa menyebabkan warna titik akhir titrasi menjadi bening.
titrasi pada penentuan bilangan penyabunan ini termasuk ke dalam titrasi
asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan metode titrasi larutan basa dengan
larutan asam sebagai larutan standarnya.
Hasil dari praktikum, didapat bahwa besarnya nilai besaran penyabunan
ialah sebesar -388,67. Dari hasil yang didapat, dimungkinkan terjadi
kesalahan ketika praktikum berlangsung. nilai bilangan penyabunan yang
didapat bernilai negative. Kekeliruan tersebut dikarenakan beberapa faktor,
seperti human error, kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi dan
salahnya perhitungan.
4.2.2 Penentuan Bilangan Asam

Bilangan asam merupakan bilangan yang menyatakan banyaknya
asam lemak bebas yang terkandung dalam suatu larutan minyak.
penggunaan etanol sebagai pelarut, karena etanol bersifat asam,
perhitungan terhadap penetralan asam lemak dalam minyak dapat
dilakukan.
Penambahan indikator fenolftalein untuk mengetahui titik akhir
titrasi

dengan

adanya

perubahan

warna.

Karena

larutan

yang

ditambahkan ke dalam minyak ikan adalah larutan etanol yang bersifat
asam, maka titik akhir titrasi akan menunjukan perbubahan warna
menjadi warna merah muda. titrasi yang dilakukan merupakan titrasi
alkalimetri, dilihat dari penggunaan larutan standar basa untuk mentitrasi
larutan asam.
Dari hasil praktikum yang dilakukan bilangan asam yang
diperlukan ialah sebesar -5.33 gram. Dari hasil yang didapat,
dimungkinkan terjadi kesalahan ketika praktikum berlangsung. nilai
bilangan penyabunan yang didapat bernilai negative. Kekeliruan tersebut
dikarenakan beberapa faktor, seperti human error, kesalahan dalam
penentuan titik akhir titrasi dan salahnya perhitungan

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan yang dilakukan, kelompok kami mendapatkan
bilangan penyabunan sebesar -388,67
2. Dari hasil percobaan yang dilakukan kelompok kami mendapatkan
bilangan asam sebesar -6.13

5.2 Saran
 Dalam praktikum uji lemak atau minyak sebaiknya praktikan lebih teliti
saat proses titrasi berlangsung karena pada saat titrasi bwerlangsung
dibutuhkan ketelitian agar hasilnya tepat seusai dengan yang diinginkan
 Sebaiknya waktu yang dibutuhkan untuk pratikum ditambah agar hasil
yang didapat lebih maksimal

DAFTAR PUSTAKA
Dadang. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta. Niaga
Swadaya
Herlina dan Ginting, M 2002. Lemak dan Minyak. Medan: Fakultas Teknik,
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Nuryoto. 2008. Studi Kinerja Katalisator Lewatit Monoplus s-100 pada Reaksi
Esterifikasi antara Etanol dan Asam Asetat. Jurnal Rekayasa Proses,
2(1):24.
Prabowo, Yudi. 2008. Extraction of Secondary Metabolites Compound in
Mangrove Xylocarpus Granatum Leaves with Different Solvents. Jurusan
Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH
Pudjaatmaka, A. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka:Jakarta
Rahayu, Nurhayati. 2009. Rangkuman Kimia SMA. Jakarta. Gagas media
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta. Penerbit Buku kedokteran
EGC

Sunarya, Yayan. 2007. Mudah Dan Aktif Belajar Kimia. Bandung. PT. Setia Purna
Inves